Definisi
Infeksi kronis pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (jenis
human) atau Mycobacterium atipik.
Kriteria Diagnostik
Klinis
Gambaran klinis yang paling sering terjadi:
1. Skrofuloderma
Merupakan infeksi mikobakterium (M. Tuberculosis atau M. Bovis atau M.
Atypic) pada kulit akibat penjalaran langsung organ di bawah kulit yang telah
terkena tuberkulosis, tersering berasal dari KGB, tulang atau sendi.
Predileksi adalah tempat yang banyak kelenjar getah bening: leher, ketiak,
paling jarang lipat paha, kadang ketiganya diserang sekaligus.
Mulai sebagai limfadenitis, mula-mula beberapa kelenjar, kemudian makin
banyak dan berkonfluensi.
Terdapat periadenitis, menyebabkan perlekatan dengan jaringan
sekitarnya.
Kelenjar mengalami perlunakan tidak serentak hingga konsistensi
bermacam-macam: keras, kenyal, dan lunak (abses dingin).
Abses akan memecah membentuk fistel yang kemudian menjadi ulkus khas:
bentuk memanjang dan tidak teratur, sekitarnya livid, dinding bergaung,
jaringan granulasi tertutup pus seropurulen atau kaseosa yang mengandung
M. tuberculosis.
Ulkus dapat sembuh spontan menjadi sikatriks/parut memanjang dan tidak
teratur (cord like cicatrices), dapat ditemukan jembatan kulit (skin bridge) di
atas sikatrik.
2. Tuberkulosis kutis verukosa
Merupakan infeksi M. tuberculosis, yang terjadi akibat inokulasi langsung ke
kulit.
Tempat predileksi: tungkai bawah dan kaki, bokong, tempat yang sering
terkena trauma.
Lesi biasanya berbentuk bulan sabit akibat penjalaran serpiginosa.
Terdiri atas ”wart like” papul/plak dengan halo violaseous di atas kulit
eritematosa. Pada bagian yang cekung terdapat sikatriks.
3. Lupus vulgaris
Merupakan infeksi M. tuberculosis yang disebarkan secara hematogen,
limfogen atau penjalaran langsung dari fokus tuberkulosis ekstrakutan
(endogen maupun eksogen).
Tempat predileksi: muka, badan, ekstremitas, bokong.
Kelompok papul/nodus merah yang berubah warna menjadi kuning pada
penekanan (apple jelly colour).
Bila nodus berkonfluensi terbentuk plak, bersifat destruktif, sering terjadiulkus.
Pada involusi terjadi sikatriks.
Diagnosis Banding
Lupus vulgaris:
1. Morbus Hansen
2. Granuloma fasiale
3. Sarkoidosis
4. Kromomikosis
Skrofuloderma:
1. Hidradenitis supurativa
2. Limfogranuloma venereum
3. Limfadenitis lain
4. Limfoma
Pemeriksaan Penunjang
Utama:
1. Pemeriksaan histopatologi jaringan kulit (biopsi kulit)
2. Pemeriksaan bakteriologik: identifikasi mikobakterium melalui pewarnaan Ziehl
Nielsen, kultur dan PCR dari dasar ulkus atau jaringan kulit.
Tambahan:
1. Pemeriksaan darah tepi dan LED yang meningkat
2. Tes tuberkulin: PPD-5TU hasil positif >10 mm.
Skrofuloderma
Pemeriksaan darah tepi: LED meningkat
Pemeriksaan tuberkulin: PPD-5TU positif kuat
Pemeriksaan bekteriologik: BTA, PCR, atau kultur (hasilnya baru selesai lebih
kurang delapan minggu)
Histopatologis bagian tengah lesi tampak nekrosis masif dan gambaran tepi
abses/dermis terdiri atas granuloma tuberkuloid
Lupus vulgaris
Pemeriksaan darah tepi: LED meningkat
Pemeriksaan tuberkulin: PPD-5TU positif kuat
Pemeriksaan bekteriologik: BTA, PCR, atau kultur (hasilnya baru selesai lebih
kurang delapan minggu)
Histopatologis: granuloma tuberkuloid berupa sel epiteloid, sel datia Langhans,
dan sebukan limfosit. Dijumpai juga BTA.
III. Penatalaksanaan
1. Topikal: pada bentuk ulkus: kompres dengan larutan antiseptik (povidon iodin
1%)
2. Sistemik
Rekomendasi WHO (1993) dengan directly observed treatment, short term
(DOTS) strategy yang menjadi pedoman terapi di seluruh dunia (2006).
Tahap lanjut
Tahap lanjut diberikan hingga 2 bulan setelah lesi kulit menyembuh.
Durasi total pengobatan (tahap intensif + tahap lanjutan) minimal 1 tahun.
Dosis lepasan:
o INH: dewasa 5 mg/kgBB/hari, anak 10 mg/kgBB/hari (maksimal 300
mg/hari), oral, dosis tunggal, dan
o Rifampisin: 10 mg/kgBB/hari, anak 10-20 mg/kgBB/hari (maksimal
600 mg/hari), oral, dosis tunggal pada saat lambung kosong
Dosis FDC R 150 mg, H 150 mg (dosis lihat halaman 156)
Kriteria penyembuhan
Skrofuloderma:
Fistel dan ulkus menutup
Kelenjar getah bening mengecil, berdiameter kurang dari 1 cm, dan konsistensi
keras
Sikatriks eritematosa menjadi tidak merah lagi
Laju endap darah menurun dan normal kembali.
Tuberkulosis kutis verukosa:
Tidak dijumpai lesi serpiginosa
Dijumpai sikatriks tidak eritematosa
Laju endap darah menurun dan normal kembali.
Lupus vulgaris:
Ulkus menutup
Dijumpai sikatriks tidak eritematosa
Laju endap darah menurun dan normal kembali.
IV. Edukasi
1. Keteraturan minum obat
2. Melakukan pemantauan respons pengobatan (perbaikan lesi kulit)
V. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam, kecuali pada lupus vulgaris karena dapat
meninggalkan jaringan parut
Quo ad sanactionam : bonam