Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA PERKAMPUNGAN


TRADISIONAL SIBANGGOR JULU BERDASARKAN PERSEPSI
PENGUNJUNG DAN KEARIFAN LOKAL
(Studi kasus :Desa Sibanggor Julu Kecamatan Lembah Sorik Marapi
Kabupaten Mandailing Natal)

Oleh:

Hamidah Kurniasih
1410015311035

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2019
1. PENDAHULUAN

Pariwisata dalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat
pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri/ diluar
negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu
mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya,
dimana ia memperoleh pekerjaan tetap ,menurut Prof.K. Krapt dan Prof. Hunziker
dalam Oka A.Yoeti (1996:112).http://23tourism.blogspot.com/2015/01/definisi-
pariwisata.html

J.P.Chaplin (2008) Mendefenisikan atraksi adalah sesuatu yang mempunyai bebrapa


kualitas yang mampu mendatangkan tingkah laku yang menyebabkan adient behavior
yaitu kecendrungan untuk mendekati sumber.

Pengertian atraksi wisata adalah daya Tarik dari suatu objek parawisata ataupun hasil
kesenian suatu daerah tertentu yang dapat menarik wisatwan/ turis asing untuk
berkunjung menuju ke tempat wisata tersebut (James Spillane : 1987). Contoh atraksi
wisata adalah : masakan/ kuliner khas daerah ( rending,gudeg,tempoyak), arsitektur
bangunan daerah,tanaman setempat,mitologi dsb.

Pengertian atraksi budaya adalah atraksi yang berbasiskan pada segala sesuatu yang
dihasilkan dari aktivitas manusia.contoh atraksi budaya yaitu

 Arkeologi
 Keramah-tamahan penduduk setempat
 Aktivitas ekonomi penduduk
 Situs budaya &sejarah
 Seni dan kerjinan tangan
 Museum
 Festival Budaya

Contoh atraksi budaya (yang ada dilombok )antara lain :adu pedang kayu, parade
gendang beleq/gendang besar, tarian mibing & tarian gandrung.
(http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-atraksi/)
Perkampungan Tradisonal Sibanggor Julu terletak di Desa Sibanggor Julu
Kecamatan Puncak Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal adalah salah satu
perkampungan berusia tua dan unik, hampir 60 persen atap rumah panggung di desa ini
beratapkan ijuk pohon enau. Lingkungannya terasa damai, udaranya bersih dan
penduduk yang mayoritas petani ini sangat ramah dan mudah berkomunikasi dengan
siapa saja pengunjung yang datang. Perkampungan Desa Sibanggor Julu ini hanya
berjarak 12 Km dari Ibukota Kabupaten Madina atau Panyabungan, dekat dengan
Gunung Merapi Aktif dan merupakan gerbang pendakian Puncak Sorik Marapi Taman
Nasional Batang Gadis. Memiliki udara yang sejuk khususnya malam hari dengan
pemandangan alam suasana pertanian dan deretan rumah beratapkan ijuk. Bukan tanpa
alasan kenapa dahulu perkampungan ini mayoritas penduduknya membangun rumah
menggunakan atap ijuk.Karena memang sangat dekat dengan Gunung Berapi Aktif
(Puncak Marapi) sehingga udara dan hujan yang turun mengandung zat belerang yang
dapat mem perpendek usia atap terbuat dari seng. (https://madinapos.com/2018/10/28
/wisata/keindahan-alam-perkampungan-rumah-atap-ijuk-sibanggor-julu/)

Atraksi yang terdapat di Perkampungan Tradisional Sibanggor Julu yaitu memiliki


kekhasan terhapat bangunan rumah beratap ijuk,yang merupakan bangunan khas daerah
Mandailing Natal.Hanya saja Atraksi objek wisata tersebut kurang,sehingga wisatawan
yang berkunjung hanya sekedar berfoto. Padahal banyak yang harus diketahui dalam
objek wisata tersebut, objek wisata tersebut memiliki potensi wisata yang cukup besar
karena objek ini merupakan satu satunya perkampungan tradisonaldan sudah memiliki
fasilitas wisata yang cukup memadai.Selain itu perkampungan ini merupakan pintu
gerbang pendakian puncak gunung merapi.

Oleh sebab itu harus adanya pengembangan Atraksi wisata yang dapat meningkatkan
potensi wisata objek tersebut.Pengembangan atraksi wisata ini didasari oleh keinginan
pengunjung dan kearifan lokal,dan secara tidak langsung atraksi yang akan
dikembangakan diterima oleh masyarakat setempat. Sehingga atraksi yang akan
dikembangakan tidak jadi penghambat masyarakat,karena sudah berdasarkan keinginan
pengunjungdan kearifan lokal masyarakat sekitar.
2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka pokok permasalahan dalam


penelitian ini adalah:
” Bagaimana Mengembangkan Atraksi Wisata di Perkampungan Tradisional
Sibanggor julu Berdasarkan Persepsi Pengunjung dan Kearifan Lokal ".

3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk “Mengembangkan Atraksi Baru di perkampungan


Tradisional Sibanggor julu sehingga dapat meningkat potensi wisatanya”

4. RUANG LINGKUP
4.1 Ruang Lingkup Wilayah Kajian

Perkampungan Tradisonal Sibanggor julu merupakan bagian dari wilayah


administrasi Desa Sibanggor Julu Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Kabupaten
Mandailing Natal. Kawasan Perkampungan Tradisional terletak di bagian Barat Provinsi
Sumatera Utarat yang dapat dicapai melalui jalan darat dari ibu kota Provinsi Sumatera
Utara, Pusat Kabupaten ke Sibanggor Julu dengan jarak ± 12 Km. Dengan batas
administrasi wilayah Desa Sibanggor Julu sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Pagaran Tonga


 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sibanggor Tonga
 Sebelah Timur Berbatasan Dengan Kecamatan Kota Nopan
 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Maga

Kawasan Wisata Perkampungan Tradisional Sibanggor Julu merupakan salah satu


destinasi wisata yang berada di sekitar Taman Nasional Batang Gadis.

4.2 Ruang Substansi Penelitian

Dalam subtansi penelitian aspek yang akan dibahas adalah mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan atraksi wisata berdasarkan presepsi pengunjung dan kearifan lokal
masyarakat. Presepsi pengunjung dikategorikan berdasarkan kelompok umur
digolongkan menjadi :

 Anak-Anak (0-15)
 Remaja (15-25)

 Dewasa (25-40)

 Lanjut Usai (>40)

Kearifan Lokal dikategorikan berdasarkan pemangku adat dan Masyarakat sekitar.

5. METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam sebuah


penelitian. Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.

Tabel 1
Penjabaran Indikator
No Parameter Indikator
1 Atraksi Wisata Wisatawan
Masyarakat

Sumber : Analisis Peneliti, 2019

5.1 Metode Pengumpulan Data


Pada tahap pengumpulan data ini, hal yang dilakukan adalah mencari data-data
yang diperlukan dalam penelitian baik itu data primer dari hasil survey lapangan
maupun data sekunder..
a. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh dari hasil survey lapangan langsung. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan :
1. Observasi lapangan
Dalam observasi langsung ini, peneliti sebagai pengamat yang hadir ke
lokasi penelitian untuk mengamati berbagai kegiatan dan peristiwa yang
terjadi di lokasi penelitian.
2. Wawancara Berupa kuesioner
Teknik atau metode wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang
membantu dan melengkapi pengumpulan data yang tidak dapat diungkap
dengan teknik observasi. Wawancara dilakukan dengan mengisi kuesioner
dengan informan yang terdiri dari wisatawan dan masyarakat yang berada
di kawasan tempat wisata .
3. Dokumentasi Lapangan
Dokumentasi dipergunakan untuk mempermudah melakukan pengamatan
dilapangan, mempermudah dalam melakukan pengeditan dan kajian data
selanjutnya serta memperoleh gambaran suasana di lapangan
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mendukung, menjelaskan serta mempunyai
hubungan erat dengan data primer. Data sekunder diperoleh dari hasil survey
instansi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :
1. Studi Dokumen
Dengan menelaah data-data yang diperoleh dari instansi/ lembaga lain
yang berkaitan dengan Perkampungan Tradisional Sibanggor Julu.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh teori-teori yang relevan
sebagai acuan dalam mendukung penelitian.

