Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Makanan Kariogenik

1. Pengertian Makanan Kariogenik

Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan

karies gigi. Menurut Riani (2005) makanan kariogenik berupa makanan

yang manis-manis seperti permen, coklat, kue-kue, gula dan lain-

lain dimana makanan tersebut termasuk dalam karbohidrat berbentuk

tepung atau cairan yang bersifat lengket serta hancur di dalam

mulut. Makanan kariogenik tersebut adalah makanan yang dapat

menyebabkan terjadinya karies gigi karena ada kaitannya antara

karbohidrat dengan pembentukan plak pada permukaan gigi.

2. Bentuk Fisik Makanan Kariogenik

Bentuk fisik makanan kariogenik yang sering di konsumsi

oleh anak terutama pada anak sekolah dasar (SD) adalah makanan

manis, lengket, dan berbentuk menarik. Coklat, permen, roti isi, kue-kue,

dan biskuit merupakan contoh makanan kariogenik yang mengandung

gula tinggi serta mempunyai korelasi tinggi dengan kejadian karies

gigi. konsumsi makanan kariogenik yang sering dan berulang-ulang

akan menyebabkan pH plak di gigi menjadi dibawah normal,

kemudian pH plak dibawah normal tersebut men.yebabkan


demineralisasi enamel sehingga terjadi pembentukan karies gigi

(Riani, 2005).

Gambar 1
Contoh makanan kariogenik
3. Jenis Makanan Kariogenik

Delapan jenis makanan dan minuman yang dapat merusak gigi

adalah sebagai berikut:

a. Kopi

Kopi telah menjadi minuman favorit bagi kebanyakan orang.

Namun, kopi ternyata memiliki kandungan asam yang sangat

tinggi. Jika mengonsumsinya secara berlebihan, tidak hanya dapat

membuat lambung menjadi sakit, gigipun bisa menjadi rusak.

b. Buah-Buahan Asam

Ada beberapa buah-buahan yang memiliki kandungan pH

rendah atau kandungan asam yang tinggi. Buah-buahan asam ini

dapat merusak lapisan email gigi yang berakibat timbulnya rasa

ngilu dan sensitif pada gigi.

c. Minuman Soda

Minuman soda memiliki kandungan asam yang tinggi sehingga

dapat merusak gigi.

d. Cuka dan Yogurt

Cuka dan yogurt memiliki kandungan asam tinggi yang dapat

merusak gigi. Karena itu, sangat tidak dianjurkan untuk

mengonsumsi dua makanan tersebut secara berlebihan.

e. Roti, Biskuit, Keripik dan Buah kering

Roti, biskuit, keripik serta buah kering adalah makanan

yang menjadi lengket di gigi setelah dikonsumsi. Karena itu, jika

tidak lekas dibersihkan, bisa menimbulkan karang gigi. Selain itu,


makanan-makanan tersebut merupakan karbohidrat olahan yang

dapat memecah diri menjadi gula dengan cepat. Kemudian,

bakteri memakan gula tersebut sehingga menghasilkan asam

yang menyebabkan erosi enamel dan kerusakan gigi.

f. Es

Minuman yang terlalu dingin atau es dapat membuat gigi menja

di sensitif. Terlebih lagi bagi yang memiliki kebiasaan mengunyah

es batu, akan membuat gigi menjadi rentan goyah dan juga dapat

merusak lapisan enamel gigi.

g. Minuman Isotonik

Di samping manfaatnya untuk meningkatkan kebugaran tubuh,

kadar gula yang tinggi pada minuman isotonik membuat gigimu

lebih mudah rusak.

h. Permen

Kadar gula pada permen tentunya sangatlah tinggi. Selain itu,

permen kenyal akan lebih lama menempel pada gigi, membaur

dengan bakteri dalam mulut, dan menghasilkan asam berbahaya.

Tidak hanya permen kenyal permen keraspun juga dapat merusak

gigi karena lama larut dalam mulut, sehingga memberi bakteri cukup

waktu untuk menyatu dengan gula dan mengikis gigi.

Menurut Sumawinata (2011) setelah 10-15 jam makan sisa makanan

di mulut terasa menjadi asam (PH asam) lebih asam dari cuka. Asam

tersebut merusak lapisan email paling luar. Berbagai kelompok

masyarakat dan ilmuwan, khususnya para ahli kesehatan dan gizi


berpendapat bahwa manusia akan lebih sehat bila mereka mengkonsumsi

gula lebih sedikit. Diantara kerugian yang paling banyak disorot dari

pemakaian gula pasir dalam makanan bergula seperti: permen, snack, dan

minuman adalah kerusakan atau pengeroposan gigi, terutama pada anak-

anak. Karena dapat menyebabkan kerusakan atau karies gigi, maka gula

digolongkan sebagai senyawa kariogenik (Ramadhan, 2010). Di samping

itu frekuensi konsumsi makanan kariogenik juga mempunyai kontribusi

terhadap tingkat kariogenitas makanan. Peningkatan frekuensi konsumsi

makanan kariogenik menyebabkan keberadaan pH yang rendah di dalam

mulut dipertahankan sehingga terjadi peningkatan demineralisasi dan

penurunan remineralisasi. Padahal anak-anak usia sekolah dasar

mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa ini lebih dari 3 kali

sehari.

Ada banyak macam makanan yang dijual bebas sebagai makanan

cemilan, akan tetapi ada jenis makanan tertentu yang dapat menyebabkan

karies gigi makanan manis yang banyak mengandung gula atau sukrosa.

Makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi

seperti: permen, coklat, biskuit dan lain sebagainya (Tarigan, 2003).

Gula adalah istilah umum untuk karbohidrat yang punya sifat khas

misalnya larut dalam air dan manis. Dalam arti sempit disebut sukrosa

akan tetapi dalam arti luas merupakan monosakarida dan disakarida

yakni: glukosa atau gula tebu atau gula pasir, maltose atau gula gandum,

fruktosa atau gula buah bisa juga terdapat dalam madu, laktosa atau gula

susu dan gula inverse atau campuran 50:50 glukosa dan fruktosa yang
diperoleh dari hidrolisis sukrosa, tingkat kemanisan gula inverse ini

130% lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa.

Percobaan pada tikus tahun 1954 yakni dengan memberikan

beberapa makanan yang mengandung sukrosa, fruktosa, maltose, lukosa,

laktosa dan galaktosa pada hewan yang berbeda. Pada percobaan ini

hewan tersebut mengalami karies. Semua makanan tersebut dapat

menyebabkan karies gigi, akan tetapi yang paling kariogenik adalah

fruktosa. Akan tetapi sintesa polisakarida dari sukrosa lebih cepat

dibandingkan glukosa, fruktosa dan laktosa. Oleh karena itu sukrosa

merupakan gula kariogenik yang paling berperan dalam pembentukan

karies gigi, walaupun gula yang lainya juga berbahaya. Dan oleh karena

sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi maka gula jenis

sukrosa ini penyebab karies paling utama (Edwina dan Sally, 2004).

Kariogenitas suatu makanan tergantung dari :

a. Bentuk Fisik

Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat

lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan

timbulnya karies dibanding bentuk fisik lain, karbohidrat seperti ini

misalnya kue-kue, roti, es krim, susu, permen dan lain-lain (Bibby,

1975 dan 1983 ; Newburn, 1978; Konig dan Hoogendoorn, 1982).

Bibby dan Huang (1980) membuktikan dalam percobaan in vitro

bahwa susu kental lebih menyebabkan demineralisasi dibandingkan

dengan susu kering. Susu coklat lebih merusak dibandingkan susu

saja.
Sebaliknya makanan yang kasar dan berserat menyebabkan

makanan lebih lama dikunyah. Gerakan mengunyah sangat

menguntungkan bagi kesehatan gigi dan gusi. Mengunyah akan

merangsang pengaliran air liur yang membasuh gigi dan

mengencerkan serta menetralisasi zat-zat asam yang ada. Makanan

berserat menimbulkan efek seperti sikat dan tidak melekat pada gigi.

titik-titik positif pada buah segar adalah kadar vitamin, kadar

mineral, kaya akan serabut kasar dan air serta sifat-sifat yang

merangsang fungsi pengunyahan dan sekresi ludah. Buah yang

mempunyai sifat sebagi pembersih alami seperti apel, benkoang, pir,

jeruk.

b. Jenis

Pada umumnya para ahli sependapat bahwa karbohidrat yang

berhubungan dengan proses karies adalah polisakarida, disakarida,

monosakarida dan sukrosa terutama mempunyai kemampuan yang

lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme asidogenik

dibanding karbohidrat lain. Sukrosa dimetabolisme dengan cepat

untuk menghasilkan zat-zat asam. Makanan manis dan penambahan

gula dalam minuman seperti air teh atau kopi bukan merupakan satu-

satunya sukrosa dalam diet seseorang.

c. Frekuensi Konsumsi

Frekuensi makan dan minuman tidak hanya menentukan

timbulnya erosi tetapi juga kerusakan karies. Dari penelitian Rugg-

Gunn et al (1980) menyatakan banyaknya intake gula harian lebih


besar korelasinya dibanding dengan frekuensi makan gula.

Hubungan gula dalam snack dengan karies lebih besar dari total diet

karena snack lebih sering dimakan dalam frekuensi tinggi. Dalam

studi Vipeholm dijelaskan bahwa karies didasarkan oleh frekuensi

yang tinggi makan makanan kecil. Dari beberapa penelitian lain

ditemukan hal-hal sebagai berikut (Silverstone , 2001):

1) Komposisi gula yang meningkat akan meningkatkan aktivitas

karies.

2) Kemampuan gula dalam menimbulkan karies akan bertambah

jika dikonsumsi dalam bentuk yang lengket.

3) Aktivitas karies juga meningkat jika jumlah konsumsi makan

makanan yang manis dan lengket ditingkatkan.

4) Aktivitas karies akan menurun jika ada variasi makanan.

5) Karies akan menurun jika menghilangkan kebiasaan makan-

makanan manis yang lengket dari bahan makanan.

B. Karies

1. Definisi karies

Karies adalah suatu proses penghancuran setempat jaringan

kalsifikasi yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses

dekalsifikasi lapisan email gigi yang diikuti oleh lisis struktur

organik secara enzimatis sehingga terbentuk kavitas (lubang)

yang bila didiamkan akan menembus email serta dentin dan dapat

mengenai bangian pulpa (Dorland, 2010).


Karies gigi merupakan proses kerusakan gigi yang dimulai dari

enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor

(multiple factors) di dalam rongga mulut yang berinteraksi satu dengan

yang lain. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor gigi, mikroorganisme,

substrat dan waktu (Chemiawan, 2004).

Gambar 2
Karies Gigi

2. Penyebab karies

Menurut (Febrian dkk, 2014) dalam penelitiannya bahwa semakin

sering individu mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat

dan gula di antara jam makan dapat menyebabkan karies. Apabila

makanan manis dikonsumsi beberapa kali dalam sehari maka gigi

akan berada pada suasana asam terus menerus sehingga dapat

merusak gigi sepanjang hari. Hal ini sesuai dengan penelitian

Menurut (Kartikasari, 2013), Jenis makanan kariogenik yang

sering dikonsumsi menurut hasil penelitian, yaitu: permen, coklat,

donat, kue isi selai, kue lapis, dodol, gulali, arumanis, makanan

ringan (snak). Makanan-makanan ersebut bersifat manis dan


menarik, sehingga anak menyukai makanan tersebut. sebagian

besar anak sekolah sangat suka makanan yang manis, lunak,

melekat (bersifat kariogenik)dan makanan yang bentuknya

menarik. Meningkatnya konsumsi makanan-makanan tersebut yang

kebanyakan mengandung gula, maka sering sulit bagi anak untuk

menghindari konsumsi gula yang banyak.

Menurut (Hidayanti, 2005) ada empat faktor yang menyebabkan

karies, yaitu :

a. Host/gigi

1) Komposisi gigi

Komposisi gigi adalah email dan dentin. Email merupakan

lapisan terluar dari gigi, sedangkan dentin merupakan lapisan

dibawah email. Permukaan email terluar lebih tahan karies

dibandingkan lapisan dibawahnya, karena lebih keras dan

padat.permukaan email lebih banyak mengandung mineral dan

bahan-bahan organik dengan air yang relatif lebih sedikit

dibandingkan lapisan email dibawahnya.

2) Morfologi gigi

Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi

terhadap karies. Menurut Mansjoer dkk (2001) daerah yang

mudah terbentuk plak dan rawan terhadap terjadinya karies

adalah :

a) Pit dan fisurre

b) Permukaan aproksimal
c) Tepi leher gigi

d) Permukaan akar (Mansjoer dkk, 2001)

3) Susunan gigi

Susunan gigi yang berjejal dan saling tumpang tindih akan

mendukung timbulnya karies, karena daerah tersebut sukar

untuk dibersihkan.

b. Mikroorganisme

Mikroorganisme menempel pada gigi bersama plak dimana plak

adalah media yang menempel erat pada gigi yang terdiri 70%

bakteri. Plak lebih banyak mengandung mikroorganisme

sedangkan debris lebih banyak mengandung sisa makanan. Plak

akan mudah terlihat jika diwarnai oleh larutan penjelasan

(disclosing solution)

c. Substrat

Substrat adalah campuran makanan halus, minuman yang dimakan

sehari-hari dan menempel pada permukaan gigi, substrat

berpengaruh pada proses terjadinya karies gigi. Para ahli

berpendapat bahwa makanan pokok manusia adalah

karbohidratyang berhubungan denga terjadinya karies. Dimana

sukrosa mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap

pertumbuhan mikroorganisme asidogenik.

d. Waktu

Waktu disini adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan

frekwensi substrat melekat dipermukaan gigi, karies gigi adalah


penyakit kronik kerusakan berjalan dalam periode bulan atau

tahun. Rata-rata kecepatan karies gigi tetap yang biasa diamati

adalah lebih kurang 6-18 bulan. Sedangkan untuk gigi sulung lebih

tinggi faktor waktu berkenaan dengan kemampuan saliva

mendeposisikan mineral selama proses karies terjadi. Bila saliva

ada didalam lingkungan gigi maka proses karies tidak terjadi dalam

hitungan minggu tapi bulan atau tahun.

Gambar 3
Skema Karies Gigi

3. Proses terjadi nya karies

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di

permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri

berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam

laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan

menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi


4. Cara mencegah terjadinya karies

a. Melakukan pemeriksaan ke klinik gigi minimal 6 bulan sekali

b. Menyikat gigi di waktu yang tepat,pagi setelah sarapan dan

malam sebelum tidur

c. Kurangi makanan yang manis dan melekat

d. Menggunakan obat kumur

e. Flossing atau benang gigi

C. Indeks Karies

1. Definisi indeks karies

Indeks karies adalah angka yang menunjukkan jumlah karies gigi

seseorang atau sekelompok orang.

Indeks DMF-T untuk gigi permanen :

Decay : jumlah gigi yang tidak di tambal / yang masih dapat ditambal.

Missing : jumlah gigi yang indikasi untuk di cabut / gigi yang telah hilang

karena karies.

Filling : jumlah gigi yang telah di tambal dan masih baik.

Indeks def-t untuk gigi sulung :

Decay : jumlah gigi yang tidak di tambal / yang masih dapat di tambal

Eksofoliasi : jumlah gigi sulung yang hilang karena karies atauharus di

cabut karena karies

Filing : jumlah gigi yang telah di tambal dan masih baik


2. Kriteria indeks karies

Rumusan yang digunakn untuk menghitung DMF-T :

DMF-T = D + M +F

DMF-T rata-rata = jumlah D + M + F

Jumlah orang yang di periksa

Kategori DMF-T menurut WHO :

 0,0-1,1 = sangan rendah

 1,2-2,6 = rendah

 2,7-4,4 = sedang

 4,5-6,5 = tinggi

Kategori DEF-T menurut WHO

 1,2-2,6 = rendah

 2,7-4,4 = sedang

 4,5-6,5 = tinggi
D. Kerangka Teori

Kerangka Teori adalah Konsep konsep yang akan di amati atau ukur

melalui penelitian penelitian yang akan di lakukan ( Notoatmodjo, 2010).

Pengertian Makanan Kariogenik


Bentuk Fisik Makanan Kariogenik Karies Gigi
Jenis Makanan Kariogenik
Frekuensi Konsumsi Makanan Kariogenik

Sumber: Riani (2005), Ramadhan (2010), Dorland (2010), Hidayanti (2005)

Gambar 4
Kerangka Teori

E. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah uraian dan visualisai kebutuhan atau kaitan

antara konsep satu dengan konsep yang laindari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo, 2010).

Makanan Kariogenik Karies

Gambar 5
Kerangka Konsep
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk

mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel (Notoatmodjo, 2005).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Makan Makanan

Kariogenik Terhadap Terjadinya Karies Gigi. Rancangan yang digunakan

adalah cross sectional merupakan rancangan penelitian dimana variabel-

variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk

efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Hidayat, 2008).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di SDN 3 Tajimalela Kecamatan Kalianda

Kabupaten Lampung Selatan.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh


siswa/i kelas I dan kelas II SDN 3 Tajimalela Kecamatan Kalianda

Kabupaten Lampung Selatan yang berjumlah ……. orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagianyang diambil dari keseluruhan dari objek yang

akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan pengambilan

sampel dengan teknik purposive sampling yaitu, pengambilan sampel

sesuai dengan tujuan dan kepentingan penelitian.

Penentuan besar sampel dilakukan secara acak dengan menggunakakn

rumus :

𝑁
n=
1 + (𝑁. 𝑑 2 )

n=
1 + (. (0,1)2 )

n=
1 + (.0,01)

n=
1 + ()

n=

n = (Suryono & Setiawan, 2010)

Keterangan :

N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

d = Tingkat Kepercayaan / Ketetapan yang diinginkan (0,1)

Sampel yang dibutuhkan sebanyak …… orang, selanjutnya

menentukan besar sampel secara proporsional dari masing-masing

kelompok dengan cara sebagai berikut:


𝑗𝑢𝑚𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

a. Kelas I :

b. Kelas II :

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel adalah sesuatu yang di gunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau di dapatkan oleh sesuatu penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Notoadmodjo, 2010:103)

Variabel dalam penelitian ini yaitu konsumsi makanan kariogenik

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Skala
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
Konsumsi Frekuensi konsumsi Wawancara Lembar observasi 0. Tidak pernah Ordinal
makanan makanan yang dapat 1. Jarang (1-
kariogenik menyebabkan karies 3x/minggu)
gigi. Makanan 2. Sering
kariogenik merupakan (>3x/minggu)
makanan yang manis
dan mudah lengket
seperti permen, coklat,
dan lain-lain
Karies Proses kerusakan gigi Pemeriksaan Indeks DMFT 0,0-1,1 = sangat Ordinal
yang dimulai dari rendah
enamel terus ke dentin. 1,2-2,6 = rendah
2,7-4,4 = sedang
4,5-6,5 = tinggi

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diambil dalam pelaksanaan penelitian ini adalah data primer

dan data skunder. Data primer yang diperoleh langsung dari pengisian

lembar observasi, data sekunder yang diperoleh dari SDN 3 Tajimalela

Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan berupa data identitas


pribadi siswa/siswi SDN 3 Tajimalela Kecamatan Kalianda Kabupaten

Lampung Selatan, Dengan langkah Penelitian sebagai berikut :

1. Langkah pertama persiapan

a. Pengesahan telah mengikuti seminar proposal

b. Persiapan surat izin penelitian

c. Persiapan instrumen penelitian yang digunakan.

2. Langkah kedua Proses penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Maret 2019.

a. Penelitian dilakukan oleh peneliti dibantu 2 orang pembantu

penelitian untuk mengisi lembar observasi tentang frekuensi makan

makanan kariogenik dan pemeriksaan DMF-T

b. Sebelum melakukan pengambilan data dilakukan kalibrasi gunanya

untuk penyamaan persepsi

c. Setelah siswa/siswi dilakukan pemeriksaan DMF-T siswa/siswi dan

diberikan pertanyaan prihal frekuensi makan makanan kariogenik,

data hasil penelitian kemudian direkap menggunakan sarana

komputerisasi dalam bentuk tabel.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data (Notoatmodjo, 2010). Instrument dalam penelitian ini menggunakan :

1. Lembar observasi

2. Alat OD

3. Hanscone

4. Masker
5. Tissue

G. Cara Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan

penelitian setelah kegiatan pengumpulan data. Pengolahan data sedemikian

rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh data tersebut dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Untuk memeriksakan kelengkapan hasil observasi yang diperoleh dalam

penelitian sudah lengkap, jelas, dapat dibaca, dan semua jawaban telah

dijawab.

2. Coding

Pemberian/pembulatan kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk

kategori sama.

a. Untuk Lembar Observasi Frekuensi Makan makanan kariogenik

0 = Tidak pernah bila responden tidak pernah memakan makanan

kariogenik

1 = Jarang bila responden makan makanan kariogenik 1-3 x/minggu

2 = Sering bila responden makan makanan kariogenik >3 x/minggu

b. Pemeriksaan DMF-T

0 = 0,0-1,1 = sangan rendah

1 = 1,2-2,6 = rendah

2 = 2,7-4,4 = sedang

3 = 4,5-6,5 = tinggi
3. Transfering

Pengolahan data dilakukan secara manual, kemudian data yang telah

disusun secara manual dipindahkan kekomputer.

4. Tabulating

Membuat tabel-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode, sesuai

dengan analisis yang dibutuhkan yaitu tabel siswa/i yang suka makan-

makanan kariogenik.

H. Analisis Data

1. Analisis Umivariat

Analisis univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis

univariat tergantung dari jenis datanya. Pada umumnya analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel

(Notoatmodjo, 2010). Analisa data ini digunakan untuk mencari

frekuensi dan persentase kebiasaan anak makan makanan kariogenik dan

indek karies Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑓
P= × 100%
𝑛

Keterangan :

P : Persentase

f : Frekuensi Data

n : Jumlah sampel yang diolah


2. Analisis Bivariat

Merupakan analisis untuk mengetahui interaksi (hubungan) dua

variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif. Dalam

penelitian ini menggunakan uji statistik Chi Square karena dilihat dari

datanya uji ini dapat digunakan untuk menguji hubungan antara variabel

kategorik dengan kategorik (Hastono, 2006), data berskala nominal

dengan ordinal, penentuan nilai alpha untuk bidang kesehatan masyarakat

biasanya digunakan nilai tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikan

5% (Hastono, 2006). Pembuktian uji Chi Square dapat menggunakan

rumus :

(𝑓0 −𝑓𝑏 )2
𝑋2 = ∑ 𝑓𝑏

Keterangan :

X2 = Chi Square

F0 = frekuensi yang diobservasi

Fb = frekuensi yang diharapkan

Anda mungkin juga menyukai