Laporan Praktikum E1 Infusa Fix
Laporan Praktikum E1 Infusa Fix
KELOMPOK E1
FORMULASI SEDIAAN
INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.)
Nama Anggota :
Daun sirih yang mempunyai nama latin Piper betle merupakan salah satu tanaman
yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat
memanfaatkan tumbuhan ini untuk tujuan pengobatan pada hidung berdarah (mimisen-
Jawa), mulut berbau, mata sakit, dan radang tenggorokan (Sudarsono dkk., 1996). Daun
sirih mempunyai daya antibakteri, dan juga memiliki bioaktivitas sebagai antioksidan, anti
inflamasi, antiseptik, pereda sakit gigi, anti jamur, anti-kandida, imunomodulator,
kontrasepsi, dan penurun panas. Kandungan kimia tumbuhan sirih adalah saponin,
flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri (Anonim, 2000). Daun sirih mengandung 4,2 %
minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari Chavicol paraallyphenol turunan dari
Chavica betel. Isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol methil euganol dan
Caryophyllen, kavikol, kavibekol, estragol, terpinen (Sastroamidjojo, 1997).Senyawa-
senyawa penyusun minyak atsiri daun sirih terdiri dari 2 komponen fenol yaitu isomer
betel fenol dari kavikol dan eugenol dengan berbagai kombinasi fenol seperti allil
pirokatekol, kavibetol, karvakol, metil eugenol, sineol dan estragol.
Daun sirih memiliki banyak senyawa aktif yang dapat menimbulkan efek
terapetik.Diantara senyawa aktif tersebut adalah saponin.Senyawa saponin dapat bekerja
sebagai antimikroba (Robinson, 1995). Senyawa saponin akan merusak membran
sitoplasma dan membunuh sel (Assani, 1994). Menurut Mursito (2002) saponin dan tannin
bersifat sebagai antiseptik pada luka permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik yang
biasanya digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada
luka.Selain itu Senyawa flavonoid juga berfungsi sebagai bakteriostatik dan anti
inflamasi.Flavonoid sebagai bakteriositik memiliki mekanisme kerja dengan
mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi
(Pelczar dan Chan, 1988).Savaspun (2000) mengemukakan bahwa ekstrak etanol daun
sirih menunjukkan lebih poten aktivitas antibakteri dan antifunginya daripada ekstrak
petroleum eter.
Selain senyawa tersebut, terdapat senyawa karvakol yang bersifat sebagai
desinfektan dan antijamur sehingga bisa digunakan sebagai antiseptik. Pada daun sirih
juga terdapat euganol dan methyl-euganol yangdapat digunakan untuk mengurangi sakit
gigi (Syukur dan Hernani, 1997).
Kartasapoetra (1992) menyatakan daun sirih antara lain mengandung kavikol dan
kavibetol yang merupakan turunan dari fenol yang mempunyai daya antibakteri lima kali
lipat dari fenol biasa terhadap Staphylococcus aureus. Senyawa fenol juga dapat berfungsi
sebagai antioksidan apabila tidak berdiri sendiri.
Penelitian yang pernah meneliti bioaktivitas daun sirih antara lain pengaruh
ekstrak daun sirih (Piper betle l.) terhadap pertumbuhan staphylococcus aureus dan
escherichia coli dengan metode difusi disk (Hermawan, Eliyani and Tyasningsih, 2007),
isolasi dan uji antiradikal bebas minyak atsiri pada daun sirih (Piper betle linn) secara
spektroskopi ultra violet-tampak (Parwata, Rita and Yoga, 2009). Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Terpurifikasi Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Terhadap Bakteri
Propionibacterium acnes (Widyaningtias, 2012), Aktivitas larvasida dari daun sirih (Piper
betle Linn.) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti (Parwata, 2011).
