Anda di halaman 1dari 11

Tugas…

ALBUMIN

Nama: Buang Muhamad Misilu


Kelas: C Keperawatan
Nim: C01416007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
T.A 2016/2017
ALBUMIN (SERUM)
1. Pengertian
Dalam pengklasifikasian protein, albumin merupakan protein globular.Protein
ini umumnya berbentuk bulat atau elips dan terdiri atas rantai polipeptidayang
berlipat. Pada umumnya gugus R polar terletak disebelah luar
rantaipolipeptida, sedangkan gugus R yang hidrofob terletak disebelah dalam
molekulprotein. Protein globular pada umumnya mempunyai sifat dapat larut
dalam air,dalam larutan asam atau basa dan dalam etanol. Abumin adalah
protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasioleh panas. Larutan
albumin dalam air dapat diendapkan dngan penambahan amoniumsilfat
hingga jenuh.
Albumin memainkan peran penting dalam kesehatan dan penyakit. Albumin
merupakan penyumbang utama Oncotic Koloid Tekanan (COP), mengikat
molekul endogen dan eksogen, koagulasi menengahi, dan membantu untuk
mempertahankan permeabilitas mikrovaskular normal.Di bidang kesehatan,
tingkat sintetis dipengaruhi secara dominan oleh COP. Ketika COP menurun,
meningkatkan sintesis albumin. (Memang, koreksi hipoalbuminemia oleh
sintetik infus koloid secara signifikandapat menekan sintesis albumin)
Peradangan berkurang albumin. Sintesis sebanyak 90%. Sitokin inflamasi
shunt asam amino untuk meningkatkan sintesisakut protein fase penting
dalam proses inflamasi, dan jauh dari sintesis albumin. Tinggi ataupun
rendahnya kadar albumin dalam darah sangat mempengaruhi kesehatan kita,
oleh karena itu sangat dibutuhkan pemeriksaan albumin dalam darah untuk
mengetahui tingkaatr kesehatan kita yang dipengaruhi oleh kadar albumin
dalam darah.

2. Nilai Normal
Nilai normal albumin serum dalam darah adalah 3,4-5,4 g / dL.
Sedangkan kisaran normal albumin urin adalah sekitar 0 – 8 mg /
dl.
Dewasa ;3,8 - 5,1 gr/dl
Anak : 4,0 - 5,8 gr/dl
Bayi : 4,4 - 5,4 gr/dl
Bayi baru lahir : 2,9 - 5,4 gr/dl

3. Tujuan Prosedur
Tujuan Pemeriksaan Albumin untuk mengetahui kadar albumin
seseorang dalam gram/dl.

4. Prosedur Pemeriksaan
1. Metode Brom Cresol Green (BGC)
Perinsip pemeriksaan albumin dengan metode BGC yaitu Serum
ditambahkan pereaksi albumin akan berubah warna menjadi hijau,
kemudian diperiksa pada spektrofotometer. Intensitas warna hijau
ini menunjukkan kadar albumin pada serum.
Pada pemeriksaan albumin menggunakan metode ini diperlukan
alat yaitupipet mikro, yellow tip dan blue tip, tabung reaksi dan rak
tabung. Diperlukan pula bahan sebagai berikut : serum, pereaksi,
reagent 30 m mol/ l, citrat buffer ph 4,2 0,26 m mol/ l, bromocresol
green, standart 5 gr/dl
 Cara Kerja
· Membuat Serum
a) Sampling darah vena di pasien
b) Memasukkan darah pada tabung reaksi lalu disentrifuge
dengan 8 rpm selama 10 menit
c) Serumnya dipindahkan ke dalam tabung yang lain,
endapannya tidak terpakai.

 Membuat sediaan
a) Menyiapkan 3 tabung reaksi masing masing diisi
menggunakan mikropipet 10mikroliter serum, 10mikroliter
aquades dan 10mikroliter standar.
b) Kemuadian masing-masing tabung tadi diisi 1000 mikroliter
reagen BCG.

 Diinkubasi 3 tabung tersebut pada suhu 37 celsiun selama


lebih dari 10 menit kurang dari 60 menit.
 Menggunakan alat fotometer untuk pemeriksaan
 Nyalakan Fotometer, atur panjang gelombang 546
nanometer, faktor 005,0, program c/ST. Jika salah hasil akan
fatal.
 Memasukkan blanko ke dalam corong, lalu tekan zero jika
muncul angka lalu buang blanko pada corong, Kembali
masukkan standar dan tekan tombol standar jika keluar
angka maka standar dibuang. Angka yang muncul
diabaikan. Terakhir memasukkan sempel dan tekan result,
keluar angkanya catat sebagai hasil dan Buang sampel pada
corong. Matikan fotometer.

2. Metode Biuret
Prinsip penetapan kadar albumin dalam serum dengan metode
Biuret adalah pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna
ungu dari albumin yang bereaksi dengan pereaksi biuret dimana,
yang membentuk kompleks adalah protein dengan ion Cu 2+ yang
terdapat dalam pereaksi biuret dalam suasana basa. Semakin
tinggi intensitas cahaya yang diserap oleh alat maka semakin tinggi
pula kandungan protein yang terdapat di dalam serum tersebut.
Pemeriksaan albumin menggunakan metode ini dibutuhkan alat
yaituTabung reaksi, Rak tabung reaksi, Pipet tetes, Pipet
mikro,Sentrifugator, Spektrofotometer UV-Vis. Diperlukan pula
bahan yaituLarutan Natrium Sulfit
25%, Serum/plasma, Ether, Pereaksi Biuret, danAquadest.
Dalam pereaksi biuret terkandung 3 macam reagen yaitu reagen
yang pertama adalah CuSO4 dalam aquadest dimana reagen ini
berfungsi sebagai penyedia ion Cu2+ yang nantinya akan
membentuk kompleks dengan protein. Reagen yang kedua adalah
K-Na-Tartrat yang berfungsi untuk mencegah terjadinya reduksi
pada Cu2+ sehingga tidak mengendap. Reagen yang ketiga adalah
NaOH dimana fungsinya adalah membuat suasana basa. Suasana
basa akan membantu pembentukan Cu(OH)2yang nantinya akan
menjadi Cu2+ dan 2OH-.Penambahan natrium sulfit dan ether ini
adalah berguna untuk memisahkan antara albumin dengan protein
plasma lainnya seperti globulin, fibrinogen dan lain-lain.
Selanjutnya didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan cairan, lapisan
atas terdiri dari ether dan protein plasma lainnya. Sedangkan
bagian bawah mengandung albumin sehingga lapisan bagian atas
dibuang dan lapisan bagian bawah kemudian ditambahkan dengan
pereaksi biuret dan dikocok.
 Cara Kerja
a. Disiapkan tabung reaksi yang telah diisi 2 mL larutan
Natrium Sulfit25%.
b. Ke dalam tabung tersebut dipipetkan 0,2 mL
serum/plasma, 2 mL ether dan dicampur.
c. Tabung dipusingkan dengan sentrifugator
d. Selanjutnya ether dan larutan protein (larutan bagian atas
terdiri dari protein dan ether) dikeluarkan dengan
penghisap.
e. Tabung dimiringkan lalu cairan bagian atas diambil
dengan pipet mikro melalui dinding tabung.
f. Larutan yang tersisa adalah larutan yang mengandung
albumin (larutan ini yang kemudian akan dimasukkan ke
dalam tabung reaksi tes).
g. Disiapkan 3 tabung reaksi dan masing-masing diberi
label larutan test, larutan standar dan blanko kemudian
dimasukkan pereaksi biuret, larutan albumin, larutan
standar dan aquades.
h. Pada tabung test dimasukkan pereaksi biuret dan larutan
albumin masing-masing 1,0 ml. Pada tabung larutan
standar dimasukan pereaksi biuret dan larutan standar
masing-masing sebanyak 1,0 ml. Pada tabung blanko
dimasukkan pereaksi biuret dan aquadest masing-masing
sebanyak 1,0 ml.
i. Campuran tersebut ditangguhkan selama 14-30 menit,
lalu dibaca dalam spektrofotometer pada panjang
gelombang 540-546.
j. Rentang normal untuk kadar albumin dalam serum
adalah 0,5-1,2 gram/dL

3. Interpretasi Hasil
Nilai normal albumin dalam darah yaitu :
1. Orang dewasa / tua : 3,5 – 5,0 g / dl
2. Anak-anak : 4 - 5,9 g / dl
3. Bayi : 4.4 - 5.4 g/dl
4. Neonatus : 2.9 - 5.4 g/dl

Jika terjadi kelainan sebagai berikut :


Hipoalbuminemia
1. Orang dewasa / tua : < 3,5 – 5,0 g / dl
2. Anak-anak : < 4 - 5,9 g / dl
3. Bayi : < .4 - 5.4 g/dl
4. Neonatus : < 2.9 - 5.4 g/dl

Hiperalbuminemia
1. Orang dewasa / tua : > 3,5 – 5,0 g / dl
2. Anak-anak : > 4 - 5,9 g / dl
3. Bayi : > 4.4 - 5.4 g/dl
4. Neonatus : > 2.9 - 5.4 g/dl

5. Fungsi Albumin
1. Mempertahankan tekanan onkotik plasma agar tidak
terjadi asites.
2. Membantu metabolisme dan transportasi berbagai obat-
obatan dan senyawa endogen dalam tubuh terutama substansi
lipofilik.
3. Anti-inflamasi.
4. Membantu keseimbangan asam basa karena banyak
memiliki anoda bermuatan listrik.
5. Antioksidan dengan cara menghambat produksi radikal
bebas eksogen oleh leukosit polimorfonuklear.
6. Mempertahankan integritas mikrovaskuler sehingga dapat
mencegah masuknya kuman-kuman usus kedalam pembuluh
darah, agar tidak terjadi peritonitis bakterialis spontan.
7. Memiliki efek antikoagulan dalam kapasitas kecil melalui
banyak gugus bermuatan negatif yang dapat mengikat gugus
bermuatan positif pada antitrombin III (heparin like effect). Hal
ini terlihat pada korelasi negatif antara kadar albumin dan
kebutuhan heparin pada pasien heemodialis.
8. Inhibisi agregrasi trombosit.
Peranan albumin dalam darah adalah menjaga tekanan osmotik
dari cairan koloid plasma, sebagai alat pengangkut dan
memperbaiki kadar bilirubin, sebagai alat pengangkut asam
lemak dan bahan metabolit lain seperti hormon dan enzim.
Dengan demikian albumin sering kali dipakai pada penelitian
karena kemampuan mempertahankan tekanan osmotik, sebagai
plasma expander dan kemampuannya sebagai pengikat
berbagai bahan toksik, termasuk bilirubin serta logam berat,
serta kemampuan angkutnya dalam mengangkut asam lemak,
bahan metabolit, hormon serta enzim, sebagai antioksidan dan
buffer

6. Implikasi Keperawatan
IMPLIKASI KEPERAWATAN DAN RASIONAL

 Periksa ada tidaknya edema perifer dan asites saat kadar


albumin serum rendah. Kadar serum yang rendah dapat
menurunkan tekanan onkotik sehingga cairan berpindah dari
pembuluh darah menuju ruang jaringan, menyebabkan
edema.
 Kaji integritas kulit jika terdapat edema pitting atau anasarka.
lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit.
 Berikan makanan tinggi protein (mis., daging, keju, kacang -
kacangan).

PENYULUHAN KLIEN

 Ajarkan klien tentang pentingnya mempertahankan asupan


protein yang mencukupi dalam makanannya sesuai anjuran
pemberi perawatan. Protein harus dapat meningkatkan
kadar albumin serum dan mengurangi edema perifer, kecuali
klien menderita sirosis hati.
7. Masalah Klinis

Kekurangan
Bila jumlah albumin kurang maka akan terjadi penimbunan
cairan dalam jaringan (Eodema) misalnya bengkak di kedua
kaki. Atau bisa terjadi penimbunan cairan dalam rongga tubuh
misalnya di perut yang disebut ascites. Hal ini biasanya dialami
pada penderita penyakit hepatitis, diabetes melitus/kencing
manis, gagal ginjal, tumor, kanker, dan stroke.
Akibat kurangnya albumin menjadi penyebab tekanan osmotic
darah turun sehingga pengangkutan asam lemak, hormon,
enzim, dan obat terganggu. Inilah yang memperlambat proses
penyembuhan pada penderita.
Kelebihan
Salah satu dampak kelebihan albumin dalam tubuh yaitu,
Gagal Ginjal
Orang yang mengalami dehidrasi dapat memicu terjadinya
peningkatan albumin. cairan yang cukup di dalam tubuh bisa
menyeimbangkan kinerja dari semua organ di dalam tubuh.
Kondisi dehidrasi dapat menimbulkan banyak dampak salah
satunya akan membuat darah menjadi kental dengan demikian
albumin akan menjadi berlebihan. Pasokan air yang kurang di
dalam tubuh bisa mengakibtkan ginjal untuk bekerja keras serta
fungsinya dapat melemah. Apabila kondisi tubuh mengalami
dehidrasi sehingga dapat memicu terjadinya peningkatan
albumin di dalam darah serta dapat mengakibatkan kerusakan
ginjal.

 Gejala Klinis Hypoalbuminemia dan Hyperalbuminemia


1. Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia adalah Rendahnya kadar albumin
di dalam darah akibat abnormalitas. Oleh karena albumin
merupakan protein, maka hipoalbuminemia merupakan
salah satu bentuk hipoproteinemia. Jika protein plasma
khususnya albumin tidak dapat lagi menjaga tekanan
osmotic koloid akan terjadi ketidak seimbangan tekanan
hidrostatik yang akan menyebabkan terjadinya edema.

2. Hiperalbuminemia
Hiperalbuminemia adalah kedaan dimana tingginya
kadar albumin di dalam darah. Dehidrasi adalah salah
satu penyebab terjadinya hiperalbuminemia dapat dilihat
dengan gejala berkurangnya volume urin, urin berwarna
gelap, kelelahan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya,
iritabilitas, air mata tidak keluar saat menangis (pada
anak), sakit kepala, mulut kering, kulit yang kering akibat
turgor yang berkurang, pusing saat berdiri akibat
terjadinya hipotensi ortostatik, dan pada beberapa kasus
dapat menyebabkan insomnia.
Albumin

 PENURUNAN KADAR : sirosis hati, gagal ginjal akut,


luka bakar yang parah, malnutrisi berat, preeklampsia,
gangguan ginjal, malignansi tertentu, kolitis ulseratif,
enteropati kehilangan protein, malabsorbsi. Pengaruh
obat : penisilin, sulfonamid, aspirin, asam askorbat.
 PENINGKATAN KADAR : dehidrasi, muntah yang
parah, diare berat. Pengaruh obat : heparin.
8. Sumber Referensi
Murray, R. K. 2006. Plasma Protein & Immunoglobulins. In: Murray,
R.K. Granner, D.K., Rodwel, V. W. (eds). Harper’s Illustrated
Biochemistry. McGraw-Hill. New York.
Medicinus.
2008.http://publish_upload080711257643001215763044_FA_M
EDIC INUS. Diakses pada tanggal 23 Maret 2011 pada pukul
20.13 WIB.
Sacher,Ronald A. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan
laboratorium. Jakarta : EGC
Rusli. et all. 2011. http://terapi_albumin_type.pdf. Diakses pada
tanggal 28 Maret 2011 pada pukul 23.51 WIB.
http://sweetspearls.com/naturally-plus/naturally-pentingnya-
albumin-bagi-tubuh-kita/
http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/protein-serum.html
http://kamuskesehatan.com/arti/albumin/
http://peterpaper.blogspot.com/2010/04/albumin-bagi-manusia-
1.html
http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/05/konsep-
dasar-albumin.html
http://grosiralbumin.blogspot.com/2013/09/manfaat-albumin-
bagi-tubuh.html

Anda mungkin juga menyukai