420-437 M2P-03 PDF
420-437 M2P-03 PDF
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
M2P-03
Abstrak
Pada suatu pemboran eksplorasi, tahapan yang sangat penting adalah menganalisa kejenuhan fluida
pada reservoar. Sistem fluida yang ada pada suatu reservoar biasanya multi fasa (air dan
hidrokarbon). Saturasi hidrokarbon (minyak atau gas bumi) dapat diketahui dengan terlebih dahulu
menghitung saturasi airnya, dengan demikian penentuan nilai saturasi air (Sw = water saturation)
menjadi kunci untuk mengetahui suatu interval reservoar apakah dominan mengandung air atau
hidrokarbon. Perkembangan teknologi eksplorasi khususnya teknologi logging serta kondisi
reservoar yang beragam mempengaruhi konsep penentuan saturasi air dari waktu ke waktu. Tulisan
ini berusaha mengkompilasi jenis-jenis metode penentuan saturasi air khususnya pada reservoar
clean sandstone dan shaly sandstone serta kelebihan/kelemahan dari masing-masing metode.
Kompilasi ini mendasarkan pada publikasi ilmiah dari para penulis yang dicoba diurutkan
berdasarkan kesamaan konsep ataupun tahun dari publikasi tersebut. Manfaat dari kompilasi ini
adalah mempermudah ahli petrofisika didalam melakukan evaluasi formasi untuk memilih metode
yang sesuai dengan kondisi reservoar di masing-masing lapangan. Untuk menentukan saturasi air
pada clean sand formation terdapat 4 metode yang umum digunakan yaitu : Archie (1942),
Resistivity Ratio atau Rocky Mountain (1949), Crossplots (1960-an) dan F Overlay (1962). Metode
penentuan saturasi air pada shaly-sand formation dapat dikelomokkan menjadi dua group
berdasarkan pendekatan dan konsep yang digunakan yaitu : Vsh group dan CEC group. Group Vsh
melakukan pendekatan dan konsep berdasarkan volume shale yang berada pada suatu formasi, yang
termasuk dalam group ini antara lain adalah Laminated shale, Dispersed shale, Structural shale,
Automatic Compensation (1950), Simandoux (1963), Indonesia (1971) dan Worthington (1985).
Group CEC melakukan pendekatan dan konsep berdasarkan Cation Exchange Capacity yaitu
pertukaran ion yang dapat terjadi pada formasi yang mengandung shale, yang termasuk dalam group
ini antara lain adalah Waxman-Smith (1968), Dual-Water (1977) dan LSU model (1989).
Kata kunci: Evaluasi formasi, water saturation, clean sandstone, shaly sandstone
Pendahuluan
Minyak dan Gas Bumi merupakan salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan
oleh manusia. Kebutuhan akan sumberdaya energi tersebut merupakan salah satu kebutuhan
yang penting dalam masyarakat karena pada umumnya masyarakat saat ini melakukan
aktivitas menggunakan kendaraan, sedangkan kendaraan itu sendiri dapat bergerak
memerlukan energi yang berasal dari bahan bakar minyak ataupun bahan bakar gas, dan
masih banyak lagi pemakaian minyak dan gas sebagai energi pada saat ini. Oleh karena itu,
eksplorasi dan eksploitasi terhadap sumber daya alam ini terus dilakukan oleh banyak orang
dan banyak negara termasuk di Indonesia. Tahapan eksplorasi merupakan tahapan yang
penting dalam industri minyak dan gas bumi. Pada tahap ini suatu peneliti atau perusahaan
akan berusaha untuk meneliti kemungkinan kehadiran hidrokarbon dengan pendekatan
geologi maupun geofisika. Pendekatan secara geologi meliputi studi geologi regional,
stratigrafi, kehadiran source rocks, reservoar, seal rock, trap dan proper timing of
420
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
migration. Pendekatan secara geofisika mencakup gambaran reservoar dengan cakupan
yang luas, sehingga didapatkan pengembangan lokasi sumur selanjutnya.
Dalam pengembangan lokasi eksplorasi selanjutnya diperlukan adanya data–data yang
memberikan petunjuk bahwa formasi yang akan dieksploitasi tersebut memiliki nilai
porositas dan permeabilitas yang cukup baik, maka sangat diperlukan adanya suatu
karakterisasi reservoar. Karakterisasi reservoar merupakan suatu proses untuk
mendiskripsikan secara kualitatif atau kuantitatif. karakter reservoar dengan menggunakan
data yang ada. Dengan adanya karakterisasi reservoar, maka kita dapat mendapatkan model
reservoar secara lengkap baik litologi, porositas, maupun fluida di dalamnya. Salah satu
tahapan dalam melakukan karakterisasi reservoar adalah water saturation atau kejenuhan
air.
Saturation atau kejenuhan cairan yang berada dalam pori adalah rasio antara volume
cairan dengan volume ruang pori (Crain, E. R.., 2012). Sebagai contoh, kejenuhan air suatu
batuan adalah 10%, hal ini berarti 1/10 dari ruang pori terisi dengan air, sedangkan sisanya
terisi oleh sesuatu yang lain (misalnya minyak, gas, udara , dll. Pori batuan ini tidak bisa
kosong). Data saturasi pada umumnya dilaporkan dalam satuan persen, meskipun ada
sebagian kecil yang masih dalam bentuk persamaan (Crain, E. R.., 2012).
