MAKALAH
Nasabah Bank
Disusun Guna Memenuhi Tugas Bank Dan Lembaga Keuangan Lainya
Disusun Oleh :
Kelompok 4
FAKULTAS EKONOMI
2019
13
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayaNya sampai saat ini sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah tugas
kelompok pada mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainya . .Adapun makalah tentang
Nasabah Bank ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya bantuan dari
berbagai pihak.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyajian makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis berharap saran dan kritik untuk membangun kesempurnaan makalah ini.
Penyelesaian ini berkat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
menghaturkan terima kasih kepada :
1. Terhormat Ibu Dosen Starry Wokas yang telah memeberikan kesempatan dan
kepercayaan kepada kami serta telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan
2. Anggota kelompok dengan kerja sama yang kompak dan sukses berhasil menyusun
makalah ini.
3. Seluruh anggota kelompok yang banyak memberikan saran dan bantuan hingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan makalah kami dapat menjadi
acuan serta referensi untuk mahasiswa Universitas Negeri Manado Khususnya jurusan
Akuntansi.
Kelompok 4
14
DAFTAR ISI
15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Fokus dari dinamika perbankan kualitas perbankan terletak pada kepuasan nasabah, oleh
karena itu perlu dipahami hal-hal yang berkaitan dengan nasabah. Nasabah adalah semua orang
yang menuntut suatu bank untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu dan dapat
dapat diberikan sebagai berikut (Sipahatur Mangasa, dalam bukunya Customer Focus, (2002 :
1) :
a. Nasabah adalah orang yang mendatangi bank, tetapi banklah yang bertanggung jawab pada
nasabah.
c. Tidak ada seorang pun yang pernah menang beragumentasi dengan nasabah.
d. Nasabah adalah orang yang eksistensinya teramat penting sehingga harus dipuaskan oleh
perbankan
1.2RUMUSAN MASALAH
Mengetahui seputar apa itu defenisi Nasabah, Bank, Hubungan antara Nasabah dengan
Bank, Hubungan hokum Nasabah dengan Bank, sifat-sifat Bank dan Sabah serta
Mengetahui Hukum Nasabah dan Bank.
1.3TUJUAN PENULISAN
16
Digunakan sebagai bahan informasi dan pengetahuan seputar apa itu defenisi Nasabah, Bank,
Hubungan antara Nasabah dengan Bank, Hubungan hokum Nasabah dengan Bank, sifat-
sifat Bank dan Sabah serta Mengetahui Hukum Nasabah dan Bank.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 BANK
Bank merupakan suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang keuangan.
simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank juga dikenal sebagai
tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan, sebagai tempat
untuk menukar uang, dan memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk
Dimulai sejak zaman Babylonia, tugas bank pada waktu itu lebih bersifat
dibawa oleh bangsa Eropa yang datang ke Asia saat melakukan penjajahan di negara
– negara jajahannya. Seperti pada mulanya bank mulai ada di negara Indonesia
karena dibawa bangsa Belanda pada saat menjajah bangsa Indonesia. Pada saat itu
ada beberapa bank yang memegang peranan penting di Indonesia dimana pada masa
penjajahan lebih dikenal dengan nama Hindia Belanda. Bank – bank yang ada yaitu
seperti :
a. De Javasche NV
b. De Post Paar Bank
Bank berasal dari kata Italia “banco” yang berarti bangku. Bangku inilah yang
sebagai : “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari
kegiataannya baik hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau
Bank adalah Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan berdasarkan pasal 1
Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang – Undang No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan, Bank didefinisikan sebagai badan usaha yang
dalam menerima dana dari pihak luar dan memberikan pinjaman kepada seluruh
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa
bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas
perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu menghimpun dana, menyalurkan
2.2.1 Asas
2.2.2 Fungsi
masyarakat.
simpanan.
b. Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam
bentuk kredit.
peredaran uang.
2.2.3 Tujuan
2.3 NASABAH
Fokus dari dinamika perbankan kualitas perbankan terletak pada kepuasan nasabah, oleh
karena itu perlu dipahami hal-hal yang berkaitan dengan nasabah. Nasabah adalah semua orang
yang menuntut suatu bank untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu dan dapat
dapat diberikan sebagai berikut (Sipahatur Mangasa, dalam bukunya Customer Focus, (2002 :
1) :
a. Nasabah adalah orang yang mendatangi bank, tetapi banklah yang bertanggung jawab pada
nasabah.
c. Tidak ada seorang pun yang pernah menang beragumentasi dengan nasabah.
d. Nasabah adalah orang yang eksistensinya teramat penting sehingga harus dipuaskan oleh
perbankan.
Menurut Waworuntu dalam bukunya Dasar-Dasar Keterampilan melayani nasabah bank
(1997: 15) nasabah adalah individu yang menopang kepentingan bank. Dan berdasarkan UU. No.
10 tahun 1998 tentang pokok-pokok perbankan pasal 1, dijelaskan bahwa nasabah adalah pihak
a. Nasabah Utama
Adalah nasabah yang memiliki transaksi dalam jumlah besar, taat dalam memenuhi
b. Nasabah Penyimpan
Adalah nasabah yang menetapkan dananya dibank dalam bentuk simpanan berdasarkan
c. Nasabah Debitur
Adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian ganti dengan nasabah yang
bersangkutan.
Dalam melayani nasabah sebaiknya seorang customer service mampu memahami dan
mengerti akan sifat masing-masing nasabahnya. Hal ini disebabkan masing-masing nasabah
memiliki sifat-sifat yang berbeda, secara umum setiap nasabah memiliki keinginan yang sama,
yaitu ingin dipenuhi keinginannya dan kebutuhannya serta selalu ingin memperoleh perhatian.
Menurut Kasmir dalam bukunya Pemasaran Bank (2004: 206) sifat-sifat nasabah adalah
sebagai berikut :
keinginan dan kebutuhannyan. Pelayanan yang diberikan haruslah seperti melayani seorang raja
dalam arti masih dibatas-batas etika dan moral dengan tidak merendahkan derajat bank atau
Kedatangan nasabah ke bank adalah agar hasrat atau keinginannya terpenuhi, bank berupa
Sudah merupakan hukum alam bahwa nasabah paling tidak suka dibantah atau debat. Usaha
setiap pelayanan dilakukan melalui diskusi yang santai dan rileks. Pandai-pandailah
Nasabah yang datang ke bank pada hakikatnya ingin memperoleh perhatian. Jangan sekali-kali
menyepelehkan atau membiarkan nasabah. Berikan perhatian secara penuh sehingga nasabah
Pendapatan utama bank adalah dari transaksi yang dilakukan oleh nasabahnya, oleh karena itu,
Bank berhubungan dengan nasabah. Dalam hubungan tersebut, timbul hak dan kewajiban
pada masing-masing pihak. Hak dan kewajiban itu muncul berdasarkan perjanjian. Perjanjian
merupakan domain dari ranah hukum perdata. Pebisnis akan lebih familiar mendengar kata
“kontrak” sebagai padanan dari kata perjanjian.
“Kontrak merupakan bentuk pertukaran yang adil (fair exchange- who contributed what),
terkait dengan kewajiban kontraktualnya (exchange of obligation) yang didasarkan pada
proporsi masing-masing. Kontrak merupakan bentuk pertukaran yang saling menguntungkan
(exchange benefit for benefit). Kewajiban kontraktual tersebut tidak lain muncul karena adanya
pertukaran janji di antara para pihak (exchange of promises)".
Dalam melaksanakan isi kontrak, baik bank maupun nasabah tidak dibenarkan melakukan
tindakan-tindakan yang merugikan pihak lain yang dapat menimbulkan sengketa atau
permasalahan hukum.
Secara umum, proses penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui mekanisme litigasi
(melalui jalur gugatan ke badan peradilan) dan mekanisme non litigasi (tanpa melalui
pengadilan). Mekanisme penyelesaian sengketa non litigasi dikenal dengan istilah Alternatif
Penyelesaian Sengketa (Alternative Dispute Resolutions), yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Menurut Pasal 1 butir 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 sebagaimana telah
diubah oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor 10 /1/PBI/2008 tentang Mediasi Perbankan,
dinyatakan bahwa :
“Sengketa adalah permasalahan yang diajukan oleh Nasabah atau Perwakilan Nasabah kepada
penyelenggara mediasi perbankan,setelah melalui proses penyelesaian pengaduan oleh Bank
sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggaraan Pengaduan
Nasabah.”
Dari kalimat di atas, diketahui bahwa ada pihak yang menjadi mediator antara nasabah dengan
bank. Sebelum masuk pada tahap ini, perlu diketahui terlebih dahulu mekanisme pengaduan
nasabah.
2. Bank wajib menerima pengaduan nasabah baik yang disampaikan secara lisan maupun
tertulis,
4. Pengaduan secara tertulis: Bank wajib memberi bukti tanda terima pengaduan kepada
nasabah / perwakilannya,
5. Pengaduan tertulis diselesaikan dalam waktu maksimum dua puluh hari kerja, dan karena
kondisi-kondisi tertentu, dapat diperpanjang selama dua puluh hari kerja, dan wajib
diberitahukan secara tertulis pada nasabah
Apabila proses pengaduan tidak membuahkan hasil, masih ada jalan yang dapat ditempuh, yaitu
dengan mediasi perbankan.
2.8 MEDIASI
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator untuk membantu
para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan
sukarela terhadap sebagian atau seluruh permasalahan yang disengketakan.
Mediator adalah pihak yang tidak memihak dalam membantu pelaksanaan mediasi.
Sengketa yang dapat diselesaikan melalui mediasi perbankan adalah sengketa yang
memiliki nilai tuntutan finansial paling banyak Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Mediator ditunjuk oleh Bank Indonesia dan harus dipastikan bahwa mediator tersebut
tidak memiliki benturan kepentingan dengan para pihak yang sedang bersengketa.
Proses Mediasi dilaksanakan setelah Nasabah atau Perwakilan Nasabah dan Bank
menandatangani perjanjian Mediasi (agreement to mediate) yang memuat:
2. persetujuan untuk patuh dan tunduk pada aturan Mediasi yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
Pengajuan penyelesaian Sengketa tidak melebihi 60 (enam puluh) hari kerja sejak tanggal
surat hasil penyelesaian Pengaduan yang disampaikan Bank kepada Nasabah.
Pelaksanaan proses Mediasi sampai dengan ditandatanganinya Akta Kesepakatan
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak Nasabah atau
Perwakilan Nasabah dan Bank menandatangani perjanjian Mediasi (agreement to
mediate).
Jangka waktu proses Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang
sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kerja berikutnya berdasarkan Kesepakatan Nasabah
atau Perwakilan Nasabah dan Bank.
Kesepakatan antara Nasabah atau Perwakilan Nasabah dengan Bank yang dihasilkan dari
proses Mediasi dituangkan dalam Akta Kesepakatan yang ditandatangani oleh Nasabah
atau Perwakilan Nasabah dan Bank.
Walaupun kita telah cukup mengetahui bahwa sebagai nasabah, hak-hak kita dilindungi dengan
adanya mekanisme penyelesaian sengketa perbankan, akan jauh lebih baik apabila kita
menghindarkan diri dari sengketa. Prinsipnya, apabila masing-masing pihak mengetahui hak dan
kewajibannya dan menjalankannya dengan benar sesuai dengan apa yang diperjanjikan, maka
tidak akan terjadi sengketa. Dari mana kita dapat mengetahui kewajiban kita? Tentunya dari
perjanjian antara kita dengan bank pada setiap hubungan transaksi yang kita lakukan. Pahami apa
yang tertulis dalam syarat dan ketentuan transaksi yang diberikan oleh bank. Jangan
menandatangani sesuatu yang belum kita teliti dan pahami.
VBHubungan antara bank dan nasabah didasarkan pada dua unsur yang paling terkait,
yaitu hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan dan mengembangkan
banknya, apabila masyarakat “percaya” untuk menempatkan uangnya, pada produk-produk
perbankan yang ada pada bank tersebut. Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank
dapat memobilisir dana dari masyarakat, untuk ditempatkan pada banknya dan bank akan
memberikan jasajasa perbankan. Berdasarkan dua fungsi utama dari suatu bank, yaitu fungsi
pengerahan dana dan penyaluran dana, maka terdapat dua hubungan hukum antara bank dan
nasabah yaitu :
1. Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana Artinya bank menempatkan
dirinya sebagai peminjam dana milik masyarakat (para penanam dana). Bentuk hubungan hukum
antara bank dan nasabah menyimpan dana, dapat terlihat dari hubungan hukum yang muncul dari
produk-produk perbankan, seperti deposito, tabungan, giro, dan sebagainya. Bentuk hubungan
hukum itu dapat tertuang dalam bentuk peraturan bank yang bersangkutan dan syarat-syarat
umum yang harus dipatuhi oleh setiap nasabah penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut harus
disesuaikan dengan produk perbankan yang ada, karena syarat dari suatu produk perbankan tidak
akan sama dengan syarat dari produk perbankan
yang lain. Dalam produk perbankan seperti tabungan dan deposito, maka ketentuan dan syarat-
syarat umum yang berlaku adalah ketentun-ketentuan dan syarat-syarat umum hubungan
rekening deposito dan rekening tabungan.
Artinya bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debiturnya. Bentuknya dapat berupa
kredit, seperti kredit modal kerja, kredit investasi, atau kredit usaha kecil. Dari segi kacamata
hukum, hubungan antara nasabah dengan bankterdiri dari dua bentuk yaitu :
1. Hubungan Kotraktual
a. Hubungan Kontraktual Hubungan yang paling utama dan lazim antara bank dengan nasabah
adalah hubungan kontraktual. Hal ini berlaku hampir pada semua
nasabah, baik nasabah debitur, nasabah deposan, ataupun nasabah non debitur-non deposan.
Terhadap nasabah debitur hubungan kontraktual tersebut berdasarkan atas suatu kontrak yang
dibuat antara bank sebagai kreditur (pemberi dana) dengan pihak debitur ( peminjam dana ).
Hukum kontrak yang menjadi dasar hubungan bank dengan nasabah debitur bersumber dari
ketentuan-ketentuan KUHPerdata tentang kontrak (buku ketiga).
Sebab, menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, bahwa semua perjanjian yang dibuat secara
sah berkekuatan sama dengan undang-undang bagi kedua belah pihak. Berbeda dengan nasabah
debitur, maka untuk nasabah deposan atau nasabah non debitu-non deposan, tidak terdapat
ketentuan khusus yang mengatur untuk kontrak jenis ini dalam KUHPerdata. Karena itu,
kontrak-kontrak untuk nasabah seperti itu hanya tunduk kepada ketentuanketentuan umum dari
KUHPerdata mengenai kontrak. Prinsip hubungan nasabah penyimpan dana dengan bank adalah
hubungan kontraktual, dalam hal ini hubungan kreditur-debitur, dimana pihak bank berfungsi
sebagai debitur sedangkan pihak nasabah berfungsi sebagai pihak kreditur, prinsip hubungan
seperti ini juga tidak dapat
diberlakukan secara mutlak. Ada tiga tingkatan dari pemberlakuan hubungan kontraktual kepada
hubungan antara nasabah penyimpan dana dengan pihak bank, yaitu :
2. Sebagai hubungan kontraktual lainnya yang lebih luas dari hanya sekedar hubungan debitur-
kreditur
b. Hubungan Non Kontraktual Selain hubungan kontraktual, apakah ada hubungan hukum yang
lain antara pihak bank dengan pihak nasabah, terutama dengan nasabah deposan dengan nasabah
non deposan-non debitur. Ada enam jenis hubungan hukum antara bank dengan nasabah selain
dari hubungan kontraktual sebagaimana yang disebutkan di atas, yaitu :
1. Hubungan fidusia
2. Hubungan konfidensial
3. Hubungan bailor-bailee
4. Hubungan principal-agent
5. Hubungan mortgagor-mortgagee
6. Hubungan trustee-beneficiary
KESIMPULAN
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank syariah dan atau Unit Usaha
Syariah. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan
atau Unit Usaha Syariah dalam bentuk simpanan berdasarkan akad antara bank syariah atau Unit
Usaha Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Nasabah investor adalah nasabah yang
menempatkan dananya di Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dalam bentuk investasi
berdasarkan akad antara Bank Syariah dan atau Unit Usaha Syariah dan nasabah yang
bersangkutan. Nasabah penerima fasilitas adalah nasabah yang memperoleh fasilitas dana atau
yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan prinsip syariah.
