Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN HASIL DISKUSI BBDM SKENARIO 4

KOMPETENSI DOKTER INDONESIA

BELAJAR BERTOLAK DARI MASALAH

DIAJUKAN SEBAGAI PEMENUHAN TUGAS PADA MODUL 1.1


PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN PROFESIONAL

BBDM KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONERGORO

2016
SKENARIO 4
KOMPETENSI DOKTER INDONESIA
Seorang dokter umum merawat seorang pasien laki-laki 60 tahun di sebuah
rumah sakit umum daerah. Pasien tersebut terdiagnosis Stroke Non Hemoragik
dengan komorbid Hipertensi, Infark miokard, dan Diabetes Mellitus. Dokter
tersebut merawat sendiri pasien tersebut tanpa konsul maupun merujuk ke dokter
Spesialis Saraf dan Penyakit Dalam untuk penanganannya. Selama 4 hari perawatan
dokter tersebut baru 1 kali melakukan visite ke pasien.
Referensi :

1. UU No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit


2. UU No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. UU No. 29 tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
4. Majelis Kehormatan Etika Kedokteran – Pusat Ikatan Dokter Indonesia. Kode
Etik Kedokteran Indonesia.2012.Jakarta.
5. MKEK IDI, 2012. Cahaya Etika dalam Memahami dan Menindaklanjuti
Sangsi Disiplin Profesional dalam Praktik Kedokteran. Jawa Tengah
6. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
7. Standar Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2012

A. Klarifikasi konsep dan term


1. Stroke : penyakit penyumbatan aliran darah di otak sehingga terjadi
kematian di sebagian area otak
2. Hemoragik : pendarahan yang terjadi karena pecah pembuluh darah di
otak
3. Komorbid : kondisi dimana terjadi beberapa penyakit secara
bersamaan, dimana penyakit-penyakit tersebut memiliki keterkaitan
antara satu sama lain
4. Hipertensi : kondisi kronis dimana tekanan darah pada arteri meningkat
5. Infark miokard : kondisi terhentinya aliran darah dari arteri koroner
pada area yang terkena menyebabkan kekurangan O2 lalu sel-sel
jantung menjadi mati.
6. Diabetes mellitus : penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah
yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau
gangguan kerja insulin atau keduanya.
7. Visite : aktivitas seorang dokter yang memeriksa dan mengevaluasi
perkembangan pasien yang dirawat inap.

B. Rumusan masalah
1. Apa jenis pelanggaran yang dilakukan oleh dokter pada kasus tersebut?
2. Bagaimana cara melakukan konsul dan rujukan yang baik dan benar?
3. Apakah dokter telah melakukan pelanggaran bila ia tidak melakukan
visite?
4. Mengapa rumah sakit memperbolehkan dokter umum menangani
pasien stroke? Apakah rumah sakit melanggar aturan?
5. Apa standar praktik dokter umum? Apakah dalam kasus tersebut
termasuk jenis malpraktik?
6. Kasus apa sajakah dapat diterapkan rujukan?
7. Sampai seberapa jauh seorang dokter umum dapat melakukan
perawatan bagi penderita stroke? Dimanakah batasan-batasan yang
mengatur hal tersebut?

