Anda di halaman 1dari 10

Perawatan dan Penanganan Pasca Anestesi

( Adiwena Swardhani Rahayu)


Swardhani Rahayu

Pendahuluan

Pada prinsipnya dalam penatalaksananaan anestesi pada suatu operasi, terdapat


beberapa tahap yang harus dilaksanakan yaitu pra anestesi, tahap penatalaksana
ananestesi dan pemeliharaan serta tahap pemulihan dan perawatan pasca anestesi.

Pasca anestesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca operasi dan anestesi
yang
ya ng bia
biasa
sa dil
dilaku
akuka
kan
n di rua
ruang
ng pul
pulih
ih sa
sadar
dar ata
atau
u rec
recov
overy
ery roo
room,m, ya
yaitu
itu rua
ruanga
ngan
n
untuk observasi pasien pasca bedah atau anestesi. Ruang pulih sadar adalah batu
lonc
loncat
atan
an se
sebe
belu
lum
m papasi
sien
en di
dipi
pind
ndah
ahka
kan
n ke babang
ngsa
sall at
atau
au ma
masi sih
h me
mememerlu
rluka
kan
n
perawatan intensif ICU. Dengan demikian pasien pasca operasi dan anestesi dapat
terh
te rhin
inda
darr da
dari
ri ko
komp
mpli
lika
kasi
si yan
angg di
dise
seba
babk
bkan
an ka
kare
rena
na opoper
eras
asii at
atau
au pepeng
ngar
aruh
uh
anestesinya.

Pulih dari anestesi umum atau dari analgesia regional secara rutin dikelola dikamar 
pulih atau Unit Perawatan Pasca Anestesi (RR, Recovery Room atau PACU,
Post Anestesia Care Unit).
Unit). Idealnya bangun dari anestesi secara bertahap, tanpa
kel
eluh
uhan
an dan mu mululus.
s. Keneny yata
taan
anny
nyaa ser
erin
ingg dijijju
jum
mpa
paii hal
al-h
-hal
al yan
ang
g titid
dak
meny
me nyen
enan
angk
gkan
an ak
akib
ibat
at st
stre
ress pa
pasc
sca
a be
beda
dah
h at
atau
au papasc
sca
a ananes
este
tesi
si yang be
beru
rupa
pa
ganggu
gan gguan
an na
napas
pas,, gan
ganggu
gguan
an kar
kardio
diovas
vaskul
kular,
ar, gel
gelisa
isah,h, kes
kesak
akitan
itan,, mua
mual-mu
l-munta
ntah,
h,
menggigil dan kadang-kadang pendarahan.

Recovery
Recove ry roo
room
m ata
atau
u rua
ruang
ng pe
pemul
muliha
ihan
n ada
adalah
lah se
sebua
buahh rua
ruanga
ngan
n di rum
rumah
ah sak
sakit,
it,
dimana pasien dirawat setelah mereka telah menjalani operasi bedah dan pulih dari
efek
efek ane
aneste
stesi.
si. Pas
Pasien
ien ya
yang
ng bar
baru
u saj
saja
a di ope
operas
rasii ata
atau
u pro
prosed
sedur
ur dia
diagno
gnosti
stik
k ya
yang
ng
menuntut anestesi atau obat penenang dipindahkan ke ruang pemulihan, dimana
keadaan vital sign pasien (nadi, tekanan darah, suhu badan dan saturasi oksigen)
diawasi ketat setelah efek dari obat anestesi menghilang.

Pasien biasanya akan mengalami disorientasi setelah mereka sadar kembali, dan di
ruang pemulihan ini pasien ditenangkan apabila menjadi anxietas dan dipastikan
kalau fisik dan emosional mereka terkendali.

Pengelolaan Pasien di Ruang Pulih Sadar 

Pengawasan ketat di ruang pemulihan atau UPPA harus seperti sewaktu berada di
kamar bedah sampai pasien bebas dari bahaya, karena itu peralatan monitor yang
baik
ba ik ha
haru
rus
s didise
sedi
diak
akan
an.. Te
Tens
nsim
imet
eter
er,, ok
oks
sim
imet
eter
er de
deny
nyut
ut (p(pul
ulse
se ox
oxyyme
mete
ter)
r),,
EKG,peralat
EKG,p eralatan
an resus
resusitasi
itasi jantu
jantung-pa
ng-paru
ru dan obatn
obatnya
ya harus dised
disediakan
iakan ters
tersendiri
endiri,,
terpisah dari kamar bedah.

