LP Sepsis
LP Sepsis
Disusun Oleh :
2. Etiologi
Penyebab dasar dari sepsis dan syok septik yang paling sering adalah infeksi bakteri.
Pada era sebelum pemkaiain antibiotik meluas, penyebab tersering adalah bakteri gram
positif terutama dari spesies streptokokus dan stafilokokus. Tetapi setelah antibiotik poten
(kuat) berspektrum luas mulai tersedia, maka sepsis sering timbul sebagai akibat infeksi
nosokomial oleh bakteri bakteri gram negatif. Sekarang keadaanya kurang lebih seimbang
antara gram positif dan negatif.
Penyebab dari sepsis terbesar adalah bakteri gram (-) dengan presentase 60 sampai
70% kasus, yang menghasilkan berbagai produk dapat menstimulasi sel imun. Sel tersebut
akan terpacu untuk melepaskan mediator inflamasi. Produk yang dapat berperan penting
terhadap sepsis adalah lipoposikarida (LPS). LPS atau endutoksin glikoprotein kompleks
merupakan komponen utama membran terluar dari bakteri gram negatif LPS merangsang
peradangan jaringan, demam, dan syok pada penderita yang terinfeksi.
Faktor yang paling penting adalah LPS endotoksin gram negatif dan dinyatakan
sebagai penyebab sepsis terbanyak. LPS dapat langsung mengaktifkan sistem imun seluler
dan humoral, yang dapat menyebabkan perkembangan gejala septikemia. LPS sendiri tidak
memiliki sifat toksik, tetapi merangsang pengeluaran mediator inflamasi yang bertanggung
jawab terhadap sepsis.
Belakangan ini ditekankan fakta bahwa sepsis merupakan satu contoh dari respons
inflamasi sistemik yang dapat dicetuskan tidak hanya oleh infeksi, tetapi juga oleh kelainan
noninfeksi seperti misalnya trauma dan pankreatitis. Kemajuan dibidang biologi molekuler
memberi jalan untuk menjelaskan keadaan patologi yang terjadi pada sepsis. Banyak
mediator belakngan ini ditemukan berperan dalam patogenesis sepsis, termasuk TNF-a
(Tumor Necrosis Factor Alpha) (Bakta, 1999).
3. Patofisiologi
Septikimia karena hasil gram negatif infeksi ekstrapulmonal merupakan faktor
penyebab penting edema paru karena peningkatan permeabilitas kapiler paru. Edema paru
difus dapat terjadi tanpa multiplikasi aktif mikroorganisme dalam paru.
Edema paru adalah gambaran yang sering dijumpai pada syok sepsis. Hal ini jelas
tidak berhubungan dengan hipotensi saja, karena hal ini juga dapat timbul pada klien dengan
sepsis tanpa syok
Sepsis sering ditemukan pada klien yang diduga menderita insufisiensi paru
pascatrauma sehingga diperkirakan sebahai faktor penyebab kecuali pada luka bakar, lesi
intrakranial, atau kontusio paru.
6. Pengkajian primer
Airway
Cek ada tidaknya sumbatan jalan nafas
Total/jalan nafas tertutup= pada pasien sadar pasien memegang leher, gelisah,
sianosis, sedangkan pada pasien tidak sadar tidak terdengar suara nafas dan sianosis
Parsial/masih ada proses pertukaran gas= tampak kesulitan bernafas, takhipneu,
bradipneu, irregular. Juga terdengan suara nafas gargling, snoring, atau stridor.
Periksa ada tidaknya kemungkinan fraktur servikal
Breathing/ventilasi
Look : lihat pergerakan dada simetris atau tidak, irama teratur atau tidak,
kedalaman frekuensi cepat atau tidak, kaji ada luka, jejas atau hematom.
Listen : dengarkan dengan telinga atau stetoskop adanya suara tambahan
Feel : rasakan adanaya aliran udara
Circulation
Periksa ada tidaknya denyut nadi pada pembuluh darah besar (nadi karotis, nadi
femoralis)
Mengenal ada tidaknya tanda-tanda syok, serta ada tidaknya perdarahan eksternal
yang aktif.
Disability
Metode AVPU (alert-verbal-pain-unresponse)
Penilaian GCS/Glasgow Coma Scale
Lihat pupil isokor/anisokor
7. Pengkajian skunder
Bila pada pengkajian primer dapat tertangani, maka berlanjut ke pengkajian sekunder.
Pengkajian riwayat penyakit : anamnesa penyakit dahulu dan sekarang, riwayat
alergi, riwayat penggunaan obat-obatan, keluhan utama.
Pemeriksaan penunjang : laboratorium, rontagen, EKG.
9. Intervensi keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan erifer
1). Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul.
2). Monitor adanya paratese
3). Observasi kulit jika ada laserasi atau lesi
4). Monitor adanya tromboplebitis
5). Kolaborasi pemberian analgetik.
b. Gangguan pertukaran gas
airway managmenet
1) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi asien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5) Auskultasi suara nafas
6) Keluarkan sekret dengan batuk atau suctioin.
7) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
Respiratory monitoring
1) Monitor rata-rata kedalaman , irama, dan usaha respirasi.
2) Catat pergerakan dada, amati, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi
otot supraclavicular dan intercostal.
3) Monitor suara nafas.
4) Monitor pola nafas
5) Monitor kelelahan otot diafragma
6) Auskultasi suara nafas
c. Resiko Infeksi
Infectious control
1) Pertahankan teknik isolasi
2) Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
3) Tingkatkan intake nutrisi
d. Ketidakesimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Nutrition Management
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk jumlah kalori
3) Anjurkan pasien meningkatkan protein dan vitamin C
4) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1) BB pasien dalam batas normal
2) Monitor adanya penurunan berat badan
3) Monitor turgor kulit
4) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
5) Catat adanya edema
6) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva.
10. Kepustakaan
Bakta, I. Made & Suastika I. Ketut. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta:
EGC.
Dahlan, Zul. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Depatemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Djojodibroto.2009. Respirologi. Jakarta: EGC
Maryunani, Aniek. 2002. Safe Motherhood, Modul Sepsis Puerperalis: Materi Pendidikan
untuk Kebidanan. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Nanda Nic Noc. Yogyakarta: Media Action.
Sudoyo, Aru W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta:
Depatemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia