Dalam kasus posisi ini penulis akan menjelaskan komparasi para pihak serta duduk
perkara dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 2691 PK/Pdt/1996 tanggal 18 September
Jakarta Utara, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya Suwardi, SH. dan
Alifuddin Nur; Pengacara berkantor di Jl. Nibung Raya No. 164 Medan,
Melawan
KESUMA bertempat tinggal di Jalan Bandung No. 90-C Medan, dalam hal ini diwakili
WIJAYA oleh kuasanya : Zakaria Bangun, SH. Pengacara berkantor di Jl. Pemuda No.
alias ACI 17 Medan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 26 Maret 1994, sebagai
WENTY bertempat tinggal di Jalan Bandung No. 90 C Medan, dalam hal ini diwakili
PUSPA oleh kuasanya Ramli Barus, SH. Pengacara berkantor di Jl. Jenderal Ahmad
KWANNI Yani II No. 12 Medan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 26 Maret
1. Bahwa antara Penggugat dengan Tergugat telah diikat satu persetujuan lisan untuk
melakukan jual beli sebidang tanah seluas ± 3,9 Ha terletak di Jl. Brigjen Katamso
Gang Kenanga Desa Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun No. 56 Medan ;
Bahwa Penggugat adalah pihak Pembeli dan Tergugat I adalah pihak Penjual ;
Bahwa dalam persetujuan lisan itu telah disepakati harga seluruh tanah sebesar
Rp. 2.680.000.000,- (dua milyar enam ratus delapan puluh juta rupiah) dan
Penggugat ;
40% dari harga tanah harus diserahkan Penggugat kepada Tergugat I untuk
40% lagi dari nilai harga tanah harus dibayar Penggugat kepada Tergugat I 6
sisa harga yang 20% lagi harus dibayar Penggugat kepada Tergugat I setelah
3. Bahwa pada tanggal 16 Februari 1994 Penggugat telah menyerahkan uang panjar
sebesar Rp. 80.000.000,- (delapan puluh juta rupiah) berupa Bilyet Giro Bank Bali
No. 308266, dan Tergugat telah menerima uang panjar tersebut dari Penggugat
dengan menerima Bilyet giro Bank Bali tersebut pada tanggal 16 Februari 1994 (foto
4. Bahwa Tergugat II isteri dari Tergugat I turut hadir dan mendengar semua yang
5. Bahwa staf ahli Penggugat telah menyusun dan memperhitungkan kalkulasi biaya
dengan alternatif keutungan dari proyek pembangunan real estate sesuai dengan
proyek proposal Perumahan Jl. Brigjen Katamso Medan, dimana jika siap semua 175
(seratus tujuh puluh lima) buah bangunan rumah dengan rata-rata Rp. 85.000.000,-
(delapan puluh lima juta rupiah) per unit, maka seluruhnya akan berharga akan
berharga Rp. 14.875.000.000,- (empat belas milyar delapan ratus tujuh puluh lima
juta rupiah). dan karena itu jika 4 (empat) tahun terjual habis, maka Penggugat :
akan mendapat keuntungan sebesar Rp. 3.221.750.000,- (tiga milyar dua ratus
dua puluh satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) (proyek Proposal
terlampir) ;
6. Bahwa tanpa alasan yang sah Tergugat pada tanggal 18 Februari 1994 telah
mengirim surat kepada Penggugat yang isi surat tersebut secara sepihak mau
membatalkan jual beli tersebut, dengan minta maaf serta akan mengembalikan uang
7. Bahwa Penggugat merasa keberatan atas maksud surat Tergugat tersebut dan menilai
Bunga uang panjar karena berawal dari kredit Bank 2% per bulan, 2% x
tersebut kira-kira Rp. 3.221.750.000,- (tiga milyar dua ratus dua puluh
lisan antara Penggugat dan Tergugat yang telah menjadi hukum yang mengikat
ANALISA FAKTA
1. bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Termohon kasasi sebagai
Penggugat asli telah menggugat sekarang para Termohon kasasi sebagai para
Tergugat asli di muka persidangan Pengadilan Negeri Medan pada pokoknya atas
dalil-dalil;
2. bahwa telah terikat persetujuan jual beli sebidang tanah seluas ± 3,9 Ha yang
letaknya sesuai gugatan, secara lisan antara Penggugat asli sebagai pembeli dengan
2.680.000.000,- (dua milyar enam ratus delapan puluh juta rupiah) dengan kewajiban
Penggugat asli membayar panjar sebesar Rp. 80.000.000,- (delapan puluh juta
rupiah) dan Tergugat asli I me-nyiapkan surat-surat dan menyerahkan tanah dalam
keadaan kosong;
4. bahwa untuk pembayaran selanjutnya disepakati yaitu 40% dari harga tanah sejak
panjar diterima untuk tanah yang belum dibebaskan diperkirakan selama 6 buln dan
40% lagi setelah tanah dibebaskan serta 20% sisanya dibayar setelah terbit Sertifikat
5. bahwa pada tanggal 16 Februari 1994 Penggugat asli telah menyerahkan uang panjar
sebesar Rp. 80.000.000,- (delapan puluh juta rupiah) berupa Bilyet Giro Bank Bali
7. bahwa staf ahli Penggugat asli telah menyusun dan memperhitungkan kalkulasi biaya
dengan alternatif keuntungan dari proyek pembangunan real estate, sesuai dengan
proposal perumahan setempat dengan 175 buah bangunan seharga rata-rata Rp.
