Trauma Mata Kel 3 B16pagi
Trauma Mata Kel 3 B16pagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Trauma mataadalahtindakansengajamaupuntidak yang
menimbulkanperlukaanmata.Trauma matamerupakankasusgawatdaruratmata.Perlukaan
yang
ditimbulkandapatringansampaiberatataumenimbulkankebutaanbahkankehilanganmata.Al
atrumahtanggaseringmenimbulkanperlukaanatau trauma mata (Ilyas, Sidarta, 2005).
1
KELOMPOK 3 B16 PAGI
Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras, coustic soda, kaporit, jodium tincture,
baygon, bahan pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah papaya, miyak putih.
2. Trauma fisis
Trauma termik (hipermetik) misalnya terkena percikan api dan terkena air
panas.
Trauma radiasi misalnya terkena sinar ultra violet, sinar infra merah, sinar
ionisasi dan sinar X.
(Ilyas, Sidarta, 2005).
2
KELOMPOK 3 B16 PAGI
4. Kornea
Kornea (Latin cornum = sepertitanduk) adalahselaputbeningmata,
bagianselaputmata yang tembuscahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup
bola matasebelahdepan dan terdiri dari beberapa lapisan. Dipersarafi oleh banyak
saraf. Edema kornea, penglihatan kabur, kornea keruh, erosi/abrasi, laserasi kornea
tanpa disertai tembusnya kornea dengan keluhan nyeri yang sangat, mata berair,
fotofobi adalah tanda dan gejala yang dapat muncul akibat trauma pada kornea.
5. Iris atau badan silier
Merupakan bagian dari uvea. Perdarahan uvea dibedakanantarabagian anterior
yang diperdarahioleh 2 buaharterisiliar posterior longus yang
masukmenembussklera di temporal dan nasal dekattempatmasuksarafoptikdan 7
buaharterisiliar anterior, yang terdapat 2 padasetiapotot superior, medial inferior,
satupadaototrektus lateral. Arterisiliar anterior dan posterior iniber-
gabungmenjadisatumembentukarterisirkularis mayor padabadansiliar.Uvea
posterior mendapatperdarahandari 15 - 20 buaharterisiliar posterior brevis yang
menembussklera di sekitartempatmasuksarafoptik.Hifema (perdarahan bilik mata
depan), iridodialisis (iris terlepas dari insersinya) merupakan tanda patologik jika
trauma mengenai iris.
6. Lensa
Lensamerupakanbadan yang bening.Secarafisiologiklensamempunyaisifattertentu,
yaitu:
Kenyalataulenturkarenamemegangperananterpentingdalamakomodasiuntukmenjadi
cembung, jernihatautransparankarenadiperlukansebagai media penglihatan, terletak
di tempatnya.Secara patologik jika lensa terkena trauma akan terjadi subluksasi
lensa mata (perpindahan tempat).
7. Korpus vitreus: perdarahan korpus vitreus.
8. Retina
Retina adalahsuatumembran yang tipis danbening,
terdiriataspenyebarandaripadaserabut-
serabutsarafoptik.Letaknyaantarabadankacadan
koroid.Letaknyaantarabadankacadan koroid.1,2Bagian anterior
berakhirpadaoraserata. Dibagian retina yang
letaknyasesuaidengansumbupenglihatanterdapatmakulalutea (bintikkuning) kira-
kiraberdiameter 1 - 2 mm yang
3
KELOMPOK 3 B16 PAGI
berperanpentinguntuktajampenglihatan.Ditengahmakulaluteaterdapatbercakmengki
lat yang merupakanreflek fovea.Secara patologik jika retina terkena trauma akan
terjadi edema makula retina, ablasio retina, fotopsia, lapang pandang terganggu dan
penurunan tekanan bola mata.
9. Nervus optikus: Nervus II terlepas atau putus (avulsio) sehingga menimbulkan
kebutaan.
b. Trauma Tajam
1. Orbita: kebutaan, proptosis (akibat perdarahan intraorbital), perubahan posisi bola
mata.
2. Palpebra: ptosis yang permanen (jika mengenai levator apoeurosis)
3. Saluran lakrimal: gangguan sistem eksresi air mata.
4. Konjungtiva: robekan konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva.
5. Sklera: pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris, badan silier dan
koroid yang berwarna gelap).
6. Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus: laserasi kornea yang disertai
penetrasi kornea, prolaps jaringan iris, penurunan TIO, adanya luka pada kornea,
edema.
7. Koroid dan kornea: luka perforasi cukup luas pada sklera, perdarahan korpus
vitreus dan ablasi retina.
c. Trauma Kimia
1. Trauma Asam
Kekeruhan pada kornea akibat terjadi koagulasi protein epitel kornea.
2. Trauma Basa/Alkali
Kebutaan
4
KELOMPOK 3 B16 PAGI
5
KELOMPOK 3 B16 PAGI
6
Benturan benda tumpul pada mata
Rongga Orbita Palpebra Konjungtiva Kornea Iris atau Lensa Korpus Retina Nervus
badan silier vitreus optikus
Frakturor Mengenai Hematom, robekan Edema, Hifema iridodialisis perdarahan Edema Terlepas
bita saraf edema pembuluh keruh, makula atau putus
darah erosi/abrasi, (avulsio)
Perdarahan Kebutaan Ptosis laserasi Subluksasi Ablasio retina,
lensa mata fotopsia
Edemadan (perpindahan Kebutaan
perdarahan Penglihatan tempat).
Lagoftalmos/tidak
Gangguanger subkonjungtiv kabur,
dapat menutup lapang pandang
akan bola a fotofobia
secara sempurna terganggu dan
mata.
tekanan bola mata
menurun
7
KELOMPOK 3 B16 PAGI
Trauma Tajam
Tusukan langsung, pecahan kaca, dan lain-lain
Penetrasi kornea,
Kebutaan prolaps jaringan iris
Penurunan TIO
G3 rasa nyaman: nyeri Resiko Infeksi Ansietas G3 persepsi sensori: Visual Resiko Cedera
8
KELOMPOK 3 B16 PAGI
Trauma Kimia
Trauma bahan kimia
Hiperemi Terjadi koagulasi Bila konsentrasi Kerusakan jaringan menembus sampai dalam
protein epitel kornea tinggi
Ansietas
9
KELOMPOK 3 B16 PAGI
2.7. Penatalaksanaan
a. Trauma Mata Benda Tumpul
1. Tirah baring sempurna dalam posisi fowler untuk menimbulkan gravitasi guna
membantu keluarnya hifema dari mata.
2. Berikan kompres es.
3. Pemnatauan ketajam penglihatan.
10
KELOMPOK 3 B16 PAGI
garam fisiologis yang isotonis minimal selama 15 menit. Lebih lama lebih baik.
11
KELOMPOK 3 B16 PAGI
Steroid secara lokal atau sistemik diberikanbila peradangan sangat hebat dengan
2. Trauma Asam
Irigasi secepatnya dengan air keran atau larutan garam fisiologis minimal 15
menit. Lebih lama lebih bik. Irigasi sebersih mungkin termasuk daerah forniks
dalam.
EDTA diberikan 1 minggu etelah trauma.
12
KELOMPOK 3 B16 PAGI
Klasifikasi Thof
Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4
terjadi hiperemi terjadi terjadi hiperemi konjun
konjungtiva hiperemi disertai dengan gtiva
disertai dengan konjungtiva nekrosis perilimal
keratitis pungtata disertai konjungtiva dan nekrosis
hilangnya epitel lepasnya epitel sebanyak
kornea kornea 50%
Luka bakar alkali derajat 1 dan 2 akan sembuh dengan jaringan arut tanpa
terdapatnya neovaskularisasi kedalam kornea. Luka bakar alkali derajat 3 dan 4
membutuhkan waktu sembuh berbulan bulan bahkan bertahun-tahun.
13
KELOMPOK 3 B16 PAGI
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1. Pengkajian
a. Data biografi (meliputi identitas pasien seperti : Nama, Jenis kelamin, pekerjaan,
agama)
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan masalah primer pasien
seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa terbakar pada mata, mata basah,
3. B3 (Brain)
Pasien merasa pusing atau nyeri karena adanya peningkatan TIO.
4. B4 (Bladder)
Kebutuhan eliminasi dalam batas normal.
5. B5 (Bowel)
Tidak ditemukan perubahan dalam sistem gastrointestinal.
6. B6 (Bone)
Ekstremitas atas dan bawah tidak ditemukan adanya kelainan.
g. Pemeriksaan khusus pada mata:
1. Pemeriksaan bagian luar mata
Posisi mata: dikaji simetris / tidak, apakah exaptalamus.
14
KELOMPOK 3 B16 PAGI
optikus terstimulasi.
5. Kornea (adanya erosi,keratitis sampai dengan nekrosis pada kornea).
h. Tes Diagnostik
Untuk menilai ketajaman serta fungsi penglihatan, pemeriksaan keadaan organ mata,
2.2. Diagnosa
Trauma Tumpul
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terpajannya reseptor nyeri
sekunder terhadap trauma tumpul.
2. Gangguan persepsi sensori: visual berhubungan dengan kerusakan penglihatan
Trauma Tajam
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terpajannya reseptor nyeri
sekunder terhadap trauma tajam.
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penurunan ketajaman
penglihatan.
3. Gangguan persepsi sensori: visual berhubungan dengan dengan kerusakan penglihatan
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Trauma Kimia
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terpajannya reseptor nyeri
sekunder terhadap trauma kimia.
2. Gangguan persepsi sensori: visual berhubungan dengan dengan kerusakan
penglihatan.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penurunan ketajaman
penglihatan.
2.3. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman: nyeri akut behubungan dengan terpajannya reseptor nyeri
sekunder terhadap trauma tumpul
Tujuan: Rasa nyeri berkurang
15
KELOMPOK 3 B16 PAGI
Kriteria hasil:
Pasien mendemonstrasikan pengetahuan pengontrolan nyeri.
Pasien mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur yang tidak terganggu.
Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri ringan (1-3).
Intervensi:
1. Kaji tingkat nyeri (P, Q, R, S, T)
R/ Mengidentifikasi intervensi yang tepat dari menganalisa tingkat nyeri pasien.
2. Pantau tanda-tanda vital
R/ Rasa nyeri dapat meningkatkan tekanan darah, nadi, dan lainnya.
3. Pertahankan tirah baring dengan posisi tegak atau posisi kepala 60º
R/ Untuk menimbulkan gravitasi guna membantu keluarnya hifema pada mata.
4. Berikan tindakan nyaman seperti kompres pada daerah edema atau teknik relaksasi
lainnya
R/ Mengurangi rasa ketidaknyamanan, dengan memberikan kompres dingin dapat
menghambat perdarahan.
5. Bantu ajarkan teknik relaksasi
R/ Teknik relaksasi dapat mengurangi nyeri.
6. Kolaborasi pemberian analgetik
R/ Mengurangi nyeri.
16
KELOMPOK 3 B16 PAGI
penglihatan
Tujuan: Ansietas dapat teratasi
Kriteria hasil:
Pasien mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk mengurangi
ansietas.
Pasien mendemonstrasikan pemahaman proses penyakit.
Intervensi:
1. Kaji tingkat ansietas pasien
R/ Guna mengetahui tingkat ansietas.
2. Diskusikan metode penanganan ansietas
R/ Pemilihan pemecahan masalah yang tepat dapat mengurangi kecemasan klien.
3. Dorong pasien mengungkapkan ansietas
R/ Pengungkapan pokok masalah membantu meringankan beban pikiran.
4. Pertahankan limgkungan yang tenang
R/ Lingkungan yang tenang dapat mengurangi stress.
5. Berikan dukungan emosional
R/ Dukungan dari orang tua dan teman sangatlah penting guna penyembuhan lebih
awal.
6. Tempatkan seluruh barang-barang yang dibutuhkan dalam jarak yang dapat
dijangkau
R/ Mempermudah jangkauan klien terhadap barang –barang kebutuhannya.
7. Pastikan bahwa bantuan terhadap aktivitas sehari-hari akan ada
R/ Memberikan penjelasan tentang prosedur fungsi perawat dalam therapy
penyembuhan sehingga tidak menimbulkan anxietas berlebih terhadap klien.
8. Bantu atau ajarkan teknik relaksasi, nafas dalam, meditasi
R/ Merupakan teknik untuk mengurangi anxietas berkelanjutan.penyembuhan
sehingga tidak menimbulkan anxietas berlebih terhadap klien.
17
KELOMPOK 3 B16 PAGI
4.1. Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi dan kondisi pasien.
4.2. Evaluasi
a. Rasa nyeri berkurang/ hilang
b. Pasien mampu beradaptasi dengan perubahan
c. Ansietas dapat teratasi
d. Tidak ada tanda-tanda infeksi
18