Salah satu parameter paling penting pada penentuan karakteristik suatu reservoar adalah
kejenuhan hidrokarbon. Kejenuhan hidrokarbon (Kamel dan Mabrouk, 2002 dalam
Alimoradi, et al., 2011) merupakan persentase dari rongga pori pada batuan reservoar yang
terisi oleh hidrokarbon, penjelasan di atas dapat dituliskan pada persamaan dibawah.
ܵ = 1 − ܵ௪
421
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
yang mengandung shale, perlu dilakukan berbagai penelitian lanjutan seperti menentukan
volume shale yang ada pada suatu reservoar. Setelah itu kita perlu menentukan bagaimana
jenis persebaran shale pada reservoar tersebut, apakah termasuk structural shale atau
laminated shale atau jenis shale lainnya (Gambar 2). Setelah itu barulah kita bisa
mengetahui metode water saturation air manakah yang akan cocok pada reservoar yang
akan kita teliti.
Archie (1941)
Pada mulanya Archie berhasilkan membuat 2 hubungan empiris yang dinamakan index
resistivitas (RI) dan faktor formasi (F). Persamaan yang pertama menjelaskan tentang
hubungan antara index resistivitas (RI) dengan saturasi air (Sw) dapat dituliskan sebagai
berikut (Archie, G. E., 1941).
ܴ௧
ܴ=ܫ
ܴ
Persamaan kedua yang dibuat oleh Archie menunjukkan hubungan antara faktor formasi
(F) dengan porositas (Φ) yang ditunjukkan pada persamaan di bawah ini (Archie, G. E.,
1941).
ܴ ߙ
=ܨ =
ܴ௪ ߮
Dengan menggabungkan persamaan pertama dan keduanya terbentuklah persamaan
yang paling dikenal dengan nama persamaan saturasi air Archie seperti yang terlihat di
bawah ini (Archie, G. E., 1941).
ଵ ଵ
1 ܴ ∗ ܨ௪ ܽ. ܴ௪
ܵ௪ = ൬ ൰ = ൬ ൰ −→ ܵ௪ =
ܴܫ ܴ௧ Φ . ܴ௧
Metode Archie ini memiliki kelebihan diantaranya dapat dengan baik menentukan nilai
saturasi air pada reservoar yang tidak memiliki kandungan shale atau clean sand formation.
Pada beberapa kasus metode archie juga dapat dengan baik menentukan nilai saturasi air
pada reservoar yang memiliki kandungan batuan karbonat. Persamaan Archie merupakan
dasar dari berbagai metode yang muncul setelahnya.
Metode Archie ini selain memiliki beberapa kelebihan tentu masih memiliki beberapa
kekurangan diantaranya adalah bahwa metode ini tidak dapat menentukan nilai saturasi air
dengan baik pada reservoar yang memiliki kandungan shale. Selain itu, persamaan ini juga
tidak menganggap bahwa shale yang berada pada suatu formasi dapat meningkatkan
pengukuran konduktivitas sehingga akan membuat nilai perhitungan menjadi kurang tepat.
422
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Metode rasio Rxo/Rt ini dapat diperluas penggunaanya untuk membuat pertampalan
yang berlanjut dari data-data log. Jika alat log yang akan digunakan dipersiapkan dengan
baik, panel yang berada di permukaan akan menghitung nilai rasio Rxo/Rt yang telah
diskalakan menurut K (suhu) dan nilai 5/8 (Dalam Bateman, R. M., 1985). Nilai Pseudo SP
ini nantinya akan sangat mempengaruhi kurva SP sesungguhnya. Ketika dua kurva saling
berhubungan, disitulah Sw bernilai 100%. Ketika dua kurva tersebut terpisah, maka nilai Sw
kurang dari 100% dan zona tersebut akan diidentifikasi lebih lanjut (Dalam Bateman, R. M.,
1985). Penentuan nilai saturasi air pada metode ini juga dapat dilakukan dengan cara
pengeplotan pada kurva.
Metode resistivity ratio ini memiliki kelebihan diantaranya dapat dengan baik
menentukan nilai saturasi air pada reservoar yang tidak memiliki kandungan shale atau
clean sand formation. Persamaan ini juga tetap dapat menghitung nilai saturasi air jika data
porositas, resistivitas air (Rw) dan nilai resistivitas formasi (Rmf) tidak diketahui, asalkan
data data Rxo, Rt dan SP diketahui.
Metode rasio ini selain memiliki beberapa kelebihan tentu masih memiliki beberapa
kekurangan diantaranya adalah bahwa metode ini tidak dapat menghitung nilai saturasi air
dengan tepat jika terdapat kandungan shale yang tinggi. Metode ini juga tidak menganggap
bahwa shale yang berada pada suatu formasi dapat meningkatkan pengukuran konduktivitas
sehingga akan membuat nilai perhitungan menjadi kurang tepat.
Crossplots (1960’s)
Metode crossplot akan sangat berguna ketika banyak data yang harus dianalisa secara
bersamaan-sebagai contoh, ketika komputer memproses data log digital. Selain itu, metode
ini juga dapat diaplikasikan secara manual dengan menggunakan chart yang umum
digunakan atau grafik yang umum digunakan pada metode crossplot (dalam Bateman, R. M.,
1985). Untuk mencari nilai dari saturasi air, metode ini menggunakan persamaan di bawah
ini.
1 ܵ௪ . ߔ
=
ܴ௧ ܽ. ܴ௪
423
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Dengan hanya mengeplotkan data-data yang berhubungan dengan air, nilai saturasi air
100% akan diketemukan dan kemiringannya pada pengeplotan ditentukan oleh nilai Rw.
Dengan ikut mengeplotkan parameter-parameter yang mengandung hidrokarbon, maka
perkiraan harga saturasi air dapat dibuat juga (dalam Bateman, R. M., 1985).
Metode Crossplot ini memiliki kelebihan diantaranya dapat dengan baik menentukan
nilai saturasi air pada reservoar yang tidak memiliki kandungan shale atau clean sand
formation. Metode ini juga dapat menentukan nilai saturasi air jika nilai resistivitas formasi
dan tipe matriks yang mengisi batuan masih dipertanyakan, dengan cara menyelidiki
hubungan antara data porositas dan data resistivitas.
Metode Crossplots ini selain memiliki beberapa kelebihan tentu masih memiliki
beberapa kekurangan diantaranya adalah bahwa persamaan ini tidak dapat menentukan nilai
saturasi air dengan baik pada reservoar yang memiliki kandungan shale yang cukup tinggi.
Selain itu, persamaan ini juga tidak menganggap bahwa shale yang berada pada suatu
formasi dapat meningkatkan pengukuran konduktivitas sehingga akan membuat nilai
perhitungan menjadi kurang tepat.
F Overlay (1962)
Metode F Overlay ini merupakan metode yang sangat kuat dalam melakukan teknik
interpretasi cepat dari data log porositas dan log resistivitas. Log F dapat ditampalkan
dengan deep resistivity log (kedua log diplotkan secara logaritmik) sehingga kedua log
tersebut akan bertemu atau berhimpit pada bagian yang bersih (dari shale) dan mengandung
fluida (dalam Bateman, R. M., 1985). Titik permulaan antara dua kurva tersebut dapat
digunakan untuk menentukan nilai Sw dengan menggunakan penanda skala yang tepat
(dalam Bateman, R. M., 1985).
Ketika kurva F telah dinormalisasi, zona yang mengandung fluida adalah zona
pertemuan antara kurva F dengan deep resistivity kurva yang menunjukkan area bersih (dari
shale) dan mengandung fluida. Selain itu, metode ini juga memiliki kegunaan lain, yaitu
untuk menentukan nilai Rw secara cepat (dalam Bateman, R. M., 1985). Ketika F = 100
ditampalkan dengan skala log resistivitas, nilai dari Rt akan sama dengan 100 X Rw. Dalam
menentukan nilai saturasi air, metode ini menggunakan kurva di bawah ini dengan
mengeplotkan data-data yang dibutuhkan (Gambar 3).
Metode F Overlay ini memiliki kelebihan diantaranya dapat dengan baik menentukan
nilai saturasi air pada reservoar yang tidak memiliki kandungan shale atau clean formation.
Metode ini dapat dengan cepat menganalisis suatu nilai saturasi air jika data logaritmik F
dan deep resistivity log ada, serta adanya kehadiran zona basah (wet zone) yang dapat
dilakukan normalisasi.
Metode F Overlay ini selain memiliki beberapa kelebihan tentu masih memiliki
beberapa kekurangan diantaranya adalah bahwa persamaan ini tidak dapat menentukan nilai
saturasi air dengan baik pada reservoar yang memiliki kandungan shale yang cukup tinggi.
Selain itu, persamaan ini juga tidak menganggap bahwa shale yang berada pada suatu
formasi dapat meningkatkan pengukuran konduktivitas sehingga akan membuat nilai
perhitungan menjadi kurang tepat.
424
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
karena shale yang hadir dalam suatu formasi dapat menyebabkan perubahan pembacaan
nilai pada saat dilakukan pengukuran dengan menggunakan logging sehingga perlu
dilakukannya koreksi. Kehadiran shale pada suatu reservoar dapat berdampak pada
beberapa hal berikut ini (Kurniawan, 2005)
Mengurangi porositas efektif, pada umumnya berkurang banyak
Menurunkan nilai permeabilitas, terkadang turun drastis
Merubah nilai resistivitas yang diprediksi dengan menggunakan persamaan Archie
Vsh Group
Vsh atau Volume shale didefinisikan sebagai volume dari shale basah (yang mengandung
air) per volume dari batuan reservoar. Yang dimaksud dengan shale basah disini adalah
rongga pori yang terisi oleh air yang terikat kepada shale, yang dapat disebut sebagai bound
water (Kurniawan, 2002). Bound water ini perlu diperhitungkan dalam melakukan
perhitungan dari porositas total suatu reservoar. Model ini dapat diaplikasikan pada data
logging tanpa harus kesulitan mengkoreksi atau mengkalibrasi dari sampel coring yang
terkena dampak dari kehadiran shale tersebut. Meskipun demikian, dalam penggunaannya
sering terdapat kesalah pahaman karena model ini terkadang digunakan tanpa adanya
batasan. Metode water saturation yang umum digunakan pada group ini akan dibahas di
bawah ini.
