Anda di halaman 1dari 14

BAB I

Metode Penelitian dan Pencarian Kebenaran

A. Keberadaan Metode Penelitian dalam Kurikulum Fakultas Hukum

Pada bagian ini dalam buku Peter Mahmud menyatakan bahwa terdapat
perbedaan pandangan terhadap metode penelitian hukum.Penelitian hukum yang
biasa dijalankan dengan metode sociolegal research adalah baik untuk kepentingan
akademis namun penelitian tersebut bukanlah merupakan jenis penelitian hukum.

Kesalahan fatal tentang pengajaran tentang sociolegal research dikarenakan


para ahli ilmu social mempelajari ilmu hukum dengan prespektif mereka sendiri
sehingga akibat dari tulisan tentang law and society di polakan menjadi ilmu social.

Objek ilmu hukum adalah hukum. Hukum merupakan satu norma social yang
didalamnya sarat akan nilai. Oleh karena itulah ilmu hukum tidak dapat digolongkan
ke dalam ilmu social, karena ilmu social hanya berkaitan dengan kebenaran empiris.

B. Fungsi Penelitian

Fungsi penelitian adalah untuk mendapatkan kebenaran.Dalam epistemology


terdapat 3 teori tentang kebenaran, yaitu :

1. Teori kebenaran korespondensi berbasis fakta atau realitas;


2. Teori kebenaran koherensi berpangkal pada apa yang dipercaya dalam
pikiran, dan;
3. Teori kebenaran pragmatis bersandar pada consensus.

Para pemikir modern yang menganut pandangan empirisme berpendapat bahwa


kebenaran adalah suatu yang diperoleh berdasarkan pengalaman.Oleh karena itu
teori kebenaran korespondensi cocok untuk ilmu empiris.Ilmu empiris mengandalkan
observasi dan eksperimen dalam membuktikan kebenaran.Observasi dan eksperimen
merupakan cara untuk membuktikan hipotesis. Bukti yang didapatkan melalui
observasi dan eksperimen itulah yang disebut empiris, yaitu bukti yang dapat di
indra. Ilmu empiris terwujud dalam ilmu alamiah dan ilmu social.

Fungsi penelitian menurut teori kebenaran pragmatis adalah menemukan


sesuatu yang efektif dan bermanfaat dalam menuangkan gagasan.Sama halnya
dengan teori kebenaran korespondensi yaitu masalah – masalah nilai atau sesuatu
yang tidak memberikan manfaat secara lahiriah tidaklah menjadi kajian dari teori
kebenaran ini.

1
C. Ilmu Sosial dan Ilmu Hukum

terdapat 2 pendekatan dalam melakukan penelitian hukum, diantaranya :

1. Jurisprudence, seperti dalam Negara yang menganut system anglo saxon /


common law yaitu mencari kebenaran pada Undang – Undang atau
ketentuan nyata yang tertulis.
2. Sociology of Law, seperti Negara yang menganut system civil law yaitu
dengan cara melihat kenyataan hukum dalam masyarakat.

Dalam penelitian langkah awal yang dilakukan adalah observasi bukan diawali
dengan hipotesis.Semakin banyak data terkumpul semakin banyak gejala.Niat para
ilmuwan adalah menjelaskan gejala – gejala alamiah secara ilmiah.Kegiatan
semacam ini dimulai dengan menyusun hipotesis dan bukan dengan melakukan
terhadap gejala – gejala yang ada.Hipotesis disini berarti suatu praduga yang
bersifat tentaif yang dibuat untuk menarik kesimpulan dan menguji sesuatu yang
bersifat empiris.

Menyusun hipotesis merupakan pemikiran deduktif logis.Konstruksi pemikiran


harus diverifikasi melalui data empiris.Verifikasi empiris inilah yang merupakan batas
demarkasi antara ilmiah dan non ilmiah.Konstruksi pemikiran yang tidak dapat
diverifikasi secara empiris maka dianggap tidak ilmiah.Oleh karena itu terdapat
pandangan bahwa ilmu hanya merujuk pada ilmu ilmiah.

Perbedaan antara ilmu hukum dengan ilmu social lainnya adalah bahwa ilmu
hukum bukan termasuk dalam ilmu perilaku, ilmu hukum tidak bersifat deskriptif,
tetapi preskriptif. Objek ilmu hukum adalah kohersi antara norma hukum dan prinsip
hukum, antara aturan hukum dan norma hukum, serta koherensi antara tingkah laku
dengan perilaku atau individu dengan norma hukum.

D. Normatif dan Postivistis

Disiplin preskiptif adalah system ajaran yang menentukan apa yang


seharusnya dilakukan (normative). Sedangkan disiplin analistis adalah system
ajaran yang menganalisa, memahami, dan menjelaskan gejala –gejala.

Prespektive berdasarkan doktrin, berdasarkan ketentuan yang sudah


dikodifikasi atau sudah diatur secara sistematis, penelitian doktriner butuh bahan –
bahan hukum bukan dengan data.Sedangkan penelitian non doktriner lebih
mengarah kepada kepada sociology – empiris.

Oleh karena itu jika membicarakan mengenai penelitian hukum sudah


dipastikan bersifat normative.Dengan pernyataan tersebut maka penelitian yang
bersifat normative pendekatan dan bahan – bahan yang dipergunakan oleh peneliti
harus dikemukan.

2
BAB II
Karakteristik Penelitian Hukum

A. Esensi Penelitian Hukum

Pada saat ingin menerapkan hukum pada situasi tertentu maka seorang
peneliti harus memiliki keahlian khusus dalam analisa hukum. Doktrin stare decisis
merupakan cara yang dilakukan oleh penasehat hukum untuk melihat putusan –
putusan hakim terdahulu. Dasar keahlian tersebut seharusnya didapatkan pada
masa perkuliahan, dengan kata lain penelitian hukum harus menjadi bagian dalam
fakultas ilmu hukum menurut Cohen.

Seperti di bab sebelumnya bahwa ilmu hukum bukan merupakan ilmu yang
bersifat deskriptif melainkan preskriptif yang hanya membutuhkan bahan maka
penelitian yang bersifat deskriptif bukan merupakan prosedur penelitian hukum.
Oleh karena itu penggunaan statistic baik yang parametik maupun non parametik
dalam penelitian hukum tidak memiliki relevansi. Grounded research didalam
penelitian hukum tidak relevan digunakan karena metode tersebut adalah metode
ilmu social. Jadi langkah – langkah dan prosedur yang terdapat di dalam penelitian
social tidak berlaku bagi penelitian hukum.

Namun jika dalam penelitian kepada masyarakat hukum adat, penelitian


dengan interview pun termasuk dalam penelitian hukum dengan alasan aturan
hukum yang tidak tertulis, namun hal tersebut masuk dalam penelitian doktriner
atau normative.

B. Aspek Praktis dan Akademis Keilmuan Hukum dalam Penelitian Hukum

Hukum sebagai ilmu terapan, maka ilmu hukum dapat dipelajari untuk praktik
hukum. Praktik hukum tidak selalu berupa litigasi atau hal – hal yang berkaitan
dengan konflik, namun hukum juga dapat di lihat dari sisi pembuatan kontrak
(perjanjian kerja sama), legal opinion, audit hukum, naskah akademis.

Opini hukum yang di buat oleh peniliti adalah suatu bentuk preskripsi, begitu
juga tuntutan jaksa, petitum, dan eksepsi adalah bentuk preskripsi.untuk dapat
memberikan preskripsi itulah guna keperluan praktik hukum dibutuhkan penelitian
hukum.

C. Penggunaan Logika dalam Penelitian Hukum

Penelitian hukum yang dilakukan peneliti berguna untuk memecahkan isu


hukum yang timbul, oleh karena itu penelitian hukum merupakan suatu penelitian di
dalam kerangka know – how di dalam hukum. Penelitian hukum yang berobjek pada
hukum, maka penelitian hukum hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki

3
latar belakang pendidikan dibidang hukum. Penelitian hukum dilakukan untuk
mencari preskripsi apa yang seyogianya atas isu yang diajukan.

Metode yang lazim digunakan di dalam penalaran hukum adalah metode


deduksi.Menurut Aristoteles penggunaan metode deduksi berpangkal dari pengajuan
premis mayor kemudian diajukan premis minor.Dari kedua premis tersebut maka
dapat ditarik suatu kesimpulan atau conclusion.Namun pendapat M. Hadjon
menyatakan bahwa di dalam argumentasi hukum, silogisme hukum tidak
sesederhana silogisme tradisional.

Hadjon dalam pemaparannya bahwa di dalam logika silogistik untuk


penalaran hukum yang merupakan premis mayor adalah aturan hukum, sedangkan
premis minornya adalah aturan hukum.Dari kedua fakta tersebut kemudian dapat
ditarik suatu konsklusi.Contoh :

Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain bersalah


karena pembunuhan selama – lamanya lima belas tahun penjara (pasal 338 KUHP).
Pernyataan selanjutnya X telah terbukti secara sengaja menghilangkan nyawa Y.
oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa X bersalah melakukan pembunuhan.

4
BAB III

Isu Hukum

A. Mengidentifikasi Isu Hukum

Untuk dapat menentukan isu hukum, perlu pemahaman yang mendalam


mengenai ilmu hukum.Tidak mungkin seseorang yang bukan ahli hukum dapat
mengangkat isu hukum.Sebagaimana bahwa ilmu hukum memiliki 3 lapisan yaitu
domatik hukum, teori hukum, dan filsafat hukum.Dalam penelitian hukum tataran
dogmatic hukum sesuatu menjadi isu hukum apabila di dalam masalah itu
tersangkut ketentuan hukum yang relevan atau berkaitan dengan fakta yang
dihadapi.

Penelitian dalam tataran teori hukum harus mengandung konsep


hukum.Untuk penelitian dalam tataran filosofis isu hukum harus menyangkut asas –
asas hukum.Akan tetapi sebelum melakukan penelitian hukum seseorang peneliti
harus melakukan identifikasi apakah isu yang dihadapkan adalah isu hukum atau
bukan.

Kesulitan mengidentifikasi suatu isu hukum biasanya disebabkan oleh


permasalahan yang cukup berat yang mengecoh seorang peneliti baik itu lawyer
sekalipun.Contoh dalam permasalahan seorang lelaki dimintakan pertanggung
jawaban oleh pacarnya karena telah menghamilinya, dilihat dalam ringkasan
permasalahan tersebut bahwa isu tersebut bukan merupakan isu hukum melainkan
isu moralitas.

Contoh yang dapat dijadikan contoh isu hukum disini jika terdapat fakta
bahwa X melakukan pembunuhan kepada Y di sertai penipuan, dalam kejadi ini
dikarenakan memenuhi unsur pasal 338 dan 378 KUHP maka kejadi tersebut dapat
dikategorikan menjadi isu hukum dan penelitian dapat dijalankan.

B. Isu Hukum dalam Dokmatik Hukum

Isu hukum dalam lingkup dokmatik hukum timbul apabila : (1) para pihak
yang berpekara atau yang terlibat dalam mengemukakan penafsiran yang berbeda
atau bahkan saling bertentangan terhadap teks peraturan karena ketidakjelasan
peraturan itu sendiri; (2) terjadi kekosongan hukum; (3) terdapat perbedaan
penafsiran.Isu hukum dalam ruang lingkup dogmatic hukum lebih memberatkan
kepada aspek praktis ilmu hukum.

Konsep hukum dapat dirumuskan sebagai suatu gagasan yang dapat


direalisasikan dalam kerangka berjalannya aktivitas hidup bermasyarakat secara
tertib, misalnya badan hukum, kepailitan, dan kadaluwarsa.Sedangkan penelitian
hukum yang berkaitan dengan isu mengenai asas hukum.

5
C. Isu Hukum dalam Teori Hukum

Untuk menggali makna lebih dari aturan hukum, ruang lingkup dogmatic
hukum dalam penelitian tidak cukup, tetapi perlu ikutsertakan teori hukum apabila
penelitian dalam ruang lingkup dogmatic hukum, untuk penelitian pada tataran teori
hukum isu hukum harus berisi konsep hukum.

Penelitian hukum dalam tataran teori digunakan untuk pengembangan suatu


bidang kajian hukum tertentu.Isu hukum yang di telaah oleh konsep – konsep
hukum berfungsi untuk menggali teori – teori yang ada di dalam suatu
ketentuan.Beberapa contoh dari konsep hukum diantaranya kadaluwarsa, badan
hukum, kekuasaan, transaksi social, kepailitan.

D. Isu Hukum dalam Filsafat Hukum

Isu hukum dalam tataran filsafat hukum, untuk memahami isu hukum yang
berkaitan dengan asas hukum perlu diawali dengan pengertian asas hukum.J.H.P
Bellefroid menyatakan bahwa peraturan – peraturan hukum yang berlaku umum
dapat di uji oleh aturan – aturan pokok.Aturan pokok inilah yang disebut asas
hukum. Asas hukum menurut Bellefroid diantaranya :

- Seorang anak harus menghormati orang tua.


- Tiada pemidanaan tanpa kesalahan.
- Tiada suatu perbuatan yang dapat dihukum tanpa adanya peraturan
perundangan yang ada sebelumnya (legalits)
- Setiap orang dianggap mengerti hukum.
- Tiada seorang pun wajin mempertahankan haknya bertentangan dengan
kehendaknya.

Peneliti perlu menelaah filsafat yang berkembang dari masa ke masa,


misalnya melihat suatu kasus yang di putus oleh hakim, maka peneliti dapat
melakukan penelitian secara bebas dengan memposisikan diri sebagai hakim
yang memiliki kewenangan diskresi, dan juga menempatkan filsafat sebagai
variable yang bebas.

E. Hubungan Dua Proposisi

Isu hukum timbul karena adanya dua proposisi hukum yang memiliki
keterkaitan, keterkaitan tersebut mempunyai hubungan fungsionalitas, kausalitas,
maupun saling menegaskan.Identifikasi hubungan ini diperlukan kerangka untuk
melakukan penelitian. Isu hukum timbul karena hubungan yang bersifat kausalitas
memuat proposisi yang satu dipikirkan sebagai penyebab lain.

6
F. Penelitian Sosiolegal Bukan Penelitian Hukum

Penelitian social tentang hukum yang selama ini dilakukan oleh peneliti sering
sekali dianggap sebagai penelitian hukum, hal tersebut merupakan salah
pengertian.Objek penelitian hukum adalah hukum, bukan masyarak dengan
dinamikanya.Topic yang biasanya dijadikan oleh penelitian sociolegal adalah
masalah penerapan hukum dalam masyarakat, kepatuhan terhadap hukum,
pengaruh kehidupan social masyarakat jika dilekatkan dengan aturan hukum baru,
dsb.

Hasil dari penelitian ini ingin mencapai pertanyaan tertentu, misalnya apakah
suatu ketentuan baru bisa menghapus praktek nakal outsourcing dalam suatu bisnis.
Dan dari penelitian itu di mulai dengan adanya hipotesa bahwa Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2013 telah berhasil dalam
meredam perkembangan praktek nakal perusahaan outsourcing dengan
mengutamakan hak – hak tenaga kerja.

Kajian untuk melakukan penelitian sosiologis diantaranya terkait penegakan


hukum (subjek), ketaatan hukum, kepatuhan hukum, dan perkembangan hukum
dalam masyarakat.Dalam penelitian social mengenal istilah hipotesis, variable bebas,
variable terikat, data, sample, analisa kuantitatif maupun kualitatif.

