Anda di halaman 1dari 16

PRICK TEST DAN PATCH TEST

DISUSUN OLEH :
YULIKA PUTRI DASA PANJUIS
01.205.5105

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2009

PRICK TEST DAN PATCH TEST


i. PRICK TES
A. INDIKASI
 Rinitis alergi : Apabila gejala tidak dapat dikontrol dengan medikamentosa
sehingga diperlukan kepastian untuk mengetahui jenis alergen maka di kemudian
hari alergen tsb bisa dihindari.
 Asthma : Asthma yang persisten pada penderita yang terpapar alergen
(perenial).
 Kecurigaan alergi terhadap makanan. Dapat diketahui makanan yang
menimbulkan reaksi alergi sehingga bisa dihindari.
 Kecurigaan reaksi alergi terhadap sengatan serangga.

B. ANATOMI
 Pada dewasa dilakukan di lengan bawah sisi volar (forearm) ulnar / radial
 Pada anak-anak pada bagian punggung (upper back)

C. INFORMED CONSET
 Persetujuan
Sebelum melakukan tindakan prick test kepada pasien , sebelumnya menjelaskan
tindakan yang akan dilakukan dan tujuan dari tindakan tersebut dan kemudian
meminta persetujuan kepada pasien atau keluarga pasien terhadap tindakan yang
akan dilakukan.
 prosedural
Prick tes atau tes cukit yaitu salah satu jenis tes kulit sebagai alat diagnosa yang
banyak digunakan para klinisi untuk membuktikan adanya IgE spesifik yang
terikar pada sel mast kulit. test biasa dilakukan untuk menentukan alergi oleh
karena alergen inhalan, makanan atau bisa serangga.

Kelebihan Skin Prick Test dibanding Test Kulit yang lain :


a. karena zat pembawanya adalah gliserin maka lebih stabil jika
dibandingkan dengan zat pembawa berupa air.
b. Mudah dialaksanakan dan bisa diulang bila perlu.
c. Tidak terlalu sakit dibandingkan suntik intra dermal
d. Resiko terjadinya alergi sistemik sangat kecil, karena volume yang masuk
ke kulit sangat kecil.
e. Pada pasien yang memiliki alergi terhadap banyak alergen, tes ini mampu
dilaksanakan kurang dari 1 jam.
Tes Cukit ( Skin Prick Test ) seringkali dilakukan pada bagian volar lengan
bawah. Pertama-tama dilakuakn desinfeksi dengan alkohol pada area volar, dan
tandai area yang akan kita tetesi dengan ekstrak alergen. Ekstrak alergen
diteteskan satu tetes larutan alergen ( Histamin/ Kontrol positif ) dan larutan
kontrol ( Buffer/ Kontrol negatif) menggunakan jarum suntik atau lanset.
Kemudian dicukitkan dengan sudut kemiringan 45 0 menembus lapisan epidermis
dengan ujung jarum menghadap ke atas tanpa menimbulkan perdarahan. Tindakan
ini mengakibatkan sejumlah alergen memasuki kulit. Tes dibaca setelah 15-20
menit dengan menilai bentol yang timbul atau kemerahan.
 Tujuan
Tujuan tes kulit pada alergi ini untuk menentukan macam alergen (alergen hirup
dan makanan) sehingga di kemudian hari bisa dihindari dan juga untuk
menentukan dasar pemberian imunoterapi.

D. PERSIAPAN PRE-PROSEDURAL
Persiapan bahan/material ekstrak alergen.
 gunakan material yang belum kedaluwarsa
 gunakan ekstrak alergen yang terstandarisasi
Bahan-bahan alergen yang digunakan untuk tes cukit berupa alergen hirup dan
makanan. Dibawah ini terdapat beberapa contoh :
Hirup :
- bulu-bulu binatang (kucing, anjingm kuda, dll)
- debu rumah
- serpihan kulit manusia
- tepung sari bunga, rumput, dan tanaman lainnya
- spora jamur
Makanan :
- ikan laut (udang, kerang, kepiting)
- biji2an (kacang tanah, kacang mete)
- beberapa macam buah
- sayur
- bumbu-bumbu
- lain-lain : susu, coklat, keju, telor
Persiapan probandus
 Hentikan minum antihistamin non sedative (antihistamin generasi terbaru)
minimal 2-6 minggu sebelum test
 Hentikan minum antihistamin sedative 5-7 hari sebelum test
 Hentikan meminum obat triicyclic antidepressant ( amitriptyline)
 Hentikan minum heart burn ( cimetidine dan ranitidin)
 Jangan lakukan tes cukit pada penderita urticaria, SLE dan adanya iritasi /
lesi kulit yang luas.
 Usia : pada bayi dan usia lanjut tes kulit kurang memberikan reaksi.
 Pada penderita dengan keganasan,limfoma, sarkoidosis, diabetes neuropati
juga terjadi penurunan terhadap reaktivitas terhadap tes kulit ini.
Persiapan pemeriksa
 Teknik dan ketrampilan pemeriksa perlu dipersiapan agar tidak terjadi
interpretasi yang salah akibat teknik dan pengertian yang kurang difahami oleh
pemeriksa.
 Ketrampilan teknik melakukan cukit
 Teknik menempatkan lokasi cukitan karena ada tempat2 yang
reaktifitasnya tinggi dan ada yang rendah. Berurutan dari lokasi yang
reaktifitasnya tinggi sampai rendah : bagian bawah punggung > lengan atas > siku
> lengan bawah sisi ulnar > sisi radial > pergelangan tangan.
E. TEKNIK PROSEDUR TINDAKAN MEDIK
 Alat
- Lanset/ jarum suntik
- spidol
 Bahan
- Alkohol 70%
- Nacl 0,9 % ( garam fisiolois) (kontrol negatif) atau buffer
- Histamin (kontrol positif)
- Ekstrak alergen
 Cara kerja
- disinfektan lokasi kulit tempat tes cukit dengan alkohol 70% tandai
tempat yang akan dilakukan tes cukit dengan spidol berupa garis-garis
paralel sepanjang kurang lebih 1 inci.
- Teteskan kontrol negatif, kontrol positif pada ujung-ujung garis
cukit kulit tunggu 15-20 menit
- Bila hasil sudah terbaca teteskan ekstrak alergen yang akan di test
pada ujung-ujung garis
Cara cukit kulit dengan kemiringan 45 0 ditiap-tiap tetes bahan dengan
ujung lancet yang berbeda-beda (untuk mengindari crossreaksi)
- Setelah 15-20 menit amati kulit yang dicukit , apakah timbul flare
(warna kemerahan ) dan wheal ( bentol)

C.
A. B.
Gambar 1. A. Cara menandai ekstrak alergen yang diteteskan pada lengan
B. Sudut melakukan cukit pada kulit dengan lancet
C. Contoh reaksi hasil positif pada tes cukit
F. PENGELOLAAN PASCA TINDAKAN MEDIK
INTEPRETASI

Interpretasi Tes Cukit ( Skin Prick Test ):


Untuk menilai ukuran bentol berdasarkan The Standardization Committee of
Northern (Scandinavian) Society of Allergology dengan membandingkan bentol yang
timbul akibat alergen dengan bentol positif histamin dan bentol negatif larutan kontrol.
Adapun penilaiannya sebagai berikut :
- Bentol histamin dinilai sebagai +++ (+3)
- Bentol larutan kontrol dinilai negatif (-)
- Derajat bentol + (+1) dan ++(+2) digunakan bila bentol yang timbul
besarnya antara bentol histamin dan larutan kontrol.
- Untuk bentol yang ukurannya 2 kali lebih besar dari diameter bento
histamin dinilai ++++ (+4).
Di Amerika cara menilai ukuran bentol menurut Bousquet (2001) seperti dikutip
Rusmono sebagai berikut :
-0 : reaksi (-)
- 1+ : diameter bentol 1 mm > dari kontrol (-)
- 2+ : diameter bentol 1-3mm dari kontrol (-)
- 3+ : diameter bentol 3-5 mm > dari kontrol (-)
- 4+ : diameter bentol 5 mm > dari kontrol (-) disertai eritema.
G. KOMUNIKASI
Komunikasi disini adalah menyampaikan hasil kepada pasien dan memberikan
edukasi terhadap hasil yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan.
 Apabila setelah pemeriksaan didapatkan hasil (+) maka pada pasien
tersebut alergi terhadap bahan alergen ( alergen hirup atau makanan) yang di
ujikan.
Edukasi :
- Menghindari bahan alergen tersebut yang dapat membuat alergi atau
muncul ruam-ruam pada kulit pasien.
- Segera kontrol ke dokter apabila didapati alergi untuk mendapatkan
pengobatan lebih lanjut.
 Apabila setelah pemeriksaan didapatkan hasil (-) , maka pada pasien
tersebut tidak didapatkan alergi terhadap bahan alergen yang diujikan.

Namun Tes kulit dapat memberikan hasil positif palsu maupun negatif
palsu karena tehnik yang salah atau faktor material/bahan ekstrak alergennya yang
kurang baik.
Jika Histamin ( kontrol positif ) tidak menunjukkan gambaran wheal/
bentol atau flare/hiperemis maka interpretasi harus dipertanyakan , Apakah karena
sedang mengkonsumsi obat-obat anti alergi berupa anti histamin atau steroid.
Obat seperti tricyclic antidepresan, phenothiazines adalah sejenis anti histamin
juga.
Hasil negatif palsu dapat disebabkan karena kualitas dan potensi alergen
yang buruk, pengaruh obat yang dapat mempengaruhi reaksi alergi, penyakit-
penyakit tertentu, penurunan reaktivitas kulit pada bayi dan orang tua, teknik
cukitan yang salah (tidak ada cukitan atau cukitan yang lemah ).1 Ritme harian
juga mempengaruhi reaktifitas tes kulit. Bentol terhadap histamin atau alergen
mencapai puncak pada sore hari dibandingkan pada pagi hari, tetapi perbedaan ini
sangat minimal.
Hasil positif palsu disebabkan karena dermografisme, reaksi iritan, reaksi
penyangatan (enhancement) non spesifik dari reaksi kuat alergen yang berdekatan,
atau perdarahan akibat cukitan yang terlalu dalam.
Dermografisme terjadi pada seseorang yang apabila hanya dengan penekanan saja
bisa menimbulkan wheal/bentol dan flare/kemerahan. Dalam rangka mengetahui
ada tidaknya dermografisme ini maka kita menggunakan larutan garam sebagai
kontrol negatif. Jika Larutan garam memberikan reaksi positif maka
dermografisme.
Semakin besar bentol maka semakin besar sensitifitas terhadap alergen
tersebut, namun tidak selalu menggambarkan semakin beratnya gejala klinis yang
ditimbulkan. Pada reaksi positif biasanya rasa gatal masih berlanjut 30-60 menit
setelah tes.
ii. PACTH TES
A. INDIKASI
Indikasi :
 Kecurigaan terhadap dermatitis kontak alergi (DKA)
 Dermatitis kronis dengan sebab yang tidak dapat diketahui khususnya
pada tangan dan kaki
 Dermatitis atopi atau kondisi-kondisi lain yang memburuk atau hanya
bereaksi sebagian terhadap pemberian terapi yang memadai
 Jika dokter atau penderita membutuhkan ketetapan tentang alergi kontak
tersebut.
Kontra indikasi :
Dermatitis akut dan luas, karena dapat menyebabkan eksaserbasi. Kulit tempat uji
harus bebas dari dermatitis sekurang-kurangnya 2 minggu.
Bahan yang memberi efek toksik sistemik atau korosif dengan konsentrasi tinggi
misalnya peptisida atau bahan baru yang belum diketahui atau masih dalam penelitian
Penderita sedang mendapat prednison sistemik lebih dari 20 mg sehari atau
kortikosteroid lain yang setara. Kortikosteroid topikal pada tempat uji mempengaruhi
hasil reaksi. Antihistamin tidak mempengaruhi reaksi uji tempel.