Laminated Shale
Metode ini digunakan untuk menganalisis laminated shale atau shale yang berlapis. Metode
ini mengusulkan perlapisan atau multilayer sebagai ganti dari lapisan antara sand dan shale
(dalam Bateman, R. M., 1985). Ketebalan dari setiap lapisan ini sangat kecil dalam
hubungannya dengan resolusi vertikal dari alat detektor log porositas dan log resistivitas
yang biasa digunakan untuk melakukan logging (dalam Bateman, R. M., 1985).
Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai saturasi air pada shale ynag
berlaminasi mempertimbangkan bahwa terdapat dua resistensi yang bersifat pararel, satu
dimiliki oleh shale dan satu lagi dimiliki oleh batupasir. Hal ini dapat dilihat secara skematis
pada (gambar 3.5) (dalam Bateman, R. M., 1985). Perhitungan nilai Rt atau resistivitas
pararel dari batupasir dan fraksi shale yaitu dilakukan dengan cara menambahakan nilai dari
masing-masing konduktivitas pada lapisan batupasir dan shale hingga menjadi total
konduktivitas batuan (dalam Bateman, R. M., 1985).
Jika nilai porositas efektif dapat diketahui dari croosplot log neutron dan log densitas,
maka nilai tersebut dapat digunakan. Jika hanya terdapat satu paramater porositas yang ada,
maka yang akan digunakan adalah parameter densitas dan porositas efektif, dimana Vlam
dapat diketahui dari indikator lainnya (GR atau SP). Untuk mencari nilai dari saturasi air,
metode ini menggunakan persamaan di bawah ini (dalam Bateman, R. M., 1985).
1 ܸ ܽ. ܴ௪
ܵ௪ = − ൨
ܴ௧ ܴ௦ ߔ (1 − ܸ )
Metode laminated shale ini memiliki kelebihan diantaranya adalah, metode ini baik
digunakan pada shaly sand formation, selain itu cara persebaran shale sudah diperhitungkan
sehingga hasil perhitungan tentunya akan lebih baik.
Metode laminated shale ini selain memiliki beberapa kelebihan tentu masih memiliki
beberapa kekurangan diantaranya adalah bahwa pada metode ini jika laminasi shale yang
terbentuk cukup tebal, maka perhitungan akan menjadi kurang tepat. Selain itu jika alat
pembaca log menganggap bahwa laminated shale ini sebagai suatu batuan maka
perhitungan akan menjadi kurang tepat juga. Karena metode ini dibuat untuk kasus tertentu,
425
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
maka metode ini hanya dapat diaplikasikan pada kasus tertentu saja, tidak dapat secara
general
Dispersed Shale
Dispersed shale menggunkan log densitas dan log sonic untuk mendapatkan data porositas.
Peneliti terdahulu menggunakan porositas total, sedangkan peneliti yang sekarang
menggunkan porositas efektif pada dispersed shale. Perbedaan ini akan menunjukkan beda
derajat kelempungan yang berada pada suatu shaly sand formation (Dewan, J. T., 1983).
Metode ini mengusulkan bahwa shale memiliki ukuran halus dan mengalami
pertumbuhan pada batupasir menggantikan rongga pori pada batupasir (Dewan, J. T., 1983).
Akibat pertumbuhan lempung tersebut luas permukaan menjadi lebih besar dan banyak air
yang terserap oleh lempung tersebut. Pada gambar dibawah ini (Gambar 3.6) terlihat
ilustrasi yang menunjukkan bahwa dispersed shale menggantikan porositas yang ada.
Sehingga nilai maksimum Vdis sama dengan nilai porositas asli, akan tetapi nilai dari
volume batupasir bernilai tetap dan tak terubah (dalam Bateman, R. M., 1985).
Electrical model dari dispersed shale mempertimbangkan bahwa porositas total terisi
dengan resistivitas campuran lempung dengan kandungan fluida seperti air dan hidrokarbon
(dalam Bateman, R. M., 1985). Jika demikian, maka konduktivitas total formasi merupakan
pertambahan dari total porositas yang didefinisikan oleh Archie (baik lubang pori yang
saling berhubungan dan lubang pori yang terisi oleh lempung) dan konduktivitas lempung
yang bergantung baik pada saturasi air dan fraksi lempung, oleh karena itu pada kasus
dispersed shale, persamaan untuk menghitung saturasi air adalah sebagai berikut (Dewan, J.
T., 1983).
0,8 ܴ௪ ݍଶ ݍ
ܵ௪ = ඨ . + ቀ ቁ − ൘ (1 − )ݍ
ߔ௦ଶ ܴ௧ 2 2
Dimana q dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini
ߔ( = ݍ௦ − ߔ ௗ )/ ߔ௦
Metode dispersed shale ini memiliki kelebihan diantaranya adalah, metode ini baik
digunakan pada shaly sand formation, selain itu cara persebaran shale sudah diperhitungkan
sehingga hasil perhitungan tentunya akan lebih baik dan juga metode ini masih
menunjukkan hasil yang cukup baik pada kasus laminated shale.
Metode dispersed shale ini selain memiliki beberapa kelebihan tentu masih memiliki
beberapa kekurangan diantaranya adalah, metode ini dibuat untuk kasus tertentu, maka
metode ini hanya dapat diaplikasikan pada kasus tertentu saja, tidak dapat secara general
dan dalam kasus ini hanya berlaku pada dispersed shale saja.
Structural Shale
Model ini mengusulkan bahwa pada butiran pasir secara perlahan terjadi pergantian oleh
butiran shale yang ada. Pergantian butiran pasir menjadi butiran shale (Gambar 3.7) ini pasti
akan menyebabkan perbedaan densitas dan perbedaan index hidrogen (dalam Bateman, R.
M., 1985). Selain itu, pergantian ini juga dapat mengakibatkan perubahan respon terhadap
perhitungan log densitas dan log neutron. Secara teoritis fraksi maksimal dari shale pada
kasus ini adalah 1-Φe (dalam Bateman, R. M., 1985).
Dimana nilai Sw dapat dicari dengan persamaan di bawah ini (dalam Bateman, R. M.,
1985).
1 ܸ௦௧ ܽ. ܴ௪
ܵ௪ = ൬ − ൰
ܴ௧ ܴ௦ ߔ
426
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Metode structural shale ini memiliki kelebihan diantaranya adalah, metode ini baik
digunakan pada shaly sand formation, selain itu cara persebaran shale sudah diperhitungkan
sehingga hasil perhitungan tentunya akan lebih baik. Selain itu, efek kehadiran shale yang
menggantikan matriks batupasir sudah diperhitungkan, pergantian tersebut akan membuat
perubahan pada nilai hidrogen index dan densitas.
Metode structural shale ini selain memiliki beberapa kelebihan tentu masih memiliki
beberapa kekurangan diantaranya adalah bahwa metode ini dibuat untuk kasus tertentu,
maka metode ini hanya dapat diaplikasikan pada kasus tertentu saja, tidak dapat secara
general dan dalam kasus ini hanya berlaku pada structural shale saja.
Simandoux (1963)
Pada tahun 1963, Simandoux mempublikasikan persamaan saturasi yang dibuatnya, dimana
pada saat itu banyak berbagai kalangan yang menerimanya. Persamaan saturasi yang
dipublikasikannya ini berdasarkan log resisitivitas, log densitas dan log neutron (dalam
Dewan, J. T., 1983). Metode simandoux menggunakan log densitas dan log neutron untuk
menentukan porositas. Adapun fraksi lempung dapat ditentukan dari log Gamma Ray, SP
dan indikator kehadiran shale lainnya. Metode ini telah menjadi tulang punggung bagi
service company, dan program interpretasi untuk shaly sand selama 10 tahun terakhir.
Metode ini baik digunakan pada pasir yang mengandung dispersed dan laminated
shale.(Dewan, J. T., 1983)
Dalam bentuk yang berbeda, dan pada reservoar yang terdiri dari batupasir, persamaan
diatas dapat dituliskan sebagai berikut (Dewan, J. T., 1983).
0,4. ܴ௪ 5. ߔଶ ܸ௦ ܸ௦
ܵ௪ = ඨ + ൬ ൰−
ߔଶ ܴ௪ . ܴ௧ ܴ௦ ܴ௦
427
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Metode Simandoux ini memiliki kelebihan diantaranya pada persamaan ini kehadiran
shale sudah mulai diperhitungkan. Selain itu, metode ini sangat baik dalam melakukan
perhitungan water saturation pada formasi yang memiliki kadar salinitas air yang tinggi atau
saline water.
Metode Simandoux ini selain memiliki beberapa kelebihan tentu masih memiliki
beberapa kekurangan diantaranya adalah bahwa metode ini hanya dapat mengcover zona
linear pada gambar skematik di bawah ini (salinitas tinggi) (Gambar 4). selain itu, metode
ini juga tidak memperhitungkan cara persebaran dan jenis shale yang ada. Padahal jenis
shale yang berbeda tentu akan menyebabkan dampak yang berbeda pula pada pembacaan
log.
Worthington (1985)
Pada tahun 1985, Worthington melakukan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan
berbagai dampak yang dapat diakibatkan oleh kehadiran shale. Berdasarkan hasil
penelitiannya, Worthington membuat 4 persamaan yang setiap persamaan menunjukkan
dampak yang berbeda-beda dari kehadiran shale (Worthington, P. F., 1985). Keempat
persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut ini (Worthington, P. F., 1985).
ܥ௪
ܥ௧ = ܵ +ܺ
ܨ௪
ܥ௪
ܥ௧ = ܵ + ܺܵ௪ ௦
ܨ௪
ܥ௪ /ଶ
ඥܥ௧ = ඨ ܵ + √ܺ
ܨ௪
428
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
ܥ௪ /ଶ
ඥ ܥ௧ = ඨ ܵ௪ + √ܺܵ௪ ௦/ଶ
ܨ
Dalam metode ini, worthington sangat memperhitungkan sekali kehadiran shale yang
berada pada suatu formasi. Hasil penelitian yang dilakukan Worthington menghasilkan 4
persamaan yang berbeda yang masing-masing persamaan tersebut menunjukkan dampak
kehadiran shale yang berbeda-beda (Worthington, P. F., 1985). Hasil penelitian ini
memberikan alternatif bagi para peneliti untuk menggunakan berbagai persamaan yang
dihasilkan karena dampak dari kehadiran shale sendiri dapat berbeda-beda pada suatu
formasi, sehingga hasil perhitungan menggunakan metode Worthington ini akan
menghasilkan nilai Sw (Worthington, P. F., 1985).
Pada persamaan pertama (paling atas) Worthington mengasumsikan bahwa shale dan
sand bersifat independent atau tidak saling berkaitan satu sama lain dalam
mengkonduksikan arus listrik dan shale disini diasumsikan tidak terpengaruh oleh
hidrokarbon yang ada. Padahal dalam keaadan scattered shale (shale yang berada
dimana-mana, hampir menyebar di seluruh bagian) hidrokarbon akan mempengaruhi shale
tersebut, sehingga persamaan yang pertama hanya dapat berlaku pada clean sand formation
saja (Alimoradi et al, 2011).
Metode Worthington ini memiliki kelebihan diantaranya adalah pada metode ini
kehadiran shale sudah sangat diperhitungkan. Selain itu, metode ini juga memberikan 4
persamaan yang dapat digunakan, sehingga peneliti yang menggunakan metode ini akan
mendapatkan kemungkinan nilai Sw suatu formasi.
Metode Worthington ini selain memiliki beberapa kelebihan tentu masih memiliki
beberapa kekurangan diantaranya adalah metode ini memberikan persamaan, sehingga
harus dilakukan 4 perhitungan untuk dapat hasil yang maksima, selain itu metode ini juga
tidak memperhitungkan cara persebaran dan jenis shale yang ada. Padahal jenis shale yang
berbeda tentu akan menyebabkan dampak yang berbeda pula pada pembacaan log.
CEC Group
Seorang ahli kimia dapat menghitung kemampuan dari suatu permukaan kristal untuk
menyerap air dengan cara menemukan angka yang tepat untuk terjadinya pergantian ion.
Peristiwa ini selanjutnya disebut sebagai Cation Exchange Capacity (CEC) (Kurniawan,
2005). Material yang berbeda memiliki nilai CEC yang berbeda pula. Kuarsa yang berada
dalam bentuk batupasir hampir tidak memiliki nilai CEC. Illite dan montmorilonite karena
memiliki luas permukaan yang tinggi, kedua mineral tersebut memiliki nilai CEC yang
tinggi (Kurniawan, 2005). Pada dasarnya yang termasuk ke dalam group ini adalah metode
yang menggunakan konsep perhitungan dengan pendekatan geometri dan elektrokimia dari
interaksi antara mineral-elektrolit (Gambar 3.9). Metode yang termasuk ke dalam group ini
akan di bahas dibawah ini.
Waxman-Smith (1968)
Waxman-Smith menurunkan persamaan untuk mencari Sw dalam shaly-sand berdasarkan
physical model yang menghubungkan konduktifitas formasi yang jenuh air dengan
konduktivitas air serta kandungan shale yang ada pada suatu formasi (Waxman & Smith,
1968).
1 ܵ௪ ଶ ܳܤ௩ܵ௪
= ∗ +
ܴ௧ ܴ ܨ௪ ∗ܨ
Pada persamaan diatas F* dan Sw merujuk kepada rongga pori yang saling
berhubungan; B adalah konstanta yang sangat bergantung pada nilai Rw; Qv adalah
429
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
konstanta yang dapat ditentukan dengan mengkalikan volume clay dengan nilai CEC
(Waxman & Smith, 1968).
Metode ini didasarkan pada percobaan laboratorium dan prinsip pertofisika yang baik.
Meskipun demikian, terdapat kekurangan yang vital pada metode ini, dimana tidak bisanya
didapatkan nilai CEC dari perhitungan log (Waxman & Smith, 1968). Korelasi dari data
yang diberikan dapat dibuat berdasarkan CEC dari analisis core dan data log lainnya (GR,
Φn, Φd, dll.) (Waxman & Smith, 1968). Meskipun demikian, belum ada percobaan yang
benar-benar dilakukan untuk menggunakan metode ini jika hanya terdapat data log saja.
Modifikasi metode Waxman-Smith oleh Juhasz telah membuatnya lebih dapat diaplikasikan
untuk dilakukannya perhitungan jika hanya terdapat data well log saja (Kurniawan, 2005).
Metode Worthington ini memiliki kelebihan diantaranya adalah pada metode ini
kehadiran shale sudah sangat diperhitungkan. Selain itu, metode ini juga memberikan 4
persamaan yang dapat digunakan, sehingga peneliti yang menggunakan metode ini akan
mendapatkan kemungkinan nilai Sw suatu formasi.
Metode Worthington ini selain memiliki beberapa kelebihan tentu masih memiliki
beberapa kekurangan diantaranya adalah metode ini memberikan persamaan, sehingga
harus dilakukan 4 perhitungan untuk dapat hasil yang maksima, selain itu metode ini juga
tidak memperhitungkan cara persebaran dan jenis shale yang ada. Padahal jenis shale yang
berbeda tentu akan menyebabkan dampak yang berbeda pula pada pembacaan log.
430
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
metode ini menjadi sangat detail. Selain itu, metode ini juga sudah memperhitungkan
perbedaan air yang ada pada suatu formasi yaitu free water dan bound water.
Metode Dual water ini selain memiliki beberapa kelebihan tentu masih memiliki
beberapa kekurangan diantaranya adalah bahwa metode ini tidak dapat langsung
diaplikasikan dari data log karena metode ini membutuhkan pengujian laboratorium untuk
mengetahui nilai CEC nya dengan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa point penting
yang dapat menjadi ringkasan dari pembahasan di atas, yaitu :
1. Water saturation atau kejenuhan air merupakan rasio antara volume air dan volume pori
yang terdapat pada batuan.
431
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
2. Terdapat 2 cara untuk dapat menentukan metode manakah yang tepat digunakan pada
suatu formasi, yaitu dengan cara melihat sejarah daerah penelitian (historical experience)
atau dengan cara penelitian bertahap.
3. Dalam menentukan saturasi air pada clean sand formation terdapat 4 metode berikut,
yaitu : Archie (1941), resistivity ratio atau rocky mountain (1949), crossplots (1960) dan
F Overlay (1962).
4. Metode penentuan saturasi air pada shaly-sand formation dapat dikelomokkan menjadi 2
group berdasarkan pendekatan dan konsep yang digunakan yaitu : Vsh group dan CEC
group.
5. Group Vsh melakukan pendekatan dan konsep berdasarkan volume shale yang berada
pada suatu formasi, metode perhitungan yang termasuk dalam group ini antara lain adalah
Laminated shale, Dispersed shale, Structural shale, Automatic compensation (1950),
Simandoux (1963), Indonesia (1971) dan Worthington (1985).
6. Group CEC melakukan pendekatan dan konsep berdasarkan Cation Exchange Capacity
yaitu pertukaran ion yang dapat terjadi pada formasi yang mengandung shale, metode
yang termasuk dalam group ini antara lain adalah Waxman-Smith (1968), Dual-Water
(1977) dan LSU model (1989).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Areeq, N. M., & Alaug, A. S., 2013, Well Log Analysis and Hydrocarbon Potential of
Sa’ar-Nayfa Reservoir, Hiswah Oilfield, Eastern Yemen, Arab Journal of Geoscience,
Jun. 2013.
Alimoradi, A., Moradzadeh, Ali., & Bakhtiari M. R., 2011, Methods of water saturation
estimation: Historical perspective, Journal of Petroleum and Gas Engineering Vol. 2(3),
pp 45-53.
Archie, G. E., 1941, The Electrical Resistivity Log as an Aid in Determining Some Reservoir
Characteristics,Trans., AIME, 146 : 54-62
Ballay, R. E., & Cox, R. E., 2005, Formation Evaluation : Carbonate vs Sandstone,Robert E
Ballay, LLC.
Bateman, R. M., 1985, Openhole Log Analisys and Formation Evaluation, D. Reidel
Publishing, Dordrecht.
Crain, E. R., 2012, Crain Petrophysical Handbook, (www.spec2000.net diakses pada
tanggal 30 April 2014, informasi yang diambil tentang water saturation).
Clavier, C., Coates, G., & Dumanoir, J., 1984, Theoretical and Experimental Bases for the
Dual-Water Model for Interpretation of Shaly Sand, SPE Journal, v.24, no.2, p. 153-168
Dalkhaa, C., 2005, Study Of Modeling Of Water saturation In Archie And Non-Archie
Porous Media, MSc Thesis at Dept. of Petroleum and Natural Gas Engineering of
Mmiddle East Technical University.
Darling, T., 2005, Well Logging and Formation Evaluation, Oxford, Elsevier Inc.
Dewan, J.T., 1983, Essentials of Modern Open-Hole Log Interpretation, PennWell
Publishing Company, Oklahoma
Doveton, J. H., 2010, All Models are Wrong, but Some Models are Useful: “Solving” the
Simandoux Equation, Kansas, Kansas Geological Survey.
Ellis, D. V., & Singer, J. M., 2008, Well Logging for Earth Scientist, 2nd edition, Springer,
Netherlands
Hamada, G. M., 1996, An Integrated Approach To Determine Shale Volume And
Hydrocarbon, SCA Conference Paper.
Harsono, A., 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log, Jakarta, Schlumberger Oil Field
Services.
432
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Kumar, H. K. C., 2010, On the Application of Simandoux and Indonesia Shaly Sand
Resistivity Interpretation Models in Low and High Rw Regimes, 8th Biennial
International Conference & Exposition on Petroleoum Geophysics.
Kurniawan, 2002, Evaluation of the Hydrocarbon Potential in Low – Salinity Shaly Sand,
MSc Thesis at Dept. of Petroleum Engineering of Louisiana State University and
Agricultural and Mechanical College.
Kurniawan, 2005, Shaly Sand Interpretation Using CEC-Dependent Petrophysical
Parameters, PhD Dissertation at Dept. of Petroleum Engineering of Louisiana State
University and Agricultural and Mechanical College.
Lau, M. N., & Bassiouni, Z., 1990, Development and Field Application of Shaly Sand
Petrophysical Model Part I : the Conductivity Model, SPE paper 20386, 1990.
Mollajan, A., & Memarian H., 2013, Estimation Of Water saturation From Petrophysical
Logs Using Radial Basis Function Neural Network, Journal of Tethys Vol 1 no.2, pp
156-163.
Nandy, J., Chatterjee, R., Ghosh, A., Malik, S., Chavan, G. M., & Sundaram, K. M., 2010,
An Approach to Water saturation Estimation using NMR Data in Water-Wet Rocks : A
Case Study, Proceeding 8th Biennial International Conference & Exposition on
Petroleum Geophysics.
Poupon, A., & Leveaux, J., 1971, Evaluation of Water Saturations in Shaly Formation,
SPWLA 12th Annual Logging Symposium, Paper O.
Ringen, J. K., Halvorsen, C., Lehne, K. A., Rueslaatten, H., & Holand, H., 2001, Reservoir
Water saturation Measured on Cores; Case Histories and Recomendation, Proceedings
of the 6th Nordic Symposium on Petrophysics, Nordic, Norway.
Shazly, T. F., Ghorab, M., Ghaleb, I. E., & Nabih, I., 2012, Using of Pickett’s Plot in Shaly
Formation to Estimate the Petrophysical Exponents of Bahariya Formation in Sidi
Barani Area, North Western Desert,Egypt, Australian Journal of Basic and Applied
Science 2012, 6 (13), pp 399-413.
Shazly, T. F., Ghorab, M., Ghaleb, I. E., & Nabih, I., 2013, Estimation of Suitable Water
Saturation Model of Bahariya Formation in Sidi Barani Area, North Western Desert of
Egypt by Using Well Logs Analysis, International Journal of Academic Research, Sep.
2013, Vol. 5 Issue 5, p. 35.
Schlumberger, 1972, Log Interpretation, vol.1 – Principles, Newyork, Schlumberger.
Sharma, N., 2010, Comparison of Classical Archie’s Equation with Indonesia Equation and
Use of Crossplots in Formation Evaluation: A Case Study, 8th Biennial International
Conference & Exposition on Petroleoum Geophysics.
Waxman, M. H., & Smith, L. J. M., 1968, Electrical Conductivities in Oil Bearing Shaly
Sand, SPE Journal 8, pp.107-122, 1968
Worthington, P. F., 1985, The Evolution of Shaly-Sand Concepts in Reservoir Evaluation,
the Log Analyst, SPWLA, 26 : pp.
433
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Gambar 1. Perkembangan well logging dari tahun ke tahun (Crain, E. R.., 2012)
Gambar 2. Ilustrasi perbandingan cara terdistribusinya clay dan dampaknya pada suatu reservoar (Serra 1984,
dalam Kurniawan 2005)
434
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Gambar 3. Kurva yang umum digunakan untuk menentukan saturasi air (Sw) dalam metode F Overlay (dalam
Bateman, R. M., 1985)
435
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Gambar 4. Kurva hubungan antara Konduktivitas Air (Cw) dengan Konduktivitas Formasi yang memiliki
kejenuhan air maksimum (Dalam Kurniawan, 2005)
Gambar 5. Ilustrasi yang menggambarkan teknis perhitungan dalam metode dual-water (dalam Bateman, R.
M., 1985)
436
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014
Daftar Simbol
a = Faktor tortousity / Faktor konsolidasi batuan
B = Konduktivitas counterion waxman
Ceq = Konduktivitas equivalent counter ion, mho-m
Ct = Konduktivitas total formasi yang jenuh maksimal, mho-m
Cw = Konduktivitas air formasi, mho-m
CwB = Konduktivitas air formasi (bound water), mho-m
F = Faktor formasi
F* = Faktor formasi pada metode Waxman-Smith
F0 = Faktor formasi pada metode dual-water
Fe = Faktor formasi pada metode LSU
K = Konstanta
m = Faktor sementasi
m = molality, mol/Kg H2O
meff = Efisiensi membran
n = Eksponen saturasi
neq = Konsentrasi equivalent counter ion, mol/l
Qv = Cation Exchange Capacity, meq/cc
q = Fraksi rongga pada clean sand yang terisi oleh shale, fraksi
R = Konstanta gas universal
RI = Indek resistivitas
Ro = Resistivitas formasi yang hanya terisi air, ohm/m
Rt = Resistivitas formasi yang terisi oleh hidrokarbon dan air, ohm/m
Rw = Resistivitas air formasi, ohm/m
Rxo = Resistivitas formasi yang hanya terisi air, ohm/m
Rsh = Resistivitas shale, ohm/m
So = Saturasi Hidrokarbon
SP = Harga pembacaan SP, mV
Sw = Saturasi air (water saturation), %
Swn = Saturasi air pada non-shaly sand formation, %
Sws = Saturasi air pada shaly sand formation, %
T = Temperatur, 0C
tNa+ = Sodium transport number
Vfdl = Volume fraksi dari double layer
Vlam = Volume laminated shale, fraksi
Vsh = Volume shale, fraksi
Vstr = Volume structural shale, fraksi
VQ = Cation Exchange Capacity, meq/cc
X = Tambahan konduktivitas akibat kehadiran shale, mho-m
Φ = Porositas, fraksi
Φd = Porositas log densitas, fraksi
Φe = Porositas efektif, fraksi
Φs = Porositas log sonic, fraksi
Φssh = Porositas log sonic yang berdekatan dengan shale, fraksi
γ± = Rata-rata koefisien aktivitas
437