Cacat las dapat diartikan sebagai suatu cacat pada pengelasan akibat tidak adanya
kesinambungan Discontinuitas pada sambungan las tersebut. Ketidaksinambungan
discontinuitas las pada sambungan las tersebut dapat disebabkan karena adanya suatu
sebab dari proses pengelasan, seperti kurang homogennya sifat – sifat mekanis, metalurgi
dan fisik dari material.
Pada proses pembuatan dan perbaikan kapal, cacat – cacat yang disebabkankarena proses
pengelasan merupakan cacat – cacat yang paling banyak terjadi biladibandingkan dengan
cacat yang disebabkan oleh penyebab lainnya. Hal tersebutyang dapat mempengaruhi
kekuatan daripada konstruksi kapal. kegiatan tersebutdapat dimengerti , karena dalam
proses pembuatan kapal, lebih dari menggunakan pengelasan sebagai sistem untuk
menyambung plat satu denganplat yang lain. Banyak standard yang memberikan definisi dari
cacat las, dengan berpedomanstandard yang ada cacat las dapat dibedakan menjadi yaitu
cacat pada daerahlas termasuk Heat Affective Zone dan cacat diluar daerah material las.
Untuk mengetahui dan mendeteksi adanya berbagai bentuk cacat tersebut biasa ada
metode yang digunakan untuk mengetahuinya yaitu ada beberapa cacat yang paling umum
terjadi, diantaranya sebagai berikut
A) Porositas (porosity)
F) Lipatan (overlap )
H) Underfil
Menurut standard Association Welding Society ada beberapa cacat las yang banyak
terdeteksi dan terjadi setelah proses pengelasan. Salah satu cacat las yang biasanya terjadi
adalah Underfill.
Cacat las ini terjadi apabila pengendapan logam las tidak dilakukan dengan baik sehingga
celah las tidak te risi penuh. Selain dapat mengurangi kekuatan lasan, underfill akan
memberikan tampilan hasil lasan yang kurang baik.
Tetapi, jika di dalam sambungan las tersebut terdapat cacat las yang lain maka reparasi yang
harus dilakukan adalah membongkar alur las yang lama dengan cara digerinda. Kemudian las
ulang konstruksi tersebut dengan teliti dan hati hati. Juru las yang bermasalah juga diganti
dengan yang lebih qualified (baik).
Selain kecepatan pengelasan, teknik ayunan yang digunakan oleh operator las
(welder/welding operator) juga dapat menyebabkan terjadinya underfill. Setiap kondisi
pengelasan yang berbeda (jenis sambungan, jarak celah, posisi) memiliki pengaturan/setting
dan teknik yang berbeda-beda pula. Ayunan yang baik harus sesuai dengan WPS (welding
procedure specification).
Contoh lain yang dapat menyebabkan terjadinya underfill yaitu posisi base metal yang tidak
sejajar atau ketebalan bahan yang berbeda. Letak bahan yang tidak sama rata akan
menyebabkan filler (pengisi) turun kearah bahan yang lebih rendah, sehingga underfill dapat
terjadi.