RPL Kemandirian
RPL Kemandirian
Topik Kemandirian
Materi Kemandirian di Usia Dini
Bidang Bimbingan Bimbingan pribadi
Kompetensi Penerimaan diri dan Pengembangannya
Tujuan Siswa mampu belajar mandiri sejak usia dini
1. Siswa mampu mandiri secara emosional maupun psikis
Indikator
2. Siswa mampu mengambil keputusan sendiri
Jenis Layanan Bimbingan klasikal
Metode &Teknik Diskusi dan menulis
Fungsi Pelayanan Pengenalan dan Akomodasi
Alat dan media LCD, Papan tulis, spidol, kertas dan pulpen
Tempat & Waktu Ruangan kelas & 2x 40 menit
Sasaran Siswa kelas IX di SMP Negeri 4 Lembah Gumanti
Langkah-langkah A. Tahap Awal ( 15 menit)
kegiatan 1. Guru BK masuk kelas dan mengucapkan salam dan
menanyakan kabar siswa (2 menit)
2. Siswa dikondisikan agar siap untuk mengikuti bimbingan
yang akan dilakukan dengan mencek kehadiran (5 menit)
3. Siswa bersama guru BK mencoba menyamakan persepsi
tentang kegiatan yang akan dilakukan dan siswa
menyimak tujuan kegiatan bimbingan yang akan
dilakukan yang disampaikan guru BK (5 menit)
4. Siswa bersama guru BK berbagi tentang topik bimbingan
yang akan dilaksanakan (3 menit)
Mengetahui,
Kepala Sekolah Konselor/ Guru BK
Pada usia remaja terjadi pertumbuhan yang pesat, maka tampak remaja
secara fisik tubuhnya menjadi besar namun dalam perkembangan psikhisnya
masih bersifat kekanak-kanakan. Karenanya tidak jarang remaja menjadi
pemurung, mudah emosional dan tidak mau disebut sebagai anak lagi, tetapi juga
keberatan kalau disebut dewasa. Remaja dikatakan dewasa karena berkaitan
dengan perkembangan kemandirian dan rasa tanggung jawab.
1. Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi
kebaikan dirinya sendiri.
2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.
3. Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya.
4. Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
Robert Havighurt (1972), membedakan kemandirian atas empat bentuk, yaitu:
1. Ketergatungan disiplin pada kontrol luar bukan karena niat sendiri yang
ikhlas. Perilaku seperti itu mengarah pada tidak konsisten, perilaku
formalistik, keterpaksaan, sehingga menghambat etos kerja dan kehidupan
yang mapan.
2. Sikap tidak peduli terhadap lingkungan hidup, yang menunjukkan
kemandirian masyarakat yang masih rendah, karena manusia mandiri
adalah manusia yang tidak lepas dari lingkungannya.
3. Sikap hidup konformistis tanpa pemahaman dan konformistis dengan
mengorbankan prinsip, adanya faham segala sesuatu bisa diatur yang
berkembang dalam masyarakat. Hal tersebut menunjukkkan ketidakjujuran
dalam berfikir dan bertindak serta kemandirian yang masih rendah.