Anda di halaman 1dari 34

CRITICAL BOOK REVIEW

MK.PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PRODI S1 PGSD FIP

Skor Nilai :

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
(Prof.Dr.Sri Milfayetty,S.Psi.,MS.Kons,Dkk,2018)

NAMA : NOPA BUDIAH

NIM : 1183311040

DOSEN PENGAMPU : Nindy Ayu Pristianti,S.Pd,M.Pd

MATA KULIAH : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN- UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya saya masih dapat menyusun laporan
“Critical Book Report” (CBR) ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Psikologi pendidikan.
Saya telah mengkritik buku dengan cara meresensi buku , mengambil
kesimpulan dari setiap bab pada buku. Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang berkontribusi,, membantu saya dalam menyelesaikan laporan
ini.
Dalam penulisan laporan ini, saya menyadari masih banyak kesalahan
yang menyebabkan ketidaksempurnaan pada laporan ini. Dari itu, saya harap,
dosen pengampu dapat memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan laporan
ini. Dan semoga laporan ini dapat diterima dan dinilai dengan objektif oleh dosen
pengampu.

Medan,3 Maret 2019

Penyusun
Nopa Budiah
NIM. 1183311040

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 3
1.2 Tujuan Pembahasan .............................................................................. 3
1.3 Manfaat ................................................................................................. 4
BAB II RESENSI BUKU ................................................................................ 5
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................
3.1 Ringkasan pada setiap Bab................................................................... 6
3.2 Kelebihan dan kekurangan pada Buku ................................................. 29
BAB IV PENUTUP .........................................................................................
4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 32
4.2 Saran.................................................................................................... 32

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan adalah: “ usaha dasar dan
terencana untk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara”. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidikan
profesional; yakni guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah, serta dosen di
perguruan-perguruan tinggi sebagaimana yang tersirat dalam Bab XI Pasal 39
(2) UU Sisdiknas tersebut. Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidik
khususnya guru sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan dan
keterampilan keguruan yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntunan
zaman dan kemajuan sains dan teknologi. Di antara pengetahuan-pengetahuan
psikologi terapan dengan pendekatan baru yang erat kaitannya dengan proses
belajar dan mengajar dalam suasana zaman yang berbeda dan penuh tantangan
seperti sekarang ini. Untuk memenuhi kebutuhan akan psikologi terapan
dengan pendekatan baru itulah, makalah Psikologi Pendidikan ini disusun,
dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang berarti dan memantapkan
kualitas kompetensi calon guru dan guru serta dosen profesional yang bertugas
pada jenjang masing-masing
1.2 TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Psikologi Pendidikan”
2. Untuk memahami isi ringkasan pada buku
3. Untuk mengetahui dan menambah wawasan mata kuliah “Psikologi
Pendidikan”
1.3 MANFAAT
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang luas, khususnya tentang
Psikologi pendidikan.
2. Dapat lebih berfikir kritis.

3
3. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sebuah buku.
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kependidikan.

4
BAB II
RESENSI BUKU

2.1 IDENSTITAS BUKU


Judul Buku : PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Penulis : Prof.Dr.Sri Milfayetty,S.Psi.,MS.Kons
Penerbit : PPs Unimed 2018
Cetakan : ketujuh
Kota Terbit : Medan
Tahun terbit : 2018
Jumlah halaman : 204 halaman
No. ISBN : 978-602- 8207-18-8

BUKTI COVER BUKU

5
BAB III

PEMBAHASAN

KESIMPULAN PADA SETIAP BAB DI BUKU UTAMA

2.1 BAB I

PENDAHULUAN

Generasi saat ini adalah generasi yang telah bergeser dari Generasi X
(1980-2000) ke generasi C atau Gen - C mulai tahun 2000 hingga sekarang.
Perubahan generasi ini memaksa pendidikan untuk memahami dengan terbuka
potensi keunikan generasi C ini. Oleh karena itu pendidik perlu fokus pada
kekuatan dan keterbatasan dan menyiasatinya dengan hal-hal yang tidak produktif
yang menjadi kelemahannya. Para pendidik perlu menerapkan kepemimpinan
transparan, tidak anti kritik dan membangun hubungan yang setara.

Perkembangan kebutuhan belajar peserta didik ini sudah jauh berbeda


sehingga tidak mencukupi lagi jika dilaksanakan dengan pembelajaran yang
konvensional. Saat ini diharapkan penyidik mampu melaksanakan pembelajaran
yang menyenangkan untuk menumbukan kegemaran peserta didik belajar. Selain
itu mendidih diharapkan terampil menggunakan teknologi agar proses
pembelajaran menjadi efektif.

2.2 BAB II

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Psikologi pendidikan terdiri dari dua kata psikologi dan pendidikan.


Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses kognitif dan perilaku.
Sedangkan pendidikan adalah ilmu yang mempelajari nilai - nilai karakter dan
cara menanamkan nya. Namun definisi psikologi pendidikan sebagai Terapan
ilmu psikologi dalam pendidikan memiliki arti sendiri, yakni, ilmu yang
mempelajari proses belajar dan pembelajaran pada lingkungan pendidikan.

6
Psikologi pendidikan menjelaskan karakteristik perkembangan belajar
sesuai dengan tingkat usia. Misalnya, jika ingin mengajarkan sesuatu pada
seseorang, maka perhatikan lah perkembangan kognitif nya. Selain itu pada
orientasi baru psikologi pendidikan pembelajaran perlu dilaksanakan berbasis
gelombang otak. Karena gelombang otak ini memberi pengaruh pada gaya belajar
dan gaya berpikir seseorang. Oleh karena itu dalam pembelajaran di kelas perlu
diperhatikan agar pembelajaran mengakomodasi semua gaya belajar untuk
mencegah peserta didik kehilangan informasi yang penting akibat gaya belajar
yang dimilikinya

Tujuan psikologi pendidikan adalah untuk memahami dan meningkatkan


proses belajar dan pembelajaran. Definisi lain mengatakan bahwa psikologi
pendidikan mengembangkan pengetahuan dan Methode untuk mempelajari proses
belajar mengajar pada situasi keseharian. Santrok (2007) Mendefinisikan bahwa
pendidikan adalah cabang psikologi yang mengkhususkan diri pada Pemahaman
tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan pendidikan.

Seorang Pendidik dan profesional akan mendasari semua perilaku


ngajarnya dengan landasan teori dan riset sehingga pengetahuan dan ketrampilan
nya menjadi lebih pandangan orang awam.

2.3 BAB III

BELAJAR

Belajar adalah mendapatkan sesuatu yang baru dan menghasilkan


perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan yang baru.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu sangat dangkal akan tetapi setelah belajar
Berubah menjadi lebih nyaman. Belajar seseorang dapat menyetujui sesuatu tetapi
setelah belajar menjadi setuju.

Pembelajaran diibaratkan sebagai bantuan yang diberikan dalam rangka


memfasilitasi proses belajar. Jika ingin membantu peserta didik untuk menguasai
keterampilan tertentu maka guru dapat memfasilitasi nya dengan strategi

7
modelling. Peserta didik akan berlatih terus menerus hingga keterampilan tersebut
dikuasainya. Peserta didik dapat diberikan reinforcemen untuk memperkuat
perubahan perilaku atau keterampilan tersebut. Pembelajaran dapat dilaksanakan
melalui model kognitif jika ingin membantu meningkatkan Pemahaman siswa
terhadap suatu konsep.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut peserta didik diharapkan akan


berminat untuk mengulang - ulanginya sampai pemahamannya terhadap hal
tersebut menjadi lebih dalam.

a. Belajar vs Kematangan

Berbagai perubahan terjadi pada diri individu selama Rentang


kehidupannya. Proses belajar akan memberikan hasil yang optimum jika
berlangsung dalam kondisi kematangan tertentu. Misalnya, pada umumnya anak
sudah mampu berjalan pada usia dua tahun. Kondisi motorik yang diperlukan
anak untuk berjalan sudah matang pada usia tersebut. Akan tetapi seorang anak
tidak akan otomatis mampu membaca pada usia enam tahun, jika tidak
mempelajari cara membaca meskipun kematangan kognitif ini sudah tercapai pada
tahap tersebut kemudian, dalam proses perkembangan ada masa peka yang
memerlukan pengalaman belajar, jika masa itu Terlewatkan maka kemampuan
yang didukung masa peka tersebut akan terganggu pada usia selanjutnya.

b. Otak Belajar

Kendali seluruh saraf yang ada didalam diri manusia adalah otak. Oleh
karena itu dalam belajar otak adalah penentuan Tama nya. Selain itu belajar
berarti juga mengembangkan otak. Sejak lahir otak manusia sudah memiliki 100 -
200 milyar sel. Setiap sel siap dikembangkan untuk memproses berbagai
informasi. Perkembangan sel otak ini mengikuti sistem yang kompleks. Jumlah
dan ukuran saraf otak tersebut bertambah setidaknya sampai usia remaja.

Hal ini berimplikasi bahwa anak anak sulit untuk mempertahankan


perhatian pada jangka waktu yang lama. Perhatian mereka akan meningkat sejalan

8
dengan pertambahan usianya. Oleh karena itu di dalam belajar anak memerlukan
segmen istirahat di antara mata pelajaran di sekolah untuk membantu menjaga
energi dan motivasi anak untuk belajar.

Belajar pada hakikatnya adalah untuk menstimulasi perkembangan otak.


Stimulasi otak dilakukan dengan menggunakan Panca Indra. Semakin lengkap dan
terpadu stimulasi yang dilakukan maka semakin baik perkembangan jaringan
pengetahuan di otak. Oleh sebab itu kegiatan belajar perlu dilakukan dengan
melihat, mendengar, menyentuh, melakukan, mengecap dan merefleksi.

c. Perkembangan belajar dan Belajar

1. Perkembangan Kognitif dan Belajar

Perkembangan kognitif adalah proses perubahan kemampuan individu


dalam berfikir. Tokoh yang paling populer dalam membahas perkembangan
kognitif adalah Piaget. Piaget Mengemukakan bahwa perkembangan kognitif
apaan mengikuti perkembangan usia anak. Berdasarkan ini maka kemampuan
belajar individu juga akan mengikuti perkembangan kemampuan kognitif atau
kemampuan berfikir ini. Tahapan perkembangan tersebut adalah :

a. Tahap sensori motorik

Tahapan ini berlangsung dari sejak lahir hingga usia dua tahun.

b. Tahap praoperasional

Tahap mulai dari dua tahun hingga tujuh tahun.

c. Tahap operasional konkret

Tahapan Perkembangan ini terjadi pada usia tujuh sampai 11 tahun.

d. Tahap operasional formal

Tahap perkembangan ini berlangsung pada usia antara 11 tahun sampai dengan 15
tahun.

9
2. Perkembangan Bahasa dan Belajar

Bahasa merupakan alat komunikasi dapat berbentuk lisan, tulisan atau


simbol. Semua bahasa manusia mengikuti aturan fonologis, Morfologi, dan
pragmatis.

Penguasaan bahasa berkembang melalui beberapa tahap. Pada umur satu


tahun anak anak mulai menyebut satu sampai dua kata, mengenali nama dan
menirukan union dan memahami perintah sederhana. Kemampuan ini bertambah
yaitu menggunakan lima sampai 20 kata antara satu sampai dua tahun. Pada tahun
ketiga anak sudah mulai dapat mengidentifikasi bagian bagian tubuh, menyebut
diri sebagai aku bukan namanya, pada usia empat tahun mulai bercerita tiga kata
sampai perbendaharaan kata mencapai sekitar 1.000, sedangkan pada usia lima
sampai enam tahun perbendaharaan kata sudah mencapai 10.000 kata, dapat
mendefinisikan object menurut kegunaan, tahu relasi Spasial, lawan kata dan
sebagainya.

3. Perkembangan Sosial dan Belajar

Perkembangan sosial mengacu kepada perubahan jangka panjang di dalam


konteks membina hubungan, interaksi pribadi, teman sebaya dan keluarga.
Termasuk di dalamnya cara membina persahabatan dan perubahan yang negatif
seperti agressifitas dan kekerasan.

Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan sosial dapat dijelaskan


melalui teori Ekologi yang dikembangkan Bronfenbrenner (1917-2000). Fokus
utama ini adalah konteks Sosial di mana anak tinggal dan orang orang yang
mempengaruhi perkembangan anak. Ada teori ini dikemukakan lima sistem
lingkungan yang merentang interaksi personal sampai ada yang lebih luas. Sistem
tersebut adalah Microsystem, mesosistem, ekosoistem, makrosistem dan
kronosistem.

10
Kelima sistem ini menurut Bronfenbrenner memberi pengaruh terhadap
perkembangan individu. Oleh karena dalam belajar peserta didik perlu menyadari
dirinya sebagai sosok yang terlibat di dalam sistem sekolah dan masyarakat.

4. Perkembangan diri

Pada pembahasan tentang teori psikososial tampak perlunya keseimbangan


antara perkembangan diri dengan perkembangan sosial dalam belajar. Pada
penjelasan tentang pengaruh otak dalam belajar dikemukakan bahwa proses
belajar baru akan berlangsung jika anak merasa dirinya aman selama proses
tersebut. Konsep diri merupakan upaya membangun sebuah tema yang
mengorganisasikan perasaan dan sikap tentang diri.

Pada usia remaja konsep diri sering dihubungkandengan penampilan fisik


dan penerimaan sosial maupun prestasi sekolah. Konsep diri dianggap sebagai
dasarperkembangan sosial maupun emosional. Konsep diri berhubungan dengan
pemilihan jurusan. Pada umumnya peserta didik yang memiliki konsep diri positif
ada pelajaran IPA cenderung memilih jurusan Eksakta.

5. Perkembangan Moral

Bagi anak-anak usia lima tahun distribusi yang adil didasarkan pada
persamaan jumlah pembagian. Mereka akan merasa diperlakukan tidak adil jika
kau hanya mendapat lebih banyak dari yang didapatkannya. Pada perkembangan
berikutnya baru mereka mampu mengenali bawa sebagian orang mestinya
mendapatkan lebih banyak berdasarkan kepantasan, misalnya orang bekerja lebih
keras atau tampil lebih baik sehingga pantas mendapat lebih banyak. Sekitar umur
delapan tahun anak-anak mampu melihat perlunya mempertimbangkan
berdasarkan kebajikan. Mereka dapat memahami bahwa sebagian siswa pantas
mendapatkan lebih banyak uang dan perhatian guru karena mereka berkebutuhan.

Perilaku moral dipengaruhi pengasuhan dan pendidikan yang dialaminya.


Orang-orang dewasa mula-mula mengendalikan perilaku anak-anak melalui
instruksi, supervisi, hadiah dan hukuman serta koreksi langsung. Pengaruh lainnya

11
adalah Modelling. Anak/anak yang secara konsisten diperlakukan dengan
perhatian, Kemurahan hati akan cenderung lebih peduli pada hak-hak dan
perasaan orang lain.

Perkembangan moral siswa dapat Diupayakan melalui pendidikan karakter


yaitu pendekatan yang langsung dengan memberikan pelajaran kepada siswa
tentang pengetahuan dasar untuk menjaga melakukan perilaku tidak bermoral atau
membahayakan diri sendiri dan orang lain. Selain pendidikan moral dapat juga
dilakukan dengan membantu siswa untuk mengklarifikasi untuk apa mereka
hidup, apa yang layak dan tidak layak untuk dikerjakan. Pada pendekatan ini
siswa didorong untuk mendefinisikan nilai mereka sendiri dan memahami nilai
orang lain.

2.4 BAB IV

KARAKTERISTIK BELAJAR

Karakteristik adalah ciri-ciri perseorangan yang bersumber dari latar


belakang pengalaman yang dimiliki peserta didik termasuk lainnya yang ada pada
diri mereka seperti kemampuan umum, ciri fisik emosi yang berpengaruh terhadap
keefektifan pembelajaran. Karakteristik ini dapat membedakan yang satu dengan
yang lainnya. Karakteristik ini perlu dipahami guru untuk mengetahui perbedaan
dan kebutuhan belajarnya agar guru dapat memberikan pelayanan yang sesuai.
Beberapa karakteristik yang perlu dipahami guru dikemukakan berikut ini:

a. Inteligensi

Alfred Binet pada tahun 1857-1911 bersama Theodore Simon


mendefinisikan inteligensi Sebagai kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau
mengarahkan tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan
tersebut telah dilaksanakan dan kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau
melakukan autocritism.

Dari rendahnya tingkat Inteligensi dinyatakan dengan menterjemahkan


hasil tes Inteligensi ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai

12
kedudukan tingkat kecerdasan seseorang dibandingkan secara relatif terhadap
suatu norma. Angka normatif tes inteligensi dinyatakan dalam bentuk rasio dan
dinamai dengan inteligence quotient (IQ).

b. Gaya Belajar

Berikut ini konsep belajar yang dibahas adalah proses belajar internal yang
berlangsung pada diri individu sebagai hasil proses pembelajaran. Pembahasan ini
di awali dengan memahami terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi
individu dalam ber aktivitas termasuk belajar. Yaitu, perhatian, pengamatan,
pendengaran, perabaan dan penciuman.

Gaya belajar dapat dikelompokkan atas dua elemen yang mempengaruhi


nya. Pertama adalah gaya belajar independen dan kedua gaya belajar tergantung.
Gaya independen membutuhkan suasana yang terang dan tidak mau diganggu
suara sedikitpun sedangkan gaya tergantung perlu ditemani radio atau lagu-lagu
ketika belajar. Gaya belajar ini mengacu ke cara siswa dalam belajar.

c. Gaya Berpikir

Gaya berpikir dapat digolongkan atas gaya impulsif, reflektif, mendalam


dan dangkal. Gaya yang reflektif dan implusif disebut sebagai tempo konseptual.
Maksudnya, kecenderungan individu untuk bereaksi dalam waktu tertentu dalam
memberi respon dan merenungkan akurasi jawaban. Sedangkan individu yang
reflektif lebih memungkinkan mengingat informasi yang terstruktur, membaca
dengan memahami dan menginterprestasi teks dan memecahkan problema dan
membuat keputusan.

Guru dapat membantu peserta didik yang bergaya belajar dang kalo agar
belajar secara mendalam dengan cara memberitahu mereka bahwa ada yang lebih
penting daripada sekedar mengingat materi pelajaran. Ajukan pertanyaan yang
mensyaratkan untuk menyesuaikan informasi dengan kerangka materi yang lebih
luas, guru perlu menjadi model yang memproses informasi secara mendalam,

13
bukan sekedar memberi informasi, hindari menggunakan pertanyaan yang
memerlukan jawaban ya atau tidak.

d. Gaya Perilaku (tempramen)

Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam


memberi tanggapan. Berdasarkan gaya perilaku ini, individu dapat dikategorikan
atas:

1. Gaya perilaku yang mudah

Pada umumnya memiliki mood positif, cepat membangun rutinitas dan


mudah beradaptasi dengan pengalaman baru.

2. Gaya perilaku sulit

Yaitu yang cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif, kurang kontrol


diri dan lamban dalam menerima pengalaman baru.

3. Gaya perilaku lamban tapi cenderung hangat

Yaitu yang biasanya beraktivitas lamban, agak negatif menunjukkan


kelambanan dalam beradaptasi dan intensitas mood yang rendah.

2.5 BAB V

PENDEKATAN DAN TEKNIK BELAJAR

Belajar dapat di definisikan sebagai proses menciptakan sesuatu yang


sudah ada dengan sesuatu yang baru. Beberapa pendekatan belajar menurut para
ahli dikemukakan sebagai berikut :

a. Pendekatan Behavior

Belajar adalah perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang relatif


permanen didalam diri individu yang tampak dari tampilan individu ( overt
behavior ). Definisi ini menekankan hasil belajar pada perilaku yang dapat

14
diobservasi dan diukur. Beberapa teori belajar memfokuskan perhatiannya
terhadap pembentukan perilaku dimaksud.

Misalnya dalam meningkatkan minat siswa membaca novel berbahasa


inggris. Guru dapat menunjukkan dan menceritakan pada siswa betapa senangnya
ia dapat menikmati cerita dalam novel tersebut dengan sesekali membacakannya
sedikit kepada mereka, sehingga pada akhirnya siswa meniru guru kebiasaan guru
tersebut.

b. Pendekatan kognitif

Ahli-ahli teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil usaha


individu untuk mengerti dunia. Caranya adalah dengan menggunakan semua alat
mental yang dimiliki. Seseorang dapat memahami dunia dari caranya memaknai
dunia tersebut. Didalam pendekatan kognitif reinforcement berfungsi sebagai
umpan balik.

Pada pendekatan ini yang paling penting adalah bagaimana individu


belajar, menerima informasi dan mengingat. Penjelasan tentang teori kognitif
dalam belajar sudah dilakukan pada bab 3 tentang perkembangan dan belajar.

c. Teknik Belajar

Teknik belajar merupakan cara yang dapat ditempuh untuk belajar efektif.
Beberapa bentuk teknik belajar yang diterapkan adalah :

1. Sikap mental

Yang terpenting dalam belajar adalah sikap mental. Oleh karena itu yang
pertama-tama perlu dibangun adalah konsep diri dan pikiran positif. Ketika
seseorang merasa dirinta mampu maka hal ini akan menjadi komputer mental
yang mendorong seseorang untuk meraih impiannya.

2. Rencana Belajar

15
Membuat rencana belajar secara tertulis baik rencana harian, mingguan.
Tentukan waktu penyelesaian tugas-tugas secara rinci untuk setiap harinya.

3. Berkonsentrasi

Teknologi belajar yang ketiga adalah berkonsentrasi, hal ini dapat


dilakukan dengan senam otak, relaksasi, meditasi dan sebagainya.

4. Mengikuti pelajaran

Kemampuan untuk mengikuti pelajaran di dalam kelas seperti mendengar,


menyimak dan memberi respon. Posisi duduk ketika mengikuti pelajaran perlu
diperhatikan.

5. Tujuan Belajar

Memahami tujuan belajar. Belajar pada hakekatnya adalah untuk


mendapatkan pengertian karena belajar merupakan jalan untuk mencapai tujuan
hidup. Makin banyak yang diketahui, maka makin banyak yang dapat diperbuat.

6. Teknik Mengingat

Kemampuan mengingat dapat dilatih dengan teknik menumpuk, teknik


asosiasi.

2.6 BAB VI

MODEL PEMBELAJARAN

Penggunaan kata pembelajaran sering dihubungkan dengan istilah-istilah


sebagai berikut :

a. Pendekatan pembelajaran

b. Strategi pembelajaran

c. Metode pembelajaran

d. Teknik pembelajaran

16
e. Taktik pembelajaran

f. Model pembelajaran

Beberapa model pembelajaran yang diimplementasikan didalam kelas


adalah model pengajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pengajaran
berdasarkan masalah dan strategi-strategi belajar.

1. Model pengajaran langsung

Pengajaran langsung merupakan model pembelajaran yang berpusat pada


guru. Model ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang
berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosesural yang
terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap.

Pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan dan


praktik serta kerja kelompok. Pada pengajaran langsung ini dapat dilakukan
belajar dengan pemodelan tingkah laku.

2. Pembelajaran kooperatif ( cooperative Learning )

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan


membuat siswa bekerja sama dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar
temannya. Belajar ini menekankan pada keberhasilan kelompok yang hanya dapat
dicapai jika semua anggota mencapai tujuan dan penguasaan materi (Slavin,1995).

3. Pengajaran berdasarkan masalah ( Problem Based Instruction )

Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa


mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan
intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau stimulasi dan lain.

4. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang menghubungkan antara


materi pelajaran dengan situasi siswa dan mendorong siswa untuk membuat

17
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran kontekstual yakni :

a. Konstruktivisme

b. Bertanya

c. Inkuiri

d. Masyarakat belajar

e. Pemodelan

f. Penilaian autentik

5. Pembelajaran diskusi kelas

Diskusi kelas digunakan untuk memperbaiki cara berpikir dan


keterampilan berkomunikasi siswa dan untuk meningkatkan semangat siswa
terlibat di dalam pelajaran.

Keuntungan pembelajaran diskusi dikelas antara lain : melibatkan siswa


langsung dalam proses pembelajaran, dapat menguji tingkat penguasaan bahan
pelajaran masing-masing. Kelemahannya antara lain adalah tergantung pada
kepemimpinan dan partisipasi anggota, memerlukan keterampilan tertentu yang
belum pernah dipelajari sebelumnya.

6. Strategi-strategi Belajar

Tujuan utama pengajaran belajar adalah mengajarkan siswa untuk belajar


atas kemauan dan kemampuan sendiri. Strategi-strategi ini dilakukan dan
digunakan yaitu:

a. Strategi mengulang ( rehearsal strategies )

b. Strategi elaborasi

c. Strategi organisasi

18
d. Strategi meta kognitif

7. Strategi Belajar Peta Konsep

Peta konsep adalah ilustrasi grafis konsep yang mengidentifikasikan


bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada
kategori yang sama. Konsep-konsep dihubungkan oleh proposisi sebagai bentuk
hubungan antar konsep.

2.7 BAB VII

MOTIVASI BELAJAR

Motivasi dalam bahasa latin disebut motivum. Artinya, alasan yang


menyebabkan sesuatu bergerak. Woolfolk (2007) menyebutkan bahwa motivasi
adalah suaru keadaan internal yang dapat membangkitkan semangat, mengarahkan
dan memelihara suatu perilaku. Karena itu motivasi dapat dipahami dari motif
yang mendasarinya.

Motivasi dapat bersumber dari dalam diri dan yang bersumber dari luar
diri. Motivasu intrinsik muncul karena individu senang melakukannya.

1. Motivasi belajar

Motovasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan siswa dalam


belajar. Wloodkowski (2007) menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah arah
dan ketahanan perilaku siswa dalam belajar. Motivasi belajar tercermin melalui
ketekunan yang tidak mudah goyah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang
banyak kesulitan. Komponen utama motivasi belajar adalah kebutuhan, dorongan
dan tujuan belajar. Kebutuhan belajar terjadi bila individu merasakan
ketidakseimbangan antara yang dimiliki dan yang diharapkan.

2. Komponen-komponen motivasi belajar

Keller dalam Suciati (2001) mengemukakan empat komponen motivasi


belajar yang disebutnya sebagai model ARCS yaitu :

19
a. Attetntion ( perhatian )

b. Relevensi

c. Confidence ( percaya diri )

d. Satisfaction ( kepuasaan )

3. Pentingnya Motivasi Belajar

Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja. Belajar
memberikan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar juga penting
diketahui guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa
bermanfaat bagi guru terutama dalam membangkitkan dan memelihara semangat
siswa untuk belajar sampai berhasil

4. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan faktor psikologis yang mengalami


perkembangan, dipengaruhi kondisi fisiologis serta kematangan psikologis siswa.
Beberapa unsur yang mempengaruhinya menurut Dimyanti (2002) adalah :

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

b. Kemampuan siswa

c. Kondisi siswa

d. Kondisi lingkungan siswa

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

5. Penerapan teori motivasi siswa dalam pembelajaran

Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan


perilaku. Perilaku termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan

20
bertahan lama. Beberapa pendekatan tentang motivasi yang dapat diterapkan
didalam lingkungan sekolah :

a. Pendekatan Behavioral

b. Pendekatan Humanistis

c. Pendekatan Kognitif

d. Teori atribusi

e. Teori Ekspektansi x Nilai

f. Pandangan Sosiokultural

g. Teori Self Determination

h. Goal Setting Theory ( teori tujuan )

2.8 BAB VIII

DISAIN PEMBELAJARAN

1. Perencanaan pembelajaran

Perencanaan pembelajaran merupakan penyusunan strategi sistematik dan


tertata untuk melakasanakan pembelajaran. Prosedur penyusunan rencana
pembelajaran diawali dengan aktivitas menetapkan sasaran perilaku, menganalisis
tugas dan menyusun taksonomi instruksional. Analisis ini dilaksanakan melalui
tiga langkah yaitu menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan siswa untuk
mempelajari tugas, mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas
dan mendaftar semua komponen.

2. Pembelajaran berpusat pada guru

Para pendekatan berpusat pada guru, pembelajaran didisain dalam


pengajaran secara langsung guru kepada siswa. Pembelajaran pada pendekatan ini
terstruktur, dikendalikan dan dikontrol guru, ekspentasi guru yang tinggi atas

21
kemajuan siswa, maksimalisasi waktu yang dihabiskan siswa untuk tugas-tugas
akademik dan usaha meminimalkan pengaruh negatif terhadap siswa. Pendekatan
berpusat pada guru ini dilakukan dalam aktivitas beberapa aktivitas seperti :

a. Orientasi Materi Baru

b. Advance Organizer

c. Pengajaran, penjelasan dan Demonstrasi

d. Bertanya dan Diskusi

e. Mastery learning

f. Pekerjaan Rumah (PR)

Pembelajaran berpusat pada guru dianggap tepat untuk mengajarkan


keahlian dasar seperti bahasa, membaca, sains dan matematika.

3. Pembelajaran berpusat pada siswa

Pendekatan ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan


reflektif. Pendidikan akan baik jika berpusat pada orang yang belajar. Pendekatan
ini memfokuskan perhatian pada empat faktor yaitu kognitif, metakognitif,
motivasional dan sosial emosional dan perbedaan individual.

Empat prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam pendekatan ini yaitu
:

a. Faktor kognitif dan metakognitif

b. Strategi Instruksional

c. Discovery learning

d. Teknologi dan pendidikan

4. Manajemen kelas

22
Manajemen kelas merupakan aktivitas memberi perhatian pada kebutuhan
siswa untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan menata diri agar efektif
dalam pembelajaran.

Dimensi kelas yang efektif adalah :

a. Menata ruang belajar

Mendesain kelas perlu dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang


nyaman. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain kelas, membuat
rancangan denah susunan mobiler dan perlengkapannya sebelum menata kelas,
libatkan siswa dalam perencanaan tata ruang dan hiasan kelas, mencoba
rancangan yang telah disusun dan dapat mengubahnya sesuai dengan keperluan.

b. Menciptakan suasana positif untuk pembelajaran

Suasana yang dimaksud dalam hal ini adalah gaya yang digunakan guru
dalam manajemen aktivitas kelas secara efektif. Suasana kelas yang positif dapat
diciptakan dengan menerapkan gaya otoratif.

5. Menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran

Gaya otoritatif, gaya manajemen kelas otoritatif berasal dari gaya


parenting ( Dian Baumrind 1971, 1996 ). Strategi manajemen kelas otoritatif akan
mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang
independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid.

Gaya otoritarian adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya
adalah menjaga ketertiban kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran.

Gaya permisif, memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi
banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan
perilaku mereka.

6. Mengelola aktivitas kelas secara efektif

23
Jacob Kounin (1970) menyimpulkan bahwa guru yang efektif berbeda
dengan guru yang tidak efektif bukan dalam cara mereka merespons perilku
menyimpang murid, tetapi berbeda dalam cara mereka mengelola aktivitas
kelompok secara kompeten.

7. Membuat, mengajarkan dan mempertahankan aturan atau prosedur

Membedakan aturan dan prosedur, baik aturan maupun prosedur adalah


pernyataan ekspektasi tentang perilaku (Everston, Emmer & Worsham,2003)

Mengajarkan aturan dan prosedur, melibatkan murid dalam pembuatan


aturan dengan harapan ini akan mendorong mereka untuk lebih bertanggung
jawab atas tindakan mereka sendiri (Emmer, Everston, & Worsham,2003)

8. Mengajak murid untuk berbagi dan mengembangkan tanggung jawab

Beberapa pakar manajemen kelas percaya bahwa berbagi tanggung jawab


dengan murid untuk membuat keputusan kelas akan meningkatkan komitmen atau
kepatuhan murid pada keputusan itu (Eggleton, 2001; Lewis, 2001; Risley &
Walter 1995)

9. Memberi hadiah terhadap perilaku yang tepat

Beberapa pedoman untuk menggunakan imbalan dalam mengelola kelas :

a. Memilih penguatan yang efektif

b. Gunakan promts dan shoping secara efektif

c. Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan, bukan untuk


mengontrol perilaku murid.

10. Menjadi komunikator yang baik

Tiga aspek utama dari komunikasi adalah keterampilan berbicara,


mendengar dan komunikasi nonverbal.

11. Menghadapi agresi

24
Perkelahian, pakar manajemen kelas Carolyn Everston dan rekan-rekannya
memberi rekomendasi untuk mengatasi murid yang berkelahi.

Bullying, banyak murid menjadi korban penghinaan atau perploncoan


(bullies). Dalam sebuah survei nasional terhadap lebih dari 15.000 murid dari
grade satu hingga sepuluh, hampir satu sampai tiga murid mengatakan bahwa
mereka pernah menjadi korban dalam tindal bullying (Narsel dkk, 2001).

2.9 BAB IX

PENILAIAN

A. Pengertian Penilaian

Penilaian saat ini dimaknai dalam dua konsep, yaitu asesmen dan evaluasi.
Ada ahli yang menyamakan pengertian keduanya, tetapi sebagian ahli
membedakan keduanya. Kata penilaian sebagai evaluasi mengandung makna :

1. Proses pengumpulan data

2. Data dianalisis dalam rangka pemberian yang lain sesuatu atau individu

3. Didalam pemberian nilai terdapat proses pembuatan keputusan

4. Pembuatan keputusan dilakukan dengan menggunakan kriteria tertentu


berdasarkan interpretasi dan jugdment atas informasi yang dimilikinya yang
dilakukan dengan berhati-hati, bertanggung jawab dan dapat
dipertanggungjawabkan menilai. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil
evaluasi adalah nilai. Kalau penilaian berkaitan dengan belajar peserta didik maka
nilai yang diberikan adalah nilai tentang belajar peserta didik.

B. Keterkaitan Penilaian (Evaluation), Penilaian (Assement), Pengukuran


(Measurement), dan Pengujian (Test)

Istilah penilaian yang berasal dari kata Assessment Banyak digunakan


dalam pembelajaran saat ini. Ingin memiliki tiga fungsi, yaitu asesmen untuk
belajar, asesmen sebagai proses belajar dan asesmen belajar. Asesmen untuk

25
belajar dimaksudkan sebagai upaya guru memperoleh informasi tentang
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki siswa atau anak. Asesmen
sebagai proses belajar dilakukan dengan melibatkan siswa untuk memonitor
kemajuan belajar yang telah dilakukan dan akan dilakukan. Asesmen ini dikenal
dengan penilaian diri sendiri. Asesmen belajar dilakukan guru untuk menentukan
keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Asesmen inilah yang banyak dilakukan
guru selama ini.

Asesmen memiliki karakteristik yang memungkinkan guru dan siswa


dapat mengungkap hasil belajar yang sebenarnya dan menyeluruh melalui
berbagai cara. Disamping itu, asesmen sebagai upaya guru untuk mengetahui
tingkat perkembangan dan belajar anak, dan dapat meningkatkan kesadaran diri
anak serta apresiasi terhadap dirinya.

C. Pentingnya Penilaian dalam Pembelajaran

Beberapa guru sering beranggapan bahwa penilaian hanya dilakukan di


akhir pembelajaran. Penilaian memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan
bagian bagian lain dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru yang melaksanakan
pembelajaran perlu memiliki Pemahaman yang benar tentang penilaian. Penilaian
dilakukan sejak awal pembelajaran. Bahkan penilaian perlu dilakukan saat guru
merancang pembelajaran. Pada saat guru merumuskan tujuan pembelajaran, pada
saat itu pula guru sudah mulai melakukan penilaian.

Guru harus sudah mempertanyakan apakah tujuan yang telah dirumuskan


tersebut sesuai dengan karakteristik peserta didik. Apakah tujuan tersebut dapat
dicapai peserta didik. Apakah peserta didik telah memiliki prasyarat untuk
mencapai tujuan tersebut. Apakah tujuan tersebut dapat diukur ketercapaiannya.
Banyak lagi yang harus diketahui pada saat merumuskan tujuan pembelajaran.

D. Tes

Kata tes berfungsi sebagai kata kerja dan juga kata benda. Tes merupakan
suatu proses pemberian pertanyaan atau seperangkat tugas yang direncanakan

26
untuk memperoleh informasi tentang sifat dan atribut pendidikan atau gambaran
psikologi yang dalam setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai
jawaban atau ketentuan yang dianggap benar atau salah. Tes terdiri dari butir butir
pertanyaan untuk menguji suatu tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu.
Tujuan pembelajaran yang di rumuskan menggambarkan kemampuan seseorang
yang meliputi aspek kognitif, efektif dan psikomotor. Dimensi tersebut dijabarkan
dalam bentuk indikator kemampuan yang terukur.

E. Bentuk Tes

Tes dapat dikelompokkan berdasarkan bentuknya. Asmawi dan Noehi


(1997) Mengelompokkan tes berdasarkan bentuk, Tifa, dan ragam. Berdasarkan
bentuknya, ada tes uraian dan objektif. Bila dilihat dari tipe tes, tes uraian terdiri
daru tes uraian terbatas, dan tes uraian bebas. Bentuk tes objektif menurut tipenya
terdiri dari tes benar salah, tes menjodohkan dan tes pilihan ganda.

F. Pengembangan Tes Hasil Belajar

Seperangkat tes dihasilkan melalui tahapan yang telah ditetapkan. Hal ini
dimaksudkan agar informasi yang diperoleh dari penggunaan tes benar-benar
dapat menggambarkan tingkat kemampuan dari orang yang dites. Tanpa
memenuhi tahapan yang dipersyaratkan bagi suatu tes, informasi yang diberikan
juga akan meragukan bahkan akan sia-sia karena informasi yang diberikan tidak
sesuai dan tidak menggambarkan sebenarnya orang yang dites.

Tes berkaitan dengan hasil belajar. Oleh karena itu pengembangan tes
berkaitan dengan hasil belajar. Perencanaan tes menduduki posisi penting dalam
rangka menghasilkan tes yang dapat dipertanggungjawabkan. Ada lima hal yang
perlu diperhatikan dalam perencanaan tes, yaitu:

1. Pengambilan sampel dan pemilihan butir

2. Tipe tes yang digunakan

3. Aspek yang akan diuji

27
4. Jumlah butir

5. Distribusi tingkat kesukaran

G. Penentuan Nilai

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam. Dua pendekatan yang
dimaksud terdiri dari penilaian acuan norma dan penilaian acuan patokan.

Penilaian acuan norma adalah kriteria yang disusun berdasarkan proses


standarisasi instrumen melalui sekumpulan data yang diperoleh dari sampel
sasaran instrumen dengan menggunakan instrumen itu sendiri.

Pendekatan penilaian acuan patokan digunakan berdasarkan patokan yang


ditetapkan sesuai dengan kebutuhan penilaian.

H. Non Tes

Pendekatan non tes digunakan juga dalam evaluasi dan asesmen


pembelajaran. Ada beberapa metode non tes yang sering digunakan guru, yaitu
metode observasi dengan menggunakan berbagai pencatatan, angket dan
wawancara.

I. Portopolio

Penggunaan Portofolio adalah untuk merekam berbagai aktivitas dan


situasi tertentu. Bagi seorang fotografer, portofolio digunakan sebagai media
untuk menunjukkan perkembangan kemampuan nya dalam membuat foto
Portofolio terdiri dari beberapa bentuk. Bullock dan Hawk mengidentifikasi dalam
tiga bentuk, yaitu Portofolio proses, Portofolio produk dan Portofolio pameran.

Pengumpulan fakta tidak perlu menambah waktu atau kegiatan khusus,


tetapi dari kegiatan pembelajaran yang dirancang dapat diperoleh fakta-fakta yang
dimaksudkan.

J. Portofolio Penilaian

28
Moore yang mengemukakan bahwa Portofolio sebagai alat penilaian
merupakan teknik dari penilaian autentik Yang banyak digunakan untuk
mengungkap berbagai bentuk hasil belajar. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa
penggunaan Portofolio dalam pembelajaran sebagai instrumen penilaian
dimungkinkan dan bahkan dapat mengungkap beberapa aspek kemampuan
sebagai hasil belajar.

Penggunaan penilaian Portofolio dalam pembelajaran menurut Ross


menggunakan asumsi teori belajar fleksibilitas kognitif dari Shapio yang
memfokuskan pada hakikat belajar yang kompleks dan tidak Terstruktur.

Portofolio sebagai fakta yang menunjukkan terjadinya proses belajar pada


diri anak. Selain itu, Portofolio juga sebagai fakta dari berbagai proses dan
aktivitas belajar yang dilakukan anak dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
Portofolio sebagai pembelajaran berfungsi sebagai pengarah munculnya berbagai
bentuk kegiatan pembelajaran.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

JUDUL KELEBIHAN KEKURANGAN


KRITERIA
BUKU BUKU BUKU
Warna dasar pada
kulit buku
Kulit buku terbuat seharusnya jangan
dari bahan yang berwarna hitam
Kulit Buku tebal dan kedap air karena membuat
PSIKOLOGI sehingga tidak buku tersebut
PENDIDIKAN mudah robek. membuat minat
pembaca kurang
tertarik
kulit buku cukup
Ilustrasi
menarik,karena
Gambar
pada cover depan

29
buku terdapat
gambar otak
manusia, gambar
tersebut cukup
sesuai dengan mata
kuliah psikologi
pendidikan
Lembaran pada
buku sudah sesuai
dengan tata letak
Dibagian identitas
yang sebenarnya,
buku kurang
dimulai dari cover,
Tata Letak lengkap letak
identitas buku, kata
penerbitnya dan
pengantar, -daftar
agak sulit dicari
isi, pembahasan
hingga daftar
pustaka
Terdapat beberapa
istilah yang kurang
Bahasa yang
Penggunaan dimengerti. Akan
digunakan mudah
Bahasa lebih baik jika
dimengerti
buku ini dilengkapi
dengan glosarium
Buku ini
merupakan buku
pengantar,seluruh
Pembahasan isinya membahas -
ruang lingkup
psilkologi
pendidikan,

30
dimulai dari apa itu
psikologi
pendidikan,
belajar,karakteristi
k belajar,
pendekatan dan
teknik
belajar,model
pembelajaran,
motivasi
belajar,disain
pembelajaran dan
penilaian
Prof.Dr.Sri
Pengarang Milfayetty,S.Psi.,M
S.Kons,Dkk

31
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Apapun yang dikemukakan oleh para ahli tentang psikologi pendidikan, dapat
disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang
dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada sebuah pertumbuhan
dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya
dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan
keberhasilan belajar.

b. Saran

Disarankan kepada penulis buku, agar kedepannya dapat lebih memperhatikan


komponen-komponen yang harus dimiliki buku, agar buku tersebut lebih menarik
untuk dibaca.

Disarankan kepada mahasiswa atau siapapun untuk membaca buku “Psikologi


Pendidikan” karena dengan membaca buku tersebut, kita jadi memiliki
pengetahuan, dan wawasan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Milfayetty Sri,2018,Psikologi Pendidikan,Medan: PPs Unimed,

33

Anda mungkin juga menyukai