Dalam koperasi, dikenal istilah simpanan pokok dan simpanan wajib. Oleh karena BMT berada
dibawah naungan Badan Koperasi, maka anggota BMT harus membayar simpanan pokok dan
simpanan wajib. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan sama
nilainya yang wajib dibayarkan oleh anggota pada saat masuk menjadi anggota. simpanan pokok
tidak dapat diambil selama yang bersangkutan menjadi anggota. Sedangkan simpanan wajib
adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama jumlahnya yang wajib dibayarkan oleh
anggota dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil selama
menjadi anggota (Sudarsono, 2006: 149-150).
Klasifikasi Nasabah
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/ 26 /PBI/2009 tentang prinsip kehati-hatian
dalam melaksanakan kegiatan structured product bagi Bank Umum, nasabah diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu:
a. Nasabah Profesional
Nasabah digolongkan sebagai nasabah profesional apabila nasabah tersebut memiliki
pemahaman terhadap karakteristik, fitur, dan risiko dari structured product dan terdiri dari:
Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang terdiri dari bank, perusahaan efek,
perusahaan pembiayaan atau pedagang berjangka sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang perbankan, pasar modal, lembaga pembiayaan dan
perdagangan berjangka komoditi yang berlaku.
Perusahaan dengan modal lebih dari Rp. 20.000.000.000,-(dua puluh miliar rupiah) atau
ekuivalennya dalam valuta asing dan telah melakukan kegiatan usaha paling kurang 36 bulan
berturut-turut.
Pemerintah Republik Indonesia atau pemerintah negara lain.
Bank central atau bank negara lain
Bank atau lembaga pembangunan multilateral.
b.Nasabah Eligible
Nasabah digolongkan sebagai nasabah profesional apabila nasabah tersebut memiliki
pemahaman terhadap karakteristik, fitur, dan risiko dari structured product dan terdiri dari:
Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan berupa dana pensiun atau perusahaan
perasuransian sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di bidang
dana pensiun dan usaha perasuransian yang berlaku.
Perusahaan dengan modal setidaknya Rp. 5.000.000.000,-(lima miliar rupiah) atau ekuivaennya
dalam valuta asing dan telah melakukan kegiatan paling kurang 12 bulan berturut-turut.
Nasabah perorangan yang mempunyai portofolio aset berupa kas, giro, tabungan paling kurang
Rp. 5.000.000.000 (lima miliar rupiah).
c. Nasabah Retail adalah nasabah yang tidak termasuk dalam nasabah profesional dan eligible.
Structured Products adalah produk Bank yang merupakan penggabungan antara 2 (dua) atau
lebih instrumen keuangan berupa instrumen keuangan non derivatif dengan derivatif atau
derivatif dengan derivatif dan paling kurang memiliki karakteristik sebagai berikut:
Nilai atau arus kas yang timbul dari produk tersebut dikaitkan dengan satu atau kombinasi
variabel dasar seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi dan/ atau ekuitas.
Pola perubahan atas nilai atau arus kas produk bersifat tidak reguler apabila dibandingkan
dengan pola perubahan variabel dasar sebagaimana dimaksud pada huruf a sehingga
mengakibatkan perubahan nilai atau arus kas tersebut tidak mencerminkan keseluruhan
perubahan pola dari variabel dasar secara linear.
Menurut Teguh Pujo Mulyono (2005), klasifikasi nasabah dapat dilihat dengan matrik klasifikasi
nasabah pembiayaan. Matrik tersebut menggabungan antara aspek jaminan dan
DAFTAR PUSTAKA
3. Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank Dan Nasabah Terhadap Produk tabungan
dan Deposito. Bandung : PT. citra Aditya Bakti, 1995. Hal 32
4. Ibid