B. ANATOMI
 Patch test dilakukan pada kulit yang normal pada daerah kulit punggung.

C. INFORMED CONSENT
 Persetujuan
Sebelum melakukan tindakan prick test kepada pasien , sebelumnya menjelaskan
tindakan yang akan dilakukan dan tujuan dari tindakan tersebut dan kemudian
meminta persetujuan kepada pasien atau keluarga pasien terhadap tindakan yang
akan dilakukan.
 prosedural
patch test adalah tes kulit yang digunakan sebagai alat bantu untuk mencari atau
memastikan adanya alergi kontak dan tidak digunakan untuk mendiagnosis
dermatitis kontak. Alergen yang digunakan untuk tes terbuat dari reagen khusus
dan dilekatkan pada kulit melalui pita perekat. Jika timbul dermatitis maka orang
tersebut dinyatakan alergi terhadap bahan kontaktan tersebut.
Sebelum melakukan tindakan jelaskan kepada penderita bahwa ia harus
menghindari pembasahan kulit tempat dilakukan test, bergerak berlebihan, dan
berkeringat berlebihan setelah patch test dipasang. Penderita harus kembali ke
dokter 48 jam setelah pemasangan untuk dilepas dan ditafsirkan hasilnya.
 Tujuan
Patch test bertujuan untuk mengetahui atau memastikan adanya alergi kontak dan
tidak digunakan untuk menegakkan diagnosis dermatitis kontak.

D. PERSIAPAN PRE-PROSEDURAL
Persiapan penderita :
 4 minggu sebelum patch test punggung tidak boleh terpapar sinar matahri
secara langsung.
 Selama test tidak boleh berenang atau melakukan kegiatan yang dapat
menyebabkan selotipe terlepas
 Selama kegiatan punggung harus tetap kering tidak boleh melakukan
kegiatan yang menyebabkan keringat banyak.
 2 hari sebelum tes, tidak boleh minum obat yang mengandung steroid atau
anti bengkak. Daerah pungung harus bebas dari obat oles, krim atau salep.

E. TEKNIK PROSEDUR TINDAKAN MEDIK


 Alat
- Aluminium discs diameter 1 cm
- Hypoalergenik selotipe
- spidol
 Bahan
- Alkohol 70%
- Ekstrak alergen
- Vaselin/ jelly / soft parafin
 Cara kerja
Tahap 1 :
- aluminium discs ditempelkan pada hypoalergenik selotipe dengan
susunan paralel dan berjajar rapi
- susbtansi yang diperiksa dicampur vaselin/jelly/soft parafin
kemudian dimasukkan ke aluminium discs
- disinfektan kulit punggung dengan alkohol 70%
- tempelkan selotipe yang berisi aluminium discs ke punggung dan
biarkan menempel selama 48 jam
Tahap 2 :
- selotipe yang berisi aluminium discs dilepas
- lakukan penilaian dan tandai bekas-bekas tempelan aluminium
discs dengan spidol
- biarkan selama 48 jam
Tahap 3 :
- 4 hari ( 96 jam ) setelah penempelan amati kembali daerah yang
ditandai, apabila diperlukan boleh menandai ulang daerah yang diperlukan
antara tahap 2 dan tahap 3
Gambar : Patch test ( tes tempel)
F. PENGELOLAAN PASCA TINDAKAN MEDIK
INTEPRETASI
 Negatif ( - ) : tidak ada reaksi
 +? : hanya timbul eritem pucat
 + : eritema, indurasi, dan kemungkinan papula.
 ++ : eritema, indurasi papula, vesikel
 +++ : reaksi pelepuhan atau ulcus
 NT : tidak dites, tanda ini jika catatan-catatan menyebutkan
bahwa banyak jenis alergen yang digunakan
 IR : kecurigaan adanya reaksi iritan (bukan cenderung alergi).
Jika ada kecurigaan tentang adanya reaksi iritan maka dibutuhkan pengamatan
lebih lanjut.

Hasil negatif dan positif palsu


Patch test dapat menjadi non reaktif jika cara pengujiannya salah
1. substansi tes yang diberikan terlalu sedikit jumlahnya
2. oklusinya tidak cukup
3. bagian kulit yang dipilih tidak tepat
4. pemeriksaan hasil tes terlalu awal
5. konsentrasi alergen terlalu rendah atau bahan pencampurnya/ pelarutnya
tidak dapat melepas substansi alergen (khususnya alergen buatan sendiri yang
tidak standar)
patch yang non reaktif karena sebab-sebab yang tidak berhubungan dengan cara
pengujiannya:
1. tingkat sensitifitasnya sangat rendah
2. penderita dalam keadaan ”phase refractory”
3. penggunaan steroid sistemik dosis tinggi
hasil positif palsu dapat menyesatkan penggunaan substansi yang sesungguhnya
menyebabkan alergi

patch test pada penderita non alergik dapat menghasilkan reaksi palsu karena
kesalahan dalam cara pengujian :
1. patch test dibiarkan menempel terlalu lama
2. bahan tes terkontaminasi dengan bahan iritan atau bahan lainnya. Tutup
botol tertentu dapat menjadi sumber kontaminasi
3. terlalu banyak bahan tes yang dipakai
4. pada kulit yang ditempel terdapat keradangan sebelumnya
5. lokasi kulit yang dites sebelumnya pernah dipakai untuk tes yang sama
atau telah dibersihkan sebelumnya dengan substansi yang dapat menyebabkan
iritasi jika di oklusi
6. kulit lokasi tes terlalu dini diperiksa hasilnya segera setelah patch tes
dilepas.
7. konsentrasi bahan terlalu pekat (terutama jika digunakan antigen buatan
sendiri yang tidak standar)
patch tes dapat bereaksi palsu karena sebab yang tidak berhubungan dengan cara
pengujian
1. reaksi disebabkan oleh tekanan pada kulit oleh suatu bahan tes yang keras
2. patch tes adaah iritan
3. penderita mengalamai dermatitis akut di bagian lain tubuh dan lokasi tes
bersifat hiperaktif.

G. KOMUNIKASI
Komunikasi disini adalah menyampaikan hasil kepada pasien dan memberikan
edukasi terhadap hasil yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan.
 Apabila setelah pemeriksaan didapatkan hasil (+) yaitu akan timbul bercak
kemerahan dan melenting pada kulit, maka pasien tersebut alergi terhadap bahan
kontaktan tersebut.
Edukasi :
- Menghindari kontak dengan bahan iritan atau bahan alergen yang
menyebabkan terjadinya dermatitis kontak.
- Memakai alat pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi mereka yang
bekerja dengan bahan iritan , sebagai salah satu upaya pencegahan.
- Segera kontrol ke dokter apabila didapati adanya ruam kulit setelah kontak
dengan bahan alergen atau bahan iritan tertentu, sehingga dapat segera
mendapatkan pengobatan.
 Apabila setelah pemeriksaan didapatkan hasil (-) , maka pada pasien
tersebut tidak alergi terhadap bahan kontaktan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1, 2005, Petunjuk Praktikum Modul Imun dan Kulit, Fakultas kedokteran
Unissula, Semarang

Anonim 2, 1995, Standar pelayanan medik diagnosis dan terapi pemeriksaan dan
tindakan penyakit kulit dan kelamin, RSUD Dr.Saiful Anwar FK Unibraw, Malang.

Iwan, Suwanto.,2009, Tes Alergi, http:/www.medicastore.com

Kartikawati, Henny.,2007, Tes Cukit (Skin Prick Test) Pada Diagnosis Penyakit
Alergi, Bagian Ik Tht-Kl Fk Undip / Smf Tht- Kl Rs Dr. Kariadi, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai