Penuntun Kimdas PDF
Penuntun Kimdas PDF
KIMIA DASAR
Disusun oleh
Koordinator praktikum
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
JUR./ FAK. :
KATA PENGANTAR
Makassar, ................................
TATA TERTIB
Syarat mutlak untuk memperoleh hasil yang baik dalam praktikum ilmu kimia
adalah persiapan yang baik dan dari permulaan harus bekerja dengan rajin,
tertib dan bersih.
Makassar, ................................
Koordinator Praktikum Kimia Dasar
UPT-MKU UNHAS
DAFTAR ISI
Halaman
I. Tujuan
1. Memahami prinsip-prinsip keselamatan kerja di
Laboratorium Kimia.
2. Mengenal simbol bahaya bahan kimia dan
cara penanganannya.
3. Mengenal alat-alat keselamatan kerja di
laboratorium kimia dan mengetahui fungsi masing-
masing
II. Pengantar
a. Bahaya di Laboratorium
Bekerja di laboratorium kimia selalu berhadapan dengan kemungkinan
resiko dari bahan kimia berbahaya atau kecelakaan mekanis. Peluang
terjadinya resiko apabila berhadapan dengan lingkungan, peralatan dan
prosedur yang baru dan tidak familiar. Resiko bekerja di laboratorium dapat
diminimalkan dengan beberapa pendekatan.
1. Memahami prosedur lebih cermat untuk percobaan yang mengandung
resiko dibanding yang percobaan dengan resiko rendah dan mengetahui
tahapan percobaan untuk mengurangi resiko.
2. Mengetahui bahaya bahan-bahan kimia yang digunakan.
3. Tidak mencantumkan tugas atau pekerjaan yang beresiko tinggi.
4. Menggunakan alat keselamatan kerja ketika sedang bekeja.
5. Membangkitkan kesadaran keselamatan kerja setiap saat.
6. Memahami bahwa pekerjaan berkaitan dengan keselamatan dapat
berpotensi bahaya bilamana dilakukan tidak sesuai dengan prosedur.
7. Semua pendekatan di atas meggunakan akal sehat.
1
b. Simbol Bahan Kimia Berbahaya
Selama melakukan kegiatan percobaan, kita dituntut untuk selalu
waspada, khususnya ketika menggunakan bahan kimia berbahaya. Wadah
bahan kimia harus selau mencantumkan simbol peringatan untuk
menunjukkan tindakan pencegahan yang dibutuhkan ketika menanganinya.
Zat kimia berbahaya biasanya diberi simbol tertentu sebagai tanda
peringatan dengan makna, seperti: korosif, mudah terbakar, beracun,
pengoksidasi, iritan, mudah meledak, berbahaya pada lingkungan air, dan
harmful (Tabel 1.1)
2
Jenis bahaya dan
Simbol Bahaya /peringatan
contoh
Bahaya: Jika terhirup,tertelan atau
terserap pada kulit dapat
3
Simbol Jenis bahaya dan
Bahaya /peringatan
contoh
Bahaya: Lambang ini
memperingatkan bahwa senyawa
Mudah meledak
tertentu yang penggunaanya
dapat meledak sebagai dampak
dari pemanasan
4
c. Alat-Alat Keselamatan Kerja di Laboratorium
Di samping pemahaman terhadap prosedur percobaan, sifat zat kimia
yang digunakan serta sifat hati-hati dalam bekerja, resiko kerja dapat
diminimalkan atau dihindari dengan menggunakan peralatan keselamatan
kerja. Alat-alat keselamatan kerja di laboratorium seperti: jas praktikum,
sepatu tertutup, goggle/kacamata, pelindung muka, masker, dan sarung
tangan. Penggunaan alat tersebut sesuai kondisi atau jenis pekerjaan yang
dilakukan.
II. Kegiatan dan Tugas
1. Sebelum melakukan kegiatan di laboratorium, sebaiknya mahasiswa
mencari informasi berkaitan dengan topik keselamatan kerja di
laboratorium, khususnya Laboratorium Kimia.
2. Perhatikan uraian dosen/asisten tentang keselamatan kerja di
Laboratorium Kimia.
3. Kegiatan selanjutnya, identifikasi bahan-bahan kimia dan peralatan
keselamatan kerja yang tersedia di laboratorium sesuai petunjuk asisten.
Perhatikan dan catat jenis zat kimia dalam kemasan, kemurnian, simbol
dan lainnya yang dapat dikenali pada label kemasan.
4. Buatlah Laporan Kegiatan.
5
Kegiatan 2
KETERAMPILAN LABORATORIUM
I. Tujuan
1. Mengenal peralatan yang umum
digunakan di Laboratorium Kimia dan
cara menggunakannya.
2. Mempelajari cara membuat larutan
dalam air untuk zat kimia padat dan cair.
3. Mempelajari cara menimbang bahan
Gambar 2.1. Timbangan
analitik dan corong kimia dan menyaring padatan dari
campuran heterogen.
II. Pengantar
Laboratorium kimia identik dengan bahan kimia dan peralatan kelas.
Bahan kimia di laboratorium dapat ditemukan sebagai zat padat dan cair,
sedangkan sebagai gas biasanya terbatas. Bahan kimia di laboratorium biasanya
tersedia sebagai bahan murni atau sebagai larutan, seperti NaCl 99,99%, H 2SO4
95-97%, CHCl3 99,0%, HCl 1M, Etanol 70%, NaCl 10%, dan sebagainya.
Peralatan gelas umumnya digunakan sebagai wadah reaksi, komponen sistem
reaksi, atau takaran, seperti tabung reaksi, gelas piala, gelas ukur, erlenmeyer,
labu takar, labu alas bulat, pipet tetes, pipet ukur, corong pisah, corong
penyaringan, kondensor refluks dan sebagainya. Di samping itu, peralatan
bukan gelas yang sangat penting di laboratorium kimia seperti timbangan,
pompa vakum, alat pemanas, mesin pengaduk dan sebagainya.
Percobaan atau penelitian di laboratorium kimia pada umumnya dalam
sistem larutan, sehingga pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan
larutan bahan kimia mutlak diperlukan. Komposi larutan yang terdiri atas zat
terlarut dan pelarut dapat dinyatakan dengan: fraksi mol (x), normalitas (N),
6
molaritas (M), molalitas (%), persentase (%) dan bagian per sejuta (ppm). Zat
terlarut dalam hal ini dapat berupa dari bahan padat, cair atau gas, sedangkan
sebagai pelarut umumnya cair, tetapi dapat pula berwujud padat atau cair.
Tahap awal proses pembuatan larutan ini adalah penimbangan zat yang akan
dilarutkan sesuai bobot yang dikehendaki lalu dilarutkan dalam pelarutnya
sampai volume/jumlah tertentu sesuai konsentrasi yang dikehendaki. Pada
proses pelarutan ini dapat cukup dengan pengadukan tetapi terkadang pula
perlu pemanasan.
Cara membuat larutan tergantung pada bahan yang akan dilarutkan.
Untuk bahan padat, cukup dengan menimbang dengan teliti sejumlah tertentu
sesuai bobot (g) atau mol, sedangkan untuk bahan cair harus diketahui
konsentrasinya berdasarkan keterangan yang tertera pada label botol, yaitu
berat molekul zat (Mr), kemurnian (%), dan berat jenis (). Unuk menghitung
konsentrasi larutan dalam molar (M) dari bahan kimia cair (pekat) kita dapat
menggunakan Persamaan 2.1.
(2.1)
8
Larutan etanol. Masukkan 26 mL etanol teknis (96%) ke dalam labu takar
100 mL. Encerkan etanol tersebut dengan air hingga 100 mL, dengan cara
menambahkan akuades hingga tanda batas pada leher labu. Homogenkan
larutan dengan cara membolak-balik labu dalam keadaan tertutup.
2+
Larutan Cu . Timbang 4,15 g padatan CuSO4.5H2O, masukkan dalam gelas
piala 100 mL. Larutkan dengan akuades 50 mL, kemudian tuangkan ke
dalam labu takar 500 mL. Bilas gelas piala dengan akuades sebanyak tiga
kali. Cukupkan larutan hingga tanda batas. Homogenkan larutan dengan
cara membolak-balik labu dalam keadaan tertutup.
Larutan jenuh NaCl. Siapkan akuadest 50 mL dalam gelas piala 100 mL.
Sambil diaduk, tambahkan garam dapur (NaCl) hingga sebagian dari garam
tersebut tidak melarut lagi. Sebelum menyaring siapkan kertas saringan
dengan cara menggunting kertas saring berbentuk lingkaran dengan
diameter yang sesuai mulut corong, mintalah petunjuk asisten. Setelah itu,
pasang kertas saring pada mulut corong, lalu basahi dengan akuades
menggunakan botol semprot. Tuanglah perlahan larutan, termasuk padatan
tak larut ke dalam corong dengan cara mengalirkan melalui batang gelas
pengaduk. Larutan yang diperoleh merupakan larutan jenuh garam NaCl.
V. Pengamatan
1. Pengenalan alat-alat laboratorium kimia
9
2. Pembuatan larutan
Bobot/volume Volume
No Zat terlarut Pelarut Keterangan
(g/mL) larutan (mL)
1 ………………… ………………… ………… ………………… ………………
2 ………………… ………………… ………… ………………… ………………
3 ………………… ………………… …………. ………………… ………………
4 ………………… ………………… …………. ………………… ………………
5 ………………… ………………… …………. ………………… ………………
6 ………………… ………………… …………. ………………… ………………
7 ………………… ………………… …………. ………………… ………………
10
VII. Kesimpulan
Makassar, ...........................
Asisten, Praktikan,
(………………………………..……) (…………………………………….)
11
Kegiatan 3
PERCOBAAN SIFAT-SIFAT UNSUR
I. Tujuan Percobaan
Mempelajari beberapa sifat unsur
golongan alkali (IA) dan alkali tanah
(IIA).
II. Teori
Unsur Golongan IA
Unsur yang termasuk dalam golongan IA (alkali) adalah Li, Na, K, Rb, Cs
1
dan Fr. Unsur-unsur ini mempunyai susunan elektron (gas mulia)ns dan
merupakan reduktor kuat karena mudah melepaskan satu elektron pada kulit
terluarnya. Reaktivitas unsur-unsur ini bertambah dari atas ke bawah, hal ini
dapat dilihat pada reaksinya dengan air. Litium dalam golongan IA terletak
paling atas bereaksi lambat dengan air, sedangkan logam alkali lainnya bereaksi
sangat cepat dan eksoterm.
12
dari atas ke bawah dan hal ini juga dapat dilihat pada reaksinya dengan air
membentuk basa dan gas H2
M (logam) + 2 H2O M(OH)2 + H2 (gas) (3.2) Logam-logam
Ca, Sr, Ba dapat bereaksi dengan air dingin, Mg sedikit bereaksi dengan air
panas, sedangkan Be tidak bereaksi dengan air mendidih. Hidroksidanya hanya
sedikit larut dalam air dan kelarutannya bertambah dari atas ke bawah.
Sebaliknya kelarutan garam sulfatnya makin ke bawah semakin rendah.
13
B. Kelarutan garam sulfat
Siapkan 4 tabung reaksi. Tabung reaksi (1) diisi dengan MgCl2 , tabung
reaksi (2) dengan CaCl2, tabung reaksi (3) dengan SrCl2, dan tabung reaksi
(4) dengan BaCl2, masing-masing 1 mL dengan konsentrasi 0,5 M. Masing-
masing tabung reaksi tersebut ditambahkan 1 mL H2SO4 0,5 M. Perhatikan
endapan yang terbentuk pada setiap tabung.
V. Pengamatan
A. Reaktivitas unsur
14
VI. Reaksi
A. Li + H2O
Na + H2O
Mg + H2O
Ca + H2O
B. MgCl2 + H2SO4
CaCl2 + H2SO4
SrCl2 + H2SO4
BaCl2 + H2SO4
C. MgCl2 + NaOH
CaCl2 + NaOH
SrCl2 + NaOH
BaCl2 + NaOH
VII. Pembicaraan
15
VIII. Kesimpulan
Makassar,……………………..
Asisten, Praktikan,
( …………….............……..) ( ………………………..........…)
16
Kegiatan 4
PERCOBAAN IKATAN KIMIA
I. Tujuan Percobaan
1. Membedakan senyawa yang mempunya
ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen;
2. Membedakan reaksi pembentukan
kompleks dan bukan kompleks
II. Teori
Terbentuknya senyawa akibat reaksi kimia, baik yang terjadi sebagai
reaksi antara atom, maupun reaksi antara molekul tergantung akan sifat dan
kedudukan atom dalam molekulnya. Senyawa yang berikatan ion, dalam
pelarutnya akan terurai menjadi ion-ionnya, yang dengan mudah dapat
dideteksi kembali. Sedangkan senyawa kovalen tidak demikian. Oleh sebab itu
dengan mudah kita dapat membedakan antara senyawa ion dengan senyawa
kovalen. Adanya peruraian dalam larutan, dapat diamati apabila diberikan
pereaksi yang khas untuk ion-ion yang diduga dari hasil peruraian. Dengan
demikian kita secara mudah dapat membedakan terlarut yang berikatan ion dan
yang berikatan kovalen. Misalnya, NaCl dalam larutannya akan terionisasi
+ - -
menjadi Na dan Cl , dan ion Cl dapat dideteksi dengan AgNO3 membentuk
AgCl yang mengendap putih, sedangkan klorida dalam CCl4 dan CHCl3 tidak
akan membentuk endapan putih dengan AgNO3.
Seperti halnya cara membedakan senyawa di atas, bahwa senyawa bukan
kompleks akan terurai menjadi ion-ion pembentuk senyawa tersebut,
sedangkan senyawa kompleks tidak demikian. Senyawa kompleks dari
larutannya akan terurai menjadi kation dan anion kompleks atau kation
17
kompleks dengan anionnya, akibatnya ada anion kompleksnya. Sebagai contoh,
+ -
Ag(NH3)2Cl dalam larutannya akan terurai menjadi Ag(NH3)2 dan Cl , tampak
+
disini tidak ada ion Ag , dan dapat dibuktikan kalau kita tambahkan HCl tidak
akan membentuk endapan putih AgCl. Contoh lain misalnya K4Fe(CN)6 yang
+ -
dalam larutannya akan terurai menjadi K dan Fe(CN)6 , dan ini dapat
dibuktikan bila larutan ini dialiri gas H2S tidak akan memberikan endapan hitam
2+ 2+
yang spesifik dari reaksi Fe + H2S. Di dalam larutan tidak ada ion Fe sebab
-
ion ini dilindungi oleh CN .
18
C. 1. Siapkan 2 buah tabung reaksi yang didisi dengan 1 ml CuSO4. Masing-
masing tabung ditetesi dengan larutan amonia sampai tidak terjadi
endapan. Tabung reaksi (1) ditambah dengan larutan BaCl2, tabung
(2) dengan K4Fe(CN)6, masing-masing 2-3 tetes. Perhatikan dan catat
perubahan yang terjadi.
2. Siapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan 1 mL CuSO4. Tabung
(1) ditambah dengan BaCl2 dan tabung (2) dengan K4Fe(CN)6 masing-
masing 2-3 tetes. Perhatikan dan catat perubahan yang terjadi
D. Siapkan 2 buah tabung reaksi. Tabung reaksi (1) diisi dengan FeCl3 dan
Tabung (2) dengan K3Fe(CN)6 masing-masing 1 ml. Ke dalam tabung (1)
dan (2) ditambahkan 2-3 tetes KCNS. Perhatikan dan catat perubahan
yang terjadi
V. Pengamatan
A.
B.
Larutan + MO Keterangan
HCl
CH3COOH
CH3CH2OH
19
C.
Pereaksi
Larutan Keterangan
BaCl2 K4Fe(CN)6
CuSO4 + NH4OH sedikit
CuSO4 +NH4OH berlebih
CuSO4
D.
VI Reaksi
A. NaCl + AgNO3
CCl4 + AgNO3
CH3CH22Br + AgNO3
B. tidak perlu
D. FeCl3 + KCNS
K3Fe(CN)6 + KCNS
20
VII. Pembicaraan
VIII. Kesimpulan
Makassar,………………..………..
Asisten, Praktikan,
(…………………….…..……..) (……………….………………)
21
Kegiatan 5
PERCOBAAN KECEPATAN REAKSI
I. Tujuan Percobaan
Mempelajari pengaruh konsentrasi dan suhu pada
kecepatan reaksi.
II Teori
Kecepatan reaksi dapat diketahui melalui
pengukuran kecepatan pengurangan reaktan atau
pembentukan produk. Sebagai contoh, perhatikan:
Reaksi padatan magnesium karbonat dengan asam
sulfat.
Gambar 5.1. Peristiwa
reaksi korosi dan ledakan + 2+
MgCO3 (p) + 2 H (ai r) Mg (air) + CO2 (g) + H2O(c)
+
Pada proses reaksi di atas, jumlah padatan MgCO3 dan konsentrasi ion H
2+
sekarang menurun. Konsentrasi ion Mg dalam air dan jumlah gas CO2
sekarang meningkat. Penentuan Kecepatan reaksi normal melalui pengukuran
perubahan yang terjadi pada waktu tertentu.
Kecepatan reaksi didefinisikan sebagai jumlah perubahan konsentrasi zat
tertentu dalam suatu satuan waktu, dapat dinyatakan dalam reaktan atau
produk. Kecepatan reaksi kimia dipengaruhi sejumlah faktor, diantaranya adalah
sebagai berikut.
(a) Konsentrasi reaktan, jika konsentrasi satu atau lebih reaktan meningkat,
kecepatan reaksi akan meningkat.
(b) Suhu, kebanyakan reaksi berlangsung cepat jika suhunya meningkat.
(c) Katalis, katalis mempercepat reaksi kimia. Jumlah katalis dari awal sampai
akhir reaksi akan sama dengan jumlah awal yang ditambahkan.
22
(d) Ukuran reaktan (Luas permukaan reaktan), pada sistem heterogen
(reaktan dalam fasa berbeda), kecepatan reaksi bertambah dengan
peningkatan luas permukaan cairan atau padatan. Sebagai contoh, suatu
potongan baja diletakkan di atas suatu bunsen dan menyala merah
sedangkan wol-baja menyemburkan percikan api.
(e) Sifat alami reaktan, reaksi yang meliputi pemutusan ikatan-ikatan akan
berlangsung lambat pada suhu kamar, sedangkan reaksi antar ion-ion dalam
larutan tidak melibatkan pemutusan ikatan, oleh karena itu reaksi ini
dapat pada temperatur kamar.
Informasi berikut dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa faktor-
faktor diatas dapat mempengaruhi laju reaksi.
a. Profil reaksi
Profil reaksi menunjukkan perubahan energi pada reaksi kimia
(Gambar 5.2). ketika reaksi kimia terjadi. Keadaan transisi ( berlaku pada
atom-atom khusus) umumnya terbentuk sebelum proses reaksi membentuk
produk. Energi yang dibutuhkan untuk membentuk keadaan transisi disebut
energi aktivasi, Ea. Selisih antara energi potensial pada produk dan reaktan
adalah kalor reaksi, H.
Kedaan transisi
Ea
E
Reaktan
H
Produk
Jalannya reaksi
23
b. Teori Tumbukan
Keadaan sesuai teori tumbukan pada proses terjadinya reaksi adalah
partikel reaktan harus bertumbukan dengan energi yang cukup untuk
memutuskan ikatan–ikatan agar dapat bereaksi (yaitu, harus bertumbukan
dengan energi yang cukup untuk mensuplai energi aktivasi membentuk
keadaan transisi). Partikel reaktan harus juga bertumbukan pada suatu
sudut tertentu untuk berlangsungnya reaksi.
24
n
V = - dA = k.A atau log V = log k + m log (5.3)
dt
log A
log k (k dapat ditentukan)
Dari grafik pada Gambar 5.3 dapat diperoleh nilai tetapan kecepatan reaksi (k)
dan orde reaksi. Telah diketahui bahwa pada suhu tetap, kecepatan reaksi
berubah-ubah sesuai perubahan kepekatan zat yang bereaksi. Sebaliknya, pada
kepekatan yang tetap, kecepatan reaksi berubah sesuai perubahan suhu
(tetapan kecepatan reaksi dipengaruhi oleh suhu). Hubungan antara tetapan
kecepatan reaksi dengan suhu diperlihatkan dalam persamaan Archenius
sebagai berikut.
-Ea/RT
k =Ae atau In A – Ea/RT (5.4)
Dimana : A = tetapan (analog dengan tetapan Archenius);
Ea = energi aktifasi; R = tetapan gas; T = suhu (K)
25
o
Karena pada konsentrasi yang konstan nilai V dari persamaan (5.2), A) .
o
(B) , maka :
Ln k = Ln A – Ea/R x 1/T dapat ditulis V = k
atau Ln V = Ln A – Ea/R x 1/T dengan catatan V = k
Grafik hubungan antara ln V dengan 1/T dapat dilihat seperti Gambar (5.4)
sebagai berikut.
ln A (tetapan A dapat ditentukan)
Tg. = -Ea/R
ln V
log A
1/T
Dari persamaan ini terlihat bahwa grafik 1n V sebagai fungsi dari 1/T
merupakan garis lurus dengan intersep ln A dan gradien –Ea/R. Dengan
demikian nilai tetapan A dan energi aktifasi (Ea) dalam reaksi tesebut dapat
ditentukan.
27
V. Pengamatan/Perhitungan
1. Pengamatan
A. Pengaruh Konsentrasi Na2S2O3
o
Reaksi berlangsung pada suhu ............. C
C Pengaruh suhu
28
Konsentrasi pereaksi yang digunakan:
H2SO4 = .................. M
Na2S2O3 = ................... M
2. Perhitungan :
(gambarkan grafik log V vs log A dan ln k vs 1/T, gunakan program excel)
VI. Reaksi
Na2S2O3 + H2SO4
VII. Pembicaraan
29
VII. Kesimpulan
Makassar,…......……………..
Asisten, Praktikan,
(…………....….............……..) (……...........…...……………)
30
Kegiatan 6
PERCOBAAN KESETIMBANGAN ASAM BASA
I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan pH larutan asam lemah dengan
menggunakan kertas pH Universal, dan pH
meter.
2. Menentukan pengaruh pengenceran
terhadap nilai pH, dan tetapan
kesetimbangan ionisasi, dan derajat ionisai
larutan asam lemah.
3. Menentukan derajat ionisasi asam lemah
II. Teori
Pada percobaan kesetimbangan hanya akan membahas dan mencoba
masalah kesetimbangan asam lemah. Jikalau secara umum asam lemah itu
dinyatakan dengan HX dan dilarutkan ke dalam pelarutnya (H2O) maka
sebagian dari asam HX itu akan terdisosiasi seperti reksi berikut ini.
-
HX + H2O H3O + X (6.1) Dengan demikian
+ -
r1 = k1 (HX) (H2O) dan r2 = k (H3O ) (X )
31
Oleh karena itu, K di sini merupakan tetapan kesetimbangan asam, maka K
kemudian dituliskan dengan lambang Ka. Dengan demikian untuk menetapkan
nilai tetapan kesetimbangan asam (Ka) Terlebih dahulu harus menetapkan nilai
+ -
dari (HX) yang masih sisa dalam larutan (H3O ) yang terbentuk dan (X ) yang
terbentuk dalam larutan tersebut.
Bila ditinjau persamaan stoikometri peruraian asam lemah (4.1), maka
- +
tampak bahwa (X ) = (H3O ) = (HX) yang terurai. Sedangkan (HX) yang masih
ada di dalam larutan sama dengan (HX) awal dikurangi (HX) yang terurai. Oleh
+
karena (H3O ) dalam larutan tersebut kecil sekali, maka dicari bentuk lain
+
untuk menyatakan (H3O ), yaitu dengan istilah pH, dimana p = -log, dengan
+
demikian jika (H3O ) yang ada dalam larutan dapat diukur, atau pH larutan
dapat diketehui, maka tetapan kesetimbangan asam tersebut dapat
+
dihitung/ditentukan. Untuk menentukan (H3O ) atau pH larutan, dapat
dilakukan dengan baik bila pengukurannya menggunakan suatu alat yang
disebut pH meter, akan tetapi bila tidak tersedia alat pH meter, dapat
digunakan kertas pH Universal yaitu suatu potongan plastik yang dilapisi kertas
yang telah diberikan indikator.
Percobaan penentuan pH dan Ka suatu asam ini akan menggunakan pH
meter untuk menentukan nilai pH suatu larutan asam. Jika pada percobaan ini
disajikan beberapa macam asam lemah, maka pada percobaan ini timbul
beberapa masalah yang menarik untuk dicoba yaitu :
a. Apakah ada pengaruh pengenceran terhadap pH, derajat ionisasi dan
tetapan keseimbangan ionisasi.
b. Apakah ada pengaruh pengenceran linear terhadap perubahan
32
4. Labu takar 100 mL, 5 buah
o
5. Termometer 100 C, 1 buah
Bahan : 1. Larutan asam formiat 0,1 M
2. Larutan asam cuka 0,1 M
3. Aquadest (air suling)
4. Kertas pH universal
5. pH meter
IV. Cara kerja
Pada percobaan ini akan dicari derajat ionisasi, tetapan keseimbangan
ionisasi dari asam formiat dan asam cuka. Dalam percobaan ini telah
disediakan larutan asam formiat dan asam cuka dengan kepekatan tertentu.
Tugas anda adalah melakukan urutan kerja sebagai berikut :
1. a. Ambil 5 mL larutan asam formiat 0,1 M masukkan kedalam labu takar 50
mL, tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok sampai merata,
ambil :
10 mL masukkan dalam erlemeyer, ukur suhu dan pH
10 mL masukkan dalam erlemeyer, ukur suhu dan pH
10 mL masukkan dalam erlemeyer, ukur suhu dan pH
Masing-masing larutan yang anda ukur pH nya, tetesi larutan petunjuk
yang sesuai pengukuran anda.
b. Ambil 5 mL larutan asam formiat sisa dari percobaan tadi, masukkan
kedalam labu takar 50 mL dan tambahkan air suling sampai batas tanda.
Kocok sampai merata, ambil :
10 mL masukkan dalam erlemeyer, ukur suhu dan pH
10 mL masukkan dalam erlemeyer, ukur suhu dan pH
10 mL masukkan dalam erlemeyer, ukur suhu dan pH
Masing-masing larutan yang anda ukur pH nya, tetesi larutan petunjuk
yang sesuai pengukuran anda
33
c. Ambil 5 mL larutan asam formiat sisa dari percobaan b tadi, masukkan
kedalam labu takar 50 mL dan tambahkan air suling sampai batas tanda.
kedalam labu takar 50 mL dan tambahkan air suling sampai batas tanda.
34
V. Pengamatan/perhitungan
a. Pengamatan
o
Larutan asam pH Suhu ( C)
Asam formiat 0,1 M ........... ...........
………… …………
Asam formiat 0,0X M
………… …………
Asam formiat 0,00X M
………… …………
Asam formiat 0,000X M
…….….. …….…..
Asam formiat 0,0000X M
………… …………
Asam cuka 0,1 M
………… …………
Asam cuka 0,0X M
………… …………
Asam cuka 0,00X M
………… …………
Asam cuka 0,000X M
………… …………
Asam cuka 0,0000X M
b. Perhitungan
35
VI. Pembicaraan
VII. Kesimpulan
Makassar,………......……………..
Asisten, Praktikan,
(………………...............…..) (……............…………………)
36
Kegiatan 7
PERCOBAAN SIFAT-SIFAT SENYAWA ORGANIK
I. Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari kelarutan beberapa senyawa
organik.
2. Mempelajari beberapa reaksi senyawa
organik.
Gambar 7.1. Beberapa warna
spesifik larutan senyawa kimia
II. Teori
Sifat fisika senyawa organik seperti titik leleh, titik didih, kelarutan
tergantung pada struktur, gugus fungsi dan berat molekul. Titik didih dan
titik leleh terutama ditentukan oleh berat molekul, strukur dan gaya antar
molekul efektif. Sebagai contoh, titik didih metanol lebih tinggi dibanding
etanol dan lebih rendah dibanding dibanding H2O, walaupun BM H2O lebih
rendah dibanding BM kedua alkohol tersebut. Sementra itu, kelarutan
senyawa organik terutama ditentukan oleh kesesuaian kepolaran molekul
dengan pelarutnya, misalnya senyawa kurang polar seperti n-heksana tidak
larut dalam pelarut polar seperti air tetapi larut dalam kloroform, sementara
senyawa seperti metanol larut baik dalam air. Beberapa contoh senyawa
organik yang tergolong tidak polar atau kurang polar, seperti: metana, n-
heksana, karbon tetraklorida, kloroform, dan difenil eter, sedangkan yang
bersifat polar, seperti: metanol, etanol, asam asetat, formaldehidaa, aseton,
dan metilamina.
Gugus fungsi suatu molekul organik sangat menentukan sifat reaksinya.
Beberapa gugus fungsi yang penting dalam hal ini, seperti halida (alkil
halida), hidroksil (alkohol dan karboksilat) karbonil (aldehida dan keton),
amino, dan sulfonil. Perbedaan sifat gugus-gugus tersebut berimplikasi pada
37
tipe-tipe reaksi yang mungkin dapat berlangsung padanya, misalnya reaksi
oksidasi, reduksi, adisi, substitusi, atau eleminasi. Sebagai contoh, aldehida
dan keton merupakan senyawa karbonil dengan rumus sebagai berikut.
O O
R- C - H dan R- C - R'
Aldehid Keton
Gugus karbonil ini bersifat polar, dengan elektron-elektron dalam ikatan π
tertarik ke oksigen yang lebih elektronegatif merupakan faktor yang
menyebabkan kereaktifan gugus karbonil tersebut. Kereaktifan relatif
aldehida dan keton sebagian dapat disebabkan oleh banyaknya muatan
positif pada karbon karbonil. Makin besar kerapatan muatan ion akan
semakin reaktif, tetapi bila muatan positif parsial ini tersebar keseluruhan
molekul maka senyawa karbonil akan lebih stabil dan kurang efektif. Gugus
karbonil distabilkan oleh alkil didekatnya yang bersifat menolak elektron.
Suatu keton dengan dua gugus alkil lebih stabil dari pada aldehida yang
memiliki satu gugus alkil. Formadehid (aldehida paling sederhana) tanpa
gugus alkil adalah paling reaktif diantara aldehida dan keton lainnya. Suatu
cara yang sederhana untuk membedakan aldehida dengan keton adalah
berdasarkan reaksi oksidasi-reduksi. Keton tidak mudah dioksidasi (bukan
tidak mungkin) tetapi aldehida dengan mudah dapat dioksidasi menjadi asam
karboksilat. Hampir semua pereaksi apa saja yang mengoksidasi suatu
alkohol juga mengoksidasi aldehida.
III. Alat dan Bahan
Alat : tabung reaksi 10 buah, penjepit tabung reaksi, dan penangas air
Bahan : dietil eter, n-heksana, kloroform, etanol dan etil asetat, asetaldehida,
aseton, kloroform, glukosa, fruktosa, vitamin C, KMnO4, Fehling A
dan B, dan I2/betadin.
IV. Cara Kerja
a. Kelarutan senyawa organik. Siapkan dua buah tabung reaksi yang bersih
dan kering. Tabung reaksi 1 diisi dengan 0,5 mL air, dan tabung reaksi 2
38
diisi dengan 0,5 mL dietil eter. Kedalam tabung reaksi 1 dan 2, tambahkan
setetes demi setetes n-heksana (kurang lebih 10 tetes). Kocok dan
perhatikan kelarutannya, catat. Kerjakan seperi di atas dengan
menggunakan senyawa oraganik lain.
b. Reaksi-reaksi senyawa organik. Siapkan tujuh tabung reaksi yang bersih
dan kering. Ketujuh tabung tersebut ditambahkan 1 mL secara berurut
dengan n-heksana (1), alkohol (2), asetaldehida (3), aseton (4), kloroform
(5), glukosa (6), dan vitamin C (7). Tabung (1) dan (2), (3) dan 4
ditambah dengan larutan KMnO4, panaskan bila perlu; tabung 5 ditambah
NaI/aseton, kocok; tabung 6 ditambahkan dengan Fehling A+B,
panaskan; tabung 7 ditambahkan dengan I2 atau betadin. Amati
perubahan yang terjadi pada setiap tabung, catat.
V. Pengamatan
39
VI. Pembicaraan
a. Kelarutan senyawa organik
40
VII. Kesimpulan
Makassar,………......……………..
Asisten, Praktikan,
(……………….............…..) (………............…………………)
41