Anda di halaman 1dari 32

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Hakikat Kemampuan Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan
Bulat
Hakikat kemampuan operasi penjumlahan dibagi menjadi beberapa sub
bahasan yaitu hakikat kemampuan, hakikat operasi penjumlahan dan
pengurangan, dan hakikat operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat.
a. Hakikat Kemampuan
Setiap anak mempunyai kemampuan untuk melakukan
sesuatu.Menurut Hasan (2005: 707) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kemampuan diambil dari kata mampu yang artinya kuasa (bisa, sanggup)
melakukan sesuatu. Pengertian kemampuan yaitu kesanggupan,
kecakapan, kekuatan.Chaplin (2002: 1) menyatakan bahwa “Ability
(kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) tenaga (daya
kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan.”
Selanjutnya menurut Desmita (2006: 257) “Ability (kemampuan/
kecakapan) suatu istilah umum yang berkenaan dengan potensi untuk
menguasai keterampilan. “Menurut Makmun (2009: 54) ability
(kemampuan, kecakapan) dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu:
1) Kecakapan nyata atau aktual (actual ability), yang menunjukkan pada
aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji pada
saat itu juga karena merupakan hasil belajar yang bersangkutan dengan
cara, bahan dan dalam hal tertentu yang telah dijalaninya
(achievement, prestasi).
2) Kecakapan potensial (potential ability), yang menunjukkan pada aspek
kecakapan yang masih terkandung dalam diri yang bersangkutan yang
diperolehnya secara pembawaan kelahirannya yang mungkin dapat

7
8

merupakan abilitas dasar umum (general intelligence) maupun abilitas


dasar khusus/ bakat.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat peneliti
simpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, dan
kekuatan seseorang untuk melakukan sesuatu, termasuk dalam
menyelesaikan tugas/ masalah. Kemampuan atau kecakapan terdiri dari
kecakapan yang nyata yang dapat dilakukan dan diuji pada saat itu juga
dan kecakapan potensial yang berasal dari pembawaan keturunan.
b. Hakikat Operasi Penjumlahan dan Pengurangan
Hakikat penjumlahan dan pengurangan diawali dengan kajian
mengenai di matematika di sekolah dasar, dilanjutkan kajian penjumlahan
dan pengurangan, dan dilanjutkan kajian mengenai operasinya itu sendiri.
1) Matematika di Sekolah Dasar
Matematika merupakan ilmu deduktif yang mendasari
perkembangan teknologi modern. Menurut pendapat Ruseffendi
(Heruman, 2007: 1) matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif
yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola
keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat,
dan akhirnya ke dalil.
Matematika juga didefinisikan sebagai suatu konsep angka,
Samuelsson dalam International Electronic Journal of Mathematics
Education (2010: 62) menyatakan bahwa:
“The Mathematics curriculum during elementary school has
many components, but there is a strong emphasis on concepts of
number and operations with number. From an international
perspective, mathematics knowledge is defined as something more
complex than concept of numbers and operations with numbers.”

Hal itu berarti kurikulum matematika di sekolah dasar


memiliki banyak komponen, tetapi banyak ditekankan pada angka dan
mengoperasikan angka tersebut. Pengetahuan matematika didefiniskan
9

sebagai suatu konsep yang lebih kompleks tentang angka dan


mengoperasikan angka.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan ilmu deduktif tentang pola keteraturan dan
struktur yang terorganisasi. Kurikulum matematika di sekolah dasar
memiliki banyak komponen, tetapi banyak ditekankan pada angka dan
mengoperasikan angka tersebut.
2) Pengertian Operasi Penjumlahan dan Pengurangan
Operasi dalam matematika memiliki definisi yang berbeda
dengan definisi operasi secara umum. Menurut Aisyah,dkk. (2007: 8-
12) “Operasi dalam matematika adalah pengerjaan dan prosedur yang
harus dikuasai siswa dengan kecepatan dan ketepatan yang tinggi.”
Pengertian penjumlahan menurut Hasan (2005: 480) diambil
dari kata dasar jumlah yang berarti banyaknya (bilangan atau sesuatu
yang dikumpulkan menjadi satu). Pengertian penjumlahan adalah
proses, cara, perbuatan menjumlahkan. Menurut Subarinah (2006: 29)
penjumlahan adalah menggabungkan dua kelompok (himpunan). Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian penjumlahan
adalah proses menggabungkan dua kelompok (himpunan).
Pengertian pengurangan menurut Hasan (2005: 616) diambil
dari kata kurang yang berarti 1) belum atau tidak cukup; 2) untuk
menyatakan bilangan, ukuran yang sedikit lagi menjadi bilangan bulat.
Pengertian pengurangan adalah proses, cara, perbuatan
mengurangkan. Menurut Subarinah (2006: 29) pengurangan adalah
pengambilan kelompok baru. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa pengertian pengurangan adalah proses
pengambilan kelompok baru.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian operasi penjumlahan dan pengurangan adalah pengerjaan
dan prosedur dalam menggabungkan dua kelompok dan pengambilan
10

kelompok baru yang harus dikuasai siswa dengan kecepatan dan


ketepatan yang tinggi.
3) Operasi Penju
Penjumlahan dan Pengurangan
a) Operasi Penjumlahan
Menurut Fajariyah dan Triratnawati (2008: 25-32
32) operasi
penjumlahan mencakup:
(1) Menjumlahkan Tanpa Teknik Menyimpan
Contoh: 1.000 + 3.000 = 4.000
624 + 2.151 = 2.775
Cara bersusun pendek:

(2) Menjumlahkan dengan Satu Kali Teknik Menyimpan


(a) Bilangan Tiga Angka dan Bilangan Dua Angka
(Pengulangan)
Contoh: 846 + 48 = …
Cara Penyelesaian:

(b) Dua Bilangan Tiga Angka


Contoh: 556 + 336 = …
11

(3) Menjumlahkan dengan Dua Kali Teknik Menyimpan


a) Menjumlahkan Bilangan Tiga Angka dan Bilangan Dua
Angka
Contoh: 843 + 68 = …
Cara bersusun dengan menyimpan:

b) Menjumlahkan Dua Bilangan Tiga Angka


Contoh: 598 + 687 = …

b) Operasi Pengurangan
Menurut Fajariyah dan Triratnawati (2008: 33-37
37) operasi
pengurangan mencakup:
(1) Mengurangkan Tanpa Teknik Meminjam
Contoh: 584 – 62 = …
Cara bersusun pendek:
12

(2) Mengurangkan dengan Satu Kali Teknik Meminjam


(a) Bilangan Dua Angka dari Bilangan Tiga Angka
Contoh: 684 - 68 = …
Cara Penyelesaian:

(b) Dua Bilangan Tiga Angka


Contoh: 384 - 128 = …
Cara Penyelesaian:

(3) Mengurangkan dengan Dua Kali Teknik Meminjam


Contoh: 536 -368 = …
Cara penyelesaian:
13

Jadi, 5536 -368 = 168.

c. Hakikat Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat


Hakikat operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
meliputi kajianmengenai
kajian pengertian bilangan bulat, kajian mengenai
operasi-operasinya,
operasinya, dan kajian mengenai penanaman konsepnya.
1) Pengertian Bilangan Bulat
Bilangan erat hubungannya dengan kehidupan
manusia.Manusia menggunakan bilangan dalam berbagai aspek
kehidupannya.“
nya.“Bilangan (number)) adalah suatu ide yang bersifat
abstrak.Bilangan itu bukan simbol atau lambang, dan bukan pula
lambang bilangan.Bilangan itu adalah sesuatu yang bersifat abstrak
yang memberi keterangan menegenai banyaknya anggota suatu
himpunan.”” (Ka
(Kamsiyati, 2012: 43).
Pengertian bilangan bulat menurut Samidi, dkk. (2004: 96)
yaitu “Bilangan yang terdiri dari: 1) Bilangan asli disebut bilangan
positif; 2) Bilangan nol; 3) Lawan bilangan asli disebut bilangan bulat
negatif.”
Soewito, dkk.(1991:101) berpendapat mengenai pengertian
bilangan bulat yaitu gabungan dari himpunan invers bilangan asli,
himpuan bilangan asli dan {0}. Himpunan bilangan asli sebagai
bagian dari himpunan bilangan bulat disebut himpunan bilangan
14

positif, ditulis {1, 2, 3 …} atau {+1, +2, +3, ….). Sedangkan { …., -3,
-2, -1) disebut himpunan bilangan bulat negatif.
Selanjutnya, Kamsiyati (2012: 81) berpendapat bahwa dalam
sistem bilangan cacah, operasi penjumlahan dan pembagian tidak
selalu memberi hasil. Misalnya, tidak ada bilangan cacah yang sama
dengan (2 - 5), maupun (5 : 7). Dengan kata lain sistem bilangan cacah
memiliki sistem tidak tertutup terhadap pengurangan dan pembagian.
Perlu perluasan bilangan cacah.Pada tahap pertama disebut bilangan
bulat. Misalnya, pada pengurangan (2 - 5) supaya ada hasilnya maka
bilangan terkurang ditambah 3 atau (2 – 5) = (-3). Maka himpunan
bilangan bulat yang diberi simbol B adalah {…., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,
….}.
Pengertian bilangan bulat menurut pendapat Mutijah dan
Novikasari (2009: 79) yaitu merupakan perluasan bilangan
cacah.Gabungan dari himpunan semua bilangan cacah dan himpunan
semua bilangan bulat negatif disebut semua bilangan bulat. Himpunan
semua bilangan bulat terdiri atas: 1) Bilangan bulat positif atau
bilangan asli, yaitu {1, 2, 3, 4, 5, ….}; 2) Bilangan bulat nol, yaitu 0;
dan 3) Bilangan bulat negatif, yaitu {-1, -2, -3, -4, ….}.
Menurut Mutijah dan Novikasari (2009: 78) tanda plus (+) biasanya
dihilangkan dalam menyatakan bilangan positif, sehingga untuk
menyatakan bilangan positif hanya dituliskan simbol bilangannya saja
(+3 sama artinya dengan 3). Namun tanda (-) pada bilangan negatif
harus tetap disertakan untuk membedakan antara bilangan positif dan
bilangan negatif.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan bulat positif
atau bilangan asli, bilangan nol, dan lawan bilangan asli yang disebut
bilangan bulat negatif.
15

2) Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat


a) Penjumlahan Bilangan Bulat
Menurut Samidi, dkk. (2004: 104-109) penjumlahan
bilangan bulat mencakup:
(1) Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan positif
Contoh: 5 + 4 = 9
(2) Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan negatif
Contoh: 7 + (-5) = 2
(3) Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan positif
Contoh: -5 + 4 = -1
(4) Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan negatif
Contoh: -5 + (-4) = -9
Pada operasi penjumlahan bilangan bulat, terdapat sifat-
sifat penting yang perlu kita ketahui. Berikut ini sifat-sifat dari
operasi penjumlahan bilangan bulat (Mutijah & Novikasari, 2009:
82-83):
(1) Sifat tertutup
Jika a dan b bilangan bulat, maka a + b juga merupakan
bilangan bulat.
(2) Sifat pertukaran (komutatif)
Jika a dan b bilangan bulat maka a + b = b + a.
(3) Sifat pengelompokkan (assosiatif)
Jika a, b, dan c bilangan bulat, maka (a + b) + c = a + (b + c).
(4) Sifat identitas
Jika a bilangan bulat maka bersifat a + 0 = 0 + a. Bilangan 0
merupakan unsur atau elemen identitas dari penjumlahan.
(5) Sifat invers penjumlahan
Untuk setiap bilangan bulat a, ada bilangan bulat b sehingga a
+ b = b + a = 0. Bilangan b ini disebut invers atau lawan dari a
dan biasanya dinyatakan dengan –a.
(6) Sifat penghapusan (kanselasi)
16

Jika a, b, dan c bilangan bulat dan a + c = b + c maka a = b.


b) Pengurangan bilangan bulat
Menurut Samidi, dkk. (2004: 112-114) pengurangan
bilangan bulat mencakup:
(1) Mengurangkan bilangan bulat positif dengan positif
Contoh: 6 – 9 = -3
(2) Mengurangkan bilangan bulat positif dengan negatif
Contoh: 4 – (-6) = 10
(3) Mengurangkan bilangan bulat negatif dengan positif
Contoh: -2 – 7 = -9
(4) Mengurangkan bilangan bulat negatif dengan negatif
Contoh: -9 – (-4) = -5
c) Operasi Hitung Campuran
Operasi hitung campuran merupakan gabungan dari operasi
penjumlahan dan operasi pengurangan.Apabila dalam soal terdapat
operasi penjumlahan dan pengurangan maka yang ditulis dahulu
dikerjakan terlebih dahulu.
Contoh: (-8) – 9 + (-2) = (-8) + (-9) + (-2)
= (-17) + (-2)
= -19
3) Penanaman Konsep pada Operasi Bilangan Bulat
a) Penjumlahan Bilangan Bulat
(1) Garis Bilangan
Garis bilangan merupakan salah satu media yang dapat
digunakan dalam pembelajaran materi bilangan bulat.Agar
tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam
menggunakannya maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip
kerja penggunaan garis bilangan.Menurut Muhsetyo, (2007:
1.12) prinsip-prinsip kerja penggunaan garis bilangan sebagai
berikut:
17

(a) Setiap akan melakukan peragaan, posisi awal aktivitas


peragaan harus dimulai dari skala 0.
(b) Jika bilangan pertama bertanda positif, maka ujung anak
panah diarahkan ke bilangan positif dan bergerak maju
dengan skala yang besarnya sama dengan bilangan
pertama. Sebaliknya jika bilangan pertamanya bertanda
negatif, maka ujung anak panahnya diarahkan ke bilangan
negatif dan bergerak maju.
Untuk penjumlahan anak panah dilangkahkan maju,
sedangkan untuk pengurangan anak panah dilangkahkan
mundur. Anak panah dilangkahkan maju atau mundur
tergantung pada bilangan penambah atau pengurangnya.Jika
bilangan penambah atau pengurangnya positif, gerakan maju
atau mundur diarahkan ke bilangan positif.Sedangkan, jika
bilangan penambah atau pengurangnya negatif, gerakan maju
atau mundur diarahkan ke bilangan negatif.
Menurut Samidi, dkk. (2009: 104-109) penjumlahan
bilangan bulat menggunakan garis bilangan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
(a) Menjumlahkan bilangan bulat positif dan positif
Contoh: 7 + 3 = …

10

7
3

Langkah-langkah:
• Buatlah garis dari 0, tujuh satuan ke kanan.
• Dari 7, langkahkanlah maju tiga satuan.
18

• Hasilnyalihat pada ujung anak panah terakhir, yaitu 10.


Jadi, 7 + 3 = 10
(b) Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan negatif
Contoh: 7 + (-5) = …

2 -5

Langkah-langkah:
• Buat garis lengkung dari 0, tujuh satuan ke kanan.
• Dari 7, langkahkanlah maju lima satuan.
• Hasilnya lihat pada ujung anak panah terakhir, yaitu 2.
Jadi, 7 + (-5) = 2
(c) Menjumlahkan bilangan bulat negatif dan positif
Contoh: -5 + 4 = ...

-5

4 -1

Langkah-langkah:
• Buat garis lengkung dari 0, lima satuan ke kiri.
• Dari -5, langkahkanlah maju lima satuan.
• Hasilnya lihat pada ujung anak panah terakhir, yaitu -1.
Jadi, -5 + 4 = -1
19

(d) Menjumlahkan bilangan bulat negatif dan negatif


Contoh: (-5) + (-4) = …

-9

-4 -5

Langkah-langkah:
• Buat garis lengkung dari 0, lima satuan ke kiri.
• Dari -5, langkahkanlah maju empat satuan.
• Hasilnya lihat pada ujung anak panah terakhir, yaitu -9.
Jadi, (-5) + (-4) = -9
(2) Benda konkret
Menggunakan peragaan sebagai berikut:
Siswa menyediakan 10 kancing hitam dan 10 kancing
putih.Satu kancing hitam mewakili bilangan positif satu.Satu
kancing putih mewakili bilangan negatif satu.Jika satu kancing
hitam dipasangkan dengan satu kancing putih, maka nilainya 0
(nol).

Mewakili positif

Mewakili negatif

Contoh:
Penjumlahan Diwakili Hasil

(1) 5 + 4

=9
20

(2) 5 + (-4)

=1

(3) -5 + 4

= -1

(4) -5 + (-4)

= -9

(3) Mistar Bilangan


Mistar bilangan merupakan salah satu media yang dapat
digunakan dalam pembelajaran materi bilangan bulat. Menurut
Kamsiyati, (2012: 83) mistar bilangan adalah “Media
pembelajaran yang terbentuk dari tiga buah mistar bilangan
yang diletakkan sejajar dengan sifat mistar bilangan yang
terletak di tengah-tengah dapat digerakkan (digeser) ke kanan
dan ke kiri, sedangkan mistar yang di atas dan di bawah
berfungsi sebagai relnya.” Untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar pada contoh berikut:
Cara menghitung 3 + (-9) dengan mistar bilangan:

-9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

-9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Gambar 2.1 Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat dengan


Mistar Bilangan
Pembahasan:
Secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
21

(a) Himpitkan 0 mistar tengah pada bilangan bertambah yaitu 3


pada mistar bawah.
(b) Untuk melihat hasilnya, lihatlah bilangan penambah yaitu (-
9) pada mistar bilangan tengah, lalu lihat bawah (-9)
menunjukkan angka (-6) pada mistar bawah.
(c) Jadi 3 + (-9) = (-6).
(4) Tanpa Alat Bantu
Penggunaan alat peraga untuk melakukan operasi
hitung bilangan bulat mempunyai keterbatasan, karena tidak
dapat menjangkau bilangan-bilangan yang cukup besar.
Dengan demikian, guru harus dapat menyampaikannya tanpa
alat bantu. Dalam tingkatan ini sama halnya bila
gurumelakukan pengenalan konsep operasi hitung secara
abstrak. Konsep secara abstrak yang perlu dikenalkan guru
tersebut menurut Muhsetyo (2007: 1.26-1.27) meliputi:
1. Jumlah dua bilangan bulat positif adalah positif lagi.
Contoh: 16 + 21 = 2 7
2. Jumlah dua buah bilangan bulat, satu positif dan satunya
lagi negatif hasilnya dapat berupa bilangan bulat positif
atau bilangan bulat negatif, atau dapat pula menghasilkan
bilangan 0. Hal ini tergantung dari bilangan-bilangan yang
dijumlahkan.
Contoh:
• 16 + (-21) = atau (-21) + 16 = -5.
Pada penjumlahan ini tampak bahwa angka dari
bilangan bulat negatifnya (yaitu -21) lebih besar dari
angka bulat positifnya (yaitu 16), sehingga hasil
penjumlahannya adalah selisih dari 21 dengan 16 yang
ditandai negatif.
• -16 + 21 = 6 atau 21 + (-16) = 5.
22

Pada penjumlahan ini tampak bahwa angka dari


bilangan bulat positifnya (yaitu 21) lebih besar dari
angka bilangan bulat negatifnya (yaitu 16), sehingga
hasil penjumlahannya adalah selisih dari 21 dengan 16
yang ditandai poaitif.
3. Jumlah dua bilangan bulat negatif adalah bilangan negatif
lagi.
Contoh: - 16 + -21 = - (16 + 21) = -27
b) Pengurangan Bilangan Bulat
(1) Garis Bilangan
Mengenai pengurangan bilangan bulat, menurut
Muhsetyo (2007: 1.22-1.25) dapat menggunakan garis
bilangan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(a) Mengurangi bilangan bulat positif dengan positif
Contoh: 6 – 9 = …

9 6

-3
Langkah-langkah:
• Buatlah garis dari 0, enam satuan ke kanan.
• Karena operasi hitungnya berkenaan dengan pengurangan, dan
anak panah arahnya sudah sesuai dengan jenis bilangan
keduanya, langkahkanlah mundur anak panah tersebut
sebanyak 9 langkah dari skala 6.
• Hasilnya dilihat pada pangkal anak panah terakhir, yaitu -3.
Jadi, 6 – 9 = -3.
(b) Mengurangi bilangan bulat positif dengan negatif
Contoh: 4 – (-6) = …
23

10

4 -6

Langkah-langkah:
• Buatlah garis dari 0, empat satuan ke kanan.
• Karena bilangan pengurangnya merupakan bilangan negatif,
maka pada skala 4 tersebut ujung panahnya harus dihadapkan
ke bilangan negatif.
• Karena operasi hitungnya berkenaan dengan pengurangan,
langkahkanlah mundur anak panah tersebut sebanyak 6 langkah
dari skala 4.
• Hasilnya dilihat pada pangkal anak panah terakhir, yaitu 10.
Jadi, 4 – (-6) = 10.
(c) Mengurangi bilangan bulat negatif dengan positif
Contoh: -2 – 7 = …

-9

7 -2

Langkah-langkah:
• Buatlah garis dari 0, dua satuan ke kiri.
• Karena bilangan pengurangnya merupakan bilangan positif,
maka pada skala -2 tersebut ujung panahnya harus dihadapkan
ke bilangan positif.
24

• Karena operasi hitungnya berkenaan dengan pengurangan,


langkahkanlah mundur anak panah tersebut sebanyak 7 langkah
dari skala -2.
• Hasilnya dilihat pada pangkal anak panah terakhir, yaitu -9.
Jadi, -2 – 7 = -9.
(d) Mengurangi bilangan bulat negatif dengan negatif
Contoh: -9 – (-4) = …

-9
-4

-5

Langkah-langkah:
• Buatlah garis dari 0, sembilan satuan ke kiri.
• Karena bilangan pengurangnya merupakan bilangan negatif,
maka pada skala -9 tersebut ujung panahnya harus dihadapkan
ke bilangan negatif.
• Karena operasi hitungnya berkenaan dengan pengurangan,
langkahkanlah mundur anak panah tersebut sebanyak 4 langkah
dari skala -9.
• Hasilnya dilihat pada pangkal anak panah terakhir, yaitu -5.
Jadi, -9 – (-4) = -5
25

(2) Benda Konkret


Contoh:
Penjumlahan Diwakili Hasil
(1) 5–4

=4
(2) -5 – 4
masukkan 4 kancing
hitam dan 4 kancing putih
=9

diambil
(3) 5 – (-4)
Masukkan 4 kancing
hitam dan 4 kancing putih
= -9
diambil

(4) -5 - (-4) Masukkan 4 kancing


= -1
hitam
dan 4 kancing putih

diambil

(3) Mistar Bilangan


Mistar bilangan pada penjumlahan sama dengan mistar
bilangan pada pengurangan. Perbedaanya pada prinsip
penggunannya.Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar pada
contoh berikut:
Cara menghitung (-5) - (-9) dengan mistar bilangan:
26
-9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-9 -8 -7 -6-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gambar 2.2 Operasi Pengurangan Bilangan Bulat dengan Mistar
Bilangan
Pembahasan:
Dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) Himpitkan bilangan pengurang (-9) pada mistar tengah pada
bilangan terkurang (-5) pada mistar bilangan bawah.
(b) Untuk melihat hasil pengurangan lihat bilangan 0 pada
mistar atas, di bawah angka nol ada bilangan 4.
(c) Jadi (-5) - (-9) = 4.
(4) Tanpa Alat Bantu
Mengenai pengurangan bilangan bulat, Samidi,
dkk.(2004: 111) berpendapat “Mengurangi suatu bilangan sama
dengan menjumlahkan bilangan itu dengan lawan bilangan
yang mengurangi. “Selanjutnya menurut Muhsetyo (2007: 1.28
– 1.29) “Mengurangi suatu bilangan bulat sama saja dengan
menjumlahkan lawan dari bilangan yang mengurangi.” Secara
matematis ditulis sebagai a – b = a + (-b) atau a – (-b) = a +b.
Contoh soal:
• 21 – 16 = 21 + (-16) =5
• 16 – 21 = 16 + (-21) = -5
• 21 – (-16) = 21 + 16 = 37
• -21 – 16 = -21 + (-16) = -37
• -21 – (-16) = -21 + 16 = -5
4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Materi Penjum lahan
dan Pengurangan Bilangan Bulat
Standar Kompetensi:
5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat
Kompetensi Dasar:
5.2 Menjumlahkan bilangan bulat
5.2 Mengurangkan bilangan bulat
27

2. Hakikat Model Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange


Hakikat model kooperatif tipe Rotating Trio Exchange dibagi menjadi
beberapa sub bahasan yaitu hakikat model pembelajaran, hakikat
pembelajaran kooperatif, dan hakikat model kooperatif tipe Rotating Trio
Exchange.
a. Hakikat Model Pembelajaran
Untuk mendalami suatu model pembelajaran perlu
diketahuipengertian model pembelajaran terlebih dahulu.MenurutAnitah
(2009: 45)model adalah “Suatu kerangka berpikir yang dipakai sebagai
panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu.”
Selanjutnya pengertian model pembelajaran menurut Suprijono (2010: 46)
adalah “Pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial.”
Joyce, Weil, dan Calhoun (2009: 30) berpendapat bahwa model
pengajaran merupakan gambaran suatu lingkungan pembelajaran, yang
juga meliputi perilaku guru saat model tersebut diterapkan. Selanjutnya
Arends (Trianto: 2010: 53) menyatakan bahwa “The term teaching model
refers to a partiular approach to instruction that includes its goals, syntax,
environment, and management system”. Hal ini berarti bahwa model
pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran yang di
dalamnya termasuk tujuan pembelajaran, sintak, lingkungan, dan sistem
pengelolaannya.
Menurut Rusman (2014: 136) model pembelajaran memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu; 2)
Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu; 3) Dapat dijadikan
pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas; 4) Memiliki
bagian-bagian model yaitu: urutan langkah-langkah pembelajaran, prinsip-
prinsip reaksi, sistem sosial, dan sistem pendukung; 5) Memilki dampak
sebagai akibat terapan model pembelajaran; 6) Membuat persiapan
28

mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran


yang dipilihnya.
Dari pendapat beberapa ahli di atasdapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan pola yang digunakandalam pembelajaran di
kelas dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru atau pengajar dalam
merencanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran disesuaikan
dengan situasi yang ada, meliputi tujuan dan materi pembelajaran, tingkat
perkembangan siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran,
dan sumber-sumber yang ada. Oleh karena itu dalam pembelajaran
matematika juga diperlukan model yang tepat sesuai situasi kelas.
b. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
Hakikat pembelajaran kooperatif meliputi kajianmengenai
pengertian pembelajaran kooperatif dan kajian mengenai langkah-langkah
pembelajaran kooperatif..
1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran dengan model kooperatif akan melibatkan
siswa bekerja bersama temannya.Menurut Solihatin (2009: 4); Rusman
(2012: 209); dan Daryanto (2014: 35) Cooperative Learningadalah
suatu model pembelajaran dengan siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat
heterogen.
Selanjutnya Eggen dan Kauchak (2012: 136) menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sekelompok strategi
mengajar yang memberikan peran terstruktur bagi siswa seraya
menekankan interaksi siswa-siswa.
Menurut Suprijono (2011: 54) pembelajaran kooperatif
merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok yang dianggap lebih diarahkan guru, dimana guru
menetapkan tugas serta menyediakan bahan-bahan yang dirancang
29

untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.


Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Selanjutnya Hamruni (2012: 121) berpendapat bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
menerapkan sistem pengelompokkan atau tim kecil, yaitu antara empat
sampai enam orang yang memiliki latar akademik, jenis kelamin, ras,
atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan
terhadap kelompok. Setiap kelompok akan meperoleh penghargaan
(reward) jika mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai
ketergantungan positif. Setiap individu akan saling membantu, mereka
akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga
setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk
memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam belajar dan bekerja dalam kelompok (dengan struktur
heterogen) untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang disajikan
dengan bantuan pengarahan dari guru.
SelanjutnyaSlavin (Hosnan, 2014: 234) Cooperative learning
adalah solusi ideal terhadap masalah menyediakan kesempatan
berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa dari
latar belakang etnik yang berbeda.
Selain itu, Gupta & Ahuja (2014: 44) pada Cooperative
Integrated Reading Composition (CIRC) Impact On Reading
Comprehension Achievement in English AmongSeventh Gradersyang
diterbitkan pada tahun 2014 menyatakkan bahwa:
“Cooperative learning strategies prove practical and more
acceptable to students. Sometimes students are not able to
understand what teacher is explaining to them due to some
reasons and they don’t ask again due to hesitation. But in
groups, they can get explanation of the same topic in simple
words and attains greater achievement and important skills
30

such as critical thinking, creative problems solving and


synthesis of knowledge can easily be accomplished though
cooperative group activities.”

Gupta & Ahuja mengungkapkan bahwa pembelajaran


kooperatif lebih praktis dan lebih lama diterima siswa. Terkadang
siswa tidak mampu untuk memahami apa yang dijelaskan oleh guru
karena beberapa alasan dan siswa meminta lagi karena ragu-ragu. Tapi
dalam kelompok, siswa bisa mendapatkan penjelasan dari topik yang
sama dalam kata-kata sederhana sehingga mencapai prestasi yang
lebih besar seperti keterampilan berpikir kritis, memecahkan masalah
dan mengetahui persoalan dengan mudah yang dicapai melalui
kegiatan kelompok.
Dari kedua pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan solusi yang ideal yang lebih
praktis dan lebih lama diterima siswa. Siswa memperoleh kesempatan
untuk berinteraksi secara kooperatif dan memecahkan masalah dnegan
lebih mudah melalui kegiatan kelompok.
2) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah yang diterapkan dalam model pembelajaran
kooperatif dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1. Langkah Umum Model Pembelajaran Kooperatif
Tahap Tingkah Laku Guru
Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
dan memotivasi siswa. ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi peserta didik belajar.

Menyajikan informasi. Guru menyajikaninformasi kepada siswa dengan


jalan demonstrasi atau lewatbahan bacaan.

Mengorganisasikan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana


siswa ke dalam caranya membentuk kelompok belajar dan
kelompok-kelompok membantu setiap kelompok agar melakukan
belajar. transisi secara efisien.
31

Membimbing Guru membimbing kelompok-kelompok belajar


kelompok bekerja dan pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
belajar.

Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi


yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Memberikan Guru mencari cara-cara untuk mneghargai, baik
penghargaan. upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.

(Sumber: Rusman, 2014: 211)


c. Hakikat Model Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange
Hakikat model kooperatif tipe Rotating Trio Exchangemeliputi
kajianmengenai pengertian model Rotating Trio Exchange, kajian
mengenai kelebihan dan kekurangannya, kajian mengenai langkah-
langkahnya, dan kajian mengenai implementasi model tersebut pada
materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
1) Pengertian Model Rotating Trio Exchange
Dalam pembelajaran di kelas, sebelum menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchange, guru perlu
memahami pengertian model pembelajaran tersebut. Menurut pandapat
Silberman (2010: 85) Rotating Trio Exchange ini adalah sebuah cara
mendalam bagi peserta didik untuk berdiskusi tentang berbagai
masalah dengan beberapa teman kelasnya. Pertukaran itu dapat dengan
mudah dilengkapi dengan materi pelajaran.
Pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio Exchangeini bertujuan
untuk berdiskusi tentang berbagai masalah dengan beberapa teman
kelasnya. Hal ini bisa meningkatkan kerja sama di antara anggota
kelompok yang berbeda-beda dan membentuk pemecahan masalah dari
berbagai pendapat teman sekelasnya.
Menurut Isjoni (2010: 88) Rotating Trio Exchangemerupakan
model pembelajaran kelompok, kelas dibagi ke dalam beberapa
kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga setiap
32

kelompok dapat melihat kelompok lain di kiri kanannya, berikan pada


setiap trio tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan
bahwa model Rotating Trio Exchange merupakan model pembelajaran
dengan cara kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap
kelompok terdiri dari 3 orang siswa yang akan berdiskusi mengenai
suatu materi pelajaran dengan cara merotasi untuk membentuk
kelompok secara terus-menerus sampai waktu yang ditetapkan.
2) Kelebihan dan KekuranganModel Kooperatif Tipe Rotating Trio
Exchange
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan
ketika diterapkan.Begitu pula dengan model kooperatif tipe Rotating
Trio Exchange.
a) Kelebihan Model Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange
Model Rotating Trio Exchangememiliki beberapa
kelebihan. Menurut Silberman (2010: 85) Rotating Trio Exchange
ini dapat membuat siswa aktif dan saling berdiskusi tentang suatu
permasalahan dengan beberapa teman sekelasnya karena akan
melakukan pertukaran anggota kelompok. Di setiap sesi akan
mendapatkan anggota baru sehingga tidak jenuh jika dibandingkan
dengan kelompok yang sama. Zaini, Munthe dan Aryani (2008: 62)
dengan belajar dari teman maka peserta didik akan lebih bergairah
untuk mengajarkan materi kepada teman yang lain. Ketika siswa
sudah memahami materi yang telah diajarkan oleh temannya maka
siswa tersebut lebih ingin membantu teman lainnya yang
mengalami masalah.
Selanjutnya Isjoni (2010: 113) berpendapat dengan
melakukan perputaran anggota kelompok, setiap siswa akan
mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka
dan siswa lebih banyak menerima berbagai pandangan dan saling
bertukar pandangan tentang suatu penyelesaian masalah.
33

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan


model pembelajaran Rotating Trio Exchange adalah membuat
siswa lebih aktif, bersemangat, tidak merasa jenuh dan dapat
bertukar pandangan atau pendapat dengan anggota yang berbeda di
setiap sesi.
b) Kekurangan Model Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange
Selain memiliki kelebihan, model Rotating Trio Exchange
memiliki kekurangan yaitu dalam melakukan perputaran kelompok
diperlukan waktu yang cukup lama bagi siswa untuk berpindah
tempat dan bergabung ke kelompok yang baru.Di sini peran guru
penting dalam memberikan pengarahan kepada siswa.
3) Langkah-Langkah Model Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange
Dalam melaksanakan pembelajaran di kelas seorang guru harus
paham tentang langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model kooperatif tipe
Rotating Trio Exchange. Mel Silberman (2010: 85-86) prosedur dalam
melaksanakan Rotating Trio Exchangesebagai berikut:
a) Buatlah berbagai macam pertanyaan dengan tidak ada jawaban
betul atau salah.
b) Bagilah peserta didik menjadi kelompok trio. Aturlah agar masing-
masing dari kelompok tiga (trio) itu dapat dengan jelas melihat
sebuah trio di sebelah kanandan kirinya. Seluruh konfigurasi trio
itu akan menjadi sebuah lingkaran atau sebuah persegi panjang.
c) Berilah masing-masing trio sebuah pertanyaan pembuka yang
sama untuk didiskusikan. Anjurkan agar setiapanggota bergiliran
menjawab pertanyaan.
d) Setelah diskusi, mintalah trio-trio itu menentukan nomor 0, 1, atau
2 bagi masing-masing dari anggotanya. Arahkan peserta didik
dengan nomor 1 untuk memutar satu trio searah jarum jam.,
nomor2 untuk memutar dua trio searah jarum jam, dan peserta
34

didik dengan nomor 0 untuk tetap di tempat. Hasilnya akan


menjadi trio yang sangat baru.
e) Mulailah sebuah pertukaran baru dengan sebuah pertanyaan baru
dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
f) Anda dapat memutar trio-trio berkali-kali sebanyak pertanyaan
yang Anda miliki untuk ditetapkan dan waktu diskusi yang
tersedia.
Selanjutnya menurut pendapat Isjoni (2010: 88) prosedur
dalam melaksanakan Rotating Trio Exchangesebagai berikut:
Pada model ini kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang
terdiri dari 3 orang, berikan kepada setiap trio tersebut pertanyaan
yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah nomor untuk
setiap anggota trio tersebut.Contohnya nomor 0, 1 dan 2. Perintahkan
nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor dua berlawanan
jarum jam.Sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Ini akan
mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio baru
tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, kemudian
rotasikan kembali siswa sesuai setiap pertanyaan yang telah disiapkan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio
Exchangesebagai berikut:
Bagilah kelas menjadi beberapa kelompok trio dengan formasi
berbentuk persegi, agar masing-masing kelompok bisa melihat dengan
jelas trio yang di sisi kanan dan di sisi kirinya.Berilah setiap trio
pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Beri penomoran trio dari 0,
1 dan 2, dengan nomor 1 memutar satu trio searah jarum jam, 2
memutar dua trio searah jarum jam.Mulailah pertukaran dengan
merotasi anggota kelompok sesuai nomor anggotanya sehingga
membentuk trio baru.Berilah setiap trio baru itu pertanyaan baru yang
lebih sulit.Anda dapat memutar trio berkali-kali sebanyak pertanyaan
yang dimiliki dan waktu diskusi yang tersedia.
35

4) Implementasi Model Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchangepada


Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat
Menurut pendapat Setyono (2007: 8) proses pembelajaran
matematika yang baik mempunyai tahapan-tahapan sesuai
perkembangan anak. Menurut Daryanto (2012: 240) dalam
pembelajaran matematika, guru hendaknya lebih memilih berbagai
variasi model pembelajaran yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan
pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Dalam pemilihan
model pembelajaran salah satunya perlu disesuaikan dengan materi
pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio
Exchangepada pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat sebagai berikut:
Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok trio.Guru
mengatursiswa menempatkan posisi dalam kelompok. Setelah
menyampaikan materi, guru memberikan4buah soal yang berisi
penjumlahan bilangan bulat. Kemudian guru melakukan perputaran
kepada masing-masing kelompok membentuk kelompok baru. Guru
memberikan soal lagi. Pada sesi ini terdapat 4 soal diskusi, berupa soal
penjumlahan atau pengurangan biangan bulat.Soal pada sesi
selanjutnya berupa 8soal penjumlahan atau pengurangan tanpa alat
bantu.Setelah kegiatan diskusi guru membahas hasil kerja siswa yang
telah didiskusikan dengan berbagai anggota kelompok. Guru
memberikan penghargaan bagi kelompok yang terbaik.

Penelitian yang Relevan


Septian Kurnianto (2014). Peningkatan Pemahaman Konsep Penjumlahan
dan Pengurangan Bilangan Pecahan melalui Model Kooperatif Tipe Rotating Trio
Exchange(RTE) pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 02
Ngringo Tahun Ajaran 2013/ 2014. Skripsi.Fakultas Keguruan dan Ilmu
PendidikanUniversitas Sebelas Maret Surakarta. Dari penelitian ini diperoleh data
36

bahwa pada siklus I hasil rata-rata kelas 60, 5 dengan banyaknya siswa yang
mendapat nilai ≥ 65 sebesar 42,5%. Pada siklus II hasil rata-rata kelas 74, 37
dengan ketuntasan klasikalsebesar 85%.Persamaan dengan penelitian ini adalah
sama-sama menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe RTE
Exchange.Perbedaannya adalah pada penelitian ini peneliti meningkatkan
pemahaman konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan. Sedangkan
penelitian penulis yaitu untuk meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat.
Mira Dwi Alfiani (2015). Peningkatan Keterampilan Menghitung Bilangan
Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada
Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Mrisi Tahun Pelajaran 2014/ 2015.Skripsi.Fakultas
Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Sebelas Maret Surakarta.Dari
penelitian ini diperoleh data bahwa pada siklus I hasil rata-rata kelas 66,44dengan
banyaknya siswa yang mendapat nilai ≥ 65 sebesar 66,5%.Pada siklus II hasil
rata-rata kelas 72, 22dengan ketuntasan klasikalsebesar 75%.Pada siklus III hasil
rata-rata kelas 80, 16 dengan ketuntasan klasikal sebesar 78,5%. Persamaan
dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat.Perbedaannya adalah pada penelitian ini peneliti
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two
Stray.Sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan penulis menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange.

B. Kerangka Berpikir
Kondisi awal sebelum guru menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Rotating Trio Exchange, kemampuan operasi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari data kuantitatif yang
diperoleh peneliti pada tanggal 27 Februari 2016 dari SD Negeri IV Wonoboyo
Wonogiri, rata-rata nilai kemampuan operasi penjumlahan dan pengurangan
bilanagn bulat pada tahun 2015/ 2016 tergolong masih rendah yaitu hanya
sebesar68,84 dengan KKM yang sebesar 80. Hal ini ditunjukkan dari 31 siswa
hanya 14 siswa (45%) yang nilainya mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimal.
38

Hal ini disebabkan karena siswa kurang memperhatikan penjelasan guru,


sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan operasi hitung bilangan
bulat, khususnya pada operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Selain itu penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah pembelajaran yang
belum inovatif, masih senderung pembelajaran konvensional berupa ceramah dan
penugasan. Kegiatan pembelajaran lebih didominasi guru yang mengakibatkan
siswa kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran. Media yang digunakan
juga kurang menarik siswa untuk mempelajari materi. Akibatnya, siswa kurang
termotivasi, bosan dan kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran matematika.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu tindakan yang
dapat meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat siswa kelas IV SD Negeri IV Wonoboyo.Salah satu tindakan yang dapat
dilakukan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Rotating
Trio Exchange. Model pembelajaran kooperatif tipe RTE merupakan tipe
pembelajaran yang membuat siswa dapat bekerja sama, saling membantu belajar,
saling bertukar informasi atau keterampilan dan membentuk kelompok yang
heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif tipe RTE siswa tidak hanya memiliki
satu kelompok untuk saling berdiskusi karena biasanya siswa akan jenuh jika
sekelompok dengan orang yang sama dan dalam waktu yang lama.
Denganmelakukan perputaran anggota kelompok, setiap siswa akan mendapatkan
kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan siswa dapat bertukar
pandangan tentang suatu penyelesaian masalah. Pada kondisi akhir, dengan
penerapan Model pembelajaran RTE pada setiap siklus,diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
siswa kelas IV SD Negeri IV Wonoboyo Wonogiri tahun ajaran 2015/2016.
Kerangka berpikir dalam penelitian iini divisualisasikan pada gambar 2.4
berikut ini:
38

Pembelajaran belum Kemampuan operasi


Kondisi inovatif, siswa kurang penjumlahan dan
Awal dilibatkan dalam kegiatan pengurangan bilangan
pembelajaran, kurang bulat siswa rendah, 52,
menariknya media yang 25% siswa nilainya di
digunakan bawah KKM

Penerapan model Siklus I


kooperatif tipe Rotating - Perencanaan
Trio Exchange dalam - Pelaksanaan
Tindakan
pembelajaran operasi - Observasi
penjumlahan dan - Refleksi
pengurangan bilangan
bulat
Siklus II
- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Observasi
Melalui penerapan model
Kondisi Akhir - Refleksi
RTEdapat meningkatkan
kemampuan operasi
penjumlahan dan
pengurangan bilangan
bulat siswa kelas IV SD
Negeri IV Wonoboyo

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir


C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dirumuskan
hipotesis:
Melalui penerapan model Kooperatif tipe Rotating Trio Exchange dapat
meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
pada siswa kelas IV SDN IV Wonoboyo Wonogiri tahun ajaran 2015/ 2016.

Anda mungkin juga menyukai