PENDAHULUAN
E. Prognostik Teoritik
Empat puluh empat kasus dengan sindrom Down hidup sampai 60 tahun,
dan 14% sampai umur 68 tahun. Berbagai faktor berpengaruh terhadap harapan
hidup penderita sindrom Down; yang terpenting adalah tingginya angka kejadian
penyakit jantung bawaan yang mengakibatkan 80% kematian, terutama pada 1
tahun pertama kehidupan. Keadaan lain yang lebih sedikit pengaruhnya terhadap
harapan hidup adalah meningkatkannya kejadian leukimia, yakni sekitar 15 kali
dari populasi normal. Timbulnya Alzheimer yang lebih dini pada kasus ini akan
menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun. Anak dengan Sindrom Down
juga rentan terhadap infeksi (Soetjiningsih, 2002).
F. Metode Terapi
1. Metode Drill
a. Sumber
Metode Drill ini diambil dari buku Language Disorder from Infancy
through Adolescene oleh Paul, 2001.
b. Dasar Pemikiran
Metode Drill ini menekankan pada proses pengulangan dan prompt.
Apabila klien belum merespon dengan benar, maka terapis akan
melakukan pengulangan dan memberitahukan bagaimana cara merespon
dengan benar. Apabila klien mulai mampu merespon dengan benar,
terapis harus memberikan pujian atau hadiah.
c. Tujuan
Tujuan dari metode Drill adalah agar target yang menjadi materi terapi
oleh terapis dapat berjalan secara bertahap sehingga dapat meningkatkan
jumlah materi yang harus direspon dengan benar untuk mendapatkan
penguatan atau konsistensinya.
d. Langkah-langkah
Terapis mengintruksikan kepada klien tentang stimulus pelatihan dan
respon apa yang diharapkan oleh klinisi, seperti kata atau frase yang akan
diulang. Semua petunjuk pelatihan direncanakan dan dikendalikan oleh
klinisi. Klinisi akan melakukan pengulangan dan prompt dengan cara
meniru. Klien menirukan apa yang diucapkan oleh klinisi memberikan
contoh respon yang benar. Prompt yang digunakan secara bertahap akan
dihilangkan pada waktu yang ditentukan oleh klinisi. Jika respon klien
sesuai dengan yang diharapkan oleh klinisi, klien diperkuat dengan
pujian lisan atau dengan benda nyata, misalnya makanan atau mainan.
Bisa juga dengan motivasi lain, dengan cara memberikan kesempatan
pada klien untuk mewarnai sebuah gambar, jika respon klien mulai kuat
(konsisten).
2. Phonetic Placement
a. Sumber
Metode ini dikembangkan oleh Scripture (1923) dan Jackson (1927)
diambil dalam buku Clinical Management of Articulatory and
Phonologic Disorder karangan Weiss, E. C. & Brannan, M. E. G. (1987).
b. Dasar Pemikiran
Dasar pemikiran: menurut Scripture (1923) untuk dapat menggerakan
alat wicara secara benar, seseorang harus merasakan gerakan-gerakan
dan mendengarkan bunyi selagi memproduksi. Seseorang yang
mempunyai penyimpangan artikulasi harus mengembangkan
kemampuan menempatkan artikulator-artikulator tersebut pada posisi
apa saja yang diperlukan untuk tujuan bicara.
c. Tujuan
Tujuan dari metode ini adalah untuk mengajarkan latihan bicara yang
umum untuk melakukan dan menempatkan artikulator yang spesifik
guna memproduksi macam-macam bunyi wicara. Secara implisit tujuan
dari metode ini ialah memperbaiki bunyi-bunyi artikulasi. Dimana
dengan memproduksi bunyi secara satuan selanjutnya dikembangkan
menjadi suku kata, kalimat, dan persiapan untuk dialog (Sommes &
Kane, 1974, KPHA, Dispraksia, 2002)
d. Langkah-langkah
1) Tongue spatel untuk memanipulasi (menggerakan) atau menahan
artikulator pada tempatnya.