Makalah Teksol
Makalah Teksol
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang kanker anus dan penyebabnya
2. Untuk mengetahui gejala dan diagnosis dari kanker anus
3. Unruk mengetahui pengobatan untuk kanker anus
4. Untuk mengetahui tentang sediaan suppositoria
5. Untuk mengetahui macam macam dan bahan dasar dari suppositoria
6. Unruk mengetahui keuntungan dan kerugian dari sediaan suppositoria
7. Untuk mengetahui pembuatan suppositoria untuk kanker anus
Gejala kanker dubur tidak unik, gejala yang muncul bisa jadi hanya seperti
wasir. Meskipun kanker dubur relatif sederhana didiagnosa, namun seringkali
diagnosis yang dilakukan terlambat. Adapun gejalanya adalah
Perubahan kebiasaan buang air besar seperti diare, sembelit, atau penipisan
feses.
Adanya benjolan disekitar anus. Benjolan tersebut agak menyerupai wasir/
ambeien
Ada beberapa metode utama pengobatan kanker dubur: terapi radiasi, kemoterapi
dan pembedahan.
1. Terapi Radiasi
Terapi radiasi menggunakan energy radiasi tingkat tinggi jenis tertentu untuk
mengecilkan tumor atau menghilangkan sel-sel kanker. Terapi radiasi bekerja
dengan cara merusak DNA sel kanker dan membuat sel kanker tidak dapat
berkembang biak Meskipun terapi radiasi dapat merusak sel-sel sehat di
dekatnya, sel-sel kanker sangat sensitif terhadap radiasi dan biasanya mati ketika
diobati. Sel-sel sehat yang rusak selama radiasi akan pulih kembali. Dua jenis
utama terapi radiasi adalah radiasi eksternal dan internal, atau disebut juga
“brachytherapy.” Radiasi eksternal jauh lebih umum daripada radiasi internal
dalam mengobati kanker dubur.
2. Kemoterapi
3. Bedah
5- Fluorouracil merupakan bahan obat indeks yakni, obat yang diubah atau
dipengaruhi efek farmakologinya oleh obat/bahan lain. Obat 5- FU bekerja dengan
merusak RNA atau DNA, semakin cepat sel sel membagi semakin besar
kemampuan obat membunuh sel, sehinggan menyebabkan kanker menyusut dan
apoptis (kematian sel). Fluorouracil termasuk kategori obat kanker antimetabolit.
Fluorouracil diklasifikasikan sebagai analog primidin karena mengganggu sintesis
DNA dan RNA dengan meniru blok bangunan yang diperlukan untuk sintesis.
Kegunaan 5 FU yaitu untuk kanker kolon dan dubur, kanker payudara, kanker
gastrointestinal, kanker kepala dan leher. Tidak diketahui primer ( sel skuamosa),
tumor neuroendokrin, kanker thymus, kanker serviks, kanker kandung kemih,
kanker Hepatobiliary.
Titik lebur PEG antara 35°-63°C, tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut
dalam cairan sekresi tubuh.
Pembuatan supositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan dasar, lalu
dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan supositoria dengan bahan dasar
lemak coklat.
b. Cara rectal juga digunakan untuk distribusi sistemik,karena dapat diserap oleh
membran mukosa dalam rectum .
d. Aksi kerja awal akan cepat diperoleh,karena obat diabsorpsi melalui mukosa
rectum dan langsung masuk dalam sirkulasi darah.
e. Agar terhindar dari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal
dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati.
a. Faktor fisiologis, antara lain pelepasan obat dari basis atau bahan dasar, difusi
obat melalui mukosa, deteoksifikasi atau metabolisme, distribusi di cairan
jaringan, dan terjadinya ikatan protein di dalam darah atau cairan jaringan.
b. Faktor fisika kimia obat dan basis antara lain kelarutan obat, kadar obat dalam
basis, ukuran partikel, dan basis suppositoria (Syamsuni, 2005).