5.2 Metode Analisis


Penelitian ini memakai jenis penelitian deskriptif kualitatif dimana
menggambarkan situasi sebenarnya yang terdapat di lapangan (Sutopo,2002) dalam
penelitian ini, yakni menggambarkan Atraksi wisata Perkampungan Tradisional
Sibanggor Julu dan memberikan uraian gejala sosial yang terjadi dan tampak pada
masalah yang telah diambil.
Dengan menghasilkan data deskriptif yang berup akata–kata,gambar,

tanda,simbol,danlainsebagainyayang diperlukan peneliti.Dimana jenis penelitian ini

akan dapat menangkap berbagai informasi kualitatif secara deskripsi yang lebih

bermakna dari pada sekedar pernyataan jumlah atau pun frekuensi dalam bentuk angka.
6. TAHAPAN PENELITIAN

Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan pada gambar berikut :
Gambar 1
Kerangka Berpikir Penelitian

Pengembangan Atraksi Wisata Perkampungan Tradisonal Sibanggor Julu Berdasarkan Persepsi


Pengunjung dan Kearifal Lokal
Kurangnya atraksi wisata di perkampungan padahal objek tersebut
memiliki nilai potensi wisata yang memadai
Latar belakang

Bagaimana Mengembangkan Atraksi Wisata di Perkampungan Tradisional


Sibanggor julu Berdasarkan Persepsi Pengunjung dan Kearifan Lokal

Rumusan Masalah

Mengembangkan Atraksi Baru di


perkampungan Tradisional Sibanggor
Julu sehingga dapat meningkat potensi
wisatanya
Tujuan

Pengembangan atraksi wisata Pengembangan atraksi wisata


berdasarkan Persepsi Pengunjung berdasarkan Kearifan lokal

Fakta dan Analisis

Pengembangan atraksi wisata baru di perkampungan Tradisonal Sibanggor Julu


Berdasarkan persepsi pengunjung dan kearifan lokal

Output/ Keluaran Kesimpulan dan Rekomendasi


7. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendukung penelitian dibutuhkan langkah-langkah yang sistematis dalam


penulisan. Sistematika penulisan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan
Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka Pengembangan Atraksi Wisata Perkampungan


Tradisional Sibanggor Julu Berdasarkan Persepsi Pengunjung Dan
Kearifan Lokal

Bab ini menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan studi


BAB III Gambaran Umum
Memaparkan kondisi eksisting kawasan studi yang berisi data fisik,
ekonomi dan data-data yang menyangkut dalam penelitian ini.
BAB IV Analisis Pengembangan Atraksi Wisata Perkampungan
Tradisional Sibanggor Julu Berdasarkan Persepsi Pengunjung Dan
Kearifan Lokal
Pada Bab ini dilakukan Analisis kondisi eksisting , analisis
berdasarkan hasil survey wawancara yang berupa Kuesioner
BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi
Berupa kesimpulan dan rekomendasi yang dikemukakan dari hasil
analisis penelitian.

8. KELUARAN HASIL PENELITIAN


Hasil dari penelitian ini Mengembangkan atraksi wisata baru berdasarkan persepsi
pengunjung dan kearifan lokal
9. REVIEW TEORI
A. Tinjauan Umum Pariwisata
1. Pengertian Pariwisata

Menurut World Tourism Organization (WTO) (Pitana,2009 dalam Pengantar Ilmu


Pariwisata), pariwisata didefinisikan sebagai kegiatan seseorang yang bepergian ke atau
tinggal di suatau tempat di luar lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak lebih dari
satu tahun secara terus-menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya

Wisatawan (tourist) yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal selama
24 jam di negara yang dikunjunginya dengan tujuan perjalanan:

1. Pesiar, untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan dan olah
raga.
2. Keluarga, bisnis, konferensi.
3. Pelancong (excurtionists) adalah pengunjung sementara yang tinggal kurang dari
24 jam di negara yang dikunjunginya(termasuk pelancong dengan kapal pesiar).

Menurut Gamal (2002), pariwisata merupakan sebagai bentuk suatu proses


kepergian sementara dari seorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat tinggalnya.

Charles R. Goeldner, J. R. Brent Ritchie (2009) dalam Tourism: Principles,


Practices, Philosophies menyatakan bahwa setiap usaha untuk mendefinisikan
pariwisata dan untuk menggambarkan ruang lingkungan sepenuhnya harus
mempertimbangkan berbagai kelompok yang dipengaruhi dan berpartisipasi dalam
industri ini. Perspektif mereka sangat penting bagi perkembangan suatu definisi yang
komprehensif. Empat perspektif pariwisata yang berbeda dapat diidentifikasi yaitu :

1. Wisatawan yaitu orang-orang yang bertujuan mendapatkan pengalaman psikis


dan fisik serta kepuasan. Sifat ini akan sangat menentukan tujuan yang dipilih
untuk menikmati kegiatan.
2. Para pelaku usaha yang menyediakan barang dan jasa wisata. Orang melihat
bisnis pariwisata sebagai kesempatan untuk membuat profit dengan
menyediakan barang dan jasa yang sesuai permintaan pasar pariwisata.
3. Pemerintah daerah. Politisi melihat pariwisata sebagai faktor kekayaan dalam
perekonomian yurisdiksi mereka. Perspektif mereka terkait dengan pendapatan
warga mereka yang dapat diperoleh dari bisnis ini. Politisi juga
mempertimbangkan penerimaan devisa dari pariiwsta internasional serta
penerimaan pajak yang dikumpulkan dari pengeluaran wisatawan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pemerintah dapat memainkan peran penting
dalam kebijakan pariwisata, pengembangan, promosi, dan implementasi.
4. Masyarakat lokal yaitu masyarakat lokal yang biasanya melihat pariwisata
sebagai faktor budaya dan ketenagakerjaan. Yang penting bagi kelompok ini,
misalnya adalah efek dari interaksi antara sejumlah besar pengunjung
internasional dan warga. Efek ini mungkin bermanfaat finansial atau berbahaya,
atau keduanya.

Menurut Yoeti (1992) Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lainnya, dengan
maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi
semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi alat
untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. https://www.hestanto.web.id/definisi-
pariwisata-indikator-perkembangan-objek-dan-daya-tarik/

2. Sistem Pariwisata

Sistem Pariwisata menurut Jordan (dalam Leiper, 2004:48) adalah tatanan


komponen dalam industri pariwisata dimana masing-masing komponen saling
berhubungan dan membentuk sesuatu yang bersifat menyeluruh. Sedangkan Bertalanffy
(dalam Leiper, 2004:48) mendefinisikan sistem sebagai satu kesatuan elemen yang
saling terkait satu sama lain didalamnya dan dengan lingkungannya. Leiper
(2004) mencoba menjelaskan sistem pariwisata secara menyeluruh (whole tourism
system) dimulai dengan mendeskripsikan perjalanan seorang wisatawan. Dari hasil
analisisnya ia mencatat 5 elemen sebagai subsistem dalam setiap sistem pariwisata
yang menyeluruh, yaitu:
1. Wisatawan (tourist) yang merupakan elemen manusia yaitu orang yang
melakukan perjalanan wisata
2. Daerah asal wisatawan (traveller-generating regions), merupakan elemen
geografi yaitu tempat dimana wisatawan mengawali dan mengakhiri
perjalanannya.
3. Jalur pengangkutan (transit route) merupakan elemen geografi tempat dimana
perjalanan wisata utama berlangsung.
4. Daerah tujuan wisata (tourist destination region) sebagai element geografi
yaitu tempat utama yang dikunjungi wisatawan .
5. Industri pariwisata (tourist industry) sebagai elemen organisasi, yaitu
kumpulan dari organisasi yang bergerak usaha pariwisata, bekerjasama
dalam pemasaran pariwisata untuk menyediakan barang, jasa dan fasilitas
pariwisata

Dalam melakukan aktivitas wisatanya, terdapat 4 tujuan yang hendak


dicapai/didapatkan oleh wisatawan :

 Something to see, adalah di daerah tujuan wisata terdapat daya tarik khusus
disamping atraksi wisata yang menjadi interestnya.
 Something to do, adalah bahwa selain banyak yang dapat disaksikan, harus
terdapat fasilitas rekreasi yang membuat wisatawan betah tinggal di objek itu.
 Something to buy, adalah bahwa di tempat wisata harus tersedia fasilitas untuk
berbelanja souvenir atau hasil kerajinan untuk oleh-oleh.
 Something to know, adalah bahwa objek wisata selain memberikan ketiga hal
diatas, juga dapat memberi nilai edukasi bagi wisatawan.