C. Analisis masalah
1. Pada kasus tersebut dokter umum telah melakukan pelanggaran
terhadap :
- Hukum, karena dokter secara sengaja tidak memenuhi kewajiban
UUPK Pasal 51 dan dikenakan sanksi administratif
- Etika, karena pada pasal 14 KODEKI tertulis bahwa salah satu
kewajiban seorang dokter adalah melakukan konsul dan rujukan
- Disiplin, karena pada peraturan Konsil Kedokteran Indonesia, bila
seorang dokter melaksanakan praktik tidak sesuai kompetensi, tidak
melakukan tanggung jawab profesi, atau merusak martabat akan
dikenai sanksi pelanggaran disiplin.
2. Pada KODEKI pasal 14, tertulis cara-cara untuk melakukan rujukan
seperti dokter perujuk wajib menuliskan resume medis pasien dalam
amplop tertutup agar teman sejawat tersebut mendapat info yang
memadai. Adapun isi resume medis tersebut adalah :
- identitas pasien
- anamnesis
- diagnosis sementara
- pemeriksaan fisik
- terapi/pengobatan yang telah diberikan
3. Hal tersebut merupakan pelanggaran karena pasien rawat inap
seharusnya mendapatkan visite dokter setiap hari selama masa
perawatannya, untuk memantau perkembangan pasien. Dalam SKDI,
disebutkan area kompetensi seorang dokter untuk menjalin komunikasi
efektif dengan pasien. Komunikasi yang efektif hanya bisa didapat jika
dilakukan dengan durasi dan frekuensi yang cukup dan sesuai
kebutuhan. Visite yang terlalu jarang akan menimbulkan inefektivitas
komunikasi antar dokter-pasien.
4. Menurut UU No. 44 tahun 2009 Pasal 13 ayat 3, disebutkan bahwa
tenaga kesehatan harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan rumah sakit, standar prosedur operasional yang berlaku,
etika profesi, menghormati hak-hak pasien dan mengutamakan
keselamatan pasien. Dari sini, telah diketahui bahwa dokter tadi telah
melanggar standar profesinya sebagai dokter umum dan kode etik
karena tidak melakukan rujukan. Jadi, sudah jelas dalam kasus ini,
entah ada unsur kelalaian atau kesengajaan, rumah sakit telah
melanggar aturan. Untuk alasan mengapa rumah sakit tidak
menghentikan dokter umum untuk tindakan yang melanggar aturan
tadi, bisa saja karena rumah sakit tidak mengetahui tindakan ini, akibat
kurangnya komunikasi interprofesional rumah sakit. Kemungkinan
lainnya adalah tidak ada dokter yang available pada saat pasien tersebut
dirawat, terutama pada bagian spesialis saraf.
5. Standar praktik dokter umum :
- Mendiagnosis penyakit, melakukan perawatan terhadap penyakit
yang bersifat umum (flu, demam)
- Melakukan praktik medisnya dengan profesionalisme sehingga
dokter memiliki kompetensi dan kewenangan sesuai ketentuan
yang berlaku (KODEKI pasal 8)

Dokter terebut telah melakukan malpraktik karena tidak melakukan


tugasnya sesuai standar kompetensi.

6. Rujukan dilakukan saat penyakit pasien diluar kompetensi. Tetapi hal


ini tidak selalu terjadi bila:
- Pasien tidak mau dirujuk
- Pasien dalam keadaan darurat
- Kekurangan tenaga medis yang lebih kompeten
7. UU NO. 29 tahun 2009 pasal 50 menyatakan bahwa dokter atau dokter
gigi mempunyai hak dan kewajiban melakukan profesi sesuai
kompetensinya pada SKDI lampiran 3 terdapat lampiran daftar
penyakit yang dapat diatasi dokter sesuai dengan tingkatan
kemampuannya
1. Mengenali, menjelaskan
2. Merujuk dan mendiagnosis
3. Diagnosis melakukan piñatalaksanaan awal
4. Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan mandiri dan tuntas
Stroke non hemogragik termasuk tingkat kemampuan dalam kategori
3B sehingga dokter umum dapat melakukan diagnosis klinik, terapi
pendahuluan pada keadaan darurat.
D. Skema

KOMPETENSI
DOKTER INDONESIA

Definisi Fungsi Landasan Sanksi

Etika Hukum Disiplin

E. Sasaran belajar
1. Mengetahui makna Kompetensi Dokter Indonesia dan batasan-
batasannya
2. Memahami landasan Kompetensi Dokter Indonesia
3. Mengetahui fungsi Kompetensi Dokter Indonesia
4. Mengetahui sanksi pelanggaran Kompetensi Dokter Indonesia
5. Mengetahui lembaga pengawas Kompetensi Dokter Indonesia

F. Resume
1. Makna Kompetensi Dokter Indonesia
Menurut SK Mendiknas No. 045/U/2002 kompetensi adalah
seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu’
Elemen-elemen kompetensi terdiri dari :
a. Landasan kepribadian
b. Penguasaan ilmu dan keterampilan
c. Kemampuan berkarya
d. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian
berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai
e. Pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan
keahliandalam berkarya.

Pengertian Standar Kompetensi Indonesia


Dengan dikuasainya standar kompetensi oleh seorang profesi dokter,
maka yang bersangkutan akan mampu :
 Mengerjakan tugas atau pekerjaan profesinya
 Mengorganisasikan tugasnya agar pekerjaan tersebut
dapat dilaksanakan
 Segera tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan bilamana
terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula
 Menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan
masalah di bidang profesinya Melaksanakan tugas dengan kondisi
berbeda

Ada 4 tingkatan kemampuan :


 Tingkat Kemampuan 1
Dapat mengenali dan menempatkan gambaran-gambaran klinik
sesuai penyakit ini ketika
membaca literatur. Dalam korespondensi, ia dapat mengenal
gambaran klinik ini, dan tahu
bagaimana mendapatkan informasi lebih lanjut. Level ini
mengindikasikan overview level.
Bila menghadapi pasien dengan gambaran klinik ini dan menduga
penyakitnya, Dokter segera merujuk.
 Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter
(misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray).
Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang
relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya
 Tingkat Kemampuan 3
3a. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaanpemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan
memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus
gawat darurat).
3b. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaanpemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan
memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat
darurat).
 Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter
(misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray).
Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu
secara mandiri hingga tuntas

2. Landasan Kompetensi Dokter Indonesia


a. LANDASAN ETIKA
diatur dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia
KEWAJIBAN UMUM DOKTER
 Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan
profesional secara independen, dan mempertahankan perilaku
profesional dalam ukuran yang tertinggi.
 Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak
boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi.
 Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan
penghormatan atas martabat manusia.
 Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib
memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif ), baik sik maupun psiko-sosial-
kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
sejati masyarakat.
 Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas
sektoral di bidang kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib
saling menghormati.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN


 Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan
seluruh keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien,
yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk
pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.
 Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar
senantiasa dapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya,
termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi
lainnya.
 Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan.

b. LANDASAN HUKUM
 UU NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTEK
KEDOKTERAN
 UU NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT

 UU NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KESEHATAN


c. LANDASAN DISIPLIN
Landasan disiplin kompetensi dokter indonesia diatur dalam Konsil
Kedokteran Indonesia No. 4 tahun 2011 tentang Disiplin Profesional
Dokter dan Dokter Gigi.

3. Fungsi Kompetensi Dokter Indonesia


Berdasarkan area kompetensi dokter indonesia
 Profesionalitas yang Luhur
Agar dokter mampu melaksanakan praktik kedokteran yang
profesional sesuai dengan nilai dan prinsip ketuhanan, moral luhur,
etika, dispilin, hukum dan social budaya.
 Mawas Diri dan Pengembangan Diri
Agar dokter mampu melakukan praktik kedokteran dengan
menyadari keterbatasan, mengatasi masalah personal,
mengembangkan diri, mengikuti penyegaran dan peningkatan
pengetahuan secara berkesinambungan serta mengembangkan
pengetahuan demi keselamatan pasien
 Komunikasi Efektif
Agar dokter mampu menggali dan bertukar informasi
secara verbal dan non verbal dengan pasien pada semua usia,
anggota keluarga, masyarakat, teman sejawat, dan pofesi lain
 Pengelolaan Informasi
Agar dokter mampu memanfaatkan teknologi informasi
komunikasi dan informasi kesehatan dalam praktik kedokteran
 Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
Agar dokter mampu menyelesaikan masalah kesehatan
berdasarkan landasan ilmiah ilmu kedokteran dan kesehatan yang
mutakhir untuk mendapatkan hasil yang optimal
 Keterampilan Klinis
Agar dokter mampu melakukan prosedur klinis yang
berkaitan dengan masalah kesehatan dengan menerapkan prinsip
keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri dan keselamatan
orang lain.
 Pengelolaan Masalah Kesehatan
Agar dokter mampu mengelola masalah kesehatan individu,
maupun masyarakat secara komprehensif, holistik, dan
berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer

Manfaat Standar Kompetensi untuk berbagai pihak

 Kolegium Dokter Spesialis


Sebagai acuan merumuskan kompetensi dokter spesialis
 Program Adaptasi bagi Lulusan Luar Negeri
Sebagai acuan menilai kompetensi dokter lulusan luar negeri
 Institusi Pendidikan
Menghasilkan dokter dengan kesetaraan penguasaan kompetensi
 Orang tua Murid dan Penyandang Dana
Mengetahui secara jelas kompetensi yang akan dikuasai
mahasiswa
 Mahasiswa
Sebagai arahan proses belajar
 Depdiknas dan BAN PT
Dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kriteria pada akreditasi
prodi
 Kolegium Dokter Indonesia
Acuan penyelenggaraan program pengembangan profesi secara
berkelanjutan

4. Sanksi pelanggaran Kompetensi Dokter Indonesia


a. Dalam Bidang Etika
Apa saja pelanggaran kompetensi dokter Indonesia yang termasuk
pelanggaran etika?
o Menarik imbalan jasa yang tidak wajar dari klien / pasien atau
menarik imbalan jasa dari sejawat dokter dan dokter gigi beserta
keluarga kandungnya.
o Mengambil alih pasien tanpa persetujuan sejawatnya.
o Memuji diri sendiri di depan pasien, keluarga atau masyarakat.
o Pelayanan kedokteran yang diskriminatif.
o Kolusi dengan perusahaan farmasi atau apotik.
o Tidak pernah mengikuti pendidikan kedokteran
berkesinambungan (P2KB)
o Dokter mengabaikan kesehatannya sendiri.
o Perilaku dokter tersebut di atas tidak dapat dituntut secara hukum
tetapi perlu mendapat nasihat / teguran dari organisasi profesi
atau atasannya.

Apa itu pelanggaran etikolegal?


Pelanggaran di mana tidak hanya bertentangan dengan butir-butir
LSDI dan/atau KODEKI, tetapi juga berhadapan dengan undang-
undang hukum pidana atau perdata (KUHP/KUHAP).
o Pelayanan kedokteran di bawah standar (malpraktek)
o Menerbitkan surat keterangan palsu.
o Membocorkan rahasia pekerjaan / jabatan dokter.
o Pelecehan seksual.

Apa saja sanksinya?


Sanksi Pelanggaran Kode Etik Profesi:
a. Sanksi moral
b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi
MKDKI merupakan lembaga yang akan memeriksa pelanggaran
etik atau disiplin. Jika merupakan pelanggaran etik, akan diserahkan
kepada MKEK atau MKEKG
b. Dalam Bidang Hukum
Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan diatur mengenai
sanksi terhadap pelanggaran kompetensi kedokteran Indonesia yang
terdapat dalam pasal 54 yang berbunyi demikian :
• Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau
kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan
disiplin.
• Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 ditentukan oleh Majlis disiplin tenaga
kesehatan
Dalam UU No. 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran terdapat
pasal yang mengatur mengenai kompetensi dokter Indonesia, yaitu
pasal 51 huruf a yang berbunyi :
“Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai kewajiban : memberikan pelayanan medis sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan
medis pasien”
Sanksi terhadap pelanggaran kompetensi dokter Indonesia yang
terdapat dalam pasal 51 huruf a, diatur dalam pasal 79 huruf c yang
berbunyi :
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau
denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap
dokter atau dokter gigi yang : dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, atau huruf e.

c. Dalam Bidang Disiplin


Menurut Undang-undang nomor 29 tahun 2004 pasal 69 ayat 3 yang
tertera di dalam keputusan KKI mengenai tata kerja MKDKI dan
MKDKI-P:
 Pemberian peringatan tertulis
 Rekomendasi pencabutan STR dan SIP
 Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi
pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi

5. Lembaga pengawas Kompetensi Dokter Indonesia


a. MKDKI
Menurut Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
No.15/KKI/PER/VIII/2006 pasal 1 ayat (4) dan ayat (5) :
• MKDKI adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan ada
tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam
penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi dan
menetapkan sanksi
• Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia di tingkat
provinsi disebut MKDKI-P
• MKDKI-P adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan ada
tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam
penerapan ilmu kedokteran dan kedokteran gigi di wilayah provinsi
dan menetapkan sanksi

Tugas MKDKI:
• menerima pengaduan, memeriksa dan memutuskan kasus
pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang diajukan
• menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran
disiplin dokter dan dokter gigi
• Tugas MKDKI-P adalah menerima pengaduan, memeriksa dan
memutuskan ada tidaknya kasus pelanggaran disiplin kedokteran
dan kedokteran gigi dan menentukan sanksi yang diajukan di
provinsi.

Wewenang MKDKI pada pasal 5 ayat 1:

Kepengurusan dan Keanggotaan MKDKI :


• Pasal 11
(1) Pimpinan MKDKI terdiri atas seorang ketua, seorang wakil
ketua dan seorang sekretaris
(2) Pimpinan MKDKI dipilih dan ditetapkan rapat pleno anggota
dan ditetapkan oleh ketua KKI
• Pasal 13 ayat (1)
– Keanggotaan MKDKI terdiri atas:
– 3 orang dokter dan 3 orang dokter gigi dari organisasi profesi
masing-masing
– seorang dokter dan dokter gigi mewakili asosiasi rumah sakit,
dan
– 3 orang sarjana hukum

b. MKEK
(MAJELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTERAN)
Menurut Pedoman Tata Laksana Kerja Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran

Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) ialah salah satu


badan otonom Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang dibentuk secara
khusus di tingkat Pusat, Wilayah dan Cabang untuk menjalankan
tugas kemahkamahan profesi, pembinaan etika profesi dan atau tugas
kelembagaan dan ad hoc lainnya dalam tingkatannya masing-
masing.

Yurisdiksi MKEK adalah kewenangan MKEK untuk meneliti,


menyidangkan pengaduan dan menjatuhkan sanksi etik bagi dokter
yang diadukan sesuai dengan lokasi/tempat terjadinya kasus atau
wilayah terdekat terjadinya kasus.

TUGAS DAN WEWENANG MKEK


• Melaksanakan isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
serta semua keputusan yang ditetapkan muktamar.
• Melakukan tugas bimbingan, pengawasan dan penilaian dalam
pelaksanaan etik kedokteran, termasuk perbuatan anggota yang
melanggar kehormatan dan tradisi luhur kedokteran.
• Memperjuangkan agar etik kedokteran dapat ditegakkan di
Indonesia.
• Memberikan usul dan saran yang diminta atau tidak diminta
kepada pengurus besar, pengurus wilayah, pengurus cabang,
serta kepada Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia.
• Membina hubungan baik dengan majelis atau instansi yang
berhubungan dengan etik profesi, baik pemerintah maupun
organisasi profesi lain.
• Bertanggung jawab kepada muktamar, musyawarah wilayah dan
musyawarah cabang.

Daftar Pustaka
 Mendiknas No. 045/U/2002
 Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 Kode Etik Kedokteran Indonesia
 UU NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTEK KEDOKTERAN
 UU NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT
 UU NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KESEHATAN
 konsil kedokteran indonesia nomor 4 tahun 2011 tentang disiplin
professional dokter dan dokter gigi
 UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
 Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No.15/KKI/PER/VIII/2006

Anda mungkin juga menyukai