Keuntungan :
10 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D
2.3.6 Metode Pembuatan Suppositoria
11 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D
dalam penangas air hingga homogen, membasahi cetakan dengan lubrikan
untuk mencegah melekatnya suppositoria pada dinding cetakan, menuang hasil
leburan menjadi suppo, selanjutnya pendinginan bertahap (pada awalnya di
suhu kamar, lalu pada lemari pendingin bersuhu 7-10 0C, lalu melepaskan
suppo dari cetakan. Cetakan yang umum digunakan sekarang terbuat dari baja
tahan karat, aluminium, tembaga atau plastik.
Metode yang sering digunakan pada pembuatan suppositoria baik skala kecil
maupun skala industri adalah pencetakan dengan penuangan.
12 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D
4. Liquefaction time / softening time
13 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D
pada ujung lain dari batang terdiri dari cakram lain yang bobotnya
diterapkan
BAB III
PRA FORMULASI
14 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D
R/ 5- Fluorouracil 20 %
Polyetilen glikol 80 %
5- Fluorouracil
Pemerian :
serbuk hablur, putih, hingga hampir putih, praktis tidak berbau, terurai pada suhu
lebih kurang 282°
Kelarutan :
Agak sukar larut dalam air; sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter
Pemerian :
Kelarutan :
15 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D
Bentuk cair bercampur dengan air, bentuk padat mudah larut dalam air, larut dalam
aseton, dalam etanol 95%, dalam kloroform, dalam etil asetat dan dalam toluena,
tidak larut dalam eter dan dalam heksana.
1. Titik lebur
Titik lebur adalah suhu di mana zat yang kita uji pertama kali melebur atau meleleh
seluruhnya yang ditunjukan pada saat fase padat cepat hilang. Dalam analisa
farmasi titik lebur untuk menetapkan karakteristik senyawa dan identifikasi adanya
pengotor. Untuk uji titik lebur di butuhkan alat pengukuran titik lebur yaitu, Metting
Point Apparatus (MPA) alat ini digunakan untuk melihat atau mengukur besarnya
titik lebur suatu zat.
2. Bobot jenis
Bobot jenis adalah perbandingan bobot jenis udara pada suhu 25 terhadap bobot
air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang
diperoleh dengan membagi bobot jenis dengan bobot air dalam piknometer. Lalu
dinyatakan lain dalam monografi keduanya ditetapkan pada suhu 25 .
(FI IV hal 1302). Bobot jenis dapat digunakan untuk :
Mengetahui kepekaan suatu zat
Mengetahui kemurniaan suatu zat
Mengetahui jenis zat
16 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D
4.1 Formula untuk suppositoria kanker anus
R/ 5- Fluorouracil 20 %
Polyetilen glikol 80 %
Menurut FI III bobot dari suppositoria rektal adalah 2-3 g, yaitu untuk dewasa 3 g
dan untuk anak 2 g, sedangkan menurut FI IV kurang lebih 2g
20
𝑥 2𝑔 ( 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑢𝑝𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑜𝑟𝑖𝑎)Maka 5- Fluorouracyl
100
= 400 𝑚𝑔 yang ditimbang adalah
40 g + 4 g = 44
→ Maka 5-Fluorouracyl untuk g0𝑚𝑔 = 40 𝑚𝑔
100 sediaan adalah
100 x 400 mg = 40 g
2 Poly etilen glikol ( PEG) → Kadar PEG untuk 1 sediaan → PEG 4000 4 %
Bahan dasa tidak berair : suppositoria 10
𝑥 40 𝑔 = 4𝑔
PEG 4000 4% (25%) 80 100
𝑥 2𝑔 = 1,6 𝑔(1600 𝑚𝑔 ) → PEG 1000 96 %
PEG 1000 96% (75%) 100
PEG 4000 4% 10
𝑥 120 𝑔 = 12 𝑔
25 100
𝑥 1,6 𝑔
100
= 0,4 𝑚𝑔(400 𝑚𝑔) Maka
PEG 1000 96 % 1.PEG 4000 4% yang
75 ditimbang untuk 100
𝑥 1,6 𝑔
100 sediaan adalah
= 1,2 𝑔(1200 𝑚𝑔) 40 g + 4 g = 44 g
Maka
17 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D
PEG 4000 4% untuk 2. PEG 6000 96 % yang
100 sediaan ditimbang untuk 100
400 mg x 100 = 40000 mg = 40 sediaan
g 120 g + 12 g = 132 g
PEG 6000 96 % untuk
100 sediaan
1,2 g x 100 = 120 g
4. Siapkan batang pengaduk dan cawan panas, masukkan 5- Fluorouracil dan PEG
yang telah dicampurkan, aduk sampai homogen hingga meleleh atau mencair
5. Ambil 2 g dari campuran yang telah mencair lalu tuangkan ke dalam cetakan
suppositoria, kemudian dinginkan sampai beku. Suppositoria dengan bahan
dasar PEG tidak perlu pelicin pada cetakan karena bahan dasar tersebut dapat
mengerut sehinga mudah lepas dari cetakan pada proses pendinginan.
1. Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera di etiketnya
18 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D
Penetapan kadar zat aktif dan disesuaikan dengan yang tertera pada etiket
dilakukan dengan metode titrimetri yang terlebig dahulu melelehkan
suppositoria. Kadar yang diperoleh harus sama dengan kadar yang tertera di
etiket.
2. Uji terhadap titk leburnya, terutama jika menggunakan bahan dasar oleum cacao
Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan
sediaan supositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara
menyiapkan air dengan suhu ±37°C. Kemudian dimasukkan supositoria ke
dalam air dan diamati waktu leburnya. Untuk basis oleum cacao
3. Uji Kerapuhan
Untuk menghindari kerapuhan selama pengangkutan
Supositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras yang
menjadikannya sukar meleleh. Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji
elastisitas. Supositoria dipotong horizontal. Kemudian ditandai kedua titik
pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak kurang dari 50%
dari lebar bahan yang datar, kemudian diberi beban seberat 20N (lebih kurang
2kg) dengan cara menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam
tabung.
4. Uji Waktu Hancur
Untuk PEG 15 menit dan untuk oleum cacao dingin 3 menit
Uji waktu hancur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan tersebut
dapat hancur dalam tubuh. Cara uji waktu hancur dengan dimasukkan dalam air
yang di set sama dengan suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan yang
berbahan dasar PEG 1000 waktu hancurnya ±15 menit, sedangkan untuk oleum
cacao dingin 3 menit. Jika melebihi syarat diatas maka sediaan tersebut belum
memenuhi syarat untuk digunakan dalam tubuh. Mengapa menggunakan media
air ? dikarenakan sebagian besar tubuh manusia mengandung cairan.
5. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat
tercampur rata dengan bahan dasar suppo atau tidak, jika tidak dapat tercampur
maka akan mempengaruhi proses absorbsi dalam tubuh. Obat yang terlepas
19 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D
akan memberikan terapi yang berbeda. Cara menguji homogenitas yaitu dengan
cara mengambil 3 titik bagian suppo (atas-tengah-bawah atau kanan-tengah-
kiri) masing-masing bagian diletakkan pada kaca objek kemudian diamati
dibawah mikroskop, cara selanjutnya dengan menguji kadarnya dapat dilakukan
dengan cara titrasi.
BAB V
PEMBAHASAN
20 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D
tersebut. 5- Fluorouracil atau 5 FU biasanya diberikan intravena tetapi dapat diberikan
juga per oral dan topikal ( seperti suppositoria) untuk kanker kulit. Obat ini digunakan
untuk beberapa tumor solid termasuk kanker payudara dan kanker saluran cerna. Sering
dikombinasi dengan asam folinat pada kanker kolorektal lanjut. Toksisitasnya jarang,
antara lain berupa supresi mieloid, mukositis, dan gejala serebelum. Pada pemberian
infus dalam jangka panjang, dapat menimbulkan
sindroma desquamative (pengelupasan) pada kaki dan tangan. Fluorouracil termasuk
kategori obat kanker antimetabolit. Fluorouracil diklasifikasikan sebagai analog
primidin karena mengganggu sintesis DNA dan RNA dengan meniru blok bangunan
yang diperlukan untuk sintesis.
Suppositoria Fluorouracil menggunakan bahan dasar suppositoria Poli Etilen Glikol
(PEG) yang lambat larut sehingga menghambat pengelepasan dengan cepat , memiliki
laju disolusi yang cepat dan PEG tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam
cairan sekresi tubuh serta.
Formula PEG yang dipakai yaitu formula dengan bahan dasar tidak berair yang
menggunakan PEG 4000 4% sebanya 25 % dan PEG 1000 6 % sebanyak 75 %.
Formula ini digunakan karena 5- Fluorouracil agak sukar larut dalam air sehingga perlu
menghindari formula dengan menggunakan aqua, karena jika digunakan maka 5
Fluorouracil tidak sepenuhnya bercampur dengan Poli Etilen Glikol sehingga
mengurangi konsentasi zat aktif dalam sediaan.
Alasam pemilihan sediaan dalam bentuk suppositoria karena memberikan
efek yang cepat secara lokal dan meningkatkan defeksasi sehingga mudah diserap dan
memberikan efek terapeutik yang cepat dan bentuk suppositoria tertarik masuk dengan
sendirinya.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kanker Anus adalah kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel
keganasan (kanker) di dalam anus. Anus adalah bagian ujung dari usus besar,
setelah rektum, dimana materi-materi feses melaluinya untuk keluar dari dalam
21 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D
tubuh. Dekat dengan pembukaan anus terdapat dua buah otot seperti cincin, yang
dikenal dengan otot sfingter yang membuka dan menutup yang dapat menyebabkan
keluarnya materi feses ketika membuka. Seperti bagian lain dari tubuh, anus juga
rentan terhadap infeksi dan penyakit, salah satunya adalah kanker anus.
5- Fluorouracil merupakan bahan obat indeks yakni, obat yang diubah atau
dipengaruhi efek farmakologinya oleh obat/bahan lain. Obat 5- FU bekerja dengan
merusak RNA atau DNA, Fluorouracil termasuk kategori obat kanker antimetabolit.
Fluorouracil diklasifikasikan sebagai analog primidin karena mengganggu sintesis
DNA dan RNA dengan meniru blok bangunan yang diperlukan untuk sintesis.
Suppositoria
- Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Supositoria adalah sediaan padat
dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau
uretra.
- Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, Supositoria adalah sediaan padat
yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torepedo dapat
melarut, melunak atau meleleh pada subu tubuh.
Pemeriksaan ( Evaluasi ) Mutu Suppositoria
1. Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera di etiketnya
2. Uji terhadap titk leburnya, terutama jika menggunakan bahan dasar oleum cacao
3. Uji kerapuhan, untuk menghindari kerapuhan selama pengangkutan
4. Uji waktu hancur, untuk PEG 15 menit dan untuk oleum cacao dingin 3 menit
5. Uji homogenitas
6.2 Saran
Diharapkan bagi mahasiswa yang ingin melakukan praktikum suppositoria ini
menggunakan sarung tangan agar sediaan tidak terkontaminasi dengan tangan dan
alat alat yang digunakan steril.
22 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuni, H.A . 2015. Ilmu Resep . Penerbit Buku kedokteran EG: Jakarta
23 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D
https://www.scribd.com/doc/311931388/A-10-Interaksi-Farmasetik-Dan-
Stabilitas-Pencampuran-Larutan-Parenteral-5-Fu diakses tanggal 12 Mei 2017
https://pulauherbal.com/jurnal/2582-info-lengkap-seputar-kanker-anus-gejala-
penyebab-pengobatan-dan-pencegahan.html diakses tanggal 13 Mei 2017
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-8-keganasan-dan-imunosupresi/81-
keganasan/813-antimetabolit diakses tanggal 13 Mei 2107
24 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D