Pada Praktikum kali ini kami akan memformulasi daun sirih menjadi bentuk
sediaan Infusa. Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada 90-980C selama 15 menit. Umumnya infusa selalu dibuat dari simplisia
yang mempunyai jaringan lunak, yang mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak
tahan pemanasan lama (Depkes RI, 1979). Kelebihan metode Infudasi adalah peralatan
sederhana, mudah dipakai, biaya murah, dapat menyari simplisia dengan pelarut air dalam
waktu singkat. Apabila dibandingkan dengan metode ekstraksi lain seperti maserasi yang
prosesnya lama dan butuh waktu beberapa hari. Sedangkan apabila dibandingkan dalam
pembuatan ekstrak, kandungan dari bahan tumbuhan dan pelarut yang paling tepat untuk
masing-masing kandungan harus diketahui lebih dahulu. Dengan zat pelarut yang tepat,
zat aktif yang diinginkan akan terpisah dari bahan aslinya dan bercampur dengan pelarut
yang digunakan.
Berdasarkan hal di atas maka pada praktikum ini digunakan tanaman sirih (Piper
betle L.), dimana yang digunakan adalah bagian daun sirih (Piper betle L.) yang lunak.
Selain itu daun sirih (Piper betle L.) juga mengandung 15 komponen minyak atsiri yang
didominasi 4 komponen yaitu : 4-Allyl phenil acetat; Eugenol (2-metoksi-4-(2- prophenil)
fenol), 3- Allyl-6-methoxy phenil acetat dan 4-(2- prophenyl)-phenol atau kavikol
(Parwata, 2011).
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
= 10 gram
Sifat Fisika-Kimia Bahan
1. Piper Betle Folium
Nama Lain : Daun sirih
Pemerian : Bau aromatik khas dan tajam, rasa pedas khas
Makroskopik : Daun tunggal, warna coklat kehijauan sampai
coklat. Helaian daun berbentuk bundar telur sampai
lonjong, ujung runcing, pangkal berbentuk jantung
atau agak bundar berlekuk sedikit, pinggir daun rata
agak menggulung ke bawah, panjang 5 cm sampai
18,5 cm, lebar 3 cm sampai 12 cm, permukaan atas
rata, licin agak mengkilat, tulang daun agak
tenggelam; permukaan bawah agak kasar, kusam,
tulang daun menonjol, permukaan atas berwarna lebih
tua dari permukaan bawah.
Kandungan kimia : minyak asitri yang berisikan senyawa kimia
seperti fenol serta senyawa turunannya antara
lain kavikol, kavibetol, eugenol, karvacol, dan
allipyrocatechol. karoren, asam nikotinat, riboflavin,
tiamin, gula, tannin, patin dan asam amino,
seskuiterpen, pati, diastase.
Khasiat : Antisariawan, antibatuk, antiseptik (Sitrait et al,1980
), anti radang, menghilangkan gatal, mematikan
Candida albicans yang merupakan penyebab
keputihan, tanin(daun) untuk mengurangi sekresi
cairan pada vagina, pelindung hati, antidiare, dan
antimutagenik (Hariana, 2006).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2. Aquadest
Nama lain : air suling
Pemerian : cairan jernih ; tidak berwarna ; tidak berbau ; tidak
mempunyai rasa
Kegunaan : Pelarut
2.6. Evaluasi Sediaan
1) Uji Organoleptis
Uji organoleptis dilakukan bentuk, warna, bau dan rasa. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Soemiati, A dan Elya, B. 2002, hasil uji organoleptis infusa daun sirih
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Uji Organoleptis Infusa Piper betle L
Uji Organoleptis Hasil pengamatan
Bentuk Cairan
Warna Hitam
Bau Spesifik
Rasa Pedas
(soemati,2002)
gerus cepat
tara botol timbang yang telah dikeringkan selama 30 menit (botol timbang bersumbat kaca)
timbang
timbang
amati bentuk
amati warnanya
amati baunya
cek pH
pipet cairan (3ml) dan masukkan pada pipa tengah viskometer yang lebar
hisap cairan di dalam viskometer dengan karet penghisap sehingga melewati batas atas pipa kapiler
nyalakan stopwatch pada saat miniskus menyinggung batas bawah pipa kapiler das viskometer
catat waktu yang diperlukan oleh cairan untuk melewati batas tersebut
tuang zat uji berlahan-lahan dari tiap wadah sediaan ke dalam gelas ukur kering terpisah secara hati-hati
untuk menghindari pembentukan gelembung udara
amati bentuk, ukuran dan warna koloni, amati kolom dan inokulasi ke nutrien both
amati hasilnya, jika terdapat bakteri, maka sediaan mengandung bakteri-bakteri tersebut
BAB III METODE
Tambahkan air 100 ml dan panaskan selama 15 menit di atas penangas air
(water bath) hingga suhu cairan mencapai 90oC
Angkat panci infus dan diamkan cairan infus dalam panci infus hingga
suhu cairan mendekati suhu kamar
serkai infus ke dalam botol yang telah dikalibrasi dengan kain flanel dan
corong gelas dan tambah air masak hingga volume infusa 100 ml
Pada praktikum kali ini kelompok E1 membuat sediaan infusa DaunSirih (Piper betle
folium) dengan kadar 10%.
