Anda di halaman 1dari 29

PENDALAMAN MATERI GEOLOGI STRUKTUR

MODUL 2 GAYA- GAYA GEOLOGI STRUKTUR

Drs. Budi Kudwadi, MT.


Mardiani, S.Pd., M.Eng

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya atas karunia dan rahmat-Nya, penyusunan Bahan Ajar Program Keahlian Geologi
Pertambangan dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan Bahan Ajar ini dilakukan untuk memberikan pembenaran secara akademis
dan sebagai landasan pemikiran dari materi pokok Geologi Struktur yang terdiri dari
empat Kegiatan Pembelajaran (1) Dasar-Dasar Geologi Struktur, (2) Gaya-Gaya Geologi
Struktur (3) Jenis-Jenis Geologi Struktur dan (4) Pengukuran Geologi Struktur.
Penyusunan bahan ajar ini didasarkan pada hasil kajian dan diskusi terhadap substansi
materi muatan yang terdapat di berbagai pelaksanaan perkembangan di bidang Geologi
Pertambangan. Adapun penyusunannya dilakukan berdasarkan pengolahan dari hasil
eksplorasi studi kepustakaan, pendalaman materi secara komprehensif dengan para
praktisi dan pakar di bidangnya, serta diskusi internal tim yang dilakukan secara intensif.

Kelancaran proses penyusunan Bahan Ajar ini tentunya tidak terlepas dari keterlibatan
dan peran seluruh Tim Penyusun, yang telah dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan
tanggung jawab menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya. Untuk itu, terima kasih atas
ketekunan dan kerjasamanya.

Semoga Bahan Ajar ini bermanfaat bagi pembacanya.

Bandung, April 2018

Tim Penyusunan

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................iv
KEGIATAN BELAJAR 2: GAYA-GAYA GEOLOGI STRUKTUR............................................................. 1
A. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1. Deskripsi Mata Kegiatan......................................................................................... 1
2. Relevansi Mata Kegiatan ........................................................................................ 1
3. Petunjuk Belajar ..................................................................................................... 2
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN .............................................................................................. 2
C. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN ....................................................................................... 2
D. URAIAN MATERI............................................................................................................. 3
1. Gaya dan Deformasi ............................................................................................... 3
2. Tegasan (Stress) ..................................................................................................... 6
3. Keterakan (Strain)................................................................................................. 12
4. Hubungan Stress, Strain dan Pecahnya Batuan ...................................................... 21
E. RANGKUMAN............................................................................................................... 23
F. TUGAS.......................................................................................................................... 24
G. TES FORMATIF ............................................................................................................. 24
H. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 25
I. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ........................................Error! Bookmark not defined.

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Komponen Gaya dalam Perubahan Pembentukan Benda .................................. 4


Gambar 2. Karakteristik dan Respon Benda Terhadap Deformasi ...................................... 5
Gambar 3. Ilustrasi Kesetimbangan Gaya pada Permukaan ................................................. 7
Gambar 4. Gambaran 2-D untuk stress disuatu titik (Twiss and Moore, 1992) .................. 8
Gambar 5. Gambaran 3-D kondisi stress disuatu titik (Twiss and Moore, 1992) ............... 9
Gambar 6. Ilustrasi Pemilihan Sistem Koordinat .................................................................. 9
Gambar 7. Diagram Mohr dalam 2-D .................................................................................. 10
Gambar 8. Diagram Mohr 3-D ............................................................................................. 11
Gambar 9. Jenis-Jenis Tegasan Diferensial ......................................................................... 12
Gambar 10. Jenis dan Distribusi Strain dalam Deformasi Batuan (Park, 1989) ............... 13
Gambar 11. Sumbu Utama Strain dan Strain Ellipsoid (Twiss dan Moore, 1992) ........... 15
Gambar 12. Diagram Mohr untuk strain (Davis dan Reynolds, 1996) .............................. 16
Gambar 13. Hubungan antara stretch, extension, shear strain dan strain ellipse .............. 16
Gambar 14. Hubungan strain dan bentuk struktur pada batuan (Twiss dan Moore, 1992)17
Gambar 15. Strain field diagram dari Ramsay (1967) ........................................................ 18
Gambar 16. Deformasi yang coaxial dan noncoaxial strain (Twiss dan Moore, 1992) ........... 18
Gambar 17. Bentuk ellipsoid dalam homogenous strain (Park, 1989 ................................ 19
Gambar 18. Flinn diagram untuk homogenous strain (Twiss dan Moore, 1992 ............... 20
Gambar 19. Kurva Hubungan Tegasan (Stress) dan Tarikan (Strain) Terhadap Batuan .. 21
Gambar 20. Kurva Hubungan Tegasan (Stress) dan Tarikan (Strain) yang
Menggambarkan Sifat Material/Batuan ............................................................................... 22

iv
KEGIATAN BELAJAR 2: GAYA-GAYA GEOLOGI STRUKTUR

A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Mata Kegiatan

Geologi struktur merupakan bagian dari ilmu geologi yang terdiri daribentuk
(arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan
adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan karena akibat dari gaya yang
bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang
bentuk tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi dan
penjelasan bagaimana proses pembentukannya.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditujukan pada studi
mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan / Kekar
(fraktur), patahan/ Sesar (patahan), dan sebagainya yang merupakan bagian dari
satuan tektonik (satuan tektonik), sedangkan tektonik dan geotektonik yang
merupakan objek yang lebih besar, yang merupakan obyek-obyek geologi seperti
cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera,dan sebagainya.

2. Relevansi Mata Kegiatan

Geologi struktur meruapakan hal kedua yang harus dipahami oleh seseorang yang
mendalami geologi pertambangan. Setelah memahmi batuan dan mineral,
selanjutnya perubahan komposisi letak batuan dan perubahan mineral yang ada dapat
disebabkan oleh geologi struktur ini. Dalam Ekplorasi geologi pertambangan,
Struktur geologi yang ada dapat menjadi suatu indikasi keterdapatan suatu bahan
sumber daya mineral atau bahan galian tertentu. Dengan mempelajari Geologi
struktur maka kita dapat memahami suatu gejala geologi yang terjadi, dan informasi
menjadi sangat berguna untuk meninterpretasi data hasil Ekplorasi geologi
pertambangan.

Page | 1
3. Petunjuk Belajar

Agar kita berhasil dengan baik dalam mempelajari bahan ajar ini berikut beberapa
petunjuk yang dapat anda ikuti:
a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami
secara tuntas, untuk apa, dan bagaimana mempelajarinya.
b. Tangkaplah makna dari setiap konsep yang dibahas dalam modul ini melalui
pemahamam sendiri dan tukar pikiran dengan teman anda.
c. Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan untuk
menambahkan wawasan anda menjadikan perbandingan jika pembahasan dalam
modul ini masih dianggap kurang.
d. Mantapkan pemahaman anda dengan latihan dalam modul dan melalui kegiatan
diskusi dengan mahasiswa atau dosen.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN

1. Menganalisis gaya-gaya geologi struktur

C. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN

1. Memahami pengertian gaya


2. Memahami tentang Stress
3. Memahami tentang Strain
4. Mengetahui hubungan Stress dan Strain terhadap batuan

Page | 2
D. URAIAN MATERI

1. Gaya dan Deformasi


Batuan yang terdapat di bumi merupakan subyek yang secara terus menerus
mendapat gaya yang berakibat tubuh batuan dapat mengalami pelengkungan ataupun
keretakan. Ketika tubuh batuan melengkung atau retak, maka kita akan menyebut
batuan tersebut terdeformasi (berubah bentuk dan ukurannya).
Gaya adalah suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah pergerakan suatu
benda. Ada dua jenis gaya yang mempengaruhi tubuh batuan dalam geologi yaitu
body force dan surface force.

Body force bekerja pada masa suatu batuan yang hanya tergantung pada jumlah masa
dalam tubuh batuan dan tidak dari besarnya gaya yang bekerja disekelilingnya.
Contoh body force yang terpenting adalah gaya gravitasi dan elektromagnetik. Gaya-
gaya tersebut dapat bekerja secara seimbang terhadap suatu benda atau bekerja hanya
pada bagian tertentu dari suatu benda (misalnya gaya-gaya yang bekerja di sepanjang
suatu sesar di permukaan bumi). Gaya gravitasi adalah gaya utama yang bekerja
terhadap semua obyek/materi yang ada di sekeliling kita. Besaran (magnitud) suatu
gaya gravitasi berbanding lurus dengan jumlah materi yang ada, akan tetapi
magnitud gaya di permukaan tidak tergantung pada luas kawasan yang terlibat.
Surface force adalah gaya yang bekerja dipermukaan bidang kontak. Efek dari
surface force tergantung pada besarnya dan luas permukaanya. Efek gaya akibat
pembebanan atau loading adalah contoh dari surface contact yang bekerja di
permukaan bumi.
Satu gaya dapat diurai menjadi dua komponen gaya yang bekerja dengan arah
tertentu, dimana diagonalnya mewakili jumlah gaya tersebut. Gaya yang bekerja
diatas permukaan dapat dibagi menjadi dua komponen yaitu: satu tegak lurus dengan
bidang permukaan dan satu lagi searah dengan permukaan.
Pada kondisi 3-dimensi, setiap komponen gaya dapat dibagi lagi menjadi dua
komponen membentuk sudut tegak lurus antara satu dengan lainnya. Setiap gaya,
dapat dipisahkan menjadi tiga komponen gaya, yaitu komponen gaya X, Y dan Z.
Apabila suatu benda diberi gaya misalnya dalam proses deformasi struktur, gaya
tersebut dapat memindahkan benda ketempat lain yang disebut sebagai translasi. Jika

Page | 3
gaya merubah orientasinya, yang dikenal sebagai rotasi. Apabila gaya tersebut
merubah ukuran benda dinamakan proses dilation. Sedangkan apabila gaya tersebut
merubah bentuk benda disebut distorsi. Sehingga total deformasi yang terjadi (D)
dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari ilmu gaya-gaya tersebut diatas:
D = Translasi+Rotasi+Dilation+Distorsi

Gambar 1. Komponen Gaya dalam Perubahan Pembentukan Benda

Ada dua kategori reaksi benda terhadap proses deformasi yaitu dapat bersifat
rigid dan non-rigid. Dalam proses deformasi yang rigid (rigid body deformation)
benda ditranslasikan serta dirotasikan sedemikian rupa sehingga bentuk dan ukuran
semula tetap sama. Sedang perubahan yang dihasilkan dari deformasi non-rigid
batuan mengalami perubahan bentuk serta ukurannya. Sebuah benda dalam satu
deformasi dapat mengalami keduanya baik itu perubahan bentuk maupun ukuran.
Pada umumnya deformasi rigid maupun non-rigid beroperasi bersamaan. Gerakan
sesar atau patahan pada umumnya dikelompokan sebagai rigid deformasi, tetapi
apabila sesar-sesar tersebut terletak berdekatan (membentuk zona) gerakannya
menjadi non-rigid deformasi.

Page | 4
Gambar 2. Karakteristik dan Respon Benda Terhadap Deformasi

Translasi

Dalam translasi murni, semua titik dalam tubuh batuan yang terdeformasi akan
bergerak dengan arah yang sama dan sejajar. Translasi terjadi pada tubuh batuan
yang rigid contohnya bidang perlapisan saling bergeser pada saat terlipat (Flexural
Slip) dan gerakan lempeng-lempeng bumi.
Translasi untuk benda yang rigid lebih mudah jika diekspresikan dengan vektor
pergerakan (displacement vector). Dalam hal ini translasi dikelompokan menjadi tiga
parameter (Ramsay, 1969) yaitu: jarak pergerakan (distance of transport) dengan
skala millimeter sampai ratusan kilometer, arah (direction of transport) yang
diekspresikan dengan plunge dan trend, dan polarisasi transport (sense of transport).
Konsep ini digunakan dengan baik dalam menganalisa gerakan sesar, contohnya
pemakaian slip vektor untuk gores-garis (slickenside). Dengan mengetahui dua titik
referensi kita bisa menentukan jenis relatif pergerakan sebenarnya (slip) suatu sesar
dan juga total pergerakannya (net-slip).

Page | 5
Rotasi

Rotasi adalah konsep yang sangat penting dan umum terjadi dalam deformasi
batuan, misalnya dalam perlipatan atau sesar. Rotasi dikelompokan dalam deformasi
rigid yang merubah susunan titik dalam suatu benda dimana paling mudah digambarkan
dengan mengunakan suatu acuan sumbu yang sama. Perubahan lokasi titik-2
digambarkan dengan mengunakan orientasi dari sumbu rotasi yaitu trend and plunge,
polarisasi dari rotasi (sense of rotation) yaitu searah atau berlawanan arah jarum jam, dan
besarnya rotasi yang diukur dengan besaran sudut (derajat).

2. Tegasan (Stress)

Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu
benda. Tegasan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terjadi pada
batuan sebagai respon dari gaya-gaya yang berasal dari luar.
Berdasarkan definisinya, tegasan dapat dinyatakan sebagai gaya yang bekerja
pada luasan suatu permukaan benda dibagi dengan luas permukaan benda tersebut:
Tegasan (P)= Daya (F)/luas (A).

Tegasan yang bekerja pada salah satu permukaan yang mempunyai komponen
disebut tegasan prinsipal atau tegasan utama, yaitu terdiri daripada 3 komponen,
yaitu: σP, σQ dan σR. Perbedaan antara tegasan maksimal (σP) dan tegasan minimal

(σR) disebut sebagai tegasan pembeda. Sekiranya perbedaan gaya telah melampaui

kekuatan batuan maka retakan/rekahan akan terjadi pada batuan tersebut. Kekuatan
suatu batuan sangat tergantung pada besarnya tegasan yang diperlukan untuk
menghasilkan retakan/rekahan.
Pada kondisi kesetimbangan, gaya yang bekerja pada tubuh batuan akan
setimbang atau sama besar disemua arah. Pada kondisi ini, stress akan bervariasi
tergantung pada permukaan gaya tersebut bekerja.
Contohnya:

Page | 6
Permukaan A

Permukaan B

Gambar 3. Ilustrasi Kesetimbangan Gaya pada Permukaan


Pada kondisi kesetimbagan gaya yang bekerja yang pada permukaan A sama
dengan jumlah total anak panah akan sama dengan gaya ang bekerja pada permukaan
B. Jika luas area A = 2 x Area B, maka stress dipermukaan A = ½ harga stress
dipermukaan B.
Satuan yang umum digunakan untuk harga stress adalah:
1 bar =106 dyne =0.9869 atm =1.0197 kg/cm2 =105 newtons/m2 =105 Pa = 14.503 psi

Satuan stress yang paling umum dipakai adalah pascal (Pa):


1 kilopascal (kPa) = 103 Pa
1 megapascal (MPa) = 10 6 Pa
1 gigapascal (Gpa) = 109 Pa
1 mPa = 10 bar, 1 Pa = 10 dyne/cm2
Harga stress disuatu kedalaman di bumi akan hanya dipengaruhi oleh density
dari batuan dan kedalaman kolom batuan diatasnya:  = gh. Stress jenis ini dikenal
sebagai lithostatic stress, dimana harganya akan berubah sesuai dengan perubahan
kedalamannya. Tekanan litostatik ini menekan kesegala arah dan akan meningkat ke
arah dalam bumi. Prinsip tekanan litostatik ini sama dengan tekanan hidrostatik yang
terjadi pada suatu benda yang berada di dalam air. Akan tetapi nilai tekanannya jauh
lebih besar ketimbang benda yang ada di dalam air.

Stress dalam Dua Dimensi

Kita tahu bahwa stress dalam dua dimensi disuatu titik dapat dibagi menjadi dua
komponen yaitu normal stress dan shear stress ( n dan s).

