Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ANALISIS CERPEN “MENCINTAI BONEKA”


KARYA KURNIA EFFENDI SEBUAH TINJAUAN MIMETIK
KELAS C
(Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas UAS Sosiologi Sastra)
Dosen Pengampu: Dra. Endang Sri Widayati M.Pd.

Oleh :

Doni Arie Fambudi


NIM. 160210402076
No. Absen: 8

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Nabi akhir zaman yang telah menunjukkan kita ke jalan yang diridhoi
Allah SWT.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Sosiologi
Sastra dengan judul “Analisis Cerpen “Mencintai Boneka” Karya Kurnia Effendi
Sebuah Tinjauan Mimetik” di Universitas Jember. Pemakalah berusaha
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan pemakalah dalam penyusunan
makalah ini. Namun sebagai manusia biasa, pemakalah tidak luput dari kesalahan
dan kekhilafan.

Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada dosen pembina serta


beberapa kerabat yang memberi masukan yang bermanfaat dalam penyusunan
makalah ini, meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi
kelancaran penyusunan makalah ini.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


Pemakalah sangat menyadari dari hasil makalah ini masih kurang sempurna, oleh
karena itu pemakalah mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang
bersifat membangun.

Jember, 14 Desember
2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ 2

DAFTAR ISI ............................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 5

1.3 Tujuan ................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 6

2.1 Teori Mimetik Menurut Aristoteles ................................................... 6

2.2 Analisis Cerpen Mencintai Boneka dengan Pendekatan Mimetik ..... 7

2.2.1 Kedekatan Antara Ibu dengan Anak ....................................... 7

2.2.2 Pandangan Terhadap Pelacur .................................................. 8

2.2.3 Pembunuhan Terhadap Ibu Kandung ...................................... 9

2.3 Aspek-Aspek Sosial dalam Kehidupan Nyata yang terdapat dalam


Cerpen “Mencintai Boneka” ............................................................. 9

BAB III PENUTUP .................................................................................. 12

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 13

LAMPIRAN .............................................................................................. 14

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

.Karya satra merupakan cerminan kehidupan masyarakat. Karya satra


itu bersifat dinamis berjalan sesuai dengan perkembangan masyarakat
karena karya sastra itu hasil ciptaan seseorang yang merupakan bagian dari
masyarakat. Di dalam masyarakat seorang individu menjalani berbagai
macam kejadian yang ia alami. Dari kejadian yang ia alami yang ada pada
dunia nyata itulah sebagai bahan dasar ide dalam penulisan karya sastra.

Pada pengertian di atas maka dalam mengkaji karya satra dapat


menghubungkan dengan sosiologi sastra. Dimana ilmu tersebut membahas
karya sastra yang di hubungkan dengan masyarakat. Sosilologi sastra juga
dapat di definisikan sebagai pemahaman terhadap karya sastra dengan
mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya (Ratna, 2:2011).
Dengan dua pengertian tersebut maka karya sastra dapat dihubungkan
dengan masyarakat. Karya sastra sesungguhnya adalah dunia miniatur, karya
sastra berfungsi sebagai pengekspresian kejadian-kejadian, yang telah
dikerangkakan dalam pola kreativitas dan imajinasi.

Ketika menghubungkan karya sastra dengan masyarakat maka kita


akan memahami karya sastra dari sudut pandang sosiologi sastra. Dalam
sosiologi sastra terdapat berbagai teori yang dapat digunakan. Salah satunya
adalah teori mimetik. teori mimetik itu sendiri menggangap bahwa karya
sastra merupakan cerminan dari masyarakat.

Pendekatan mimetik ini akan diterapkan pada salah satu karya sastra
yakni cerpen yang berjudul “Mencintai Boneka”. Kami akan membahas
cerpen ini dengan menganalisis kejadian-kejadian dalam karya sastra yang
dihubungakan dengan fakta-fakta sosial yang ada pada masyarakat. Cerpen
dengan judul “mencintai boneka” ini merupakan cerpen karangan Kurnia
Effendi yang mengisahkan kehidupan seseorang yang mencintai seorang
pelacur hingga ia tega membunuh ibu kandungnnya.

4
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Bagaimana teori mimetik menurut Aristoteles?


1.2.2 Bagaimana penerapan pendekatan mimetik dalam cerpen “Mencintai
Boneka”?
1.2.3 Apa sajakah kejadian-kejadian dalam cerpen yang berhubungan
dengan fakta-fakta sosial yang ada dalam masyarakat?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui teori mimetik menurut Aristoteles.


1.3.2 Untuk mengetahui penerapan pendekatan mimetik dalam cerpen
“Mencintai Boneka”.
1.3.3 Untuk mengetahui kejadian dalam cerpen yang berhubungan dengan
fakta-fakta sosial masyarakat.

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori Mimetik Menurut Aristoteles

Aristoteles adalah seorang pelopor penentangan pandangan Plato


tentang mimesis, yang berarti juga menentang pandangan rendah Plato
terhadap seni. Apabila Plato beranggapan bahwa seni hanya merendahkan
manusia karena menghimbau nafsu dan emosi, Aristoteles justru
menganggap seni sebagai sesuatu yang bisa meninggikan akal budi. Teew
(1984: 221) mengatakan bila Aristoteles memandang seni sebagai katharsis,
penyucian terhadap jiwa. Karya seni oleh Aristoteles dianggap
menimbulkan kekhawatiran dan rasa khas kasihan yang dapat membebaskan
dari nafsu rendah penikmatnya.
Aristoteles menganggap seniman dan sastrawan yang melakukan
mimesis tidak semata-mata menjiplak kenyataan, melainkan sebuah proses
kreatif untuk menghasilkan kebaruan. Seniman dan sastrawan menghasilkan
suatu bentuk baru dari kenyataan indrawi yang diperolehnya. Dalam
bukunya yang berjudul Poetica (via Luxemberg 1989:17), Aristoteles
mengemukakakan bahwa sastra bukan copy (sebagaimana uraian Plato)
melainkan suatu ungkapan mengenai “universalia” (konsep-konsep umum).
Dari kenyataan yang menampakkan diri kacau balau seorang seniman atau
penyair memelih beberapa unsur untuk kemudian diciptakan kembali
menjadi ‘kodrat manusia yang abadi’, kebenaran yang universal. Itulah yang
membuat Aristoteles dengan keras berpendapat bahwa seniman dan
sastrawan jauh lebih tingi dari tukang kayu dan tukang-tukang lainnya.
Pandangan positif Aristoteles terhadap seni dan mimesis dipengaruhi
oleh pemikirannya terhadap ‘ada’ dan Idea-Idea. Aristoteles menganggap
Idea-idea manusia bukan sebagai kenyataan. Jika Plato beranggapan bahwa
hanya idea-lah yang tidak dapat berubah, Aristoteles justru mengatakan
bahwa yang tidak dapat berubah (tetap) adalah benda-benda jasmani itu
sendiri. Benda jasmani oleh Aristoteles diklasifikasikan ke dalam dua
kategori, bentuk dan kategori. Bentuk adalah wujud suatu hal sedangkan
materi adalah bahan untuk membuat bentuk tersebut, dengan kata lain
bentuk dan meteri adalah suatu kesatuan (Bertens.1979: 13)

6
2.2 Analisis Cerpen Mencintai Boneka dengan Pendekatan Mimetik

Untuk dapat menganalisis cerpen dengan menggunakan teori


mimetik maka harus menganalisis aspek-aspek sosial yang ada dalam cerpen
itu sendiri. Hal itu dikarenakan mimesis menurut pandangan Aristoteles
berarti seniman dan sastrawan yang melakukan mimesis tidak semata-mata
menjiplak kenyataan, melainkan sebuah proses kreatif untuk menghasilkan
kebaruan. Seniman dan sastrawan menghasilkan suatu bentuk baru dari
kenyataan indrawi yang diperolehnya. Dalam bukunya yang berjudul
Poetica (via Luxemberg 1989:17).

Pada cerpen Mencintai Boneka ini terdapat aspek-aspek sosial.


Aspek-aspek sosial yang ada pada cerpen ini adalah:

2.2.1 Kedekatan Antara Ibu dengan Anak


Pada cerpen ini kedekatan ibu dan anak. Kedekatan pada
cerpen ini dapat terlihat adanya komunikasi antara ibu dan anak
untuk menanggapi masalah yang dialami oleh anaknya. Sudah
seharusnya ibu membantu seorang anaknya apabila ia mengalami
kebinggungan dalam mengambil sikap pada pilihan kehidupannya.
Namun pada cerpen ini kedekatan sorang anak dan ibu bisa
berdampak baik dan buruk. Hal itu dikarenakan terdapat dua masalah
yang mengutarakan tentang kedekatan ibu dan anak tetapi yang
menghasilkan dampak yang berbeda. Pada kejadian tokoh utama
yang menceritakan tentang seorang yang ia cintai adalah seorang
pelacur namun ibunya menyetujuinya dengan memberinya nasehat
maka anak merasa senang karena mendapat dukungan dari orang
tuanya. Hal ini dapat terlihat dalam kutipan berikut:

“Ibu, bolehkah aku mencintai boneka?” (bagian 1)


“Tidak ada salahnya, anakku. Sepanjang cintamu tulus.”
(bagian 2)

7
Pada kejadian yang dialami oleh kawan dari tokoh utama ini
menimbulkan dampak negatif. Akibat cerita seorang anak kepada
orang tuanya yang membuat orang tua itu tidak setuju
mengakibatkan terjadinya pembunuhan. Hal ini terlihat pada kutipan
berikut:

“...seperti yang pernah ia dengar dari kawannya ketika


menyampaikan pertanyaan serupa. Ibunya tidak segera
menjawab, melainkan balik bertanya, sehingga akhirnya
terjadi perdebatan seru dan semakin lama semakin tidak
masuk akal. Dan, seperti yang diceritakan oleh kawannya,
akhirnya ia murka lalu dengan gegabah menanamkan sebilah
pisau ke perut ibunya.” (bagian 3)

2.2.2 Pandangan Terhadap Pelacur


Pada cerpen ini terdapat pandangan terhadap pelacur. Tidak
semua orang menggangap bahwa seorang pelacur tidak pantas
dicintai. Pada cerpen ini terdapat oposisi antara yang tidak
mempermasalahkan kehidupan pelacur dan yang mempersalahkan
kehidupan pelacur. Berikut kutipan orang tidak mempermasalahkan
kehidupan pelacur:

“Ibu, bolehkah aku mencintai boneka?” (bagian 1)


“Tidak ada salahnya, anakku. Sepanjang cintamu tulus.”
(bagian 2)

Berikut kutipan orang mempermasalahkan kehidupan pelacur:

“…seperti yang pernah ia dengar dari kawannya ketika


menyampaikan pertanyaan serupa. Ibunya tidak segera
menjawab, melainkan balik bertanya, sehingga akhirnya
terjadi perdebatan seru dan semakin lama semakin tidak
masuk akal. Dan, seperti yang diceritakan oleh kawannya,
akhirnya ia murka lalu dengan gegabah menanamkan sebilah
pisau ke perut ibunya.” (bagian 3)

8
2.2.3 Pembunuhan Terhadap Ibu Kandung
Pada cerpen ini terdapat pembunuhan terhadap ibu kandung
karena masalah yang sepele. Masalah yabg seharusnya dapat
dibicarakan secara baik-baik namun ditanggapi dengan
pembunuhan. Perdebatan tidak seharusnya diakhiri dengan hal
yang merugikan apalagi sampai harus menghilangkan nyawa
seseorang yakni ibu kandung sendiri. Hal ini terdapat pada kutipan
berikut:
“...seperti yang pernah ia dengar dari kawannya ketika
menyampaikan pertanyaan serupa. Ibunya tidak segera
menjawab, melainkan balik bertanya, sehingga akhirnya
terjadi perdebatan seru dan semakin lama semakin tidak
masuk akal. Dan, seperti yang diceritakan oleh kawannya,
akhirnya ia murka lalu dengan gegabah menanamkan sebilah
pisau ke perut ibunya.”

2.3 Aspek-Aspek Sosial dalam Kehidupan Nyata yang terdapat dalam


Cerpen “Mencintai Boneka”

Pada kehidupan nyata aspek-aspek sosial yang terdapat pada cerpen


Mencintai boneka ini benar-benar terjadi. Sesungguhnya karya sastra
merupakan representasi dari dunia nyata. Meski aspek-aspek sosial ini tidak
semua kita ketahui melalui pengalaman namun aspek-aspek sosial ini dapat
ketahui melalui wawancara terhadap narasumber dan ada pada berita.

2.3.1. Kedekatan Antara Anak dengan Ibu


Pada dunia nyata kedekatan antara anak dan ibu ini dapat
terjalin dengan baik dan kadang pula buruk. Dari hasil pengalaman
dari kelompok kami, salah satu kelompok kami merupakan orang
yang memilki kedekatan yang baik terhadap ibunya sebut saja A. Ia
selalu meminta pendapat ibunya ketika mendapat masalah yang sulit
yang tak sanggup ia selesaikan sendiri. Apalagi masalah tentang
hubungan antara lawan jenis. Ia pun selalu mendapat nasehat dari
orang tuanya. Terkadang hubungan itu tidak berjalan dengan baik
atau buruk. Hal itu temukan pada pengalaman salah satu seseorang

9
yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Dia lebih suka
menyimpan masalahnya sendiri tanpa cerita dengan ibunya.
2.3.2. Pandangan Terhadap Pelacur
Di kehidupan nyata terdapat seseorang yang mencintai
pelacur. Mencintai pelacur tidak ada salahnya asal cinta itu tulus. Hal
itu terbukti di dalam kehidupan nyata seseorang beristrikan mantan
pelacur. Mereka tidak malu beristrikan seorang pelacur. Ia
mengatakan bahwa pelacur hanya masa lalunya yang tidak akan ia
jalani kembali profesi itu. Namun ada juga seseorang mengatakan
bahwa pelacur tidak pantas untuk dicintai karena pelacur tidaka akan
bisa setia pada satu orang saja.
2.3.3. Pembunuhan Terhadap Ibu Kandung
Pada kehidupan nyata banyak sekali kita temukan kasus
dalam berita-berita di koran, televisi, majalah tentang pembunuhan
seorang anak terhadap ibu kandungnya sendiri. Pembunuhan
terhadap ibu kandunganya itu terkadang hanya dipicu masalah yang
sepele yang seharusnya dapat diselesaikan dengan cara baik-baik.
Hal itu dapat dibuktikan dalam kasus berikut:
Polisi Selidiki Kasus Anak Bunuh Ibu Kandungnya
BERITA - metropolis.infogue.com - Kepolisian
Resort Kota (Polresta) Surabaya Selatan hingga kini masih
menyelidiki kasus pembunuhan seorang ibu oleh anaknya di
kediamannya Jalan Lakarsantri, Kota Surabaya, Senin.
"Kami belum tahu secara pasti motif dari
pembunuhan tersebut. Kami masih menyelidiki kasus
tersebut," kata Kapolresta Surabaya Selatan AKBP Bahagia
Dachi saat dihubungi .Menurut dia, pihaknya masih
melakukan pemeriksaan terhadap pelaku pembunuhan Lailil
Markumah (36) di Polsek Lakarsantri, sedangkan jenazah
Marisimpen (81) masih dilakukan otopsi di rumah sakit
setempat.
Sumber: antaranewscom

Dari kutipan yang ada pada cerpen dan yang ada pada dunia
nyata diatas menunjukan bahwa terdapat kesamaan aspek-aspek
sosial. Yaitu tentang kedekatan antara anak dan ibu, pandangan

10
terhadap pelacur, dan pembunuhan seorang anak terhadap ibu
kandungnya.

Dari aspek-aspek sosial yang ada pada cerpen dapat temukan


bahwa aspek-aspek sosial yang ada tersebut merupakan representasi
dari dunia nyata. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan nyata
karena kehidupan nyata adalah bahan dasar dalam pembuatannya.

11
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cerpen merupakan karya sastra yang di dalamnya memuat aspek-


aspek sosial. Aspek-aspek sosial inilah yang digali untuk dapat
menerapakan teori mimesis pada cerpen Mencintai Boneka. Teori mimesis
itu berarti terdapat jiplakan dari dunia nyata namun tidak semata-mata
menjiplak karena setiap karya sastra terdapat kreativitas pengarang yang
menimbulkan karya itu menjadi fiktif.

Dunia di dalam karya sastra adalah sebuah dunia yang fiktif. Akan
tetapi, dunia fiktif ini bisa jadi mengandung nilai-nilai yang menjadi
alternatif dari nilai-nilai yang selama ini mendominasi di dunia nyata. Nilai-
nilai yang ditawarkan oleh karya sastra ini bisa jadi lebih baik atau bahkan
lebih buruk. Penilaian tersebut tentu tergantung pada masyarakat yang
mengkonsumsi karya sastra yang dimaksud. Penulis mungkin tidak
mempunyai hak untuk memaksa masyarakat menganut nilai-nilai dan
norma-norma sosial tertentu. Ia hanya bisa menuangkan isi pikiran dan
hatinya dalam tulisan. Namun, apa yang ditulis olehnya dapat menawarkan
sesuatu yang baru yang sedikit banyak dapat mempengaruhi masyarakat,
walaupun hanya dari segi emosional. Tidak bisa dipungkiri, itupun adalah
kekuatan dari karya sastra.

Dari aspek-aspek sosial yang ada pada cerpen dapat temukan bahwa
aspek-aspek sosial yang ada tersebut merupakan representasi dari dunia
nyata. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan nyata karena kehidupan
nyata adalah bahan dasar dalam pembuatannya. Karena pengarang dalam
menghasilkan karya sastra ia distimulasi dari kehidupan nyata yang
kemudian ituangkan dalam karya sastra baik itu novel, cerpen, puisi,
maupun drama.

12
DAFTAR PUSTAKA

Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta:


Gramedia.

Faruk. 1999. Penganar Sosiologi Sastra: dari Strukturalisme Genetik sampai Post-
Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Yogyakarta


University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Teew. A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya

13
LAMPIRAN
Mencintai Boneka
Karya Kurnia Effendi

Sinopsis

Mencintai Boneka merupakan cerpen yang mengisahkan tentang boneka.


Boneka yang dimaksudkan adalah seorang pelacur. Hal itu dikarenakan boneka
identik dengan sesuatu yang indah dan cantik yang hanya dibuat permainan saja.
Dalam cerpen ini tokoh laki-laki ( Daril ) menanyakan kepada ibunya bolehkah
mencintai boneka. Hal itu yang menjadi masalah Daril. Mengapa? Itu dikeranekan
pertanyaan Daril yang dilontarkan kepada ibunya itu sama dengan pertanyaan
yang dilontarkan teman Daril tetapi beda jawaban dari ibu Daril dengan ibu teman
Daril tersebut.

Jawaban itulah yang menjadi inti cerpen ini. Ibu Daril menjawab
pertanyaan Daril dengan memberikan respon positif atas pertanyaan Daril.
Sebaliknya, teman Daril yang pernah menanyakan pertanyaan yang sama kepada
ibu teman Daril dengan memberikan respon negatif yang berkelanjutan dengan
perdebatan panas antara teman Daril dan ibu teman Daril yang berujung kematian.
Teman Daril yang tidak setuju dengan jawaban ibunya itu telah membunuh
ibunya sendiri yang mengakibatkan teman Daril dipenjara.

Kisah teman Daril itu pernah diceritakan pada Daril. Darilpun masih
bingung kenapa ibu teman Daril bisa menjawab pertanyaan yang berbeda dengan
ibunya. Dengan tidak yakin bahwa ibunya bisa merespon positif atas pertanyaan
tentang mencintai boneka itu, Daril menanyakan lagi kepada ibunya tetapi dengan
baground disaat peristiwa teman Daril berdebat dengan ibu teman Daril yang
berujung pembunuhan yaitu membawa sebilah pisau untuk berjaga – jaga yang
dibawanya dan disembunyikan dibalik punggungnya. Dan yang terjadi adalah
jawaban ibunya Daril tetap sama. Yaitu “tidak ada yang salah cinta, sepanjang
cintamu tulus....”

14

Anda mungkin juga menyukai