PTK1 - 2titrasi Asidimetri
PTK1 - 2titrasi Asidimetri
V. LANDASAN TEORI :
Pada prinsipnya asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat
sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa,
ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau garamnya).
Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan pengukuran yang
seksama volume-volumenya suatu asam dan suatu basa yang tepat akan saling
menetra1kan. Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari
empat golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidi
alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena hidrolisis
garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri). Reaksi-reaksi
ini melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air (Bassett,
1994).
Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, di mana zat dibiarkan bereaksi
dengan zat yang lain yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam
bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung.
Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif
dan tidak ada reaksi samping (Khopkar, 1990).
Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitas mereka
terhadap proton yang berlainan. Makin kuat asam, makin lemah basa konjugatnya. Dari
kumpulan reaksi kimia yang dikenal relatif sedikit yang dapat digunakan sebagai dasar
untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi persyaratan berikut sebelum digunakan:
1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu. Tidak
boleh ada reaksi samping.
1
2. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan lengkap pada titik ekivalensi.
Dengan kata lain, tetapan keseimbangan reaksi harus sangat besar.
4. Reaksi berjalan cepat (dalam beberapa menit saja) (Day dan Underwood,
1999).
2. Bersifat stabil pada suhu kamar dan stabil pada suhu pemanasan (pengeringan)
disebabkan standar primer biasanya dipanaskan dahulu sebelum ditimbang.
4. Memiliki berat molekul yang tinggi (MR), hal ini untuk menghindari kesalahan
relative pada saat menimbang. Menimbang dengan berat yang besar akan lebih
mudah dan memiliki kesalahan yang kecil dibandingkan dengan menimbang
sejumlah kecil zat tertentu.
2
banyak dipakai di laboratorium industri disebabkan teknik ini cepat dan tidak
membutuhkan banyak reagen.
Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya
menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat.
Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada
kalanya sampai saat ini banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis
volumetri.
Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan
dimana titran bereaksi secara equivalen dengan analit, artinya semua titran habis
bereaksi dengan analit keadaan ini disebut sebagai titik equivalen. Mungkin kamu
bertanya apabila kita menggunakan dua buah larutan yang tidak bewarna seperti
H2SO4 dan NaOH dalam titrasi, bagaimana kita bisa menentukan titik equivalent?.
Titik equivalent dapat ditentukan dengan berbagai macam cara, cara yang umum
adalah dengan menggunakan indicator. Indikator akan berubah warna dengan adanya
penambahan sedikit mungkin titran, dengan cara ini maka kita dapat langsung
menghentikan proses titrasi.
3
1. Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam buret
2. Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau
erlenmeyer). Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran.
4. Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat tepat
dibawah ujung buret, dan tempatkan sehelai kertas putih atau tissu putih di
bawah wadah titrat
5. Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi sedikit)
sampai larutan di dalam gelas kimia menunjukkan perubahan warna dan
diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan titrasi.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri
antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih
dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi.Ketelitian dalam penentuan titik
akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa.Untuk
menggetahui kesempurnaan berlansungnya reaksi maka digunakan suatu zat yang
disebut indicator.
Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak jelas dalam
rentang pH yang sempit. Jenis indikator yang khas adalah asam organik yang lemah
yang mempunyai warna berbeda dari basa konjugatnya. Indikator yang baik
mempunyai intensitas warna yang sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes
larutan indikator encer yang harus ditambahkan ke dalam larutan yang sedang diuji.
Konsentrasi molekul indikator yang sangat rendah ini hampir tidak berpengaruh
terhadap pH larutan. Perubahan warna indikator mencerminkan pengaruh asam dan
basa lainnya yang terdapat dalam larutan (Oxtoby, 2001).
NATRIUM KARBONAT
Natrium karbonat (juga dikenal sebagai soda cuci dan soda abu), Na2CO3, adalah garam
natrium dari asam karbonat yang mudah larut dalam air. Natrium karbonat murni berwarna
putih, bubuk tanpa warna yang menyerap embun dari udara, punya rasa alkalin/pahit, dan
membentuk larutan alkali yang kuat.
Kegunaan
Pembuatan kaca adalah salah satu kegunaan penting dalam natrium karbonat. Dapat
menjadi fluks untuk silika, dengan menurunkan titik cair campuran ke sesuatu yang dapat
4
diterima tanpa material khusus. "Soda kaca" ini mudah larut dalam air, jadi kalsium
karbonat ditambah pada campuran yang belum mencair untuk menghasilkan kaca yang
diproduksi tidak mudah larut dalam air. Jenis kaca ini disebut kaca soda kapur, "soda"
untuk natrium karbonat dan "kapur" untuk kalsium karbonat. Biasa digunakan sebagai
tambahan untuk kolam renang untuk menetralkan efek korosi dari klorin dan menaikkan
pH. Dalam kimia, biasa digunakan sebagai elektrolit.
ASAM KLORIDA
Asam klorida merujuk pada larutan HCl dalam air, untuk senyawa HCl dalam keadaan
murni (gas), lihat Hidrogen klorida
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam kuat,
dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara
luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat
karena merupakan cairan yang sangat korosif.
Titrasi asam
Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat terdisosiasi
(terionisasi) melepaskan satu H+ (sebuah proton tunggal) hanya sekali. Dalam larutan asam
klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H3O+:[22][23]
Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida oleh karenanya dapat
digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adalah
asam kuat karena ia terdisosiasi penuh dalam air.
Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi asam, Ka, yang mengindikasikan tingkat
disosiasi zat tersebut dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl, nilai Ka cukup besar.
Beberapa usaha perhitungan teoretis telah dilakukan untuk menghitung nilai Ka HCl.[24]
Ketika garam klorida seperti NaCl ditambahkan ke dalam larutan HCl, ia tidak akan
mengubah pH larutan secara signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa Cl − adalah basa
konjugat yang sangat lemah dan HCl secara penuh berdisosiasi dalam larutan tersebut.
Untuk larutan asam klorida sedang hingga pekat, asumsi bahwa molaritas H + sama dengan
molaritas (satuan konsentrasi) HCl cukuplah baik, dengan ketepatan mencapai empat digit
angka bermakna.
Dari enam asam mineral kuat dalam kimia, asam klorida merupakan asam monoprotik
yang paling sulit mengalami reaksi redoks. Ia juga merupakan asam kuat yang paling tidak
berbahaya untuk ditangani dibandingkan dengan asam kuat lainnya. Walaupun asam, ia
mengandung ion klorida yang tidak reaktif dan tidak beracun. Asam klorida dalam
konsentrasi menengah cukup stabil untuk disimpan dan terus mempertahankan
5
konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, ditambah kenyataan bahwa asam ini tersedia
dalam bentuk pereaksi murni, asam klorida merupakan reagen pengasam yang sangat baik.
Asam klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan jumlah basa. Asam
yang lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh karena titik akhir yang jelas.
Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat digunakan sebagai standar primer dalam
analisis kuantitatif, walaupun konsentrasinya bergantung pada tekanan atmosfernya ketika
dibuat.
Asam klorida sering digunakan dalam analisis kimia untuk "mencerna" sampel-sampel
analisis. Asam klorida pekat melarutkan banyak jenis logam dan menghasilkan logam
klorida dan gas hidrogen. Ia juga bereaksi dengan senyawa dasar semacam kalsium
karbonat dan tembaga(II) oksida, menghasilkan klorida terlarut yang dapat dianalisis.
A. ALAT B. BAHAN
1. Neraca atau timbangan 1. Padatan Na2CO3
2. Buret 2. Larutan HCl
3. Bulb 3. Indikator Methyl Orange (MO)
4. Labu ukur 4. Sampel basa (KOH)
5. Pipet ukur
6. Erlenmeyer
7. Labu Semprot
8. Statif + klem buret
9. Corong
IX. PERHITUNGAN
Menentukan berat Na2CO3 :
g
G = L × N × BE = 0,5 L × 0,1 eq × 53 eq = 2,65 gram Na2CO3
L
Menentukan konsentrasi HCl :
V Na2CO3 . N Na2CO3 = V HCl . N HCl
1. V Na2CO3 . N Na2CO3 = V HCl . N HCl
10 mL . 0,1 N = 10,30 mL . N HCl
10 mL . 0,1 N
N HCl
10,30 mL
N HCl = 0,0971 N
N V Mr
1. G 100%
Val
18,60 mL
0,0973 meq mL 56 mg mmol
1000 L mL
G 100%
1 meq mmol
G = 10,13 %
N V Mr
2. G 100%
Val
18,60 mL
0,0973 meq mL 56 mg mmol
1000 L mL
G 100%
1 meq mmol
G = 10,13 %
N V Mr
3. G 100%
Val
18,65 mL
0,0973 meq mL 56 mg mmol
1000 L mL
G 100%
1 meq mmol
G = 10,16 %
8
Batang pengaduk, Gelas ukur 100 ml, Labu ukur 250 ml, Aquadest, Na 2CO3, KOH,
dan HCl.
Pada praktikum asidimetri ini, sampel yang akan ditentukan konsentrasi atau
kadarnya adalah senyawa basa kuat yaitu kalium hidroksida (KOH).
Larutan HCl yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa
panjang berskala) melalui corong terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar
pertumpahan larutan baku dapat lebih diminimalisir dan jumlah titran yang terpakai
dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan Na 2CO3 yang
dititrasi dimasukkan kedalam erlenmeyer dengan mengukur volumenya terlebih
dahulu dengan memakai pipet. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indicator
metil orange.
Pada praktikum kemarin kami menggunkan indicator metil orange yang akan
berubah warna menjadi jingga pada saat telah tercapainya titik ekivalen, namun
pada saat praktikum, perubahan warna yang terjadi adalah jingga agak kegelapan
karena titik ekivalennya telah terlampaui.
Pada saat melakukan titrasi natrium karbonat dengan asam klorida dilakukan
selama 3 kali, hal ini dilakukan agar kita dapat nilai rata-rata yang lebih tepat dan
lebih akurat.
XI. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka didapatkan konsentrasi HCl ialah 0,0973 N
dan kadar KOH dalam sampel sebesar 10,14 %.
XII. TUGAS
1. Sebutkan macam-macam indikator asam?
Methyl yellow : 2.9 – 4.0
Bromophenol blue : 3.0 – 4.6
Congo red : 3.0 – 5.0
Methyl orange : 3.1 – 4.4
9
Bromocresol green : 3.8 – 5.2
Methyl red : 4.4 – 6.2
10