Disusun oleh :
KELOMPOK 1 – A 2016
FAKULTAS TEKNIK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
untuk memasuki serta meniti karirnya di dunia kerja. Dengan demikian SMK
dunia kerjanya. Dengan keterampilan yang dimilikinya, maka anak didik yang
misi utama para pendidik dan pemangku kebijakan adalah membentuk fondasi
yang kuat bagi para siswa pada proses belajar mengajar, penguasaan dan
maupun tidak dibayar. Dari berbagai pendapat tadi jika dicermati ada tiga
maksud yang tersirat dari pendidikan kejuruan yaitu: (1) memberi layanan
bimbingan karir dan kejuruan, (2) memberi pengalaman pada siswa pada
pendidikan kejuruan itu mempunyai ciri yang berbeda dengan jenis pendidikan
yang lain.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
ISI
kompetensi siswa tersebut antara lain dikarenakan SMK tidak dikelola secara
industri lebih banyak pada aspek soft skill seperti adaptasi, percaya diri,
kerjasama tim manajemen diri, kedisiplinan, inisiatif, mental kerja, sikap kerja,
motivasi kerja dan sejenisnya. Aspek soft skill dalam pendidikan kejuruan
karena tidak ada kurikulum dan silabi yang mengaturnya. Maka aspek soft skill
SMK, tentu saja perlu dirancang dengan baik yang menyangkut bentuk struktur
isi dan silabinya, stategi pembelajarannya, termasuk siapa yang
mengajarkannya.
guidance) pertama kali dipopulerkan oleh Frank Person pada tahun 1908 ketika
anak muda dalam memperoleh pekerjaan. Para ahli vokasi memberikan definisi
an integrated and adequate picture of himself and of his role in the world of
themselves; their interests value; and abilities and the world of work and its
dengan dunia kerja serta menentukan karirnya sendiri. Dan mengapa bimbingan
karir diperlukan, karena dunia kerja selalu berubah setiap saat, dengan demikian
tenaga kerja dituntut dapat mengikuti perubahan tersebut. Secara rinci beberapa
careers.
3) Employers need to recruit individuals who are capable of showing their
possibilities.
5) To assess the needs of the labor market and match them with the needs of
the individuals.
6) To avoid unemployment.
dan karier sudah mulai dirasakan bersama dengan lahirnya gerakan bimbingan
Sampai dengan sekarang ini bimbingan karier tetap masih merupakan salah satu
vokasional (vocational skill), yang merupakan salah satu jenis kecakapan dalam
hendak dikembangkan
b) Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya dan karier yang
layanan BK di sekolah.
Selanjutnya tentang fungsi dan tujuan pendidikan dalam UU RI No. 20
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
tentang hak peserta didik disebutkan dalam Bab 5 pasal 12 Ayat 1b dimana
kompetensi konselor.
Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan
Pasal 1
pendidikan.
(SMK/MAK/SMKLB).
Pasal 2
memiliki fungsi:
Pasal 3
Konseling;
Konseli;
membantu Konseli;
9) Keharmonisan layanan dengan visi dan misi satuan pendidikan, serta nilai
11) Tut Wuri Handayani dalam memfasilitasi setiap peserta didik untuk
Pasal 5
konselor atau guru bimbingan dan konseling, dan pendidik lainnya dalam
satuan pendidikan;
bertanggungjawab;
konseling; dan
Pasal 6
yang mencakup:
a) layanan dasar;
ayat (1) dan bidang layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
perminggu.
Pasal 7
b) permasalahan; dan
besar.
3) Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan permasalahan
Pasal 8
pengembangan program.
Konseling.
3) Pada satuan pendidikan yang mempunyai lebih dari satu Konselor atau Guru
koordinator.
Pasal 10
dengan rasio satu Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling melayani
Pasal 11
Konseling/Konselor.
Pasal 12
Pasal 13
Semua ketentuan tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan
pendidikan dasar dan menengah. Peraturan menteri ini juga sebagai pijakan atau
masuk kelas yang selama ini menjadi perdebatan. Dalam pasal 6 ayat (4)
pada ayat (3) yang diselenggarakan di dalam kelas dengan beban belajar 2 (dua)
jam perminggu”.
Nomor 111 Tahun 2014 pada halaman 18 no. 4. Kegiatan dan Alokasi Waktu
dan sistematis serta sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu, Konselor atau Guru
Bimbingan dan Konseling dialokasikan jam masuk kelas selama 2 (dua) jam
Bimbingan dan Konseling dan bukan oleh Guru Kelas atau Wali Kelas seperti
Bimbingan dan Konseling pada SMP/MTs atau yang sederajat, SMA/MA atau
yang sederajat, dan SMK/MAK atau yang sederajat dilakukan oleh Konselor
atau Guru Bimbingan dan Konseling dengan rasio satu Konselor atau Guru
Bimbingan dan Konseling dengan rasio 1: (150 – 160) (satu konselor atau guru
bimbingan dan konseling melayani 150 – 160 orang peserta didik / konseli).
efektif, mencapai kebebesan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya,
pribadi, sosial, belajar, dan karir peserta didik/konseli. Pada satuan pendidikan
ini, guru bimbingan dan konseling atau konselor menjalankan semua fungsi
pemeliharaan.
peranan kunci dalam sistem bimbingan dan konseling di sekolah, dukungan dari
bimbingan dan konseling. Selain itu, konselor sekolah atau guru bimbingan dan
sekolah, dunia usaha dan industri, orangtua, dan pihak-pihak lain yang relevan.
D. TUJUAN BIMBINGAN KEJURUAN
dalam rumusan tentang bimbingan dan konseling. Individu atau siswa yang
sebab itu, maka tujuan bimbingan dan konseling adalah agar tercapai
lain, agar individu (siswa) dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai
dengan potensi atau kapasitasnya dan agar individu dapat berkembang sesuai
lingkungannya.
dibimbing adalah murid sekolah dasar, dimana mereka sedang dalam proses
perkembangan dari usia SD ke usia SMP atau usia anak-anak ke usia remaja,
sekolah dasar, demikian juga apabila yang dibimbing adalah siswa sekolah
seorang siswa, tentu banyak masalah yang dihadapinya baik masalah pribadi,
dirinya sendiri. Merujuk kepada masalah yang dihadapi individu (siswa), maka
tujuan Bimbingan dan Konseling adalah agar individu yang dibimbing memiliki
atau cakap dalam memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya serta mampu
dengan perilaku, oleh sebab itu tujuan Bimbingan Kejuruan adalah dalam
rangka:
SMP/MTs tentu tidak sama dengan melihat siswa SMA/MA/SMK. Begitu juga
melihat kemandirian siswa SMP tentu tidak sama dengan melihat kemandirian
pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah atau madrasah yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 tahun 2014 tentang
Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.