Oleh:
Indira Prayudita
1410015311033
1. Latar Belakang
Kearifan lokal merupakan perilaku yang bersifat umum dan berlaku di
masyarakat secara meluas, turun temurun, akan berkembang menjadi nilai-nilai
yang dipegang teguh, yang selanjutnya disebut sebagai kebudayaan (budaya).
Kearifan (wisdom) secara etimologi berarti kemampuan seseorang dalam
menggunakan akal pikirannya untuk menyikapi sesuatu kejadian, obyek atau
situasi. Sedangkan lokal, menunjukkan ruang interaksi dimana peristiwa atau
situasi tersebut terjadi. Dengan demikian, kearifan lokal secara substansial
merupakan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat yang diyakini
kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertindak dan berperilaku sehari-hari. Oleh
karena itu, kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan
martabat manusia dalam komunitasnya (Geertz, 2007).
Penataan ruang merupakan proses perencanaan ruang, pemanfaatan dan
pengendalian ruang. Secara tradisional, masyarakat Indonesia sudah lama
mengenal konsep penataan ruang. Adanya ruang yang dikeramatkan, hutan yang
dikeramatkan, lahan yang tidak boleh untuk mendirikan rumah, kawasan
pemukiman yang berkelompok, kawasan untuk kuburan, kawasan untuk jalan,
kawasa untuk pemujaan, merupakan bentuk tata ruang tradisional yang dikenal oleh
masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal itu diperoleh dari kearifan lokal
masyarakat yang dilakukan untuk menjaga keseimbangan alam dan daya dukung
lingkungan masyarakat yang tradisional. Salah satu bentuk penataan ruang adalah
ruang untuk pariwisata berupa desa wisata. Desa wisata merupakan suatu bentuk
integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam
suatu struktur kehidupan masyarakat yang enyatu dengan tata cra dan tradisi yang
berlaku (Nuryanti, 1993).
2. Rumusan Masalah
Kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Kerinci menjadi dasar dalam
kegiatan dan fungsi wilayah di Desa Lempur Mudik yang sudah dilakukan sejak
ratusan tahun. Untuk itu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana peran
dan pengaruh kearifan lokal terhadap desa wisata di Desa Lempur Mudik
Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci.
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh kearifan lokal terhadap Desa Lempur Mudik sebagai desa
wisata di Kabupaten Kerinci.
4. Sasaran Penelitian
Sasaran yang menjadi dasar penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kearifan lokal yang masih menjadi landasan kehidupan
masyarakat wilayah adat Desa Lempur Mudik.
b. Mengidentifikasi kesiapan masyarakat terhadap Desa Lempur Mudik
sebagai desa wisata.
c. Mengidentifikasi pengaruh kearifan lokal terhadap Desa Lempur Mudik
Sebagai desa wisata.
5. Metode Penelitian
5.1 Metode Pendekatan Penelitian
Penelitian ini ditulis dengan metode desktiptif kualitatif yaitu dengan
menggambarkan fakta dan hasil analisis secara sistematis dalam bentuk narasi.
Penelitian dilakukan dengan metode kepustakaan, yaitu memperoleh data dan
bahan-bahan bacaan dari berbagai sumber yang berhubungan dengan desa wisata
dan filosofi kearifan lokal di Desa Lempur Mudik.
5.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam studi ini, pengumpulan data dilakukan untuk mengenali kondisi
eksisting wilayah desa wisata yaitu Desa Lempur Mudik. Pengumpulan data
dilakukan dengan 2 (dua) jenis data, yaitu data sekunder dan data primer.
a. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari instansi atau
lembaga terkait di Kabupaten Kerinci. Adapun data dapat berupa kebijakan,
literatur terkait kearifan lokal pariwisata dan hasil penelitian yang diperoleh
dari instansi seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, BAPPEDA, Badan
Pusat Statistik, Kecamatan dan Lembaga Adat.
b. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
dilapangan untuk mendapatkan gambaran umum terhadap desa wisata dan
kearifan lokal yang dimiliki wilayah studi. Data primer diperoleh dengan cara
observasi dan wawancara.
Observasi, dilakukan dengan pengamatan di lapangan terkait kondisi desa
wisata, bentuk dan peran kearifan lokal terhadap desa wisata serta.
Wawancara dan Kuisioner, dilakukan dengan melakukan wawancara dan
penyebaran kuisoner tertutup kepada keyperson atau stakeholder. Adapun
keyperson atau stakeholder adalah Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, Camat Kecamatan Gunung Raya, Lembaga Adat, Tokoh
Masyarakat dan penggiat wisata maupun wisatawan
5.3 Metode Analisis
Analisis yang dilakukan untuk pengolahan data dalam penelitian ini adalah
analisis objek wisata, analisis kearifan lokal, analisis sarana dan prasarana serta
analisis wisatawan. Untuk analisis objek wisata, analisis kearifan lokal dan sarana
prasarana dilakukan dengan komparasi, yaitu membandingkan kajian teoritis
dengan kondisi eksisting. Adapun penejelasan analisis adalah sebagai berikut:
a. Analisis Objek Wisata
2) Analisis Event