Anda di halaman 1dari 7

Soal Latihan 5 Manajemen Keuangan-EKMO5205.

02

Nama : SETIADI SARAGI

NIM : 530016259

Soal Latihan 5
1. Sebutkan asumsi yang digunakan dalam penerapan model Modigliani dan Miller.
Proposisi M&M I terdiri dari:
a) dunia tanpa pajak (no-tax case)
Dalam proposisi ini diasumsikan bahwa keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada
pemberlakuan pajak sehingga nilai perusahaan yang menggunakan utang (VL) dengan
perusahaan yang tidak menggunakan utang (VU) menjadi sama.

b) dunia dengan pajak (tax case)


Proposisi ini mengasumsikan bahwa pasar modal sempurna dan diberlakukan pajak.
Implikasinya adalah penggunaan utang dalam struktur modal menjadi sangat
menguntungkan karena adanya tax shield. Sehingga nilai perusahaan yang
menggunakan utang (VL) lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak menggunakan
utang (VU).

Proposisi M&M I ini memiliki kelemahan yang terletak pada asumsi dasar proposisi itu
sendiri yaitu asumsi yang menyatakan bahwa tingkat utang tidak berhubungan dengan
aliran kas (cash flow) perusahaan. Kelemahan ini disadari oleh Modigliani Miller,
sehingga Modigliani-Miller menyebutkan bahwa asumsi pasar yang efisien merupakan
dasar dari proposisi tersebut.

Proposisi Modigliani-Miller II (M&M II)


Dalam proposisi ini disebutkan bahwa nilai harapan dari tingkat pengembalian hasil
terhadap modal (return on equity/ROE) akan bertambah seiring dengan meningkatnya
rasio antara utang terhadap modal (debt to equity ratio/DER). Kenaikan ekspektasi ROE
ini akibat dari meningkatnya risiko financial karena penambahan utang atau kenaikan
DER. Proposisi M&M II terdiri dari:
a) dunia tanpa pajak (no-tax case)

Implikasi dari proposisi M&M II dunia tanpa pajak adalah (Brigham dan Gapenski 2000,
366):
 biaya ekuitas akan semakin meningkat seiring dengan penambahan jumlah
utang yang digunakan dalam pembiayaan perusahaan
 dalam dunia tanpa pajak, struktur modal perusahaan tidak akan mempengaruhi
nilai perusahaan serta WACC

b) dunia dengan pajak (tax case)
Perusahaan semakin banyak menggunakan utang sehingga biaya ekuitas semakin
bertambah seiring dengan semakin menurunnya WACC.
Modigliani dan Miller (1958) mengemukakan bahwa teori MM didasarkan pada asumsi-
asumsi penting, yaitu:
 tidak ada personal taxes dan corporate taxes.
 risiko bisnis dapat dihitung dengan menggunakan σEBIT, dan perusahaan yang
memiliki tingkat risiko bisnis yang sama dikatakan berada dalam homogeneous
risk class.
 semua investor memiliki perkiraan yang sama terhadap EBIT perusahaan yang
akan datang. Investor memiliki homogenous expectation, artinya investor
memiliki harapan yang sama terhadap penghasilan perusahaan yang akan
datang dan risiko dari penghasilan tersebut. Hal ini menunjukkan adanya
symmetric information, dimana manajer dan investor memiliki informasi yang
sama mengenai kualitas perusahaan.
 perdagangan saham dan obligasi dilakukan pada perfect capital market (pasar
modal sempurna). Asumsi ini menunjukkan bahwa:
a) tidak ada brokerage cost.
b) investor dapat meminjam pada tingkat bunga yang sama dengan
perusahaan.
 utang perusahaan dan investor tidak memiliki risiko (riskless), jadi tingkat bunga
pada semua utang tersebut adalah risk free rate. Hal ini mempengaruhi kelalaian
investor dan perusahaan terhadap berapa besar utang yang dimiliki.
 semua arus kas adalah perpetuities atau selamanya. Artinya perusahaan
diharapkan berada pada tingkat pertumbuhan nol dan EBIT yang diharapkan
tetap. Diharapkan tetap artinya investor mengharapkan EBIT yang tetap, tetapi
kenyataannya berbeda dari yang diharapkan.

Teori Modigliani-Miller (MM) ini tidak relevan dengan realita yang sesungguhnya
terhadap struktur modal karena tidak menyertakan corporate tax atau personal tax yang
ada dalam perusahaan.

2. Sebutkan kelemahan pendekatan model Modigliani dan Miller.


 Teori MM Tanpa Pajak
Asumsi tersebut dikritik. Hampir semua asumsinya: sulit ditemui. Di dunia nyata.
Terutama asumsi ini: tidak ada pajak. Pajak diabaikan. Dalam perhitungan.
Hampir semua negara di dunia: terdapat pajak. Apalagi pajak yang berkaitan
dengan laba perusahaan. Hampir pasti ada.

Memang ada beberapa negara yang bebas pajak. Umumnya negara negara
kecil. Kecil sekali. "tidak ada" dalam peta. Penduduknya sedikit. Itupun
jumlahnya sedikit sekali. Hanya ada beberapa. Contohnya ini: Cayman Islands.

Memang ada negara negara kaya. Yang juga bebas pajak. Tapi juga tidak
banyak. Seperti swiss, dan negara negara minyak. Seperti Bahrain, Yaman,
Qatar. Tapi yang bebas pajak adalah penghasilan rakyatnya. Pajak korporasi:
tetap ada.

 Teori Struktur Modal MM dengan Pajak


Teori MM pertama yang mengabaikan pajak: dikritik.
Teori MM yang memperhitungkan pajak: dikritik
Yang dikritik adalah ini: mengabaikan risiko hutang. Ini kelemahannya.
MM tidak memperhatikan bahwa ada risiko disetiap hutang: risiko gagal bayar.
MM menyarankan: perbanyak utang. Agar nilai perusahaan meningkat. Tanpa
melihat bahwa: ada risiko pada utang.
Semakin besar utang: semakin besar risiko.
Semakin besar risiko: nilai perusahaan semakin turun. Begitu kira kira maksud
dari para pengkritik.
Bahwa: utang ada batasannya. Di titik tertentu. Ini yang tidak diperhatikan oleh
MM.
Jadi asumsi yang dipakai MM tidak relevan. Dengan kondisi yang ada. Bisa
dipakai: hanya dinegara negara tertentu. Yang jumlahnya 1-2 saja.

3. Sebutkan beberapa hal mengenai Pecking Order yang Anda ketahui.


Teori pecking order ditemukan oleh Donaldson pada tahun 1984 yang kemudian
disempurnakan oleh Myers dan Majluf. Teori pecking order menyatakan bahwa
perusahaan cenderung mencari sumber pendanaan yang minim risiko.

Pecking order theory menggambarkan sebuah tingkatan dalam pencarian dana


perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan internal
equity dalam membiayai investasi dan mengimplementasikannya sebagai peluang
pertumbuhan. Theory pecking order menyatakan bahwa perusahaan lebih suka
pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal, utang yang aman dibandingkan
utang yang berisiko serta yang terakhir adalah saham biasa (Myers & majluf, 1984
dalam Sugiarto 2009). Teori pecking order yang dibangun berdasarkan beberapa
asumsi menekankan pada pentingnya financial slack yang cukup di perusahaan guna
mendanai proyek-proyek bagus dengan dana internal. Internal equity diperoleh dari laba
ditahan dan depresiasi atau amortisasi. Utang diperoleh dari pinjaman kreditur, sedang
eksternal equity di peroleh karena perusahaan menerbitkan saham baru.

Manajamen perusahaan diasumsikan sudah memutuskan berapa banyak laba


perusahaan yang diinvestasikan kembali dan memilih bauran utang-modalnya untuk
mendanai investasi ini, keputusan untuk membayar dividen yang lebih besar berarti
secara simultan memutuskan untuk menahan sedikit laba dan akan menghasilkan
ketergantungan yang lebih besar pada pendanaan eksternal. Sebaliknya dengan
investasi dan keputusan pendanaan perusahaan pembayaran dividen yang kecil akan
berarti penahana laba yang tinggi dengan lebih sedikit kebutuhan dana modal yang
dihasilkan dari luar. Keputusan dividen perusahaan memiliki dampak yang langsung
pada pendanaan perusahaan. Jika pembayaran dividen meningkat dan pendanaan
untuk mendanai investasi secara internal berkurang, maka akan berakibat modal
tambahan akan dibutuhkan sehingga perusahaan harus menerbitkan saham biasa atau
mengubah komposisi utangnya.
The pecking order theory menekankan permasalahan informasi asimetri. Perusahaan
yang memiliki finacial slack yang cukup tidak perlu menerbitkan risky debt atau saham
untuk mendanai proyek-proyek barunya sehingga masalah informasi tidak akan muncul.
Perusahaan akan dapat menerima seluruh proyek bagus tanpa harus merugikan
pemegang saham lama. Teori ini merupakan penjelas perilaku perusahaan yang
menahan sebagian laba dan membuat cadangan kas dalam jumlah yang cukup besar.

4. Sebutkan faktor yang diperhatikan dalam penentuan struktur modal.


Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi Struktur Modal antara lain.
a) Struktur Aktiva (Tangibility)
Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam
dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal
permanen yaitu modal sendiri, sedangkan utang bersifat pelengkap. Perusahaan
yang semakin besar aktivanya dan terdiri dari aktiva lancar akan cenderung
mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang. Hal ini menunjukkan
adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan.

b) Growth Opportunity
Kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang
menguntungkan. Teori agensi menggambarkan hubungan yang negatif antara
growth opportunity dan leverage. Di mana, perusahaan dengan tingkat leverage
yang tinggi cenderung akan melewatkan kesempatan dalam berinvestasi pada
kesempatan investasi yang menguntungkan.

c) Ukuran Perusahaan (Firm Size)


Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak
dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam
menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan
sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu
perusahaan, di mana perusahaan dalam ukuran lebih besar dipandang lebih
mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.
d) Profitabilitas
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang
lebih banyak daripada perusahaan dengan profitabilitas rendah. Perusahaan
dengan tingkat pengembalian yang tinggi akan berinvestasi menggunakan utang
yang relatif kecil (Bringham & Houston, 2001). Tingkat pengembalian yang tinggi
memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan
dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan.

e) Risiko Bisnis
Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan
eksternal, sehingga secara teori akan berpengaruh negatif terhadap leverage
perusahaan.

5. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.


Menurut Van Horne dan Wachowicz (2009), terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen, yaitu sebagai berikut:
a. Likuiditas perusahaan
Likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus
dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya
dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu,
semakin kuatnya posisi likuiditas perusahaan maka makin besar kemampuannya
untuk membayar dividen. Hal ini berarti bahwa makin kuat posisi likuiditas suatu
perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana diwaktu-waktu mendatang, maka
makin tinggi rasio pembayaran dividennya.

b. Kebutuhan dana untuk membayar hutang


Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan
dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari
pendapatannya untuk keperluan tersebut, hal ini berarti bahwa hanya sebagian
kecil saja dari pendapatan atau earnings yang dapat dibayarkan sebagai dividen,
dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividend payout ratio yang
rendah.
c. Tingkat pertumbuhan perusahaan
Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka makin besar
kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut.
Semakin besar kebutuhan dana waktu mendatang untuk membiayai
pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan
pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang
saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Hal ini berarti bahwa
makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kesempatan
untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang
ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti semakin rendah dividend payout ratio
nya.

d. Peluang ke pasar modal


Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan dengan baik, mempunyai
catatan profitabilitas dan stabilitas data, akan mempunyai peluang besar untuk
masuk ke pasar modal dan bentuk pembiayaan-pembiayaan eksternal lainnya.
Tetapi, perusahaan yang baru atau bersifat coba-coba akan lebih banyak risiko
bagi penanam modal potensial. Kemampuan perusahaan untuk menaikkan
modalnya atau dana pinjaman dari pasar modal akan teratas sehingga
perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai
operasinya. Jadi, perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi
tingkat pembayaran yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru.

e. Pengawasan terhadap perusahaan dana yang berasal


Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya
dengan dana yang berasal dari sumber intern saja. Kebijakan tersebut dijalankan
atas dasar pertimbangan bahwa kalau ekspansinya dibiayai dengan dana yang
berasal dari hasil penjualan saham baru akan melemahkan kontrol dari kelompok
dominan di dalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan
hutang akan memperbesar risiko finansialnya. Mempercatakan pada
pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan kontrol terhadap
perusahaan, berarti mengurangi dividend payout ratio.

Anda mungkin juga menyukai