a. Organoleptis
Warna = KuningKecoklatan
Bau = Aroma KhasSirih
Rasa = Sedikitpedas (getir)
b. KLT
ReplikasiPenotolan NilaiRf
R1 0,66
R2 0,9
R3 0,28
Perhitungan :
5,8 𝑐𝑚
R1( noda 1) = = 0,66 cm
8 𝑐𝑚
7,2 𝑐𝑚
R2 (noda 2) = = 0,9 cm
8 𝑐𝑚
2.8 𝑐𝑚
R3 (noda 3) = = 0,28 cm
8 𝑐𝑚
Gambar hasil lempeng KLT
z
BAB V PEMBAHASAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapatditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai Rf spot noda satu (Rf1) dengan nilai Rf sebesar 0,66 cm mendekati nilai Rf
dari pembanding saponin yaitu 0,61cm.
2. Nilai Rf spot noda 2 (Rf2) menunjukkan nilai Rf sebesar 0,9 cm yang mendekati
dengan nilai Rf pembanding senyawa alkaloid yaitu sebesar 0,96.
3. Nilai Rf spot noda 3 (Rf3) menunjukkan nilai Rf sebesar 0,28 cm yang mendekati
dengan nilai Rf dari senyawa fenolik yaitu sebesar 0,21.
4. Dari ketiga hasil nilai Rf, infusa daun sirih yang kami buat dapat dikatakan
mengandung senyawa saponin, alkaloid, dan fenolik.
5. Terdapat perbedaan pada nilai Rf hasil praktikum dengan nilai Rf teoritis.
Perbedaan nilai Rf ini dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain:
9) Jenis dan mutu kertas, daya serap, kelembaban
10) Susunan pelarut, meliputi :
Kemurnian pelarut dan,
Stabilitas campuran pelarut selama pemakain dan penyimpanan
11) Temperatur ruang
12) Kelembaban ruang
13) Kejenuhan ruang akan uap pelarut
14) Konsentrasi zat
15) Jarak bercak awal ke permukaan pelarut
16) Adanya zat lain atau pencemaran
6.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil analisis yang optimal, perlu adanya validasi metode
terlebih dahulu dan pengendalian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi.
LAMPIRAN
Hasil eludasi dibawah sinar; (a) tampak (b) UV Vis 254 nm (c) UV Vis 365
nm
Fardiaz, S. 1989. Keamanan Pangan Jilid I. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi.
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. 65 hal.
Koesmiati, S. 1966. Daun sirih (Piper betle Linn) sebagai desinfektan. Skripsi.
Departemen Farmasi. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 65 hal.
Sastroamidjojo, S. 1997. Obat Asli Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta
Soedibyo, M. 1991. Manfaat sirih dalam perawatan kesehatan dan kecantikan.
Warta Tumbuhan Obat Indonesia I (1) : 11-12
Syukur, C dan Hernani. 2001. Tanaman Obat Komersial. Penebar Swadaya.
Jakarta. Hal 101 – 104.
Tri Wahyuning Lestari. 2013. Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol
Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz And Pav.) Dan Amoksisilin Terhadap
Bakteri Streptococcus Pneumoniae, Pseudomonas Aeruginosa, Dan Salmonella
Typhi Serta Bioautografinya. Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Windriyati , Yulias Ninik, Budiarti, Aqnes, Dan Syahida, Igustin Azmi.
AKTIVITAS MUKOLITIK IN VITRO EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH
(Piper Crocotum Ruiz Dan Pav.) PADA MUKOSA USUS SAPI DAN
IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIANYA. Semarang : Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim.