Anda di halaman 1dari 18

12

MAKALAH
Nasabah Bank
Disusun Guna Memenuhi Tugas Bank Dan Lembaga Keuangan Lainya

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Adrianus Toding (17304006)


Firnande Tandi Pau (17304005)
Sulio Elkin Frando R (17304077)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2019
13

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayaNya sampai saat ini sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah tugas
kelompok pada mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainya . .Adapun makalah tentang
Nasabah Bank ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya bantuan dari
berbagai pihak.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyajian makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis berharap saran dan kritik untuk membangun kesempurnaan makalah ini.
Penyelesaian ini berkat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
menghaturkan terima kasih kepada :
1. Terhormat Ibu Dosen Starry Wokas yang telah memeberikan kesempatan dan
kepercayaan kepada kami serta telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan
2. Anggota kelompok dengan kerja sama yang kompak dan sukses berhasil menyusun
makalah ini.
3. Seluruh anggota kelompok yang banyak memberikan saran dan bantuan hingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan makalah kami dapat menjadi
acuan serta referensi untuk mahasiswa Universitas Negeri Manado Khususnya jurusan
Akuntansi.

Tondano, 19 Maret 2019

Kelompok 4
14

DAFTAR ISI
15

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Fokus dari dinamika perbankan kualitas perbankan terletak pada kepuasan nasabah, oleh

karena itu perlu dipahami hal-hal yang berkaitan dengan nasabah. Nasabah adalah semua orang

yang menuntut suatu bank untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu dan dapat

memberikan pengaruh pada performance perbankan. Beberapa terminology tentang nasabah

dapat diberikan sebagai berikut (Sipahatur Mangasa, dalam bukunya Customer Focus, (2002 :

1) :

a. Nasabah adalah orang yang mendatangi bank, tetapi banklah yang bertanggung jawab pada

nasabah.

b. Nasabah adalah orang yang membawa bank kepada keinginannya.

c. Tidak ada seorang pun yang pernah menang beragumentasi dengan nasabah.

d. Nasabah adalah orang yang eksistensinya teramat penting sehingga harus dipuaskan oleh

perbankan

1.2RUMUSAN MASALAH
Mengetahui seputar apa itu defenisi Nasabah, Bank, Hubungan antara Nasabah dengan
Bank, Hubungan hokum Nasabah dengan Bank, sifat-sifat Bank dan Sabah serta
Mengetahui Hukum Nasabah dan Bank.

1.3TUJUAN PENULISAN
16
Digunakan sebagai bahan informasi dan pengetahuan seputar apa itu defenisi Nasabah, Bank,
Hubungan antara Nasabah dengan Bank, Hubungan hokum Nasabah dengan Bank, sifat-
sifat Bank dan Sabah serta Mengetahui Hukum Nasabah dan Bank.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 BANK
Bank merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan.

Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima

simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank juga dikenal sebagai

tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan, sebagai tempat

untuk menukar uang, dan memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk

pembayaran dan setoran.

Dimulai sejak zaman Babylonia, tugas bank pada waktu itu lebih bersifat

tukar-menukar mata uang, kemudian usaha ini berkembang dengan menerima

tabungan, menitipkan, ataupun meminjamkan uang dengan memungut bunga

pinjaman sebagai imbalannya. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia

dibawa oleh bangsa Eropa yang datang ke Asia saat melakukan penjajahan di negara

– negara jajahannya. Seperti pada mulanya bank mulai ada di negara Indonesia

karena dibawa bangsa Belanda pada saat menjajah bangsa Indonesia. Pada saat itu

ada beberapa bank yang memegang peranan penting di Indonesia dimana pada masa

penjajahan lebih dikenal dengan nama Hindia Belanda. Bank – bank yang ada yaitu

seperti :

a. De Javasche NV
b. De Post Paar Bank

c. Nederland Handles Maatscappij (NHM)

d. Nationale Handles bank (NHB)

Bank berasal dari kata Italia “banco” yang berarti bangku. Bangku inilah yang

dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para

nasabah. Istilah bangku secara resmi dan populer menjadi bank.

Kasmir (2003;11) dalam bukunya, mengartikan bank secara sederhana

sebagai : “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dan menyalurkan

kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”.

Sedangkan pengertian lembaga keuangan, masih dalam bukunya, Kasmir

(2003;11) adalah “Setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana

kegiataannya baik hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau

kedua – duanya menghimpun dan menyalurkan dana.”

Menurut pasal 1 Undang – Undang No. 4 Tahun 2003 tentang Perbankan,

Bank adalah Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan berdasarkan pasal 1

Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang – Undang No. 7

Tahun 1992 tentang Perbankan, Bank didefinisikan sebagai badan usaha yang

menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.


Berdasarkan fungsinya, bank didefinisikan sebagai “intermediasi keuangan

dalam menerima dana dari pihak luar dan memberikan pinjaman kepada seluruh

pihak tertentu yang membutuhkan disamping memberikan pelayanan jasa keuangan

lainnya” (Rose, 2002, p4).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa

bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas

perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu menghimpun dana, menyalurkan

dana, serta memberikan jasa bank lainnya.

2.2 ASAS, FUNGSI, DAN TUJUAN BANK

2.2.1 Asas

Perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya

berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati – hatian.

2.2.2 Fungsi

Fungsi utama perbankan sebagai penghimpun dana dan penyalur dana

masyarakat.

Tiga fungsi utama Bank, yaitu:

a. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk

simpanan.
b. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam

bentuk kredit.

c. Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan

peredaran uang.

2.2.3 Tujuan

Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan

stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat banyak.

2.3 NASABAH
Fokus dari dinamika perbankan kualitas perbankan terletak pada kepuasan nasabah, oleh

karena itu perlu dipahami hal-hal yang berkaitan dengan nasabah. Nasabah adalah semua orang

yang menuntut suatu bank untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu dan dapat

memberikan pengaruh pada performance perbankan. Beberapa terminology tentang nasabah

dapat diberikan sebagai berikut (Sipahatur Mangasa, dalam bukunya Customer Focus, (2002 :

1) :

a. Nasabah adalah orang yang mendatangi bank, tetapi banklah yang bertanggung jawab pada

nasabah.

b. Nasabah adalah orang yang membawa bank kepada keinginannya.

c. Tidak ada seorang pun yang pernah menang beragumentasi dengan nasabah.

d. Nasabah adalah orang yang eksistensinya teramat penting sehingga harus dipuaskan oleh

perbankan.
Menurut Waworuntu dalam bukunya Dasar-Dasar Keterampilan melayani nasabah bank

(1997: 15) nasabah adalah individu yang menopang kepentingan bank. Dan berdasarkan UU. No.

10 tahun 1998 tentang pokok-pokok perbankan pasal 1, dijelaskan bahwa nasabah adalah pihak

yang menggunakan jasa bank. Nasabah terbagi atas:

a. Nasabah Utama

Adalah nasabah yang memiliki transaksi dalam jumlah besar, taat dalam memenuhi

kewajibannya kepada bank sebagimana yang telah di persyaratkan.

b. Nasabah Penyimpan

Adalah nasabah yang menetapkan dananya dibank dalam bentuk simpanan berdasarkan

perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan

c. Nasabah Debitur

Adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian ganti dengan nasabah yang

bersangkutan.

2.4 SIFAT-SIFAT NASABAH

Dalam melayani nasabah sebaiknya seorang customer service mampu memahami dan

mengerti akan sifat masing-masing nasabahnya. Hal ini disebabkan masing-masing nasabah

memiliki sifat-sifat yang berbeda, secara umum setiap nasabah memiliki keinginan yang sama,

yaitu ingin dipenuhi keinginannya dan kebutuhannya serta selalu ingin memperoleh perhatian.

Menurut Kasmir dalam bukunya Pemasaran Bank (2004: 206) sifat-sifat nasabah adalah

sebagai berikut :

a. Nasabah adalah raja


Pihak bank harus menganggap nasabah adalah raja, artinya seorang raja harus dipenuhi semua

keinginan dan kebutuhannyan. Pelayanan yang diberikan haruslah seperti melayani seorang raja

dalam arti masih dibatas-batas etika dan moral dengan tidak merendahkan derajat bank atau

derajat bank dan karyawan itu sendiri.

b. Mau dipenuhi keinginan dan kebutuhannya

Kedatangan nasabah ke bank adalah agar hasrat atau keinginannya terpenuhi, bank berupa

informasi, pengisian aplikasi, atau keluhan-keluhan.

c. Tidak mau di debat dan tidak mau di singgung

Sudah merupakan hukum alam bahwa nasabah paling tidak suka dibantah atau debat. Usaha

setiap pelayanan dilakukan melalui diskusi yang santai dan rileks. Pandai-pandailah

mengemukakan pendapat sehingga nasabah tidak mudah tersinggung

d. Nasabah mau diperhatikan

Nasabah yang datang ke bank pada hakikatnya ingin memperoleh perhatian. Jangan sekali-kali

menyepelehkan atau membiarkan nasabah. Berikan perhatian secara penuh sehingga nasabah

benar-benar merasa diperhatikan

e. Nasabah merupakan sumber pendapatan bank

Pendapatan utama bank adalah dari transaksi yang dilakukan oleh nasabahnya, oleh karena itu,

jika membiarkan nasabah berarti menghilangkan pendapatan. Nasabah merupakan sumber

pendapatan yang harus dijaga.

2.5 HUBUNGAN ANTARA BANK DAN NASABAH

Bank berhubungan dengan nasabah. Dalam hubungan tersebut, timbul hak dan kewajiban
pada masing-masing pihak. Hak dan kewajiban itu muncul berdasarkan perjanjian. Perjanjian
merupakan domain dari ranah hukum perdata. Pebisnis akan lebih familiar mendengar kata
“kontrak” sebagai padanan dari kata perjanjian.
“Kontrak merupakan bentuk pertukaran yang adil (fair exchange- who contributed what),
terkait dengan kewajiban kontraktualnya (exchange of obligation) yang didasarkan pada
proporsi masing-masing. Kontrak merupakan bentuk pertukaran yang saling menguntungkan
(exchange benefit for benefit). Kewajiban kontraktual tersebut tidak lain muncul karena adanya
pertukaran janji di antara para pihak (exchange of promises)".

Dalam melaksanakan isi kontrak, baik bank maupun nasabah tidak dibenarkan melakukan
tindakan-tindakan yang merugikan pihak lain yang dapat menimbulkan sengketa atau
permasalahan hukum.

2.6 TIMBULNYA SENGKETA DAN PROSES PENYELESAINYA

Secara umum, proses penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui mekanisme litigasi
(melalui jalur gugatan ke badan peradilan) dan mekanisme non litigasi (tanpa melalui
pengadilan). Mekanisme penyelesaian sengketa non litigasi dikenal dengan istilah Alternatif
Penyelesaian Sengketa (Alternative Dispute Resolutions), yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Untuk konteks sengketa di bidang perbankan, terdapat mekanisme penyelesaian sengketa


tersendiri yang disebut mediasi perbankan.

Menurut Pasal 1 butir 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 sebagaimana telah
diubah oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor 10 /1/PBI/2008 tentang Mediasi Perbankan,
dinyatakan bahwa :

“Sengketa adalah permasalahan yang diajukan oleh Nasabah atau Perwakilan Nasabah kepada
penyelenggara mediasi perbankan,setelah melalui proses penyelesaian pengaduan oleh Bank
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggaraan Pengaduan
Nasabah.”

Dari kalimat di atas, diketahui bahwa ada pihak yang menjadi mediator antara nasabah dengan
bank. Sebelum masuk pada tahap ini, perlu diketahui terlebih dahulu mekanisme pengaduan
nasabah.

2.7 PENGADUAN NASABAH

Penyelesaian Pengaduan Nasabah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor


7/7/PBI/2005 sebagaimana diubah oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/10/PBI /2008.
Dalam kedua peraturan tersebut, terdapat hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh nasabah,
terkait dengan kewajiban bank dalam menyelesaikan pengaduan. Hal-hal yang menjadi
kewajiban bank merupakan hal-hal yang menjadi hak dari nasabah. Butir-butir penting tersebut
diantaranya:
1. Bank harus memiliki unit khusus pelayanan pengaduan nasabah dan
mempublikasikannya pada nasabah,

2. Bank wajib menerima pengaduan nasabah baik yang disampaikan secara lisan maupun
tertulis,

3. Pengaduan lisan wajib diselesaikan dalam waktu dua hari kerja,

4. Pengaduan secara tertulis: Bank wajib memberi bukti tanda terima pengaduan kepada
nasabah / perwakilannya,

5. Pengaduan tertulis diselesaikan dalam waktu maksimum dua puluh hari kerja, dan karena
kondisi-kondisi tertentu, dapat diperpanjang selama dua puluh hari kerja, dan wajib
diberitahukan secara tertulis pada nasabah

Apabila proses pengaduan tidak membuahkan hasil, masih ada jalan yang dapat ditempuh, yaitu
dengan mediasi perbankan.

2.8 MEDIASI

Peraturan Bank Indonesia tentang Mediasi Perbankan mendefinisikan:

 Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk membantu
para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan
sukarela terhadap sebagian atau seluruh permasalahan yang disengketakan.

 Mediator adalah pihak yang tidak memihak dalam membantu pelaksanaan mediasi.
Sengketa yang dapat diselesaikan melalui mediasi perbankan adalah sengketa yang
memiliki nilai tuntutan finansial paling banyak Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Mediator ditunjuk oleh Bank Indonesia dan harus dipastikan bahwa mediator tersebut
tidak memiliki benturan kepentingan dengan para pihak yang sedang bersengketa.

Proses Pelaksanaan Mediasi Perbankan

 Proses Mediasi dilaksanakan setelah Nasabah atau Perwakilan Nasabah dan Bank
menandatangani perjanjian Mediasi (agreement to mediate) yang memuat:

1. Kesepakatan untuk memilih Mediasi sebagai alternatif penyelesaian Sengketa; dan

2. persetujuan untuk patuh dan tunduk pada aturan Mediasi yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.

 Pengajuan penyelesaian Sengketa tidak melebihi 60 (enam puluh) hari kerja sejak tanggal
surat hasil penyelesaian Pengaduan yang disampaikan Bank kepada Nasabah.
 Pelaksanaan proses Mediasi sampai dengan ditandatanganinya Akta Kesepakatan
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak Nasabah atau
Perwakilan Nasabah dan Bank menandatangani perjanjian Mediasi (agreement to
mediate).

 Jangka waktu proses Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang
sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kerja berikutnya berdasarkan Kesepakatan Nasabah
atau Perwakilan Nasabah dan Bank.

 Kesepakatan antara Nasabah atau Perwakilan Nasabah dengan Bank yang dihasilkan dari
proses Mediasi dituangkan dalam Akta Kesepakatan yang ditandatangani oleh Nasabah
atau Perwakilan Nasabah dan Bank.

Kiat-kiat Menghindari Sengketa

Walaupun kita telah cukup mengetahui bahwa sebagai nasabah, hak-hak kita dilindungi dengan
adanya mekanisme penyelesaian sengketa perbankan, akan jauh lebih baik apabila kita
menghindarkan diri dari sengketa. Prinsipnya, apabila masing-masing pihak mengetahui hak dan
kewajibannya dan menjalankannya dengan benar sesuai dengan apa yang diperjanjikan, maka
tidak akan terjadi sengketa. Dari mana kita dapat mengetahui kewajiban kita? Tentunya dari
perjanjian antara kita dengan bank pada setiap hubungan transaksi yang kita lakukan. Pahami apa
yang tertulis dalam syarat dan ketentuan transaksi yang diberikan oleh bank. Jangan
menandatangani sesuatu yang belum kita teliti dan pahami.

2.9 HUBUNGAN HUKUM

VBHubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang paling terkait,
yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan dan mengembangkan
banknya, apabila masyarakat “percaya” untuk menempatkan uangnya, pada produk-produk
perbankan yang ada pada bank tersebut. Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank
dapat memobilisir dana dari masyarakat, untuk ditempatkan pada banknya dan bank akan
memberikan jasajasa perbankan. Berdasarkan dua fungsi utama dari suatu bank, yaitu fungsi
pengerahan dana dan penyaluran dana, maka terdapat dua hubungan hukum antara bank dan
nasabah yaitu :

1. Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana Artinya bank menempatkan
dirinya sebagai peminjam dana milik masyarakat (para penanam dana). Bentuk hubungan hukum
antara bank dan nasabah menyimpan dana, dapat terlihat dari hubungan hukum yang muncul dari
produk-produk perbankan, seperti deposito, tabungan, giro, dan sebagainya. Bentuk hubungan
hukum itu dapat tertuang dalam bentuk peraturan bank yang bersangkutan dan syarat-syarat
umum yang harus dipatuhi oleh setiap nasabah penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut harus
disesuaikan dengan produk perbankan yang ada, karena syarat dari suatu produk perbankan tidak
akan sama dengan syarat dari produk perbankan
yang lain. Dalam produk perbankan seperti tabungan dan deposito, maka ketentuan dan syarat-
syarat umum yang berlaku adalah ketentun-ketentuan dan syarat-syarat umum hubungan
rekening deposito dan rekening tabungan.

2. Hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur

Artinya bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debiturnya. Bentuknya dapat berupa
kredit, seperti kredit modal kerja, kredit investasi, atau kredit usaha kecil. Dari segi kacamata
hukum, hubungan antara nasabah dengan bankterdiri dari dua bentuk yaitu :

1. Hubungan Kotraktual

2. Hubungan Non Kontraktual

a. Hubungan Kontraktual Hubungan yang paling utama dan lazim antara bank dengan nasabah
adalah hubungan kontraktual. Hal ini berlaku hampir pada semua

nasabah, baik nasabah debitur, nasabah deposan, ataupun nasabah non debitur-non deposan.
Terhadap nasabah debitur hubungan kontraktual tersebut berdasarkan atas suatu kontrak yang
dibuat antara bank sebagai kreditur (pemberi dana) dengan pihak debitur ( peminjam dana ).
Hukum kontrak yang menjadi dasar hubungan bank dengan nasabah debitur bersumber dari
ketentuan-ketentuan KUHPerdata tentang kontrak (buku ketiga).

Sebab, menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, bahwa semua perjanjian yang dibuat secara
sah berkekuatan sama dengan undang-undang bagi kedua belah pihak. Berbeda dengan nasabah
debitur, maka untuk nasabah deposan atau nasabah non debitu-non deposan, tidak terdapat
ketentuan khusus yang mengatur untuk kontrak jenis ini dalam KUHPerdata. Karena itu,
kontrak-kontrak untuk nasabah seperti itu hanya tunduk kepada ketentuanketentuan umum dari
KUHPerdata mengenai kontrak. Prinsip hubungan nasabah penyimpan dana dengan bank adalah
hubungan kontraktual, dalam hal ini hubungan kreditur-debitur, dimana pihak bank berfungsi
sebagai debitur sedangkan pihak nasabah berfungsi sebagai pihak kreditur, prinsip hubungan
seperti ini juga tidak dapat

diberlakukan secara mutlak. Ada tiga tingkatan dari pemberlakuan hubungan kontraktual kepada
hubungan antara nasabah penyimpan dana dengan pihak bank, yaitu :

1. Sebagai hubungan bank dan nasabah

2. Sebagai hubungan kontraktual lainnya yang lebih luas dari hanya sekedar hubungan debitur-
kreditur

3. Sebagai hubungan implied contract, yaitu hubungan kontrak yang tersirat.

b. Hubungan Non Kontraktual Selain hubungan kontraktual, apakah ada hubungan hukum yang
lain antara pihak bank dengan pihak nasabah, terutama dengan nasabah deposan dengan nasabah
non deposan-non debitur. Ada enam jenis hubungan hukum antara bank dengan nasabah selain
dari hubungan kontraktual sebagaimana yang disebutkan di atas, yaitu :

1. Hubungan fidusia

2. Hubungan konfidensial

3. Hubungan bailor-bailee

4. Hubungan principal-agent

5. Hubungan mortgagor-mortgagee

6. Hubungan trustee-beneficiary

Berhubung hukum di Indonesia tidak dengan tegas mengakui hubungan-hubungan tersebut,


maka hubungan-hubungan tersebut baru dapat dilaksanakan jika disebutkan dengan tegas dalam
kontrak untuk hal tersebut. Atau setidak-tidaknya ada kebiasaan dalam praktek perbankan untuk
mengakui eksistensi kedua hubungan tersebut. Misalnya dalam hubungan dengan lembaga trust
yang merupakan salah satu kegiatan perbankan, mesti ada kebijaksanaan bank yang
bersangkutan dengan lembaga trust tersebut, juga dibutuhkan pengakuan dalam kontrak-kontrak
trust seperti yang diinginkan kedua belah pihak. Nasabah bank wajib memberitahukan oleh bank
setiap perubahan policy yang signifikan yang dapat mempengaruhi accountnya pihak nasabah
atau mempengaruhi jasa bank yang selama ini diberikan oleh bank. Apabila bank memberikan
jasa pengiriman uang untuk kepentingan nasabahnya, maka dalam hal ini akan menempatkan
posisinya sebagai “pelaksana amanat” dari nasabahnya. Hubungan formal antara nasabah dengan
bank terdapat pada formulir-formulir yang telah diisi oleh nasabah dan disetujui oleh bank.
Formulir-formulir itu berisi tentang permohonan atau perintah atau kuas pada bank. Formulir
tersebut pada umumnya dibuat oleh bank. Dalam formulir tersebut akan saling menunjuk
ketentuan yang berkaitan dengan transaksi yang dikehendaki oleh nasabah. Masing-masing
formulir tersebut pada hakikatnya merupakan bagian dari satu-kesatuan yang tidak
terpisahkan.Nasabah yang mengisi formulir permohonan, perintah, atau kuasa kepada bank pada
dasarnya merupakan tindak lanjut dari kepercayaan masyarakat pada bank. Nasabah atau
konsumen mewujudkan kepercayaannya itu dalam bentuk pengajuan aplikasi permohonan yang
dipercayanya. Hubungan antara bank dengan nasabah seringkali menunjuk pada berlakunya
ketentuan yang lebih luas dan ketentuan tersebut dinyatakan sebagai ketentuan yang lebih luas
dan ketentuan tersebut dinyatakan sebagai ketentuan yang berlaku dan merupakan bagian serta
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan aplikasi tersebut
BAB III

KESIMPULAN
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank syariah dan atau Unit Usaha
Syariah. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan
atau Unit Usaha Syariah dalam bentuk simpanan berdasarkan akad antara bank syariah atau Unit
Usaha Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Nasabah investor adalah nasabah yang
menempatkan dananya di Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dalam bentuk investasi
berdasarkan akad antara Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dan nasabah yang
bersangkutan. Nasabah penerima fasilitas adalah nasabah yang memperoleh fasilitas dana atau
yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan prinsip syariah.

Dalam BMT Karisma terdapat dua jenis nasabah/ anggota, yaitu:


Calon anggota, yaitu anggota yang jumlah simpanan pokoknya belum ada Rp. 25.000,00.
Sebagian besar calon anggota adalah anggota yanng hanya menggunakan jasa simpanan saja.
Anggota, yaitu anggota yang jumlah simpanan pokoknya Rp. 25.000,00 atau lebih. Sebagian
besar anggota adalah anggota pembiayaan karena setiap pelaksanaan akad anggota diwajibkan
membayar simpanan pokok.

Dalam koperasi, dikenal istilah simpanan pokok dan simpanan wajib. Oleh karena BMT berada
dibawah naungan Badan Koperasi, maka anggota BMT harus membayar simpanan pokok dan
simpanan wajib. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan sama
nilainya yang wajib dibayarkan oleh anggota pada saat masuk menjadi anggota. simpanan pokok
tidak dapat diambil selama yang bersangkutan menjadi anggota. Sedangkan simpanan wajib
adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama jumlahnya yang wajib dibayarkan oleh
anggota dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil selama
menjadi anggota (Sudarsono, 2006: 149-150).

Klasifikasi Nasabah
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/ 26 /PBI/2009 tentang prinsip kehati-hatian
dalam melaksanakan kegiatan structured product bagi Bank Umum, nasabah diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu:

a. Nasabah Profesional
Nasabah digolongkan sebagai nasabah profesional apabila nasabah tersebut memiliki
pemahaman terhadap karakteristik, fitur, dan risiko dari structured product dan terdiri dari:
Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang terdiri dari bank, perusahaan efek,
perusahaan pembiayaan atau pedagang berjangka sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang perbankan, pasar modal, lembaga pembiayaan dan
perdagangan berjangka komoditi yang berlaku.
Perusahaan dengan modal lebih dari Rp. 20.000.000.000,-(dua puluh miliar rupiah) atau
ekuivalennya dalam valuta asing dan telah melakukan kegiatan usaha paling kurang 36 bulan
berturut-turut.
Pemerintah Republik Indonesia atau pemerintah negara lain.
Bank central atau bank negara lain
Bank atau lembaga pembangunan multilateral.

b.Nasabah Eligible
Nasabah digolongkan sebagai nasabah profesional apabila nasabah tersebut memiliki
pemahaman terhadap karakteristik, fitur, dan risiko dari structured product dan terdiri dari:

Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan berupa dana pensiun atau perusahaan
perasuransian sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di bidang
dana pensiun dan usaha perasuransian yang berlaku.
Perusahaan dengan modal setidaknya Rp. 5.000.000.000,-(lima miliar rupiah) atau ekuivaennya
dalam valuta asing dan telah melakukan kegiatan paling kurang 12 bulan berturut-turut.
Nasabah perorangan yang mempunyai portofolio aset berupa kas, giro, tabungan paling kurang
Rp. 5.000.000.000 (lima miliar rupiah).

c. Nasabah Retail adalah nasabah yang tidak termasuk dalam nasabah profesional dan eligible.
Structured Products adalah produk Bank yang merupakan penggabungan antara 2 (dua) atau
lebih instrumen keuangan berupa instrumen keuangan non derivatif dengan derivatif atau
derivatif dengan derivatif dan paling kurang memiliki karakteristik sebagai berikut:

Nilai atau arus kas yang timbul dari produk tersebut dikaitkan dengan satu atau kombinasi
variabel dasar seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi dan/ atau ekuitas.
Pola perubahan atas nilai atau arus kas produk bersifat tidak reguler apabila dibandingkan
dengan pola perubahan variabel dasar sebagaimana dimaksud pada huruf a sehingga
mengakibatkan perubahan nilai atau arus kas tersebut tidak mencerminkan keseluruhan
perubahan pola dari variabel dasar secara linear.
Menurut Teguh Pujo Mulyono (2005), klasifikasi nasabah dapat dilihat dengan matrik klasifikasi
nasabah pembiayaan. Matrik tersebut menggabungan antara aspek jaminan dan
DAFTAR PUSTAKA

1. Try Widyono, Op.Cit hlm 21-24

2. Op.cit Munir Fuadi, hlm 102

3. Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank Dan Nasabah Terhadap Produk tabungan
dan Deposito. Bandung : PT. citra Aditya Bakti, 1995. Hal 32

4. Ibid

Anda mungkin juga menyukai