Wa0000
Wa0000
KARSINOMA ESOFAGUS
Disusun Oleh :
AHMAD SYAIFUL FAESAL
N 111 16 084
Pembimbing :
dr. Bastiana, M. Kes, Sp. THT-KL
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor di esofagus bisa berupa tumor jinak maupun tumor ganas. Tumor jinak
jarang dijumpai dan ditemukan pada lebih kurang 10% dari neoplasma esofagus.
Sebagian besar tumor jinak esofagus tidak menimbulkan gejala klinis dan
ditemukan secara kebetulan waktu pemeriksaaan diagnosis. Tumor jinak dapat
berasal dari epitel seperti polip, atau dari jaringan lunak seperti kista.1
Dalam dua dekade terakhir ini, keganasan di esofagus sering dilaporkan,
mungkin karena cara diagnostic yang lebih baik. Keganasan yang paling sering
menyerang esofagus ialah jenis karsinoma epidermoid. Keganasan dibagian distal
esofagus terutama di batas esofagus-lambung sering berupa adenokarsinoma karena
mukosa esofagus berasal dari lambung (Barret).1,2
Perkembangan bedah esofagus agak terlambat dibandingkan dengan bedah
saluran cerna lainnya karena pembedahan melalui rongga dada hanya dapat
dilakukan dalam pembiusan endotrakeal. Kemajuan bedah esofagus dirongga dada
berkembang pesat sejalan dengan kemajuan dalam bidang anastesi, transfusi darah,
dan teknik pembedahan untuk mengganti esofagus setelah direseksi sehingga angka
kesakitan dan kematian bisa ditekan.1,2
2
BAB II
3
Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior
ke otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke vena
pulmonalis inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-
45cm. Pada anak, panjang esofagus saat lahir bervariasi antara 8 dan 10 cm dan
ukuran sekitar 19 cm pada usia 15 tahun.3
4
2. Bagian thorakal:
- Panjang 16-18 cm, setinggi vertebra thorakalis II-IX
- Berada di mediastinum superior antara trakhea dan kolumna vertebralis
- Dalam rongga thoraks disilang oleh arcus aorta setinggi
vertebrathorakalis IV dan bronkus utama sinistra setinggi vertebra
thorakalis V
- Arteri pulmonalis dextra menyilang di bawah bifurcatio trachealis
- Pada bagian distal antara dinding posterior esofagus dan ventralcorpus
vertebralis terdapat ductus thoracicus, vena azygos, arteri dan vena
intercostalis
3. Bagian Abdominal:
- Terdapat pars diaphragmatica sepanjang 1-1,5cm, setinggi
vertevratorakalis X sampai vertebra lumbalis III
- Terdapat pars abdominalis sepanjang 2-3 cm, bergabung dengan cardia
gaster disebut gastroesophageal junction.
5
Struktur esofagus terdiri dari 4 lapisan : adventitia, muscularis propia,
lapisan sub mukosa dan mukosa. Selain itu, pada kerongkongan terdapat
pula beberapa otot, yakni otot melingkar dan otot longitudinal. apabila otot tersebut
berkontraksi, kerongkongan akan bergerak. gerakan demikian disebut gerak
peristaltik.. Gerak peristaltik pada kerongkongan ialah gerakan mendorong
dan meremas-remas makanan menuju lambung. gerakan ini terdiri atas fase
kontraksi dan relaksasi.
6
2.2 Fisiologi Esofagus
Mukosa atau membran mukosa yang terdiri dari lapisan epitel lamina
propria (Epitel Skuamosa bertingkat) dan muskularis mukosa.
Submukosa, suatu lapisan tipis jaringan ikat longgar yang mengandung
banyak kapiler dan pembuluh limfe.
Muskularis eksterna, terdiri dari dua lapisan otot yaitu lapisan dalam yang
tersusun sirkuler dan lapisan luar yang tersusun longitudinal.
Lapisan adventisia yang longgar. 2
7
Gambar 2. Histologi esofagus
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
3.2 Epidemiologi
9
American Cancer Society melaporkan kejadian kanker esofagus pada tahun
2016 yaitu, kejadian kanker esofagus 3-4 kali lebih besar insidensnya terhadap laki-
laki dibanding perempuan. Kersinoma sel skuamosa adalah yang terbanyak
dilaporkan di Amerika dan Afrika, sedangkan adenokarsinoma lebih jarang. Angka
harapan hidup pasien dengan kanker esofagus di Amerika naik dari 5% menjadi
20% sejak ditemukan berbagai cara untuk mendeteksi secara dini dan pengobatan
yang cepat dan tepat. 4
Insiden kanker esofagus di beberapa negara bervariasi, saat ini banyak
ditemukan di China, Jepang, Rusia, Hongkong, Skandinavia, dan Iran. Penyakit ini
terutama ditemukan pada umur 50-70 tahun, dengan kulit hitam lebih banyak
dibanding kulit putih. Merokok lama dan peminum alkohol merupakan penyebab
utama, disusul oleh faktor sosial ekonomi rendah dengan defisiensi gizi yang
kronis. 4
3.3 Etiologi
10
Konsumsi minuman panas
terus menerus (hot
beverage)gilpato
3.4 Patofisiologi
11
pembersihan material refluk dan memperlama waktu kontak antara material refluk
dengan mukosa esofagus. 7
12
mengendap, namun pada saat supresi asam lambung terjadi, asam empedu tidak
terkonyugasi berbentuk cairan dan berkontribusi terhadap kerusakan mukosa
esofagus. 2,7
Inflamasi yang disebabkan oleh refluk kronik bisa jadi berperan penting
terjadinya lingkungan disekitar sel dimana Barret’s esofagus timbul. Mukosa
esofagus dirusak oleh asam dan garam empedu yang umumnya diinfiltrasi oleh sel-
sel inflamasi. Infiltrasi oleh sel inflamasi akut diikuti oleh limfosit T terutama di
daerah metaplasia. Infiltrasi sel T selalu ada pada Barret’s Esofagus yang dilakukan
endoskopi terapi ablasi, namun tidak dijumpai pada epitel skuamusa yang baru.
Dengan demikian diduga limfosit T merupakan bagian yang penting dalam
mempertahankan jaringan metaplasia. 7
13
Individu yang mengalami esofagitis akan memberikan respon inflamasi akut
dimana terdapatnya sitokin proinflamasi tipe Th-1 dengan peningkatan kadar IL-
1β, IL-8 dan IFN-γ. Jenis respon ini berkaitan dengan respon imun seluler terhadap
infeksi serta keganasan. Sitokin tipe Th-2 meningkatkan IL-10 dan IL-4 yang
berkaitan dengan barret’s esofagus. 2,7
14
T (Tumor)
N (Nodul Limfe)
M (Metasatase)
Stadium
15
3.6 Gejala Klinis
16
Keterlambatan antara awitan gejala-gejala dini serta waktu ketika pasien
mencari bantuan medis seringkali antara 12-18 bulan, biasanya ditandai dengan lesi
ulseratif esofagus tahap lanjut.
Disfagia
Gejala utama dari kanker esofagus adalah masalah menelan, sering
dirasakan oleh pasien seperti ada makanan yang tersangkut di
tenggorokan atau dada. Ketika menelan menjadi sulit, maka pasien
biasanya mengganti makanan dan kebiasaan makannya secara tidak
sadar, pasien makan dengan jumlah gigitan yang lebih sedikit dan
mengunyah makanan dengan lebih pelan dan hati-hati. Seiring dengan
pertumbuhan kanker yang semakin besar pasien mulai mekan-makanan
yang lebih lembut dengan harapan makanan dapat dengan lebih mudah
masuk melewati esofagus, hingga akhirnya pasien berhenti
mengkonsumsi makanan padat dan mulai mengkonsumsi makanan cair.
Akan tetapi, jika kanker tetap terus tumbuh, bahkan makanan cair pun
tidak bisa melewati esofagus. Untuk membantu makanan melewati
esofagus biasanya tubuh mengkompensasi dengan menghasilkan saliva
luarkan. Hal ini juga yang menyebabkan orang yang menderita kanker
esofagus sering mengeluh banyak mengeluarkan mucus atau saliva.
Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan.
Nyeri pada dada
Nyeri dada sering di deskripsikan dengan perasaan tertekan atau
terbakar di dada, gejala ini sering sekali diartikan dengan gejala yang
berkaitan denngan organ lain seperti jantung.
Kehilangan berat badan
Sekitar sebagian dari pasien yang menderita kanker esofagus mengalami
penurunan berat badan. Hal ini terjadi karena masalah menelan sehingga
pasien mendapat masukan makanan yang kurang untuk tubuhnya.
Penyebab lain dikarenakan berkurangnya nafsu makan dan
meningkatnya proses metabolism kanker yang diderita oleh pasien.
Pendarahan
17
Pendarahan juga bisa terjadi pada pasien kanker esofagus. Sel tumor
mampu tumbuh keluar aliran darah, menyebabkan terjadinya nekrosis
dan ulserasi pada mukosa dan meghasilkan pendarahan di daerah
gastrointestinal, jika pendarahan terjadi dalam jumlah yang banyak
maka feses juga bisa berubah menjadi hitam, tapi hal ini bukan berarti
tanda bahwa kanker esofagus pasti ada.(3)
3.7 Diagnosis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisis
Tidak ada tanda spesifik yang menunjukkan karsinoma esofagus, tetapi
perabaan massa pembesaran nodus cervikalis dapat dilakukan. Selain
itu jika sudah melakukan metastasis ke jaringan lain maka pemeriksaan
fisis mungkin dapat dilakukan tergantung daerah mana metastasis
terjadi.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi dan Biopsi (Esofagoskopi)
18
Dengan metode ini dapat dilihat secara langsung besar dan letak tumor
sekaligus dilakukan biopsy untuk menentukan jenis tumor secara
histologis. 3
2. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin untuk menilai anemia, dan biasanya penanda tumor
esofagus yaitu SCC, Tu M2-PK. 8
3. Pemeriksaan Histopatologi
19
B
4. Pemeriksaan Pencitraan
4.1 Foto Toraks
Dengan Foto Thoraks dapat dievaluasi jika sudah mengalami metastasis
pulmoner, massa mediastinum, ataupun pergeseran trachea dan efusi
pleura. 3
4.2 Esofagografi
Barium swallow kontras ganda, tampak gambaran filling defect yang
irregular atau striktur yang ulseratif yang mana merupakan gambaran
khas utuk karsinoma esofagu. Adanya devias dan angulasi dari barium
dalam esofagus merupakan tanda lain dari keganasan esofagus. Dapat
pula ditentukan panjang lesi, luasnya jaringan yang terlibat, dan derajat
obstruksi. 3
20
Gambar 7. Tampak filling defect pada SCC yang ditunjukkan oleh panah.
4.3 CT-Scan
21
4.4 PET-CT
Menggunakan media radioisotop. Ketepatan deteksi tumor primer 78%,
nodul metastase 86%.3
Akalasia Esofagus
Akalasia adalah kelainan motorik dari otot polos esofagus, dimana
terjadi gangguan peristaltik otot esofagus yang menyeluruh disertai
gangguan otot lingkar esofagus bagian bawah, gagal untuk relaksasi secara
sempurna, sehingga mengakibatkan gangguan pengosongan esofagus. 7
22
Gambar 10. Achalasia esofagus
Striktur Esofagus
Striktur esofagus merupakan salah satu penyebab keluhan disfagia.
Sekitar 30% keluhan disfagia ini disebabkan oleh penyempitan lumen
esofagus. Disfagia adalah sensasi subjektif akan adanya abnormalitas
organik selama pasase makanan cair atau padat dari rongga mulut ke
lambung. Keluhan disfagia ini bervariasi mulai dari ketidakmampuan
menelan (orofaringeal disfagia) sampai adanya sensasi terhambatnya
makanan melewati esofagus sampai ke lambung (esophageal disfagia). 3,4
Striktur esofagus merupakan penyempitan lumen esofagus karena
terbentuknya fibrosis pada dinding esofagus, biasanya terjadi akibat
inflamasi dan nekrosis karena berbagai penyebab. Stenosis esofagus adalah
penyempitan lumen esofagus karena tumor atau penyebab lain.3 Dalam
praktek sehari-hari sangat sulit dibedakan antara striktur dan stenosis ini,
sehingga kedua istilah ini dipakai untuk semua penyempitan esofagus yang
dapat menyebabkan gangguan menelan. 4
Pada pemeriksaan pencitraan didapatkan :
23
Barium meal.
Pemeriksaan barium meal memegang peranan penting dalam mendeteksi
adanya striktur esofagus. Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi
mengenai lokasi striktur, panjang dan diameternya serta keadaan dinding
esofagus. Disamping itu pemeriksaan ini juga dapat menunjukan adanya
kelainan-kelainan pada esofagus seperti divertikulum dan hernia esofagus.
Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 100% pada striktur dengan diameter
kurang dari 9 mm dan 90% pada striktur yang lebih dari 10 mm. 3
Untuk mendeteksi adanya striktur esofagus digunakan biphasic
esophagography yang terdiri dari double-contrast dan single-contrast.
Single-contrast bertujuan mengoptimalkan peregangan esofagus sehingga
dapat dengan mudah mendeteksi striktur, sedangkan double-contrast dapat
mengoptimalkan visualisasi mukosa esofagus terhadap adanya kelainan-
kelainan seperti nodul, ulkus dan kelainan lain yang berhubungan dengan
striktur. Pemeriksaan ini dapat juga dilakukan dengan bantuan digital
fluoroskopi terutama striktur yang terdapat pada segmen servikal atau
torakal atas esofagus yang sulit dilihat dengan teknik radiologi biasa karena
sangat cepatnya pasase bolus makanan di daerah tersebut. 3
24
3.9 Penatalaksanaan
Stadium I , II , dan III dari kanker esofagus semua berpotensi dioperasi
, berikut penanganannya(5):
Stadium 0 sampai stadium I
Pembedahan terutama diindikasikan untuk stadium awal kanker
esofagus
Stadium II
Pembedahan, terapi kemoradiasi definitif , atau kemoradioterapi
neoadjuvant diikuti dengan pembedahan adalah pilihan yang sesuai
Stadium III
Kemoradioterapi dengan atau tanpa operasi dianjurkan
Stadium IV
Kemoterapi , pengobatan simptomatik / perawatan suportif (5)
3.9.1 Kuratif
1. Pembedahan
Reseksi merupakan pendekatan terbaik untuk karsinoma esofagus pada
pasien muda tanpa ditemukan penyebaran jauh. Bila dikombinasikan dengan
kemoterapi preoperatif dengan cisplatin–5-fluorouracil (5-FU) dapat
meningkatkan 2-year survival rate 10% dibandingkan dengan pembedahan saja.
Beberapa metode esofagektomi:
- McKeown’s Operation
Pendekatan 3 lapangan operasi, meliputi laparotomi, thorakotomi dan
Insisi servikal, dibuat anastomosis antara lambung keesofagus di
servikal.
- Ivor Lewis Operation
Pendekatan 2 lapangan operasi, meliputi laparotomi dan thorakotomi,
dilakukan anastomosis antara lambung dengan oesofagus di thoraks.
25
- Thoracoabdominal Approach
Dengan insisi tunggal melewati abdomen kiri atas, diaphragma dan
thoraks kemudian dilakukan anastomosis lambung dengan esofagus di
thoraks.
- Transhiatal approach
Meliputi laparotomidan insisi servikal dilanjutkan dengan diseksi
tumpul dari thoracic oesofagus, mengangkat gastric pedicle ke servikal
untuk servikal anastomosis.
- Laparoscopy-assistedesophagectomy
Hampir sama dengan transhiatal approach tetapi menggunakan
laparoscopic instruments untuk mobilisasi esofagus intra thoracic.
2. Radioterapi
Radioterapi atau kombinasi kemo-radiaterapi merupakan terapi pilihan
untuk sebagian besar skuamous sel karsinoma esofagus 1/3 tengah dan atas, karena
dari penelitian ditemukan penurunan resiko mortalitas operasi dan meningkatkan
survival. Preoperatif radiotherapy telah diteliti dengan randomized trial dan tidak
ditemukan peningkatan survival. Adjuvant radiotherapy diindikasikan hanya jika
resection margins masih mengandung tumor.
3. Chemotherapy
Efektif untukskuamous sel karsinoma dan adenokarsinoma.Untuk skuamus
sel karsinoma kombinasi chemotherapy–radiation terbukti memberi manfaat
daripada radioterapi atau khemoterapi saja dan memberikan 3-year survival rate
sama dengan tindakan pembedahan.
3.9.2 Paliatif
26
Penatalaksanaan terapi paliatif disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
gejala yang predominan dan kemampuan untuk melakukan tindakan terapi paliatif.
Termasuk dalam terapi paliatif:
1. Radiotherapieksterna atau intracavitary technique.
Baik untuk skuamous sel karsinoma dan adenokarsinoma
2. Intubation
Dengan endoscopically placed stent – terutama berguna untuk
mengatasi tracheo-oesophageal fistula
3. Laser therapy
Terapi paliatif untuk dysphagia yang disebabkan oleh exophytic
tumours
4. Ethanol injection
Secara endoskopi dapat memberikan terapi dysphagia jangka pendek
untuk pasien yang kurang fit untuk menjalani pembedahan.
5. By-pass procedure.
Kanker esofagus yang unresectable dapat dilakukan prosedur bypass
dengan menggunakan jejunum atau colon sebagai conduit.
3.10 Prognosis
Prognosis bergantung pada stadium, tetapi secara keseluruhan biasanya
jelek (angka ketahanan hidup 5 tahun : < 5%) karena banyak pasien yang datang
telah dalam kondisi yang parah. Pasien dengan kanker yang terbatas pada mucosa
mempunyai angka ketahanan hidup sekitar 80%, angka ini akan turun menjadi <
50% jika telah terjadi keterlibatan submucosa. 20% dengan penyebaran ke lapisan
muscosa propia, 7% dengan penyebaran ke struktur di sekitar, dan < 3% dengan
metastasis jauh. Keputusan pelaksanaan terapi tergantung pada stadium tumor,
ukuran, lokasi, dan keinginan pasien (banyak yang tidak ingin menjalani terapi yang
agresif).11
BAB IV
27
RINGKASAN
28
penyebaran ke submukosa dan adanya kecenderungan tertutupnya karsinoma
epidermal oleh sel epitel skuamus yang normal.
Jika terdiagnosis secara dini, secara keseluruhan tumor esofagus
memiliki prognosis yang baik. Sebanyak 70% penderita mengalami metastase pada
kelenjar limfa nodus. Jika tidak ada keterlibatan limfa nodus, maka 50 % pasien
dapat bertahan hidup selama 5 tahun. Jika sudah terjadi metastase, maka hanya 1
dari 8 penderita yang mampu bertahan hingga 5 tahun
29
ALUR DIAGNOSIS
ANAMNESIS:
PEMERIKSAAN FISIK:
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
DIAGNOSIS
Karsinoma Esofagus
PENATALAKSANAAN
PROGNOSIS
30
DAFTAR PUSTAKA
7. Eastman, George W. 2013. Belajar dari Awal Radiologi Klinis. EGC. Jakarta
8. Sjamsuhidajat, de jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.EGC. Jakarta
9. Snell, R. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem.EGC. Jakarta
10. Yunizaf M. Penyakit Refluks Gastroesofagus. Dalam : Soepardi EA, Iskandar
N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher.
Edisi ke – 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2010
11. Subroto, Heru. 2010. Esophagus dan diafragma dalam buku ajar ilmu bedah
Edisi tiga. EGC:Jakarta;609-10 g
31