Laporan Pendahuluan Syndrom Uremic
Laporan Pendahuluan Syndrom Uremic
Laporan Pendahuluan Syndrom Uremic
A. Definisi
Hemolytic uremic syndrome (HUS) adalah sekelompok gangguan heterogen dengan
gejala klinis yang beragam dan berat. Sindrom ini pertama kali dikenalkan oleh Gesser
dkk pada tahun 1955 dan merupakan penyebab gagal ginjal akut tersering pada anak.
Sindrom ini ditandai dengan tiga gejala klinis yaitu : anemia hemolitik mikroangiopati,
trombositopeni dan gagal ginjal akut. Pada fase akut merupakan penyakit yang serius
dan memerlukan penanganan yang intensif guna mencegah penderita terhindar dari
bahaya kematian atau kerusakan fungsi ginjal.
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Manusia memiliki sepasang ginjal. Dua ginjal terletak pada dinding posterior
abdomen, diluar rongga peritoneum. Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah
lekukan yang disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik,
suplai saraf , dan ureter yang membawa urine akhir dari ginjal ke kandung kemih,
tempat urine disimpan hingga dikeluarkan. Ginjal dilengkapi oleh kapsul fibrosa
yang keras untuk melindungi struktur dalamnya yang rapuh. Posisi ginjal kanan
sedikit lebih rendah dari posisi ginjal kiri karena ginjal kanan tertekan oleh organ
hati. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3, sebagian dari bagian
atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas.
Bentuk makroskopis ginjal pada orang
dewasa, bentuknya seperti kacang polong
dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar
12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1 inci),
lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1
inci), dan beratnya sekitar 125‐ 150 gram,
kira‐kira seukuran kepalan tangan.
Masing‐masing ginjal manusia terdiri dari
kurang lebih satu juta nefron, masing‐
masing mampu membentuk urine. Ginjal
tidak dapat membentuk nefron baru. Oleh
karena itu, pada trauma ginjal, penyakit
ginjal, atau proses penuaan yang normal
akan terjadi penurunan jumlah nefron
secara bertahap.
Dibawah ini terdapat gambar tentang
anatomi fisiologi ginjal
Bentuk makroskopis ginjal pada orang dewasa, bentuknya seperti kacang polong
dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1 inci),
lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar 125‐ 150
gram, kira‐kira seukuran kepalan tangan.
Masing‐masing ginjal manusia terdiri dari kurang lebih satu juta nefron, masing‐
masing mampu membentuk urine. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru. Oleh
karena itu, pada trauma ginjal, penyakit ginjal, atau proses penuaan yang normal
akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap. Setiap nefron terdiri dari
glomerulus dan tubulus.
Glomerulus terdiri dari sekumpulan kapiler glomerulus yang dilalui sejumlah besar
cairan yang difiltrasi dari darah. Glomerulus tersusun dari suatu jaringan kapiler
glomerulus yang bercabang dan beranastomosis, yang mempunyai tekanan
hidrostatik tinggi (kira‐kira 60 mmHg) bila dibandingkan dengan kapiler lainnya.
Kapiler glomerulus dilapisi oleh sel‐ sel epitel, dan keseluruhan glomerulus
dibungkus dalam kapsula bowman. Sedangkan tubulus merupakan tempat cairan
hasil filtrasi diubah menjadi urin dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal.
Meskipun setiap nefron mempunyai semua komponen seperti yang digambarkan
diatas, tetapi tetap terdapat beberapa perbedaan, bergantung pada seberapa dalam
letak nefron pada massa ginjal. Nefron yang memiliki glomerulus dan terletak di
korteks sisi luar disebut nefon kortikal; nefron tersebut mempunyai ansa henle
pendek yang hanya sedikit menembus ke dalam medula.
Kira‐kira20‐30% nefron mempunyai glomerulus yang terletak di korteks renal
sebelah dalam dekat medula, dan disebut nefron jukstamedular; nefron ini
mempunyai ansa henle yang panjang dan masuk sangat dalam ke medula.
2. Fisiologi
Pada manusia, ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi vital yang
berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh. Ginjal melakukan
fungsinya yang paling penting ini dengan cara menyaring plasma dan memisahkan
zat filtrat dengan kecepatan yang bervariasi, brgantung pada kebutuhan tubuh.
Kemudian zat‐ zat yang dibutuhkan oleh tubuh akan dikembalikan ke dalam darah
dan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh akan dikeluarka melalui urine.
Selain fungsi yang telah dijelaskan, ginjal juga mempunyai fungsi multiple yang
lainnya, diantaranya yaitu mengeksresikan produk sisa metabolik dan bahan kimia
asing, pengaturan keseimbangan air dan elektrolit, pengaturan osmolalitas cairan
tubuh dan konsentrasi elektrolit, pengaturan tekanan arteri, pengaturan
keseimbangan asam‐basa, sekresi, metabolisme, dan eksresi hormon serta untuk
proses glukoneogenesis.
Proses pembentukan urine juga dilakukan oleh nefron yang merupakan bagian dari
ginjal. Proses pembentukan urine terjadi melalui tiga tahapan yaitu filtrasi di
glomerulus, reabsorpsi di tubulus dan eksresi di tubulus.
Dibawah ini adalah gambar sebuah nefron yang memperlihatkan struktur
glomerulus dan tubulus serta perannya dalam pembentukan urine
Pada saat cairan, darah, serta zat‐zat masuk ke dalam ginjal, semua bahan‐bahan itu
akan difiltrasi di dalam glomerulus dan selanjutnya akan mengalir ke dalam kapsula
bowman dan masuk ke tubulus proksimal yang terletak di dalam korteks ginjal.
Dari tubulus proksimal, cairan akan mengalir ke ansa henle yang masuk ke dalam
medula renal, cairan masuk ke makula densa dan kemudian ke tubulus distal, dari
tubulus distal cairan masuk ke tubulus renalis arkuatus dan tubulus koligentes kortikal
dan masuk ke duktus yang lebih besar yaitu duktus koligentes medula.
Duktus koligentes bergabung membentuk duktus yang lebih besar yang mengalir
menuju pelvis renal melalui papila renal. Dari pelvis renal, urine akan terdorong ke
kandung kemih melalui saluran ureter dan dikeluarkan melalui uretra. Dibawah ini
adalah gambaran tentang proses pembentukan urine.
C. Pathway
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Sindrom ini terjadi secara predominan terjadi pada bayi-bayi yang sehat dan didahului
oleh diare berdarah yang disebabkan oleh berbagai serotipe Escherichia coli atau
Shigella dysenteriae serotype I. Organisme-organisme tersebut menyediakan kapasitas
untuk menghasilkan bentuk yang serupa dengan exotoxin, prototipe dari toxin Shiga
yang dihasilkan oleh S. dysenteriae dan disandikan pada DNA tersebut. Shigalike
toxins 1 (SLT-1) dan 2 (SLT-2) berhubungan erat dengan exotoxin yang disandikan
pada DNA dari bakteriofag pada beberapa serotipe E.coli, yang paling banyak yaitu
serotipe 0157:H7. SLT-1 bereaksi dengan toksin Shiga secara antigen dan dibedakan
dengan satu asam amino pada subunit A. SLT-2 secara antigen tidak bereaksi dengan
SLT- 1 dan toksin Shiga, dan memperlihatkan sedikit homologi struktur dengan toksin
terakhir. Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) dapat menghasilkan SLT-1, SLT-2, atau
keduanya. EHEC terdapat pada sapi dan biasanya ditularkan melalui daging mentah,
susu yang tidak terpasteurisasi, atau makanan dan air yang terkontaminasi kotoran sapi.
E. Manifestasi Klinis
1. Masa prodromal diare
• Antara 4 – 15 hari
• Dengan atau tanpa darah
• Dapat disertai nyeri perut
2. Anemia
• Muncul setelah fase prodromal diare mulai hilang
• Berhubungan dengan penurunan hematokrit dan trombosit
3. Insufisiensi renal
• Oligouria dapat muncul selama 4 – 12 hari
• Sering terjadi edema, hipertensi dan edema pulmo bila balans cairan tidak
dilakukan
4. Pemulihan
• Peningkatan angka trombosit
• Peningkatan urin output
• Peningkatan hematokrit