Anda di halaman 1dari 2

Nama : Athif Zulfikar Adrain

Kelas : XII Mipa 3


Mapel : Bahasa Indonesia

A. Identitas Novel
Judul Novel : Egosentris
Penulis : Syahid Muhamad
Penerbit :Gradien Mediatama
Tahun Terbit :2018
Jumlah Halaman : 372
Nomor ISBN : 9786022081654

B. Rangkuman Singkat
Novel ini bercerita tentang tiga orang sahabat dengan karakter yang sangat berbeda.
Fatih, pria yang tumbuh besar di tengah kesulitan, sejak ia kecil ayahnya telah meninggal dan
ibunya yang berbisnis kosmetik bangkrut. Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan Fatih,
Ibunya memutuskan untuk berjualalan keripik sebagai biaya hidup dan sekolah Fatih dari
bangku sekolah dasar hingga kuliah.Kemudian Fana, anak perempuan semata wayang dari
orang tua yang berprofesi sebagai psikolog. Sejak lahir hingga ia cukup umur, Fana tidak
pernah mengambil keputusan sendiri, serta tidak pernah hidup mandiri dan bebas, hidupnya
masih saja dan harus di bawah kontrol orang tua, bahkan baju yang dikenakan Fana saat
keluar rumah haruslah sesuai dengan keinginan orang tuanya, jika tidak maka ia tidak boleh
keluar rumah. Lalu Saka, seorang pria yang populer tak hanya karena ketampanannya namun
juga keramahannya yang tentunya sering membuat banyak wanita berharap lebih padanya.
Walaupun begitu, semenjak ayahnya meninggal, Saka tidak akur dengan keluarganya. Ibunya
tinggal bersama adik-adiknya, kerap sekali ketika Saka pulang ia memarahi adik-adiknya
dengan alasan yang bermacam-macam. Ketiganya adalah mahasiswa psikologi yang belajar
di suatu universitas di Bandung.
Novel ini sangat menarik, karena mengangkat masalah-masalah yang banyak terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, yang dihadapi milenial sekarang, misalnya sosial
media, Fatih yang cenderung keras sering berdebat dengan Saka yang lembek tentang
masalah sosial media, yang kadang membuat persahabatan mereka menurun. Betapa sosial
media mempunyai pengaruh begitu besar di zaman sekarang karena banyak orang yang
menggunakannya, sehingga permasalahan dalam hidup manusia tidak hanya di dunia nyata
saja tapi juga sosial media.

Kedua, tentang persahabatan. Di sini saya melihat apa itu sahabat lewat Fatih, Fana, dan
Saka. Mereka terlampau sering bertengkar karena menyuarakan pikiran satu sama lain.
Namun pertengkaran tak membuat mereka jadi runtuh, justru semakin kuat karena mereka
akan memaafkan, bangkit lagi bersama, berbagi masalah dan mencari solusinya. Fatih yang
terlalu banyak pikiran, Saka yang terlalu santai, dan Fana yang harus pusing mengatasi kedua
sahabatnya.

Ketiga, tentang keluarga. Keluarga masing-masing punya problem yang tidak sama. Ibu
Fatih yang sudah janda, tak bisa lepas begitu mudah dari kosmetik. Saka juga telah
kehilangan ayahnya meskipun tak setragis kisah Fatih, membuatnya hobi adu mulut dengan
adik tertuanya, Sinar, karena tak becus merawat rumah selama dirinya tidak ada. Ibu Saka
lelah melerai mereka berdua. Fana dengan orang tuanya yang penuh tuntutan, membuat Fana
tak memiliki ruang untuk menyuarakan keinginannya. Dan lagi-lagi saya salut pada mereka
karena tetap bersama termasuk dalam mencari solusi.

C. Pandangan Penulis
Melalui novel ini, saya kira penulis ingin mengkritisi beberapa hal dalam kehidupan kita
sehari-hari, sadar maupun tak sadar sering kita lakukan. Seperti tentang orang orang yang
tidak bisa lepas dari handphone, tentang orang orang yang begitu mementingkan tanda hati
atau tanda jempol di sosial media, sehingga hidup dalam kurungan penilaian orang lain
terhadap mereka. Mereka selalu melakukan sesuatu agar disukai oleh orang lain, sehingga
kehilangan jati diri mereka, dengan pencitraan atau sejenisnya. Hal itu tanpa mereka sadari,
membuat diri mereka sebagai boneka yang dapat dimainkan oleh orang banyak. Itulah salah
satu pergeseran nilai nilai karakter akibat sosial media.
Hal-hal di atas disampaikan secara tersirat melalui percakapan serta perdebatan di antara
para Tokoh dalam novel.

D. Nilai Kehidupan
1.) Nilai Sosial
Melalui persahabatan antara tiga anak dengan banyak perbedaan, kita diajarkan untuk saling
mengerti dan memahami satu sama lain, seburuk apapun masalahnya kita harus tetap mencari
solusi dan menjaga komunikasi agar persahabatan itu dapat tetap terjaga. Saling memaafkan
adalah salah satu kunci sukses persahabatan, dan itu ditunjukkan lewat tokoh Fatih dan Saka.
2.) Nilai Moral
Kita dapat melihat nilai moral dalam novel ini melalui kepribadian dalam menyikapi
masalah, terutama sikap Fana. Satu-satunya wanita dalam lingkungan persahabatan mereka.
Fana sangat sabar dan bijak menyikapi pertengkaran antar dua sahabatnya, ia bersikap
dewasa dan selalu mencari cara agar persahabatan mereka tidak putus. Yang mungkin sifat
dewasa itu sudah mulai dibangun sejak kecil dengan didikan orang tuanya, yang walaupun
Fana sangat dikekang oleh aturan orang tuanya, namun ia sadar bahwa itu semua demi
kebaikannya di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai