Konstitusi
Konstitusi
Pada daftar aturan di atas, Anda dapat menemukan beberapa aturan yang mengatur
bagaimana pemerintahan dijalankan. Anda juga dapat menemukan adanya beberapa aturan
yang sama sekali tidak berhubungan dengan cara-cara pemerintahan dijalankan. Manakah
aturan-aturan yang dimaksud tersebut?
Pada saat Anda menemukan aturan atau hukum yang berisi ketentuan yang
mengatur bagaimana pemerintah dijalankan, artinya Anda telah menemukan bagian dari
konstitusi. Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang
bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang terdapat
dalam konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara, maka
konstitusi dikatakan pula sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara.
Selanjutnya mari kita telusuri konsep konstitusi dari segi bahasa atau asal katanya
(secara etimologis). Istilah konstitusi dikenal dalam sejumlah bahasa, misalnya dalam
bahasa Prancis dikenal dengan istilah constituer, dalam bahasa Latin/Italia digunakan
istilah constitutio, dalam bahasa Inggris digunakan istilah constitution, dalam bahasa
Belanda digunakan istilah constitutie, dalam bahasa Jerman dikenal dengan istilah
verfassung, sedangkan dalam bahasa Arab digunakan istilah masyrutiyah (Riyanto, 2009).
Constituer (bahasa Prancis) berarti membentuk, pembentukan. Yang dimaksud dengan
membentuk di sini adalah membentuk suatu negara. Kontitusi mengandung permulaan dari
segala peraturan mengenai suatu negara atau dengan kata lain bahwa konstitusi
mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai negara (Prodjodikoro, 1970),
pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara (Lubis, 1976),
dan sebagai peraturan dasar mengenai pembentukan negara (Machfud MD, 2001).
Apakah istilah lain yang memiliki makna sama dengan makna constituer? Coba
Andaperiksa dalam kamus masing-masing bahasa dimaksud, yakni Kamus bahasa
Latin/Italia, Kamus bahasa Inggris, Kamus bahasa Belanda, Kamus bahasa Jerman, dan
dalam Kamus bahasa Arab.
Untuk memperdalam pemahaman mengenai konsep konstitusi, mari kita telusuri
berbagai definisi yang dikemukakan para ahli (pengertian terminologis).
Lord James Brice, Konstitusi ialah kerangka masyarakat dalam dunia politik yang
diatur oleh hukum, dimana hukum menetapkan secara tetap terhadap berbagai
lembaga yang memiliki fungsi dan hak yang diakui.
Aristoteles, Membedakan antara istilah Politica yang berarti konstitusi dan monica
berarti undang-undang.
Struycken, Konstitusi adalah Undang-Undang Dasar. Konstitusi memuat garis-
garis besar dan asas tentang organisasi dari pada negara.
Cf. Strong, Konstitusi ialah sekumpulan asas yang mengatur, menetapkan
pemerintah dan kekuasaannya, hak-hak yang diperintah, dan juga hubungan antara
pemerintah dengan yang diperintah.
Richard S. Kay, Konstitusi ialah pelaksanaan dari aturan-aturan hukum atau rule
of law dalam hubungan antara masyarakat dengan pemerintahan. Konstitualisme
menciptakan situasi yang bisa memupuk rasa aman karena adanya batasan pada
wewenang pemerintah yang sudah ditetapkan lebih awal.
2
Merujuk pandangan Lord James Bryce yang dimaksud dengan konstitusi adalah
suatu kerangka negara yang diorganisasikan melalui dan dengan hukum, yang menetapkan
lembaga-lembaga yang tetap dengan mengakui fungsi-fungsi dan hakhaknya. Pendek kata
bahwa konstitusi itu menurut pandangannya merupakan kerangka negara yang
diorganisasikan melalui dan dengan hukum, yang menetapkan lembaga-lembaga yang
tetap (permanen), dan hyang menetapkan fungsi-fungsi dan hak-hak dari lembaga-lembaga
permanen tersebut. Sehubungan dengan itu C.F. Strong yang menganut paham modern
secara tegas menyamakan pengertian konstitusi dengan undang-undang dasar. Rumusan
yang dikemukakannya adalah konstitusi itu merupakan satu kumpulan asas-asas mengenai
kekuasaan pemerintah, hak-hak yang diperintah, dan hubungan antara keduanya
(pemerintah dan yang diperintah dalam konteks hak-hak asasi manusia). Konstitusi
semacam ini dapat diwujudkan dalam sebuah dokumen yang dapat diubah sesuai dengan
perkembangan zaman, tetapi dapat pula berupa a bundle of separate laws yang diberi
otoritas sebagai hukum tata negara. Rumusan C.F. Strong ini pada dasarnya sama dengan
definisi Bolingbroke (Astim Riyanto, 2009).
Kegiatan penelusuran kita yang terakhir adalah ihwal urgensi konstitusi bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar kita memahami urgensi konstitusi perlu
diketahui terlebih dahulu fungsinya. Apakah Anda tahu apa fungsi konstitusi bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara? Berikut disajikan sejumlah fungsi konstitusi:
Fungsi Konstitusi
3
Konstitusi berfungsi sebagai pelindung hak asasi manusia dan kebebasan warga suatu
negara.
Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam arti
sempit hanya di bidang politik maupun dalam arti luas mencakup bidang sosial dan
ekonomi.
Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan warga Negara.
Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (yang
dalam sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
Keempat hal yang termuat dalam konstitusi tersebut menunjukkan arti pentingnya
suatu konstitusi yang menjadi barometer kehidupan bernegara dan berbangsa. Konstitusi
juga memberikan arah dan pedoman bagi generasi penerus bangsa dalam menjalankan
suatu negara. Konstitusi memiliki kedudukan istimewa dan menjadi sumber hukum utama.
4
Oleh karena itu, tidak boleh ada satu peraturan perundang-undangan pun yang
bertentangan dengannya.
Konstitusi sangat diperlukan oleh suatu negara. Oleh karena itu, semua negara yang
baru merdeka akan menyusun konstitusi. Konstitusi merupakan dokumen nasional yang
bersifat mulia dan istimewa dan sekaligus merupakan dokumen hukum dan politik.
Konstitusi berisi kerangka dasar, susunan, fungsi, dan hak lembaga negara, pemerintahan,
hubungan antara negara dan warganya, serta pengawasan jalannya pemerintahan.
Ada tiga hal yang diatur dalam sebuah konstitusi, yaitu sebagai berikut:
1. Jaminan hak asasi manusia bagi seluruh warga negara dan penduduk.
2. Sistem ketatanegaraan yang mendasar.
3. Kedudukan, tugas, dan wewenang lembaga-lembaga Negara.
3. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik Tentang Konstitusi Dalam Kehidpan Berbangsa-
Negara Indonesia
5
Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat utntuk menyusun
sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti dan fungsinya.
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945,
konstitusi Indonesia sebagai sesuatu ”revolusi grondwet” telah disahkan pada 18 Agustus
1945 oleh panitia persiapan kemerdekaan Indonesia dalam sebuah naskah yang dinamakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, sekalipun Undang-
Undang Dasar 1945 itu merupakan konstitusi yang sangat singkat dan hanya memuat 37
pasal namun ketiga materi muatan konstitusi yang harus ada menurut ketentuan umum
teori konstitusi telah terpenuhi dalam Undang-Undang Dasar 1945 tersebut.
Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau penyesuaian itu
memang sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri, dengan merumuskan dan
melalui pasal 37 UUD 1945 tentang perubahan Undang-Undang Dasar. Dan apabila MPR
bermaksud akan mengubah UUD melalui pasal 37 UUD 1945 , sebelumnya hal itu harus
ditanyakan lebih dahulu kepada seluruh Rakyat Indonesia melalui suatu referendum. (Tap
no.1/ MPR/1983 pasal 105-109 jo. Tap no.IV/MPR/1983 tentang referendum) .
Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu
agenda sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan ke empat pada sidang
tahunan MPR tahun 2002 bersamaan dengan kesepakatan dibentuknya komisi konstitusi
yang bertugas melakukan pengkajian secara komperhensif tentang perubahan UUD 1945
berdasarkan ketetapan MPR No. I/MPR/2002 tentang pembentukan komisi Konstitusi.
Organisasi negara.
HAM.
Prosedur penyelesaian masalah pelanggaran hukum.
Cara perubahan konstitusi.
6
Pembagian kekuasaan negara.
Jaminan HAM (Hak Asasi Manusia).
Perubahan konstitusi.Larangan perubahan konstitusi.
7
Berdasarkan sifat dari konstitusi yaitu:
1. Fleksibel atau luwes apabila konstitusi / undang undang dasar memungkinkan untuk
berubah sesuai dengan perkembangan.
2. Rigid atau kaku apabila konstitusi / undang undang dasar jika sulit untuk diubah.
8
Pada awal era reformasi (pertengahan 1998), muncul berbagai tuntutan reformasi
di masyarakat. Tuntutan tersebut disampaikan oleh berbagai komponen bangsa, terutama
oleh mahasiswa dan pemuda. Beberapa tuntutan tersebut adalah:
Perubahan UUD NRI 1945 merupakan suatu terobosan yang sangat besar
karena pada era sebelumnya tidak dikehendaki adanya perubahan tersebut. Sikap
politik pemerintah yang diperkuat oleh MPR berkehendak untuk tidak mengubah
UUD NRI 1945. Apabila muncul juga kehendak untuk mengubah UUD NRI 1945,
terlebih dahulu harus dilakukan referendum (meminta pendapat rakyat) dengan
persyaratan yang sangat ketat. Dengan persyaratan yang ketat maka keil
kemungkinan untuk berhasil melakukan perubahan UUD NRI 1945.
Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14–21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama
UUD 1945 (9 penambahan / perubahan pasal)
Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7–18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua
UUD 1945 (25 penambahan / perubahan pasal)
Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1–9 November 2001 → Perubahan Ketiga
UUD 1945 (23 penambahan / perubahan pasal)
Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1–11 Agustus 2002 → Perubahan Keempat
UUD 1945 (18 penambahan / perubahan pasal).
Proses perubahan UUD NRI 1945 yang dilakukan oleh MPR dapat digambarkan
sebagai berikut:
9
Pasca Perubahan UUD NRI 1945, Pada tanggal 18 Agustus 2008, atas nama
komponen bangsa Indonesia, Lembaga Kajian Konstitusi, Pimpinan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Daerah,
mendeklarasikan “Hari Konstitusi Indonesia”. Gagasan pencanangan tanggal 18 Agustus
sebagai Hari Konstitusi didasarkan pada tulisan Mochamad Isnaeni Ramdhan yang dimuat
pada harian ‘Suara Karya’ pada hari Jum’at, 15 Agustus 2008 yang berjudul ‘Hari
Konstitusi Indonesia’.
Bagaimana hasil perubahan UUD NRI 1945 itu? Setelah melewati proses yang
cukup panjang, akhirnya MPR RI berhasil melakukan perubahan UUD NRI
1945.PerubahanUUDNRI1945 yangpadamulanyamerupakantuntutanreformasi, dalam
perjalanannya telah menjadi kebutuhan seluruh komponen bangsa. Jadi, tidak heran jika
dalam proses perubahan UUD NRI 1945, seluruh komponen bangsa berpartisipasi secara
aktif. Dalam empat kali masa sidang MPR, UUD NRI 1945 mengalami perubahan sebagai
berikut.
a. Perubahan Pertama UUD NRI 1945 dihasilkan pada Sidang Umum MPR 1999
(tanggal 14 sampai 21 Oktober 1999).
10
b. Perubahan Kedua UUD NRI 1945 dihasilkan pada Sidang Tahunan MPR 2000
(tanggal 7 sampai 18 Agustus 2000).
c. Perubahan Ketiga UUD NRI 1945 dihasilkan pada Sidang Tahunan MPR 2001
(tanggal 1 sampai 9 November 2001)
d. Perubahan Keempat UUD NRI 1945 dihasilkan pada Sidang Tahunan MPR 2002
(tanggal 1 sampai 11 Agustus 2002).
Setelah disahkannya Perubahan Keempat UUD NRI 1945 pada Sidang Tahunan
MPR 2002, agenda reformasi konstitusi Indonesia untuk kurun waktu sekarang ini
dipandang telah tuntas. Perubahan UUD NRI 1945 yang berhasil dilakukan mencakup 21
bab, 72 pasal, 170 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan. Ada enam
pasal yang tidak mengalami perubahan, yaitu Pasal 4, Pasal 10, Pasal 12, Pasal 25, Pasal
29, dan Pasal 35. Coba Anda cermati pasal-pasal dimaksud dalam Naskah UUD NRI 1945.
Apa isinya?
Jika kita bandingkan, isi UUD NRI 1945 sebelum dan sesudah perubahan, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
No Bab Pasal Ayat Aturan Aturan
peralihan tambahan
1 Sebelum 16 37 49 4 pasal 2 ayat
perubahan
2 Sesudah 21 73 170 3 pasal 2 pasal
perubahan
Berdasarkan tabel di atas bahwa UUD NRI1945 sebelum diubah terdiri atas 16
bab, 37 pasal, 49 ayat, dan 4 pasal Aturan Peralihan, serta 2 ayat Aturan Tambahan. Setelah
diubah, UUD NRI 1945 terdiri atas 21 Bab, 73 pasal, 170 ayat, dan 3 pasal Aturan
Peralihan, serta 2 pasal Aturan Tambahan.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, asal kata konstitusi dalam bahasa
Perancis adalah constituer yang berarti membentuk atau pembentukan. Yang dimaksud
dengan membentuk di sini adalah membentuk suatu negara. Oleh karena itu, konstitusi
berari menjadi dasar pembentukan suatu negara. Dengan demikian dapat dikatakan tanpa
konstitusi, negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi menempati posisi yang sangat
krusial dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Hamid S. Attamimi, berpendapat
bahwa pentingnya suatu konstitusi atau Undang Undang Dasar adalah sebagai pemberi
11
pegangan dan pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara harus
dijalankan.
Dalam negara modern, penyelenggaraan kekuasaan negara dilakukan berdasarkan
hukum dasar (konstitusi). Dengan demikian konstitusi mempunyai kedudukan atau derajat
supremasi dalam suatu negara. Yang dimaksud dengan supremasi konstitusi adalah
konstitusi mempunyai kedudukan tertinggi dalam tertib hukum suatu negara.
UUD NRI 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia memiliki kedudukan sebagai
hukum tertinggi dan hukum dasar negara. Sebagai hukum tertinggi negara, UUD NRI 1945
menduduki posisi paling tinggi dalam jenjang norma hukum di Indonesia. Sebagai hukum
dasar, UUD NRI 1945 merupakan sumber hukum bagi pembentukan peraturan perundang-
undangan dibawahnya.
Jenjang norma hukum di Indonesia terwujud dalam tata urutan peraturan
perudang undangan. Tata urutan ini menggambarkan hierarki perundangan mulai dari
jenjang yang paling tinggi sampai yang rendah. Dalam sejarah politik hukum di Indonesia,
tata urutan peraturan perudang undangan ini mengalami beberapa kali perubahan, namun
tetap menempatkan UUD NRI 1945 sebagai hukum tertinggi.
Sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi negara, maka peraturan perundangan
di bawah UUD NRI 1945, isinya bersumber dan tidak boleh bertentangan dengannya.
Misal isi norma suatu pasal dalam undang-undang, tidak boleh bertentangan dengan UUD
NRI. Dengan demikian UUD NRI 1945 sebagai konstitusi negara menjadi batu uji apakah
isi peraturan di bawahnya bertentangan atau tidak. Undang-undang padadasarnya adalah
pelaksanaan daripada norma-norma yang terdapat dalam undang-undang dasar. Misal
Pasal 31 Ayat 3 UUD NRI 1945 menyatakan “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undangundang”. Berdasar hal di atas, disusunlan undang-undang pelaksanaanya
yakni Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Oleh karena secara normatif undang-undang tidak boleh bertentangan dengan
UUD NRI 1945, maka jika ditemukan suatu norma dalam undang-undang bertentangan
dengan UUD NRI 1945 maka dapat melahirkan persoalan konstitusionalitas undang-
undang tersebut terhadap UUD NRI 1945. Dalam sistem hukum di Indonesia, lembaga
negara yang berwenang menguji konstitusionalitas undang-undang terhadap UUD NRI
1945 adalah Mahkamah Konstitusi. Pengujian konstitusionalitas undang-undang adalah
pengujian mengenai nilai konstitusionalitas undang-undang itu baik dari segi formal
ataupun material terhadap UUD. Uji material menyangkut pengujian UU yang berkenaan
12
dengan materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian UU yang dianggap bertentangan
dengan UUD NRI 1945. Uji formal menyangkut pengujian UU yang berkenaan dengan
proses pembentukan UU dan hal-hal lain yang tidak termasuk pengujian material. Warga
negara baik secara perseorangan atau kelompok dapat mengajukan pengujian
konstitusionalitas suatu undang-undang yang dianggap bertentangan dengan UUD NRI
1945 ke Mahkamah Konstitusi.
13