Page | 7
Dalam dua dimensi, normal stress dapat bersifat kompresi maupun tensile, sehingga
pengamatan stress disuatu titik akan sangat mudah dengan mengunakan ellipse
(Gambar 5). Secara umum harga normal dan shear stress yang bekerja pada
sembarang bidang tidak akan sama dengan nol. Kecuali untuk stress yang bekerja
sejajar pada sumbu major dan minor dari ellipse. Normal stress dan shear stress
dikenal sebagai principal stress, dimana bidang dimana mereka bekerja dikenal
sebagai bidang utama atau principal surface.

Gambar 4. Gambaran 2-D untuk stress disuatu titik (Twiss and Moore, 1992)

Dalam tiga dimensi, komponen yang bekerja tegak lurus pada bidang dikenal sebagai
normal stress ( n). Komponen yang berada diluar diagonal yang bekerja paralel
dengan bidang yang dikenal sebagai shear stress ( s).

Page | 8
Gambar 5. Gambaran 3-D kondisi stress disuatu titik (Twiss and Moore, 1992)

Stress Tensor

Keadaan atau kondisi stress (state of stress) adalah intensitas gaya di semua arah
pada satu titik dan waktu tertentu. Kondisi stress ini akan mempunyai besaran dan
arah yang dikenal sebagai second rank (order) tensor.
Stress tensor adalah besaran yang konstan, tetapi pada dasarnya nilai
numeriknya akan tergantung pada orientasi dan skala koordinat yang dipilih untuk
setiap situasi tertentu. Pemilihan sitem koordinate ini sangat signifikan dan akan
lebih mudah jika dilihat didalam vektor dua dimensi. Berdasarkan hal ini maka ada
satu kemungkinan dalam koodinate sistem yang memberikan harga nol untuk salah
satu komponen matrixnya (Gambar 7). Sebagai besaran vektor, harga numerik dari
stress tensor akan tergantung pada orientasi dan skala yang dipilih untuk dalam suatu
sistem koodinat. Jika suatu sistem koodinat yang dipilih tepat, semua harga
komponen yang diluar diagonal adalah nol.

Gambar 6. Ilustrasi Pemilihan Sistem Koordinat

Page | 9
Mohr Diagram

Stress ellipse menunjukan bahwa komponen normal dan shear stress harus
berubah secara progresif terhadap orientasi bidangnya. Gambaran hubungan antara
orientasi bidang dengan besaran normal dan shear stress sukar digambarkan.
Pada tahun 1880, Otto Mohr memperkenal metoda graphis yang
menggambarkan hubungan antara normal dan shear stress dari semua bidang pada
kondisi stress tertentu. Hubungan ini digambarkan sangat simple dalam diagram
Mohr, dimana  n normal stress sebagai sumbu horizontal dan s shear stress sebagai
sumbu vertikal. Dalam diagram Mohr harga komponen normal dan shear stress untuk
semua orientasi digambarkan sebagai titik dalam lingkaran yang dinamakan
lingkaran Mohr. Pusat lingkaran terletak pada sumbu normal stress. Karakteristik
dari lingkaran Mohr jelas memperlihatkan bahwa stress di satu titik berhubungan
langsung dengan stress permukaan di suatu bidang melalui pada satu titik.
Aturan umum bagi geologist untuk tanda adalah kompresi akan selalu positif (+)
karena dalam banyak situasi geologist terkonsentrasi pada principal stress yang
kompresi. Sedangan umumnya untuk engineer tanda untuk kompresi adalah negatif
(-), karena umumnya engineer hanya terkonsentrasi pada tensile.

Gambar 7. Diagram Mohr dalam 2-D

Shear stress akan mempunyai nilai maximum pada bidang yang normalnya  =
45 dengan arah pada 1 diagram fisik dan terjadi pada 2 = 90 diukur dari (1,0)
pada diagram Mohr. Bidang ini adalah bidang conjugate dari shear stress maksimum.

Page | 10
Besarnya stress disatu titik secara unik mempunyai dua karakteristik besaran
skalar yaitu:
(1) besaran didefinisikan sebagai pusat lingkaran Mohr 1 yang dikenal sebagai
mean dari normal stress.
(2) jari-jari r dari lingkaran sebagai harga maksimum shear stress (s).
Diagram Mohr dalam 3-D lebih komplex dibandingkan pengambaran dalam 2-
D, karena dalam kondisi stress disatu titik dalam 3-D menjadi besaran tensor (stress
tensor). Secara simple diagram Mohr 3-D dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 8. Diagram Mohr 3-D

Daerah yang berwarna gelap adalah daerah bidang yang tidak sejajar maupun
tegak lurus dengan principal stress. Ada tiga bidang yang tegak lurus dengan arah
principal stress dan mempunyai harga s = 0. Salah satu bidang ini mempunyai harga
n maksimum yaitu 1 dan satunya mempunyai harga  n minimum yaitu 3. Setiap
bidang yang tidak sejajar maupun tegak lurus arah principal stress akan mempunyai
s  0 tetapi < 1 - 3 /2 dan  n lebih kecil dari  1 tetapi lebih besar dari 3 .

Nomenclature Stress

Jika semua principal stress mempunyai harga yang sama, kondisi stressnya
dinamakan hidrostatik. Kondisi ini sama dengan kondisi stress fluida dalam keadaan
setimbang.
Mean stress adalah komponen hidrostatik stress yang cenderung menyebabkan
dilation pada batuan. Deviatoric stress adalah komponen non-hydrostatik yang
cenderung menyebabkan distortion. Differential stress adalah perbedaan maximum

Page | 11
dan minimum dari principal stress, dimana semakin besar perbedaannya semakin
potensial untuk terdistorsi.
Tegasan diferensial (Differential stress) dapat dikelompokan menjadi 3 jenis,
yaitu:
1. Tegasan tensional (tegasan extensional) adalah tegasan yang dapat
mengakibatkan batuan mengalami peregangan atau mengencang.
2. Tegasan kompresional adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan
mengalami penekanan.
3. Tegasan geser adalah tegasan yang dapat berakibat pada tergesernya dan
berpindahnya batuan.

Gambar 9. Jenis-Jenis Tegasan Diferensial

3. Keterakan (Strain)

Strain menghasilkan dilation yaitu perubahan ukuran dan distortion yaitu


perubahan bentuk atau kombinasi dari kedua proses tersebut. Perubahan bentuk dari
suatu benda seringkali lebih mudah dideskripsikan dalam dengan non-rotasi atau
coaxial ditambah dengan komponen rotasinya.
Strain dapat dibagi menjadi homogeneous dan inhomogeneous. Apabila besarnya
strain diseluruh benda sama maka didefinisikan sebagai homogenous deformasi. Kriteria
untuk homogenous strain adalah apabila garis lurus tetap lurus dan garis sejajar tetap

Page | 12
sejajar setelah deformasi. Sedangkan dalam kasus inhomogenous (heterogenenous)
strain, nilai strain di berbagai tempat dalam bentuk tidak sama. Dengan demikian kriteria
untuk inhomogenous (heterogenenous) strain adalah apabila garis lurus menjadi
melengkung dan garis sejajar menjadi tidak sejajar. Perbedaan antara homogeneous dan
inhomogenous (heterogenenous) strain yang paling jelas dan dapat dengan mudah
diamati adalah pada struktur perlipatan.

Gambar 10. Jenis dan Distribusi Strain dalam Deformasi Batuan (Park, 1989)

Deformasi yang progresif (progressive deformation) adalah gerakan yang


membawa benda dari kondisi yang belum terdeformasi ke kondisi final sesudah
deformasi. Tahapan strain yang terjadi selama deformasi dinamakan strain path.
Jumlah total deformasi yang dialami batuan didefinisikan sebagai state of strain.
Untuk mempermudah gambaran geometri dan perhitungan daalam deformasi
batuan seringkali digambarkan sebagai perubahan lingkaran ke ellipse yang dikenal
sebagai strain ellipse. Keuntungan mengunakan geometri ellipse adalah melakukan
aspek ratio dari sumbu panjang dan pendeknya untuk deformasi dengan areal yang
konstan. Perubahan total dari bentuk lingkaran ke ellipse dikenal sebagai finite strain
ellipse.
Strain dapat diukur dalam dua cara:
1. Perubahan panjang suatu garis (linear strain)
2. Perubahan sudut antara dua garis (shear strain)

Page | 13
Setiap geometri strain dapat diukur dari kombinasi kedua perubahan diatas, sehingga
dapat didefinisikan sebagai:
1. Extension (e)
Extension sering juga didefinisikan sebagai stretch (S), yaitu ratio dari panjang
yang baru terhadap panjang awal. Nilai e yang positif disebut sebagai elongation dan
e negatif sebagai shortening.
2. Shear Strain ()
Angular shear strain adalah perubahan sudut dari posisi awal yang tegak lurus.
Harga shear strain sepanjang garis bisa negatif maupun positif tergantung pada
polarisasi dari rotasi (sense of rotation) dari garis semula tegak lurus padanya. Perlu
diingat bahwa pergeseran searah jarum jam akan positif (+) dan berlawanan arah
dengan jarum jam akan negatif (-). Sebaran nilai shear strain adalah nol sampai tak
terhingga.

Finite Strain Ellipse

Dalam suatu strain ellipse, sumbu yang sejajar dengan maksimum extension (e)
akan mempunyai nilai maksimum stretch atau S1. Sebaliknya sumbu dengan nilai
minimum extension (e) yaitu sumbu pendeknya akan mempunyai minimum stretch
atau S3. Hubungan ini juga memberikan kesimpulan bahwa pada arah garis paralel
sumbu panjang atau pendek dari strain ellipse merupakan satu-satunya garis dimana
harga shear strain () atau angular shear strain () akan nol.
Hubungan garis sejajar maupun tegak lurus terhadap sumbu pendek maupun
panjang dalam strain ellipse yang unik ini dikenal sebagai sumbu utama dari finite
strain ellipse (the principal axes of strain ellipse). Dimana sumbu panjang dari finite
strain ellipse mewakili arah dan besaran dari maksimum stretch. Sumbu pendek dari
finite strain ellipse mewakili arah dan besaran minimum stretch atau maksimum
perpendekan (shortening) dalam plane strain.

Page | 14
S1

S2
S3
S3

S1
S3

S2

S1

Gambar 11. Sumbu Utama Strain dan Strain Ellipsoid (Twiss dan Moore, 1992)

Ada dua persamaan strain yang utama yang memungkinkan untuk menentukan
stretch dan shear strain untuk setiap arah garis dalam batuan kondisi strain dengan
nilai S1 , S3, d (sudut yang dibentuk antara garis L dengan maximum stretch (S 1))
diketahui. Cara lain mengekspresikan perubahan panjang suatu garis adalah
mengunakan quadratic elongation ( )
Perbandingan antara shear strain dan quadratic elongation atau / juga
merupakan persamaan yang sangat penting untuk menggambarkan kombinasi
perubahan garis dan sudut dalam suatu deformasi (Davis dan Reynolds, 1996).

Diagram Mohr Strain

Otto Mohr (1882) menemukan bahwa kedua persamaan strain diatas dapat
diwakili secara graphis dengan menggunakan lingkaran yang dinamakan lingkaran
Mohr diagram strain. Pengambaran secara graphis untuk persamaan strain
sebenarnya memperlihatkan hubungan sistematik dari variasi dalam quadratic
elongation dan shear strain, sehingga metoda graphis ini sangat praktis digunakan

Page | 15
Gambar 12. Diagram Mohr untuk strain (Davis dan Reynolds, 1996)

Strain Ellipsoid

Dalam setiap strain yang homogen, setiap bentuk bola akan terdeformasi
menjadi bentuk ellipse yang dinamakan strain ellepsoid atau dalam kondisi plane
strain membentuk strain ellipse. Stretch, extension dan shear strain pada dasarnya
semuanya mempunyai hubungan geometri yang simple baik dalam dua dimensi
maupun tiga dimensi.
Undeformed State Deformed State
R=e n

Strain r=S
R=1 n

 

A. Extension and stretch

Undeformed State Deformed State



T
t e tan 
s

R
Strain r
 

B. Shear strain

Gambar 13. Hubungan antara stretch, extension, shear strain dan strain ellipse

Strain ellipsoid adalah gambaran yang lengkap dari kondisi strain di suatu titik.
Kita dapat mendiskripsi kondisi strain di satu titik apabila kita mengetahui extension
dan dua shear strain dari tiga bagian garis yang saling tegak-lurus pada kondisi
sebelum deformasi. Strain ellipsoid terdiri dari 9 strain komponen. Setiap strain

Page | 16
komponen untuk setiap garis ditulis pada kolom-kolom yang terpisah membentuk
matrix yang teratur yang dinamakan strain tensor (Twiss and Moore, 1992):
Pendekatan dengan menggunakan bentuk lingkaran dan ellipse dalam
menggambarkan kondisi strain dalam batuan didasarkan pada kenyataan bahwa batuan
yang mengandung fossil akan mencatat data distribusi strain yang baik jika
terdeformasi. Contohnya fossil Ooid yang berbentuk lingkaran yang hampir sempurna
dan sangat umum dijumpai pada batu gamping, dimana apabila terdeformasi dapat
digunakan untuk menentuan arah dan bentuk dari strain ellipsoid (Ramsay, 1967;
Twiss and Moore, 1992 dan Davis dan Reynolds, 1996).

^ ^ ^
S2 < 1 S2 = 1 S2 >1
^
S1

^
S 1
perpendicular ^
S3 ^
to layer S2

A. B. C.

^
S1
^
S2 ^
perpendicular S3 ^
S 2
to layer

D.

^ ^
S
S 3 1
perpendicular ^
S 3 ^
S 2
to layer

E. F.

Gambar 14. Hubungan strain dan bentuk struktur pada batuan (Twiss dan
Moore, 1992)

Dalam proses deformasi perubahan volume (dilation) dapat disertai dengan


perubahan bentuk (distortion) batuan yang dapat diamati dengan mengunakan diagram
perbandingan sumbu stretch dari sumbu utama strain (strain field diagram) yang
dikembangkan oleh Ramsay (1967). Diagram ini mengambarkan tentang klasifikasi
struktur yang didasarkan kepada karakteristik strainnya.

Page | 17
S 3
Strating Size Field of Field of
and Shape No Strain Expansion

1.0 Field of Linier Strecthing

Field
of
Linear
Shortening Field of Compensation

Field
of Contraction

S
1

1.0

Gambar 15. Strain field diagram dari Ramsay (1967)

Berdasarkan pemodelan analog maupun numerik disimpulkan bahwa selama


proses perubahan bentuk (distortion) sumbu strain ellipse yang memperlihatkan
tahapan dari suatu deformasi umumnya tidak mempunyai orientasi yang tetap. Jika
orientasi sumbu finite strain berubah selama proses deformasi berubah dinamakan
sebagai non-coaxial strain. Proses ini sering didefiniskan sebagai pure shear
deformation. Tetapi jika orientasi sumbu finite strain tidak berubah selama proses
deformasi dinamakan sebagai coaxial strain. Proses ini sering didefinisikan sebagai
simple shear deformation. Sehingga pure shear dan simple shear adalah jenis strain
dan mereka mengambarkan kondisi istimewa dari plane strain.
A B
S im p l e S h e a r P u re S h e a r
( N o n c o a x ia l S t r a i n ) ( C o a x ia l S tr a in )

L M O
N

2 5 % F l a tte r in g
S3 M S3
+ 22º S1

S1

3 0 % F l a tte r in g
+ 31º S1 S3
S3

S1

4 0 % F l a tte r in g
S1 S3
+ 45º S3

S1

Gambar 16. Deformasi yang coaxial dan noncoaxial strain (Twiss dan Moore, 1992)

Page | 18
Pada dasarnya dalam suatu deformasi yang sering dijumpai adalah hanya finite
strain (hasil akhir suatu deformasi). Sehingga untuk bisa menentukan suatu strain
adalah pure shear atau simple shear diperlukan pengamatan strain melalui suatu
proses deformasi yang berkesinambungan atau progressive deformation. Struktur
seperti perlipatan, boudin, foliasi dan lineasi terbentuk sebagai hasil reaksi batuan
atau sedimen terhadap deformasi yang bersifat progresif.

Homogenous Strain

Ada tiga kasus istimewa dalam strain yang homogen (homogeneous strain) yang
dapat dikenali dari perbandingan sumbu strainnya. Secara umum ketiga sumbu
tersebut tidak sama besar. Bentuk ketiga homogenous strain adalah:
1. Prolate atau constructional, yakni extension pada sumbu simetri dan perpendekan
(shortening) yang sama pada semua arah yang tegak lurus padanya.
2. Oblate atau flattening, yakni shortening pada sumbu simetri dan extension yang
sama semua arah yang tegak lurus padanya.
3. Plane strain, dimana sumbu strain tidak berubah, extension pada arah S 1, dan
shortening pada arah S3 (Gambar 2.11.c). Sehingga plane strain ini dikelompokan
sebagai jenis istimewa dari triaxial ellipsoid.
Z

Y
X

Y
X

B
Z

Gambar 17. Bentuk ellipsoid dalam homogenous strain (Park, 1989

Page | 19
Cara yang paling umum untuk menggambarkan variasi kondisi strain adalah
menggunakan diagram Flinn
k = 

K = 1

Simple Extension
Constrictional
Strain
^
S 1
a =
^2
S
in
tra
n eS
Pla Flattering
Strain

1 Simple Flattering
K = 0
1 ^
S 2
b =
^3
S

Gambar 18. Flinn diagram untuk homogenous strain (Twiss dan Moore, 1992

Menentukan Strain Dari Batuan

Salah satu tujuan terpenting dari geologi struktur adalah mengevaluasi secara
kuantitatif total strain (finite strain) suatu area sebagai hasil dari sesuatu deformasi.
Ada tiga cara pendekatan untuk memecahkan permasalahan dalam mengkuantifikasi
strain.
(1) Metoda pertama, untuk menentukan masing-masing strain ellipsoid dengan
menggunakan variasi bentuk-bentuk khusus strain yang dapat dikenali atau
strain markers, yang kemudian hasilnya dijumlahkan untuk seluruh area yang
dicari.
(2) Metode kedua, mengestimasi total shortening dan elongation dengan
mengevaluasi geometri dari perlipatan dan sesar. Akan tetapi metoda ini sukar
diterapkan dalam tiga dimensi.
(3) Metode ketiga mengasumsikan bahwa strain untuk area yang besar secara
statistik adalah homogenous, sehingga semua elemen struktur planar dan linear
dari seluruh daerah teratur secara statistik dan merefleksikan orientasi dan
besaran total finite strain. Cara ini dianggapkan paling effektif terutama untuk
menentukan strain dari daerah yang terdeformasi kuat (Twiss and Moore, 1992;
Park, 1989).

Page | 20
4. Hubungan Stress, Strain dan Pecahnya Batuan

Ketika batuan terdeformasi maka batuan mengalami tarikan. Gaya tarikan akan
merubah bentuk, ukuran, atau volume dari suatu batuan. Perubahan bentuk biasanya
terjadi pada saat gaya terpusat pada suatu benda.
Tahapan deformasi terjadi ketika suatu batuan mengalami peningkatan gaya
tegasan yang melampaui 3 tahapan pada deformasi batuan.
1. Deformasi yang bersifat elastis (Elastic Deformation) terjadi apabila sifat
gaya tariknya dapat berbalik (reversible).
2. Deformasi yang bersifat lentur (Ductile Deformation) terjadi apabila sifat
gaya tariknya tidak dapat kembali lagi (irreversible).
3. Retakan / rekahan (Fracture) terjadi apabila sifat gaya tariknya yang tidak
kembali lagi ketika batuan pecah/retak.

Gambar 19. Kurva Hubungan Tegasan (Stress) dan Tarikan (Strain) Terhadap
Batuan

Bila suatu benda dikenai gaya, maka biasanya akan dilampaui ketiga fasa, yaitu
fasa elastisitas, fasa plastisitas, dan fasa pecah. Bahan yang rapuh biasanya pecah
sebelum fase plastisitas dilampaui, sementara bahan yang plastis akan mempunyai
selang yang besar antara sifat elastis dan sifat untuk pecah.
Kita dapat membagi material menjadi dua kelas didasarkan atas sifat perilaku
dari material ketika dikenakan gaya tegasan padanya, yaitu :

Page | 21
1. Material yang bersifat retas (brittle material), yaitu apabila sebagian kecil atau
sebagian besar bersifat elastis tetapi hanya sebagian kecil bersifat lentur sebelum
material tersebut retak/pecah.
2. Material yang bersifat lentur (ductile material) jika sebagian kecil bersifat elastis
dan sebagian besar bersifat lentur sebelum terjadi peretakan / fracture.

Gambar 20. Kurva Hubungan Tegasan (Stress) dan Tarikan (Strain) yang
Menggambarkan Sifat Material/Batuan

Bagaimana suatu batuan / material akan bereaksi tergantung pada beberapa


faktor, antara lain adalah:
1. Temperatur – Pada temperatur tinggi molekul molekul dan ikatannya dapat
meregang dan berpindah, sehingga batuan/material akan lebih bereaksi pada
kelenturan dan pada temperatur, material akan bersifat retas.
2. Tekanan bebas – pada material yang terkena tekanan bebas yang besar akan
sifat untuk retak menjadi berkurang dikarenakan tekanan disekelilingnya
cenderung untuk menghalangi terbentuknya retakan. Pada material yang tertekan
yang rendah akan menjadi bersifat retas dan cenderung menjadi retak.
3. Kecepatan tarikan – Pada material yang tertarik secara cepat cenderung akan
retak. Pada material yang tertarik secara lambat maka akan cukup waktu bagi
setiap atom dalam material berpindah dan oleh karena itu maka material akan
berperilaku / bersifat lentur.
4. Komposisi – Beberapa mineral, seperti Kuarsa, Olivine, dan Feldspar bersifat
sangat retas. Mineral lainnya, seperti mineral lempung, mica, dan kalsit bersifat
lentur. Hal tersebut berhubungan dengan tipe ikatan kimianya yang terikat satu
dan lainnya. Jadi, komposisi mineral yang ada dalam batuan akan menjadi suatu

Page | 22
faktor dalam menentukan tingkah laku dari batuan. Aspek lainnya adalah hadir
tidaknya air. Air kelihatannya berperan dalam memperlemah ikatan kimia dan
mengitari butiran mineral sehingga dapat menyebabkan pergeseran. Dengan
demikian batuan yang bersifat basah cenderung akan bersifat lentur, sedangkan
batuan yang kering akan cenderung bersifat retas.

E. RANGKUMAN

1. Gaya adalah suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah pergerakan suatu
benda. Ada dua jenis gaya yang mempengaruhi tubuh batuan dalam geologi
yaitu body force dan surface force.Faktor Gaya (Penyebab)
2. Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu
benda. Tegasan yang bekerja pada salah satu permukaan yang mempunyai
komponen disebut tegasan prinsipal atau tegasan utama, yaitu terdiri daripada 3
komponen, yaitu: σP, σQ dan σ R. Perbedaan antara tegasan maksimal (σP) dan

tegasan minimal (σ R) disebut sebagai tegasan pembeda (tegasan diferensial)

3. Tegasan diferensial (Differential stress) dapat dikelompokan menjadi 3 jenis,


yaitu:
a. Tegasan tensional (tegasan extensional) adalah tegasan yang dapat
mengakibatkan batuan mengalami peregangan atau mengencang.
b. Tegasan kompresional adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan
mengalami penekanan.
c. Tegasan geser adalah tegasan yang dapat berakibat pada tergesernya dan
berpindahnya batuan.
4. Strain menghasilkan dilation yaitu perubahan ukuran dan distortion yaitu
perubahan bentuk atau kombinasi dari kedua proses tersebut. Perubahan bentuk
dari suatu benda seringkali lebih mudah dideskripsikan dalam dengan non-rotasi
atau coaxial ditambah dengan komponen rotasinya.
5. Strain dapat dibagi menjadi homogeneous dan inhomogeneous. Apabila besarnya
strain diseluruh benda sama maka didefinisikan sebagai homogenous deformasi.
Kriteria untuk homogenous strain adalah apabila garis lurus tetap lurus dan garis
sejajar tetap sejajar setelah deformasi. Sedangkan dalam kasus inhomogenous

Page | 23
(heterogenenous) strain, nilai strain di berbagai tempat dalam bentuk tidak sama.
Dengan demikian kriteria untuk inhomogenous (heterogenenous) strain adalah
apabila garis lurus menjadi melengkung dan garis sejajar menjadi tidak sejajar.
6. Tahapan deformasi terjadi ketika suatu batuan mengalami peningkatan gaya
tegasan yang melampaui 3 tahapan pada deformasi batuan.
a. Deformasi yang bersifat elastis (Elastic Deformation) terjadi apabila sifat
gaya tariknya dapat berbalik (reversible).
b. Deformasi yang bersifat lentur (Ductile Deformation) terjadi apabila sifat
gaya tariknya tidak dapat kembali lagi (irreversible).
c. Retakan / rekahan (Fracture) terjadi apabila sifat gaya tariknya yang tidak
kembali lagi ketika batuan pecah/retak.
7. Material dapat dibagi menjadi dua kelas didasarkan atas sifat perilaku dari
material ketika dikenakan gaya tegasan padanya, yaitu :
a. Material yang bersifat retas (brittle material), yaitu apabila sebagian kecil
atau sebagian besar bersifat elastis tetapi hanya sebagian kecil bersifat lentur
sebelum material tersebut retak/pecah.
b. Material yang bersifat lentur (ductile material) jika sebagian kecil bersifat
elastis dan sebagian besar bersifat lentur sebelum terjadi peretakan / fracture.
8. Bagaimana suatu batuan / material akan bereaksi tergantung pada beberapa
faktor, antara lain: Temperatur, Tekanan bebas, Kecepatan tarikan dan
Komposisi

F. TUGAS

TES FORMATIF

Page | 24
G. DAFTAR PUSTAKA

1. Asikin, Sukendar, 1997, Diktat Geologi Struktur Indonesia, Jurusan Teknik


Geologi, Institut Teknologi Bandung
2. Noor, Djauhari, 2009, Pengantar Geologi, Bab 7. Geologi Struktur.
3. Ragan, D. M., 1973. Structural Geology; An Introduction to Geometrical
Techniques, 2nd edition. London: John Willey and Sons.
4. UNLAM, Prinsip Dasar Geologi Struktur

Page | 25

Anda mungkin juga menyukai