Setelah dilakukan pembedahan pasien dirawat diruang pulih sadar. Pasien yang
dikelola adalah pasien pasca anestesi umum ataupun anestesi regional. Di
ruan
ruang
g pupuli
lih
h sa
sada
darr di
dimo
moni
nito
torr ja
jala
lan
n na
nafa
fasn
sny
ya ap
apak
akah
ah bebeba
bass at
atau
au ti
tida
dak,
k,

1
ventilasinya cukup atau tidak dan sirkulasinya sudah baik atau tidak. Pasien
dengan
den gan gan
ganggu
gguan
an jal
jalan
an naf
nafas
as dan ven
ventila
tilasi
si ha
harus
rus dit
ditang
angani
ani sec
secara
ara din
dini.
i. Sel
Selain
ain
obstruksi jalan nafas karena lidah yang jatuh ke belakang atau spasme laring, pasca
beda
bedahh di
dini
ni ke
kemu
mung
ngki
kina
nann te
terj
rjad
adii mu
mual
al-mu
-muntntah
ah ya
yang
ng dadapa
patt be
bera
raki
kiba
batt as
aspi
pira
rasi
si..
Aneste
An estesi
si ya
yang
ng mas
masihih dal
dalam,
am, dan sissisaa pen
pengar
garuh
uh oba
obatt pel
pelump
umpuhuh oto
otott aka
akann
berakibat penurunan ventilasi.

Pasien
Pasi en yayang
ng bebelu
lum
m sasada
darr di
dibe
beri
rika
kan
n ok
oksi
sige
gen
n de
deng
ngan
an ka
kanu
null na
nasa
sall at
atau
au
masker sampai pasien sadar betul. Pasien yang sudah keluar dari pengaruh obat
aneste
ane stesi
si aka
akan
n sad
sadar
ar kem
kembal
bali.Bi
i.Bila
la kea
keadaa
daan
n umu
umum
m dan tan
tanda-
da-tan
tanda
da vit
vital
al pas
pasien
ien
normal dan stabil, maka pasien dapat dipindahkan ke ruangan dengan pemberian
instruksi pasca operasi.

Tingkat perawatan pasca anestesi pada setiap pasien tidak selalu sama, bergantung
pada kondisi fisik pasien, teknik anestesi, dan jenis operasi, monitoring lebih ketat
dilakukan pada pasien dengan risiko tinggi seperti:
• Kelainan organ
• Syok yang lama
• Dehidrasi berat
• Sepsis
• Trauma multiple
• Trauma kapitis
• Gangguan organ penting, misalnya : otak

Pada sa
Pada saat
at mel
melak
akuka
ukan
n obs
observ
ervasi
asi di rua
ruang
ng pu
pulih,
lih, aga
agarr leb
lebih
ih sis
sistem
temati
atis
s dan leb
lebih
ih
mudah dapat dilakukan ³monitoring B6´, yaitu :

Breath (nafas) : sistem respirasi

Pasien belum sadar dilakukan evaluasi :

Pola nafas
• Tanda-tanda obstruksi
• Pernafasan cuping hidung
• Frekuensi nafas
• Pergerakan rongga dada : simetris/tidak
• Suara nafas tambahan : tidak ada pada obstruksi total
• Udara nafas yang keluar dari hidung
• Sianosis pada ekstremitas
•  Auskultasi : wheezing, ronki
Pasien sadar : tanyakan adakah keluhan pernafasan.
• Jika tidak ada keluhan : cukup berikan O2
• Jika terdapat tanda-tanda obstruksi : terapi sesuai kondisi
(aminofilin,kortikosteroid, tindakan tri ple m anuver airway).

2
Blood (darah) : sistem kardiovaskule
kardiovaskuler r 
• Tekanan darah
• Nadi
• Perfusi perifer 
• Status hidrasi (hipotermi ± syok)
• Kadar Hb

Brain (otak) : sistem SSP


• Menilai kesadaran pasien dengan GCS (Glasgow Coma Scale)
• Perhatikan gejala kenaikan
kenaikan TIK
TIK 4.

Bladder (kandung kencing) : sistem urogenitalis


• Periksa kualitas, kuantitas, warna, kepekatan urine
• Untuk menilai : Apakah pasien masih dehidrasi, Apakah ada kerusakan ginjal
saat operasi, acute renal failure

Bowel (usus) : sistem gastrointestinalis

Periksa :
• Dilatasi lambung
• Tanda-tanda cairan bebas
• Distensi abdomen
• Perdarahan lambung post operasi
• Obst
Ob stru
ruks
ksii at
atau
au hip
hipop
oper
eris
ista
talti
ltik,
k, ga
gang
nggu
guan
an or
orga
gann la
lain
in,, misal
misal:: he
hepa
par,l
r,lie
ien,
n,
pancreas
• Dilatasi usus halus,
Hati-h
Hati-hati,
ati, pas
pasien
ien ope
operas
rasii may
mayor
or ser
sering
ing men
mengal
galami
ami ke
kembu
mbung
ng yayang
ng mengga
menggangg
nggu u
pernafasan, karena ia bernafas dengan diafragma.

Bone (tulang) : sistem musculoskeletal

Periksa :
• Tanda-tanda sianosis
• Warna kuku
• Perdarahan post operasi

Gangguan neurologis : gerakan ekstremitas

Kriteria yang digunakan dan umunya yang dinilai pada saat observasi di ruang
pulih
pul ih ada
adalah
lah war
warna
na kul
kulit,
it, kes
kesada
adaranran,, sir
sirkul
kulasi
asi,, pe
perna
rnafas
fasan,
an, dan akt
aktiv
ivitas
itas
motori
mot orik,s
k,sepe
eperti
rti sko
skorr Al
Aldre
drete
te (l
(lih
ihat
at ta tabe
bel).
l). Id
Idea
ealnlny
ya pa
pasi
sien
en ba
baru
ru bo
boleleh
h
dikeluarkan bila jumlah skor total adalah 10. Namun bila skor total telah di atas
8 , pasien boleh keluar ruang pemulihan.

3
Namun bil
Namun bila
a pas
pasien
ien ter
terseb
sebut
ut ana
anak-a
k-ana
nak
k kri
kriter
teria
ia pem
pemuli
ulihan
han ya
yang
ng dig
diguna
unakan
kan
adalah
adalah sko
skorr Ste
Stewar
ward,
d, yan
yangg din
dinila
ilaii ant
antara
ara lai
lain
n per
perger
geraka
akan,
n, per
pernaf
nafas
asan
an dan
kesadaran. Bila skor total di atas 5, pasien boleh keluar dari ruang pemulihan.
pemulihan.

Untuk pasien dengan spinal anestesi digunakan kriteria skor Bromage, yang
dinilai adalah pergerakan kaki, lutut dan tungkai, apabila total skor di atas 2,
pasien boleh di pindahkan ke ruang rawat.

Tabel Skor pemulihan pasca anestesi

Aldrete Score (dewasa)

Penilaian

Nilai Warna
• Merah muda, 2
• Pucat, 1
• Sianosis, 0
Pernapasan
• Dapat bernapas dalam dan batuk, 2
• Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1
• Apnoea atau obstruksi, 0
Sirkulasi

• Tekanan darah menyimpang <20% dari normal, 2


• Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal, 1
• Tekanan darah menyimpang >50% dari normal, 0
Kesadaran
• Sadar, siaga dan orientasi, 2
• Bangun namun cepat kembali tertidur, 1
• Tidak berespons, 0

Aktivitas
• Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2
• Dua ekstremitas dapat digerakkan,1
• Tidak bergerak, 0
Jika jumlahnya > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruangan

Tabel Skor pemulihan pasca anestesi

Stewar
Steward
d Score
Score (anak-
(an ak-ana
anak)
k)

Pergerakan
• Gerak bertujuan 2

4
• Gerak tak bertujuan 1
• Tidak bergerak 0
Pernafasan
• Batuk, menangis 2
• Pertahankan jalan nafas 1
• Perlu bantuan 0
Kesadaran
• Menangis 2
• Bereaksi terhadap rangsangan 1
• Tidak bereaksi 0
Jika jumlah > 5, penderita dapat dipindahkan ke ruangan.

Tabel. Skor pemulihan pasca anestesi

Bromage Score (spinal anestesi)

Kriteria Nilai
• Gerakan penuh dari tungkai, 0
• Tak mampu ekstensi tungkai, 1
• Tak mampu fleksi lutut, 2
• Tak mampu fleksi pergelangan kaki, 3
Jika Bromage Score 2 dapat pindah ke ruangan.

Komplikasi Pasca Anestesi dan Penanganannya

Komplikasi Respirasi

Obstruksi jalan nafas

Prinsip dalam mengatasi sumbatan mekanik dalam sistem anestesi adalahdengan


menghilang
meng hilangkan
kan peny
penyebabn
ebabnya.
ya. Diagn
Diagnosis
osis band
banding
ing antar
antara
a sumb
sumbatan
atan mekan
mekanik
ik dan
bronkospasme harus dibuat sedini mungkin. Sumbatan mekanik lebih seringterjadi,
dan mungkin dapat menjadi total, dimana wheezing akibat dapat terdengar tanpa
atau dengan stetoskop.

Penyebab sumbatan bisa nyata sebagai contoh, keadaan ini dapat diatasi dengan
meluruskan pipa yang terpuntir dibalik rongga mulut. Jika pipa ditempatkan terlalu
 jauh ke dalam trakea, maka pipa tersebut biasanya memasuki bronkus utama jika
kadar tinggi oksigen yang dipakai,sampai terjadi tanda-tanda hipoksia, hiperkardi
atau sumbatan pernafasan menjadi nyata.
n yata.

Komplikasi dapat dihindarkan jika ahli anestesi memeriksa kedudukan pipa setelah
dipa
dipasa
sang
ng dedeng
ngan
an me
mend
nden
enga
gark
rkan
an memelalalu
luii st
stet
etos
osko
kopp di at
atas
as se
setia
tiap
p si
sisi
si da
dada
da,,
seme
se ment
ntar
ara
a se
seca
cara
ra mamanu
nual
al pa
paru
ru-p
-par
aru
u dikdikem
emba
bang
ngka
kan,
n, jik
jika
a su
suar
araa pe
pern
rnaf
afas
asan
an
tidak terdengar atau pengembangan pada satu sisi dada telah didiagnosis, maka
harus
har us sec
secara
ara lam
lambat
bat lau
laun
n dit
ditarik
arik sam
sampaipai ud
udara
ara ter
terden
dengar
gar mem
memasu
asuki
ki ke
kedua
dua sis
sisii

5
toraks secara seimbang. Penggunaan pipa yang telah dipotong sampai sepanjang
bronkus kanan dapat mengurangi bahaya.

 Ahli anestesi tidak boleh melupakan bahwa, jika dihadapkan pada sumbatan
mekanik yang tidak dapat dijelaskan, segera setelah intubasi, maka anjuran terbaik
adalah pipa ditarik keluar dan dilakukan re-intubasi.

Sumbatan mekanik pada penderita yang tidak diintubasi, apakah dapat bernafas
dengan spontan atau dikembangkan, paling sering disebabkan oleh lidah yang jatuh
ke belakang. Biasanya keadaan ini dapat ditolong dengan mengekstensikan kepala,
mendorong dagu ke muka dan memasang pipa udara anestetik peroral atau nasal.

Sumbatan mekanik pada penderita yang di intubasi mungkin bersifat samar-samar.


Palin
Pa ling
g pepent
ntin
ing
g di
disa
sada
dari
ri ba
bahw
hwaa ad
adan
anya
ya pip
pipa
a tra
trake
keaa titida
dakk me
menj
njam
amin
in sa
salu
lura
ran
n
pernafasan
perna fasan yang lanca
lancar.
r. Pipa dapat menja
menjadi
di terpu
terpuntir,
ntir, bagian yang melengkung
melengkung
dapa
dapatt teterh
rhal
alan
angg pa
pada
da di
dind
ndin
ing
g tr
trak
akea
ea,, at
atau
au dadapa
patt te
terl
rlalu
alu me
menj
njor
orok
ok jajauh
uh dadan
n
memasu
mem asukiki bro
bronku
nkus
s uta
utama
ma kan
kanan
an ata
atauu man
manset
set dap
dapat
at men
menyeyebul
bul kel
keluar
uar men
menutu
utupi
pi
bagian ujung.

Bronkospasme

Bronkospame dapat diatasi secara terapi medik, tetapi yang paling penting adalah
memastikan bahwa tidak terjadi sumbatan mekanik, baik secara anatomis,akibat
lidah yang terjatuh ke belakang pada penderita yang tidak diintubasi, atau akibat
defek peralatan seperti yang telah dijelaskan di atas.

Efedrin intravena setiap kali dapat ditambah 5 mg, atau 30 mg


intramuscular, sehingga dapat menolong, tetapi dapat menyebabkan takikardi dan
meningkatkan tekanan darah. Secara bergantian, suntikan lambat 5 mg/kg aminofilin
intravena.

Hipoventilasi

Pada hipoventilasi, rangsang hipoksia dan hiperkarbia mempertahankan penderita


teta
tetap
p bebern
rnaf
afas
as.. Pa
Pada
da hi
hipo
pove
vent
ntila
ilasi
si be
bera
rat,
t, pC
pC02
02 nanaik
ik > 90 mm
mmHgHg,, se
sehi
hing
ngga
ga
menimbulkan koma, dengan pemberian O2 hipoksia berkurang (p02 naik) tetapi
pCO2 tetap atau naik pada hipoventilasi ringan. Sedangkan pada hipoventilasi berat
 jusrtu mengakibatkan paradoksikal apnea, yaitu penderita justru jadi apnea setelah
diberi oksigen. Terapi yang benar pada hipoventilasi adalah :
• Membebaskan jalan nafas
• Memberikan oksigen
• Menyiapkan nafas buatan
• Terapi sesuai penyebabny
penyebabnyaa
Hiperventilasi

Hiperventilasi dengan hipokapnia akan merangsang kalium ekstraselular mengalir ke


intras
intraselu
elular
lar,, hin
hingga
gga ter
terjad
jadii hip
hipoka
okalem
lemia.
ia. Ari
Aritmia
tmia ber
berupa
upa bra
bradik
dikard
ardia
ia rela
relatif
tif dap
dapat
at
terjadi pada hipokalemia.

6
Komplikasi Kardiovaskular 

Hipertensi dapat disebabkan karena nyeri akibat pembedahan, iritasi pipa trakea,
cairan infus berlebihan, buli-buli penuh atau aktivasi saraf simpatis karena hipoksia,
hiperkapnea dan asidosis. Hipertensi akut dan berat yang berlangsung lama akan
menye
men yebab
babkan
kan gag
gagal
al ve
ventr
ntrike
ikell kir
kiri,
i, inf
infark
ark mio
miokar
kard,
d, dis
disrit
ritmia
mia,, ede
edema
ma par
paru
u ata
atau
u
pendarahan otak. Terapi hipertensi ditujukan pada faktor penyebab dan kalau perlu
dapat diberikan klonidin (catapres) atau nitroprusid (niprus) 0,5 ± 1,0 µg/kg/ menit.

Hipotensi yang terjadi karena isian balik vena (venous return) menurun disebabkan
pendarahan, terapi cairan kurang adekuat, diuresis, kontraksi miokardium kurang
kuat atau tahanan veskuler perifer menurun. Hipotensi harus segera diatasi untuk
mencegah terjadi hipoperfusi organ vital yang dapat berlanjut dengan hipoksemia
dan kerusahan jaringan. Terapi hipotensi disesuaikan dengan faktor penyebabnya.
Berikan O2 100%dan infus kristaloid RL atau Asering 300-500 ml.

Distri
Distrittmi
mia
a yan
ang
g te terj
rjad
adii dap
apat
at didis
seb
ebab
abk kan oleleh
h hip
ipok
okal
ale
emi
mia,
a, asid
asidos
osis
is--
alkalosis,hipoksia, hiperkapnia atau penyakit jantung.

Hipertensi karena anest


Hipertensi anestesi
esi tidak adekuat dapadapatt dihil
dihilangka
angkan
n deng
dengan
an mena
menambah
mbah
dosis
dos is ane
aneste
stetik
tika.
a. Bil
Bila
a per
persis
sisten
ten dap
dapat
at dib
diberi
eri oba
obatt pe
pengh
nghamb
ambat
at bet
betaa adr
adrene
energi
rgik
k
seperti propanolol atau obat vasodilator seperti nitrogliserin yang juga bermanfaat
untuk memperbaiki perfusi miokard. Reaksi hipertensi pada waktu laringoskopi dapat
dicega
dicegahh ant
antara
ara lai
lain
n den
dengan
gan ter
terlab
labih
ih da
dahul
hulu
u mem
member
berii sem
sempro
protan
tan lid
lidoka
okain
in top
topica
icall
kedalam faring dan laring, obat seperti opiat dan lain-lain.

Hipertensi karena kesakitan yang


yang terjadi pada akhir anestesi dapat diobati dengaan
anal
analge
geti
tika
ka na
nark
rkot
otik
ik se
sepe
pert
rtii pe
peth
thid
idin
in 10 mg I.I.V
V at
atau
au mo
morf
rfin
in 2-
2-3
3 mg I.I.V
V de
deng
ngan
an
memperhatikan pernafasan (depresi).

 Aritmia jantung pada anestesia, terjadi kira-kira 15-30 %. Etiologi aritmia selama
anestesia :
• Tindakan bedah : Bedah mata, hidung, gigi, traksimesenterium, dilatasi anus.
• Pengaruh metabolisme : hipertiroid, hiperkalemi
• Penyakit tertentu : penyakit jantung bawaan, penyakit hiperkapnia,hipokelmia,
 jantung koroner 
• Pengaruh obat tertentu : atropine, halotan, adrenalin dll.
Komplikasi Lain-lain

Mengigil

Pada akhir anestesi dengan tiopental, halotan atau enfluran kadang-kadang timbul
mengigil di seluruh tubuh disertai bahu dan tangan bergetar. Hal ini mungkin terjadi
karen
karena
a hip
hipote
otermi
rmiaa ata
atau
u efe
efek
k ob
obat
at ane
aneste
stesi,
si, Hip
Hipote
otermi
rmi ter
terjad
jadii aki
akibat
bat su
suhu
hu rua
ruang
ng
operasi, ruang UPPA yang dingin, cairan infus dingin, cairan irigasi dingin, bedah
abdomen luas dan lama. Faktor lain yang menjadi pertimbangan ialah kemungkinan
waktu anestesi aliran gas diberikan terlalu tinggi hingga pengeluaran panas tubuh
melalui ventilasi meningkat.

7
Terapi pe
Terapi petidi
tidin
n 10-
10-20
20 mg i.v
i.v.. pad
pada
a pas
pasien
ien dew
dewasa
asa,, se
selimu
limutt han
hangat
gat,, inf
infus
us han
hanga
gatt
dengan infusion
infusion war
arme
mer,
r, lampu penghangat untuk menghangatkan
menghangat kan suhu tubuh.

Gelisah setelah anestesi

Gelisah
Gelisa h pas
pascaca ane
aneste
stesi
si dap
dapat
at dis
diseba
ebabka
bkann kar
karena
ena hiphipoks
oksia,
ia, asi
asidos
dosis,
is,hip
hipote
otensi
nsi,,
kesakitan. Penyulit ini sering terjadi pada pemberian premedikasi dengan sedatif 
tanpa anelgetika, hingga pada akhir operasi penderita masih belum sadar tetapi
nyeri sudah mulai terasa. Komplikasi ini sering didapatkan pada anak dan penderita
usia
usia la
lanj
njut
ut.. Se
Sete
tela
lah
h di
disi
sing
ngki
kirk
rkan
an se
seba
bab-
b-se
seba
babb te
ters
rseb
ebut
ut di at
atas
as,, pa
pasisien
en da
dapa
patt
diberik
diberikan
an mid
midazo
azolam
lam 0,0
0,05-0
5-0,1m
,1mg/k
g/kgBB
gBB ata
atauu ter
terap
apii den
dengan
gan ana
analge
lgetik
tika
a nar
narkot
kotika
ika
(petidin 15-25 mg I.V ).

Kenaikan Suhu

Kenaikan suhu tubuh harus kita bedakan apakah demam (fever) atau hipertermia
(hiperpireksia). Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas 38 derajat Celcius dan
masih dapat diturunkan dengan pemberian salisilat. Sedangkan hipertermia ialah
kenaikan suhu tubuh diatas 40 derajat Celcius dan tidak dapat diturunkan dengan
hanya memberikan salisilat.

Beberapa hal yang dapat mencetuskan kenaikan suhu tubuh ialah:


• Puasa terlalu lama
• Suhu kamar operasi terlalu panas (suhu ideal 23-24 derajat Celcius)
• Penutup kain operasi yang terlalu tebal
• Dosis premedikasi sulfas atropin terlalu besar 
• Infeksi
• Kelainan herediter (kelainan ini biasanya menjurus pada komplikasi
hipertermia maligna)
Hipertermia maligna merupakan krisis hipermetabolik dimana suhu tubuh naik lebih
dari 2 derajat Celcius dalam waktu satu jam. Walaupun angka kajadian komplikasi
ini jarang, yaitu 1: 50.000, pada penderita dewasa dan 1: 25.000 pada anak-anak,
tetapi jika terjadi, angka kematiannya cukup tinggi yaitu 60%. Etiologi komplikasi ini
masih diperdebatkan, tetapi telah banyak dikemukakan bahwa kelainan herediter ini
karena adanya cacat pada ikatan kalsium dalam reticulum sarkoplasma otot atau
 jantung.

 Adanya pacuan tertentu akan meyebabkan keluarnya kalsium tersebut dan masuk
kedalam
keda lam sitop
sitoplasma
lasma hingg
hingga
a meng
menghasil
hasilkan
kan kontr
kontraksi
aksi miofib
miofibril
ril hebat
hebat,pen
,penumpuk
umpukan an
asam
as am la lakt
ktat
at dadan
n kakarb
rbon
ondi
diok
oksi
sida
da,, me
meni
ning
ngka
katk
tkan
an kekebu
butu
tuha
han n okoksi
sige
gen,
n,as
asid
idos
osis
is
metabolik,
metab olik, dan pemb
pembentuk
entukan
an panas
panas.. Keba
Kebanyak
nyakan
an obat anes
anestetika
tetika akan menja
menjadidi
triger pada penderita yang berbakat hipertermia maligna herediter ini. Halotan dan
suksinilkolin adalah obat-obat yang sering dilaporkan sebagai pencetus penyulit ini.
 Akan tetapi tidak berarti obat-obat lain aman terhadap komplikasi ini. Gejala klinis
sela
se lain
in kekena
naik
ikan
an susuhu
hu memend
ndad
adakak,, to
tonu
nuss ototot
ot be
bert
rtam
amba
bah,
h, ta taki
kik
kar
ardi
di,, te
teta
tani
ni,,
mioglobinuria, gagal ginjal dan gagal jantung.

Penanggulangan komplikasi dilakukan dengan langkah-langkah:

8
• Hentikan pemberian anestetika dan berikan O2 100%
• Seluruh tubuh dikompres es atau alkohol, kalau perlu lambung dibilas dengan
larutan NaCl fisiologis dingin
• Pemeriksaan gas darah segera dilakukan
• Koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat
• Koreksi hiperkalemia dengan glukosa dan insulin
• Oradekson dosis tinggi diberikan i.v.
• Dantrolene i.v. 1-2 mg/ kgBB dapat diulang tiap 5-10 menit dan maksimum 10
mg/kgBB. Obat ini merupakan satu-satunya obat spesifik untuk hipertermia
maligna.
Reaksi Hipersensitif 

Reaksi hipers
Reaksi hipersensiti
ensitiff adala
adalah
h reaks
reaksii abno
abnormal
rmal terhad
terhadap
ap obat karen
karenaa terbe
terbentukn
ntuknya
ya
mediator kimia endogen seperti histamin dan serotonin dan lainnya. Reaksi dapat
saja
saja te
terj
rjad
adii pa
pada
da tia tiap
p pe
pemb
mber
eria
ian
n ob
obat
at te
term
rmas
asuk
uk ob
obat
at ya
yang
ng di
digu
guna
naka
kan
n da
dala
lam
m
anestesia. Komplikasi sering terjadi pada pemberian induksi intravena dan obat
pelumpuh otot.

Gejala klinis hipersensitif :


• Kulit kemerahan dan timbul urtikaria
• Muka menjadi sembab
• Vasodilatasi, tetapi nadi kecil sering tak teraba, sampai henti jantung.
• Bronkospasme
• Sakit perut, mual dan muntah, kadang diare

Pengobatan:
• Hentikan pemberian obat anestetika
• Dilakukan napas buatan dan kompresi jantung luar kalau terjadi henti jantung
•  Adrenalin 0,3-0,5 cc (1:1000) i.v. atau intratrakeal
intratrakeal
• Steroid, aminofilin atau vasopresor dipertimbangkan pada keadaan tertentu
• Percepat cairan infus kristaloid
• Operasi dihentikan dulu sampai gejala-gejala hilang.
Nyeri

Nyeri pasc
Nyeri pasca
a bedah dikategorika
dikategorikan
n seba
sebagai
gai nyer
nyerii berat
berat,, seda
sedang
ng dan ringan.Untuk
ringan.Untuk
mere
me reddam nyer erii pas
asca
ca bebeda
dah
h padadaa anenes ste
tes
si re reg
gio
ion
nal untutuk k pas
asie
ienn
dewasa,sering ditambahkan morfin 0.05-0.10 mg saat memasukkan anestesi
lokal ke ruang subaraknoid atau morfin 2-5 mg ke ruang epidural.epidural. Tindakan ini
sangat baik manfaatnya karena dapat membebaskan nyeri pasca bedah sekitar 10-
16 jam. Setelah itu nyeri yang timbul bersifat sedang atau ringan dan jarang
diperluka
dipe rlukan
n tamba
tambahan
han opio
opioid
id dan kalau
kalaupun
pun perl
perlu u cuku
cukup p diber
diberikan
ikan anal
analgetik
getik
golongan NSAID (anti inflamasi non steroid) misalnya ketorolac 10-30 mg IV
atau IM.

Opioid lain seperti petidin atau fentanil jarang digunakan intradural atau epidural,
karena efeknya lebih pendek sekitar 3-6 jam. Efek samping opioid intratekal atau

9
epidural
epidural ial
ialah
ah gat
gatal
al di dae
daerah
rah muk
muka.
a. Pad
Padaa man
manula
ula dap
dapat
at ter
terjad
jadii dep
depres
resii nap
napas
as
setelah 10-24 jam. Gatal di muka dan depresi napas dapat dihilangkan dengan
naloks
nalokson.
on. Opi
Opioid
oid int
intrate
ratekal
kal ata
atau
u epi
epidur
dural
al tid
tidak
ak dia
dianju
njurka
rkan
n pad
pada a man
manula
ula kec
kecual
ualii
dengan pengawasan ketat.

Kalau ter
Kalau terjad
jadii ny
nyeri
eri pa
pasca
sca bed
bedah
ah di UPP
UPPA A dib
diberi
erikan
kan ob
obat
at gol
golong
ongan
an op
opioi
ioid
d
secara bolus dan selanjutnya dengan titrasi perinfus.

Mual-Muntah

Mual-muntah
Mual-munta h pasc
pascaa anes
anestesi
tesi ser
sering
ing ter
terjad
jadii set
setela
elah
h ane
aneste
stesi
si umu
umumm ter
teruta
utama
ma
pada penggunaan opioid, bedah intra-abdomen, hipotensi dan pada analgesia
regional.. Obat mual-muntah yang sering digunakan pada peri anesthesia ialah :
regional

• Dehydrobenzoperidol (droperidol) 0,05-0,1 mg/kgBB (amp 5 mg/ml) i.m


Dehydrobenzoperidol i .m atau
i.v.
• Metoklopramid (primperan) 0,1 mg/kgBB i.v.,supp 20 mg
• Ondansetron (zofran, narfoz) 0,05-0,1 mg/kgBB i.v
• Cyclizine 25-50 mg.

10

Anda mungkin juga menyukai