3. Usaha Pariwisata

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan


mengklasifikasikan Usaha pariwisata yakni terdiri dari :

1. Daya Tarik Wisata. Merupakan segala sesuatu yang mempunyai keunikan,


kemudahan, dan nilai yang berwujud keanekaragaman, kekayaan alam, budaya,
dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan para wisatawan.
2. Kawasan Pariwisata. Merupakan usaha yang kegiatannya membangun atau
mengelola kawasan dengan luas wilayah tertentu untuk memenuhi kebutuhan
pariwisata.
3. Jasa Transportasi Wisata. Yakni merupakan usaha khusus yang menyediakan
angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata.
4. Jasa Perjalanan Wisata. Merupakan usaha biro perjalanan wisata dan usaha agen
perjalanan wisata. Usaha biro perjalanan wisata meliputi usaha penyediaan jasa
perencanaan perjalanan atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata,
Usaha agen perjalanan wisata meliputi usaha jasa pemesanan sarana, seperti
pemesanan tiket dan pemesanan akomodasi serta pengurusan dokumen
perjalanan.
5. Jasa Makanan dan Minuman. Merupakan usaha jasa penyediaan makanan dan
minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses
pembuatan dapat berupa restoran, kafe, rumah makan, dan bar/kedai minum.
6. Penyediaan Akomodasi. Merupakan usaha yang menyediakan pelayanan
penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya. Usaha
penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, vila, pondok wisata, bumi
perkemahan, persinggahan karavan, dan akomodasi lainnya yang digunakan
untuk tujuan pariwisata.
7. Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi. Merupakan usaha yang ruang
lingkup kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke,
bioskop, serta kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk
pariwisata.
8. Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, koneferensi, dan Pameran.
Merupakan usaha yang memberikan jasa bagi suatu pertemuan sekelompok
orang, menyelenggarakan perjalanan bagi karyawan dan mitra usaha sebagai
imbalan atas prestasinya, serta menyelenggarakan pameran dalam rangka
menyebarluaskan informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang berskala
nasional, regional, dan internasional.
9. Jasa Informasi Pariwisata. Merupakan usaha yang menyediakan data, berita,
feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan yang
disebarkan dalam bentuk bahan cetak atau elektronik.
10. Jasa Konsultan Pariwisata. Merupakan usaha yang menyediakan sarana dan
rekomendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha,
penelitian, dan pemasaran di bidang kepariwisataan.
11. Jasa Pramuwisata. Merupakan usaha yang menyediakan atau
mengkoordinasikan tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan dan kebutuhan biro perjalanan wisata.
12. Wisata Tirta. Merupakan usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air,
termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola
secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk.
13. Spa. Usaha perawatan yang memberikan layanan dengan metode kombinasi
terapi air, terapi aroma, pijat, rempah – rempah dan olah aktivitas fisik dengan
tujuan menyeimbangkan jiwa dan raga dengan tetap memperhatikan tradisi dan
budaya bangsa Indonesia.

4. Industri Pariwisata
Sebagaimana yang tertuang dalam UUNo.10 Tahun 2009 bahwa industri
pariwisata merupakan kumpulan usaha yang saling terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata,dan usaha pariwisata adalah usaha yang
menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
penyelenggara pariwisata.

Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki


keterkaitan yang kuat dengan sektor lain,karena pariwisata bisa dikatakan sebagai
gabungan fenomena dan hubungan timbal balik akibat adanya interaksi dengan
wisatawan, supplierbisnis, pemerintah tujuan wisata sertamasyarakat daerah
tujuan wisata.

Pariwisata merupakan suatu usaha yang komplek,hal ini dikarenakan


terdapat banyak kegiatan yang terkait dalam penyelenggaraan pariwisata.
Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya seperti usaha perhotelan (home stay),
usaha kerajinan/cinderamata,usaha perjalanan,dan usaha–usahalainnya.Usaha
pariwisata dapat dapat dikaitkan dengan sarana pokok kepariwisataan yaitu
perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus
kedatangan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata (Yoeti, 1996).Berikut
ini klasifikasi mengenai usaha yang terkait dengan kepariwisataan dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Klasifikasi Usaha Dalam Industri Pariwisata
Klasifikasi Usaha
Akomodasi Hotel, Motel, Tourist Courts, Tourist Home