Penelitian hukum yang berguna untuk memecahkan isu hukum memberikan


kehendak preskripsi mengenai apa yang seharusnya. Jika penelitian sosiolegal ingin
di jadi kan penelitian hukum maka topic harus dirubah misalnya apakah Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2013 tidak bertentangan
dengan UU Nomor 13 tahun 2003.

Untuk menjawab isu hukum tidak diperlukan data, namun diperlukan bahan –
bahan hukum yang dapat di jadikan alat sebagai pisau analisa peneliti.Oleh karena
itu penelitian social sangat berbeda dengan penelitian hukum.

7
BAB IV

Pendekatan dalam Penelitian Hukum

A. Macam – macam Pendekatan

Terdapat beberapa metode pendekatan dalam penelitian hukum yaitu


pendekatan undang – undang, pendekatan kasus, pendekatan historis, pendekatan
komparatif, dan pendekatan konseptual yang akan dibahas.

B. Pendekatan Perundang – undangan

Pendekatan ini dilakukan dengan cara melihat segala undang – undang dan
regulasi terkait isu hukum yang sedang diteliti. Pendekatan ini peneliti dapat melihat
konsistensi antara regulasi satu dengan yang lainnya.Metode pendeketan Perundang
– undangan peneliti dapat melihat dasar filosofi atau dasar pemikiran mengapa
peraturan tersebut di keluarkan.

C. Pendekatan Kasus

Dalam pendekatan ini yang perlu dipahami oleh peneliti adalah ratio decidendi,
yaitu alasan – alasan hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai kepada
putusannya.Ratio decidendi atau reasoning merupakan referensi bagi penyusunan
argumentasi dalam pemecahan isu hukum.

D. Pendekatan Historis

Pendekatan historis dilakukan dengan menelaah latar belakang apa yang


dipelajari dan perkembangan isu hukum yang dihadapi. Penelitian ini dalam rangka
pelacakan sejarah lembaga hukum dari waktu ke waktu. Disisi lain peneliti juga
harus bisa mencari dasar filosofi dinamika hukum dari waktu ke waktu. Sebagai
contoh penelitian terhadap UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen.

E. Pendekatan Perbandingan

Pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan suatu peraturan yang sama di


antara Negara satu dengan Negara lainnya, dan juga putusan untuk kasus yang
sama di antara Negara satu dengan Negara lainnya. Kegunaan dari pendekatan ini
adalah untuk melihat perbedaan dan persamaan di antara undang – undang
maupun putusan tersebut.

F. Pendekatan Konseptual

Pendekatan ini peneliti mengkaji pandangan – pandangan dan doktrin – doktrin


yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan –
pandangan dan doktri – doktrin di dalam ilmu hukum seorang peneliti akan
menemukan ide – ide yang melahirkan pengertian – pengertian hukum, konsep –

8
konsep hukum, dan asas – asas hukum yang relevan dengan isu hukum yang
dihadapi. Pandangan akan doktrin tersebut dapat digunakan sebagai dasar bagi
peneliti dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu
hukum yang dihadapi.

9
BAB V

Sumber – sumber Penelitian Hukum

A. Bahan Hukum Primer dan Sekunder

Seperti pada bahasan sebelumnya bahwa suatu penelitian hukum tidak


membutuhkan data tetapi membutuhkan bahan – bahan hukum, bahan hukum
tersebut terdari dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.Yang
dimaksud bahan hukum promer adalah perundangan, putusan eksekutif.Sedangkan
bahan hukum sekunder berasal dari buku – buku hukum yang relevan dengan isu
hukum yang hendak diteliti.

