Anda di halaman 1dari 7

AUDIT MANAJEMEN

PERTANYAAN DAN JAWABAN HASIL DISKUSI KELOMPOK IV

AUDIT SOSIAL

DOSEN PENGAMPU :

NETTY HERAWATY, SE.,MSI.,AK.,CA

DI SUSUN OLEH :

MUGHNI RUSTIADI (C1C016009)

KARNI S SIHOMBING ( C1C016036 )

DWI NUR ADDINI ( C1C016039 )

PUTRI CHRISMA HIDAYAH( C1C016084 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2018
PERTANYAAN DAN JAWABAN HASIL DISKUSI KELOMPOK IV

1. Pertanyaan: kelompok 3, Khairunnisa (C1C016076)


Apakah dampak bagi perusahaan jika audit sosialnya tidak berjalan dengan baik?
Jawab:
Dampaknya antara lain:
1) Biaya. Biaya yang dikeluarkan selama proses audit menjadi sia-sia karena ternyata proses
audit berjalan tidak sesuai harapan.
2) Waktu. Waktu terbuang percuma karena tidak berjalan sesuai harapan.
3) Perusahaan mengaudit tanggung jawab sosial perusahaan agar mengetahui apakah
program yang dilaksanakan sudah berjalan dengan baik dan benar bermanfaat bagi para
stakeholder namun jika audit nya buruk maka hasil yang diharapkan menjadi tidak jelas.

2. Pertanyaan: kelompok 1, Rima Abapela Suherman (C1C016001)


Pendekatan apa yang dilakukan dalam audit sosial?
Jawab:
1) Multi-perspective, bahwa opini yang didapat harus berasal dari berbagai sumber yang
luas (keseluruhan stakeholders) baik yang mempengaruhi maupun yang dipengaruhi
atau terkena dampak organisasi/lembaga.
2) Comprehensive, bahwa laporan yang dihasilkan harus meliputi seluruh aspek dan
aktivitas lembaga tersebut.
3) Comparative, bahwa organisasi pelayanan masyarakat harus selalu meningkatkan
pelayanan dengan mengadakan perbandingan performance lembaga dengan organisasi
lain dari waktu ke waktu.
4) Regular, yakni diupayakan berjalan setiap tahun dan bukan one-off exercise, bertujuan
menghasilkan social account berdasar pada konsep dan pelaksanaan melekat sebagai
budaya organisasi/lembaga tersebut.
5) Verified, bahwa laporan pelaksanaan kegiatan (social account) harus dilihat orang luar
(independent person) untuk menjamin bahwa social account diaudit oleh seseorang
yang tidak memiliki ketertarikan pribadi terhadap lembaga tersebut.
6) Disclosed, bahwa pelaksanaan audit sosial memiliki ruang lingkup yang luas untuk
menjamin keterbukaan terhadap stakeholders komunitas yang lebih luas dan memiliki
perhatian pada akuntabilitas dan transparansi.

3. Pertanyaan : kelompok 6, Zakhwan Kurnia (C1C016037)


Apa indicator dalam audit social dan apa tolak ukur dalam audit social?
Jawab :
Saat melakukan audit social kita harus menentukan langkah-langkah dalam audit social,
yaitu kita harus menentukan indicator- indikator dalam audit social yang akan kita
lakukan. Karena indicator itu merupakan tolak ukur hasil kinerja atau pencapaian atas
kegiatan. Berikut indikator audit sosial yang dapat dijadikan referensi dalam melakukan
audit sosial menurut Muljono. et. al. (2007) dibagi menjadi 4 kriteria yang dianggap
paling berpengaruh dalam kinerja:
1) Administrasi kegiatan, yang mencakup tiga indikator yakni:
 Administrasi perencanaan kegiatan
 Administrasi pelaksanaan kegiatan
 Administrasi pelaporan
2) Pelaksanaan kegiatan, yang mencakup sembilan indikator yakni:
 Koordinasi antar pihak terkait dalam pelaksanaan kegiatan
 Pendanaan kegiatan
 Partisipasi peserta dalam kegiatan
 Sistem monitoring dan evaluasi kegiatan
 Penjadwalan kegiatan
 Rekruitmen
 Sosialisasi
 Training
 Dukungan fasilitas
3) Hasil kegiatan, yang mencakup tujuh indikator yakni:
 Tingkat ketercapaian hasil
 Manfaat kegiatan bagi sasaran
 Tingkat kepuasan penerimaan program
 Persepsi masyarakat terhadap kegiatan
 Persepsi penyelenggaraan kegiatan
 Persepsi penyelenggaraan kegiatan
 Permasalahan yang muncul akibat penyelenggaraan kegiatan
4) Dampak kegiatan, yang mencangkup lima indikator yakni:
 Kemandirian
 Percaya diri
 Gaya hidup
 Jaringan Sosial
 Peningkatan ekonomi
Dalam keperluan mengenai indikator-indikator diatas, maka untuk
pengungkapannya pada laporan audit nantinya disertakan penjabaran. Penjabaran harus
sesuai dengan keadaan yang terjadi pada saat proses pengamatan pengauditan sosial atas
CSR. Indikator-indikator diatas dapat dijadikan sebagai tolak ukur ketercapaian
pelaksansaan audit sosial atas CSR.
4. Pertanyan : kelompok , Suciliya Agsuwaliza (C1C016089)
Apakah audit social sama dengan audit lingkungan?
Jawab :
Audit lingkungan itu bagian dari audit social. Yang dimana audit sosial
merupakan salah satu bidang dalam ilmu sosial terapan yang penting dalam
pembangunan, terutama untuk memberdayakan masyarakat. Proses audit sosial
menyediakan alat yang dapat digunakan oleh organisasi untuk menjamin ketepatan
mencapai tujuan sosial. Dengan kata lain audit bukanlah tujuan melainkan suatu
instrumen untuk mencapai tujuan yaitu mencari nilai manfaat (goal oriented process). Ini
merupakan cara akurat untuk menggambarkan apa yang telah dicapai oleh suatu lembaga.
juga dapat menuntun organisasi untuk menjelaskan mengapa, siapa dan apa (kebijakan
maupun tindakan) yang dilakukan oleh lembaga. Pelaksanaan audit sosial selalu
melibatkan stakeholders agar proses demokrasi terwujud dan untuk meningkatkan
akuntabilitas lembaga. Sedangkan Audit lingkungan adalah suatu alat manajemen yang
meliputi evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang
bagaimana suatu kinerja organisasi sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan
menfasilitasi kontrol manajemen terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak
lingkungan dan pengkajian pemanfaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap
peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan. Dan juga audit
lingkungan mungkin mengatasi emisi polusi, sumber daya yang digunakan, atau satwa
liar rusak atau didirikan kembali. Audit lingkungan merupakan pengujian yang sistematis
dariinteraksi antara setiap operasi usaha dengan keadaan sekitarnya
Sedangkan Audit sosial dianggap dapat mencakup kondisi pekerja atau investasi
masyarakat.Audit sosial pada dasarnya adalah sebuah metode untuk mengetahui keadaan
sosial suatu bentuk organisasi, keadaan perwujudan dari tingkah laku anggata – anggota
suatu organisasi atau perusahaan berkaitan dengan aturan yang diterapkan oleh organisasi
yang bersangkutan.
5. Pertanyaan: Kelompok 5, Panca Nanda (C1C016066)
Dalam kondisi yang bagaimana audit social harus dilakukan ?
Jawab:
Audit social dilakukan dalam kondisi ketika suatu perusahaan perlu atau
membutuhkan untuk melakukan audit social itu sendiri. Institusi dan organisasi sosial
dalam mengadakan audit sosial, biasanya didasarkan pada beberapa alasan, antara lain:
 Keinginan membentuk community enterprise yang menyediakan pelayanan masyarakat
sehingga perlu menetapkan performance seperti apa yang diinginkan.
 Dapat menguji opini orang lain sehingga dapat membantu perencanaan selanjutnya.
 Dapat memberikan data kualitatif dan kuantitatif untuk menuntun organisasi sehingga
memberikan performance terbaik.
 Memberikan gambaran obyektif kegiatan yang dilakukan lembaga dan memaparkan
keunikan dan keberhasilan lembaga tersebut sebagai bukti pertanggungjawaban kepada
lembaga donor maupun kepada masyarakat sebagai penerima manfaat program,
keinginan untuk menerapkan nilai sebagai agent of change di dalam masyarakat serta
mencari ide atau cara baru.
6. Pertanyaan: Kelompok 7, Aspihani Ahyat (C1C016081)
Kebudayaan bagaimanakah yang ideal bagi suatu perusahaan?
Jawab:
Produktivitas karyawan ditentukan oleh keberhasilan budaya organisasi
perusahaan (corporate culture) yang dimilikinya. Keberhasilan mengelola organisasi
tidak lagi hanya ditentukan oleh keberhasilan prinsip-prinsip manajemen seperti
planning, organizing, leading, controlling; akan tetapi ada faktor lain yang lebih
menentukan keberhasilan perusahaan mencapai tujuannya. Faktor tersebut adalah budaya
organisasi perusahaan (corporate culture). Budaya organisasi perusahaan dapat
membantu penerapan manajemen dengan baik.
Budaya perusahaan secara realistis mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.
Kesadaran pemimpin perusahaan ataupun karyawan terhadap pengaruh budaya organisasi
perusahaan dapat memberikan semangat yang kuat untuk mempertahankan, memelihara,
dan mengembangkan budaya organisasi perusahaan tersebut yang merupakan daya
dorong yang kuat untuk kemajuan organisasi perusahaan. Budaya organisasi perusahaan
(corporate culture) yang kuat akan menumbuh kembangkan rasa tanggung jawab yang
besar dalam diri karyawan sehingga mampu memotivasi untuk menampilkan kinerja yang
paling memuaskan, mencapai tujuan yang lebih baik, dan pada gilirannya akan
memotivasi seluruh anggotanya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
Kondisi kerja yang kondusif dan produktif, hanya bisa tercapai bila pimpinan
dapat melakukan beberapa hal sebagai berikut, bila:
1. Pimpinan telah berhasil membuat seluruh karyawan memahami benar Visi, Misi,
Sasaran Kerja, Program Kerja perusahaan.
2. Pimpinan mengaplikasikan segala peraturan dan kebijakan secara adil, terbuka tanpa
ada perbedaan, jujur dan konsisten.
3. Seluruh karyawan telah memperoleh penugasan dan delegasi yang jelas atau spesifik
tidak tumpang tindih dan dengan accountability yang jelas. Setiap karyawan
memperoleh kewenangan (Empowerment) yang cukup dan memperoleh evaluasi
secara fair oleh atasannya.
4. Pimpinan memberikan contoh dan bertindak sebagai ‘role model’ yang dapat
membangkitkan kebanggan karyawan. Dan bila pimpinan mengaplikasikan
leadership yang ethical.
5. Karyawan merasa nyaman bekerja, karena perlu di’ back up’ dengan baik oleh
atasannya dan mendapat dukungan/ bantuan pada saat diperlukan.
6. Proses bisnis dilakukan dengan efisien dan efektif tanpa birokrasi yang berlebihan.
7. Pimpinan berhasil mencipatakan budaya kerja yang sesuai dengan visi dan misi
perusahaan, dimana sikap dan perilaku karyawan dapat sejalan dengan sasaran
perusahaan dan ,menjadi salah satu faktor kekuatan pada ‘SWOT’ perusahaan.
8. Sangat penting bagi perusahaan untuk menciptakan kondisi kerja yang kondusif, agar
dapat mencapai kinerja yang maksimal dan produktif. Kondisi yang kondusif hanya
dapat terjadi, bila kondisi kerja dalam perusahaan harmonis, yang dapat menimbulkan
sinergi kerja dan produktivitas yang tinggi. Sebaliknya bila organisasi atau
perusahaan dengan kondisi kerja tidak harmonis tidak akan dapat tercipta kondisi
kerja yang kondusif.

Anda mungkin juga menyukai