Camping Ground dan travel Trailer park

Penjualan Pakaian

UsahaArealRekreasi

UsahaPerjalanan Agen Perjalanan, biro turdan guide

Pelayanan Makanan Restoran, Bar, Klub Malam

Kebudayaan danEntertainment Museum

Taman Botanicaldan Zoological

TeaterdanEntertainment

Taman Hiburan

UsahaKendaraan ServiceKendaraan, Penitipan Kendaraan

Lain–lain Toko Kameradan Photografi

Toko Hadiah dan Souvenir

Laundri dan Optik

Transportasi Transportasi Udara

Antar Kota dan Transit Pedesaan

Bus dan Kendaraan Carter

Penyewaan Mobil

Transportasi Air

Sumber:Ritchie,1987

5. Destinasi Wisata
Destinasi Wisata atau Daerah Tujuan Wisata (DTW) merupakan
tempat di mana segala kegiatan pariwisata bisa dilakukan dengan
tersedianya segala fasilitas dan atraksi wisata untuk wisatawan. Unsur
pokok Daerah Tujuan Wisata,antara lain:
 Objek dan daya tarik wisata
 Prasarana Wisata
 Sarana wisata
 Tata laksana/insfrastruktur
 Masyarakat/Lingkungan

6. Daya Tarik Wisata


Daya tarik yang tidak atau belum dikembangankan merupakan sumber daya
potensial dan belum dapat disebut daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis
pengembangan tertentu. Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi
kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu daerah atau tempat tertentu
kepariwisataan sulit untuk dikembangkan.
Daya Tarik Wisata sejatinya merupakan kata lain dari obyek wisata namun
sesuai peraturan pemerintah Indonesia tahun 2009 kata obyek wisata sudah tidak
relevan lagi untuk menyebutkan suatu daerah tujuan wisatawan maka
digunakanlah kata “ Daya Tarik Wisata” maka untuk mengetahui apa arti dan
makna dari daya tarik wisata di bawah ini adalah beberapa definisi/pengertian
mengenai Daya Tarik Wisata menurut beberapa ahli :
1. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009,
Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki
keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
kunjungan wisatawan.

2. A. Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” tahun 1985


menyatakan bahwa daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah
yang lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik
bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.

3. Nyoman S. Pendit dalam bukunya “ Ilmu Pariwisata” tahun 1994


mendefiniskan daya tarik wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan
bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Daya
tarik wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai
yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu.
Dalam UU No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa
daya tarik wisata adalah sesuatu yang menjadi sasaran wisatawan yang terdiri dari
:
a. Daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam,
flora dan fauna.
b. Daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan
sejarah, seni dan budaya, wisata agro, taman rekreasi dan komplek hiburan.
c. Daya tarik wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua,
industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat
ibadah, tempat ziarah dan lain-lain.

Daya tarik wisata menurut Direktoral Jendral Pemerintahan di bagi menjadi


tiga macam, yaitu :
a) Daya Tarik Wisata Alam
Daya Tarik Wisata Alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta
memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah
ada usaha budi daya. Potensi wisata alam dapat dibagi menjadi 4 kawasan yaitu :
 Flora fauna
 Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya eksistem pantai dan
ekosistem hutan bakau
 Gejala alam,misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau
 Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan,
usaha perikanan
b) Daya Tarik Wisata Sosial Budaya.
Daya Tarik Wisata Sosial Budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan
sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah,
upacara adat, seni pertunjukan dan kerajinan.
c) Daya Tarik Wisata Minat Khusus.
Daya Tarik Wisata Minat Khusus merupakan jenis wisata yang baru
dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang
mempunyai motivasi khusus. Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus
memiliki keahlian. Contohnya: berburu, mendaki gunung, arung jeram, tujuan
pengobatan, agrowisata, dll. http://rumahmrq.blogspot.com/2012/10/daya-tarik-
wisata.html
7. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan adalah kegiatan untuk memajukan suatu tempat atau
daerah yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa baik dengan cara
memelihara yang sudah berkembang atau menciptakan yang baru.

Menurut Suwantoro (1997), unsur pokok yang harus mendapat


perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan
wisata meliputi :

a) Obyek dan DayaTarik Wisata

Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi
yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan kesuatu daerah tujuan
wisata.Pada umumnya daya tarik suatu obyek wisata berdasar pada:

 Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa


senang,indah, nyaman dan bersih.
 Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat
mengunjunginya.
 Adanya spesifikasi/ciri khusus yang bersifat langka.
 Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani
wisatawan;
 Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi
(pegunungan,sungai, pantai, hutan dan lain-lain).
 Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena
memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi
kesenian,upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung
dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.
b) Prasarana wisata
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan
manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam
perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air,
telekomunikasi, terminal,jembatan dan lain sebagainya.
c) Sarana wisata
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati
perjalanan wisatanya.Berbagai sarana wisata yang harus disediakan
didaerah tujuan wisata ialah hotel, biro perjalanan, alat transportasi,
restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya.

Anda mungkin juga menyukai