B. Bahan – bahan non hukum

Seorang peneliti harus dapat mengidentifikasi fakta secara akurat dalam


menghadapi isu hukum yang dihadapi. Sebagai suatu contoh jika terdapat suatu
kasus jembatan rubuh karena dilewati kendaraan bus yang melintas lalu pihak
pemerintah kabupaten menggugat kontraktor yang membangun jembatan tersebut,
pada saat meneliti kejadi tersebut bahan – bahan hukum dipastikan tidak bisa untuk
merumuskan permasalah tersebut, maka diperlukanlah bahan – bahan lainnya
seperti buku tentang teknis pembangunan jembatan atau memanggil seorang yang
ahli dibidangnya. Oleh karena itu bergantung dengan isu hukum yang dihadapi
seorang peneliti diharapkan fleksibel dalam menggunakan bahan hukum yang
relevan walapun bahan non – hukum untuk menghadapi isu hukum sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi.

C. Wawancara, Dialog, Kesaksian Ahli Hukum di Pengadilan, Seminar,


Ceramah, Kuliah

Wawancara dengan pejabat atau ahli hukum bukan merupakan bahan hukum
kecuali sesorang yang di wawancarai tersebut memberikan pendapatnya secara
tertulis.Untuk wawancara kepada masyarakat hukum adat walaupun dilakukan
secara interview dengan masyarakat hukum adat secara langsung maka termasuk
dalam bahan hukum sekunder karena hukum yang terdapat dalam masyarakat
hukum adat merupakan hukum kebiasaan yang tidak tertulis.

D. Penelitian dalam Bidang Hukum Internasional

Dalam penelitian dalam hukum internasional, seorang peneliti harus memahami


konvensi – konvensi yang mengikat antara Negara satu dengan Negara lainnya.
Suatu anggota konvensi memiliki suatu kesepakatan atau pemahaman yang sama
dalam hukum untuk menyelesaikan suatu konflik seperti perdagangan, perang. Jika
terdapat permasalahan diantara Negara peserta konvensi maka penyelesaian
sengketa tersebut di selesaikan pada Mahkamah Internasional.Jika peneliti memiliki

10
perbedaan pendapat antara putusan Mahkamah internasional dengan pandangan
diri sebagai ahli hukum, maka peneliti dapat menuangkan hal tersebut dalam suatu
rekomendasi.

11
BAB VI

Langkah – langkah Penelitian Hukum

Dalam melakukan penelitian hukum maka dilakukan langkah – langkah sebagai


berikut :

A. Mengidentifikasi Fakta Hukum, Mengeliminasi Hal – hal yang Tidak


Relevan, dan Menetapkan Isu Hukum

1. Penelitian untuk Keperluan Praktik Hukum

Penelitian hukum untuk kegiatan praktik hukum akan menimbulkan argumentasi


hukum. Argumentasi oleh ahli hukum menghasilkan legal memorandum (LM) yang
dibuat untuk sesame ahli hukum dan sarat dengan bahasa hukum.Jika untuk klien
maka dikeluarkan legal opinion (LO) yang berguna untuk diberikan kepada klien agar
mudah dimengerti.Untuk mendapatkan fakta hukum, dengan metode persuasive
maka peneliti harus melakukan perbincangan dengan klien terkait kasus yang
dihadapi untuk memisahkan antara isu hukum dan bukan isu hukum.

2. Penelitian untuk Keperluan Akademis

Penelitian ini seorang peneliti dapat bergerak dinamis dan netral dalam
melakukan penelitian karena tidak melekat pada factor kepentingan seperti contoh
seorang pengacara, jaksa yang melakukan penelitian dengan didasari ambisi untuk
memenangkan kasusnya.

B. Pengumpulan Bahan – bahan Hukum

Pada saat isu hukum telah ditemukan maka peneliti mencari bahan – bahan
hukum yang relevan dengan kasus yang dihadapi. Jika peneliti menyatakan untuk
melakukan penelitian dengan pendekatan undang – undang maka peneliti
mempersiapkan undang – undang seperti Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Perburuhan jika ingin meneliti tentang perburuhan.

Jika peneliti ingin melakukan penelitian dengan pendekatan kasus, maka bahan
hukum yang diperlukan adalag putusan – putusan pengadilan.Apabila peneliti
melakukan pendekatan historis maka peneliti mencari bahan – bahan hukum seperti
undang – undang dari masa awal sampai dengan masa saat ini yang masih berlaku.

Hal yang perlu diperhatian jika melakukan pendekatan konseptual dikarena


dalam Negara seorang peneliti terdapat suatu kekosongan hukum, maka peneliti
dapat mencari suatu ketentuan yang berasal dari Negara lain yang dapat dijadikan
bahan acuan dalam penelitian.

12
C. Melakukan Telaah Atas Isu Hukum yang Diajukan

Dalam penelitian hendaknya tidak menggunakan pendekatan kasus manakala


dalam penelusuran pendahuluannya peneliti tidak menemukan putusan pengadilan
yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap. Untuk sengketa – sengketa yang
didasarkan pada undang – undang yang memuat ketentuan – ketentuan sama sekali
baru dapat dikatakan sulit diperoleh putusan pengadilan yang berkuatan tetap atas
kasus itu. Oleh karena itu peneliti tidak secara gegabah akan menggunakan case
approach untuk masalah tersebut.

D. Menarik Kesimpulan yang Menjawab Isu Hukum

Suatu penelitian hukum bukan bertujuan untuk menjawab suatu


hipotesis.Kesimpulan dalam penelitian hukum bukan menghasilkan diterima atau
ditolaknya hipotesis.Dengan menggunakan bahan hukum maupun bahan non hukum
sebagai suatu bentuk penunjang, peneliti dapat menarik suatu kesimpulan untuk
menjawab isu hukum yang telah diajukan.

E. Memberikan Preskripsi

Berdasarkan dari ilmu hukum sebagai ilmu terapan, prekripsi yang diberikan di
dalam penelitian hukum harus memiliki kemungkinan untuk diterapkan.Preskripsi
bukan merupakan sesuatu yang telah diterapkan, oleh karena itu hasil dari
penelitian hukum walaupun tidak berbentuk teori atau asas hukum baru paling tidak
berbentuk argumentasi baru.Berasal dari argumentasi barulah diberikan preskripsi,
sehingga preskripsi tersebut memiliki dasar pemikiran yang sesuai dengan ilmu
hukum yang dikuasai peneliti.

13
Tanggapan Singkat Peringkas

Setelah membaca buku Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, SH, MH, LL.M. telah
merubah pandangan peringkas tentang penelitian hukum. Pandangan peringkas
sebelumnya bahwa metode yang digunakan dalam penelitian hukum sama dengan
penelitian ilmu social. Penelitian ilmu hukum memiliki objek hukum dan hanya
diperlukan bahan – bahan hukum yaitu bahan hukum primer seperti Undang –
undang, dan bahan hukum sekunder yang berasal dari buku – buku hukum maupun
buku non hukum yang relevan.

Isu hukum memiliki posisi sentral dalam penelitian hukum, oleh karena itu isu
hukum harus dipecahkan di dalam suatu penelitian. Dalam ilmu hukum terdapat tiga
lapisan yaitu :

1. Dogmatik Hukum yaitu timbul apabila terdapat dua pihak yang memiliki
tafsiran berbeda terhadap suatu peraturan, ketidakjelasan peraturan, dan jika
terjadi kekosongan hukum.
2. Teori Hukum yaitu isu hukum harus mengandung konsep hukum. Konsep
hukum dapat dirumuskan sebagai suatu gagasan yang dapat direalisasikan
dalam kerangka berjalannya hidup bermasyarakat secara tertib contohnya
badan hukum, kepailitan.
3. Filsafat hukum yaitu penelitian hukum yang berkaitan dengan isu hukum
mengenai asas hukum.

Manfaat penelitian hukum diantaranya untuk kepentingan praktisi seperti


pengacara, jaksa, dan hakim untuk memecahkan isu hukum yang dihadapi.
Sedangkan bagi akademisi, penelitian hukum berguna untuk memecahkan suatu isu
hukum yang dituangkan dalam bentuk makalah, skripsi, tesisi maupun disertasi.

14

Anda mungkin juga menyukai