85.000.000,- (delapan puluh lima juta rupiah) per-unit, dan jika habis terjual selama
3.211.750.000,- (tiga milyar dua ratus sebelas juta tujuh ratus lima puluh ribu
rupiah);
8. bahwa tanpa alasan yang sah Tergugat asli I pada tanggal 18 Februari 1994 dengan
suratnya secara sepihak mau membatalkan jual beli tersebut, dengan meminta maaf
9. bahwa Penggugat asli merasa keberatan atas surat Tergugat asli I, karena perbuatan
Tergugat asli I telah cidera janji dan melawan hukum dengan merugikan Penggugat
asli;
10. bahwa kerugian Penggugat asli yaitu kerugian uang panjar Rp. 80.000.000,- (delapan
puluh juta rupiah) dan bunganya sebesar 2% sejak tanggal 16 Februari 1994 sampai
3.211.750.000,- (tiga milyar dua ratus sebelas juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)
ANALISA HUKUM
Analisa hukum yang akan penulis paparkan didasarkan pada pertimbangan Hakim
dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 2691 PK/Pdt/1996 tanggal 18 September 1998.
1. Keberatan kasasi dari Pemohon kasasi I dapat dibenarkan, Pengadilan Tinggi salah
ditindak lanjuti dan bagi para pihak yang membuatnya sehingga tidak mempunyai
akibat hukum.
2. Karena tanah tersebut merupakan harta bersama antara Tergugat I dan II selaku
suami isteri, maka menurut Pasal 36 (1) Undangundang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan tindakan terhadap harta bersama oleh suami atau isteri harus
3. Karena perjanjian permulaan yang dilakukan secara lisan tersebut belum mendapat
suami dapat melakukan perbuatan hukum yang menyangkut harta kekayaan bersama
suami isteri karena dalam ikatan perkawinan tidak ada perjanjian harta terpisah.
mengingat bagi para pihak yang membuatnya. Alasan Pemohon kasasi II dapat
dibenarkan, sebab tindakan suami atau isteri atas harta bersama harus dengan
6. Karena belum ada persetujuan isteri maka tindakan Tergugat I membuat perjanjian
ANALISIS
Analisis dalam penulisan ini akan dibagi menjadi dua bagian yaitu analisis terkait
dengan teori-teori serta dasar hukum atas kasus atau perkara dalam putusan Mahkamah
Agung Nomor 2691 PK/Pdt/1996 tanggal 18 September 1998 khususnya dalam bidang
hukum perjanjian berdasarkan pendapat penulis dan analisis terkait dengan penemuan
berikut:
Perjanjian jual beli sebidang tanah seluas ± 3,9 Ha terletak di Jl. Brigjen
Katamso Gang Kenanga Desa Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun No. 56
Medan antara Penggugat dan Tergugat telah sesuai dengan syarat sahnya suatu
perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:
sebagai berikut:
karena masih harus ditindak lanjuti dan bagi para pihak yang membuatnya
b. Karena tanah tersebut merupakan harta bersama antara Tergugat I dan II selaku
suami isteri, maka menurut Pasal 36 (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
tindakan terhadap harta bersama oleh suami atau isteri harus mendapat
kekayaan bersama suami isteri karena dalam ikatan perkawinan tidak ada
kasasi II dapat dibenarkan, sebab tindakan suami atau isteri atas harta bersama
berpendapat bahwa metode penemuan hukum yang digunakan adalah metode Interpretasi
kannya dengan peraturan hukum yang lain atau dengan keseluruhan sistem hukum.
negara merupakan sebuah sistem yang utuh. Artinya, menafsirkan satu ketentuan undang-
Dalam hal ini penulis melihat dari pertimbangan hukum Mahkamah Agung yang
telah dipaparkan di atas, bahwa Hakim Mahkamah Agung tidak hanya mendasarkan pada
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Buku III tentang Perikatan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata terkait dengan jual beli tanah yang merupakan harta gono-gini, tetapi juga
didasarkan pula pada Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan yang menyatakan bahwa “Mengenai harta bersama suami atau isteri dapat
bertindak atas persetujuan kedua belah pihak”. Artinya bahwa penerapan metode
dengan tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh suami atau isteri mengenai harta
bersama (dalam kasus ini adalah perjanjian jual beli tanah oleh suami) yang secara umum
perjanjian itu sendiri diatur dalam Buku III dengan Judul Perikatan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, itu harus berdasarkan persetujuan kedua belah pihak (suami dan isteri)
yang secara khusus diatur dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan.