PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyebab penyakit tanaman dapat berasal dari faktor biotik ataupun
abiotik,untuk mengetahui penyebabnya maka perlu adanya identifikasi gejala
awal dilapang. Faktor biotik yang sering menyerang tanaman salah satunya dari
jamur, jamur dapat berkembang dalam tubuh inang dengan menempel dan
kemudian bercambah membentuk haustorium dalam tubuh tanaman inang yang
kemudian infeksi tersebut dapat menyebabkan sakit dalam diri inang hingga
dapat menyebakan kematian pada inang. Untuk mengetahui lebih spesifik dari
jamur tersebut maka perlu dilakukan pengujian dalam laboratorium.
Pengujian dalam laboratorium dapat dilakukan dengen mengisolasi bagian
tanaman yang sakit dari inang ke media buatan,kemudia setelah didapatkan
biakan jamur dapat dilakukan proses purifikasi untuk mendapatkan koloni jamur
yang murni,dan setelah itu dapat dilakukan identifikasi dengan menggunakan
mikroskop. Oleh sebab itu dalam pratikum mikologi tumbuhan mahasisawa perlu
mempratikan dan mengetahui bagaimana cara isolasi, purifikasi hingga
identifikasi dengan benar.
1.2 Tujuan
Pada Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui cara untuk isolasi, purifikasi, dan identifikasi jamur patogen
tanaman.
2. Mengetahui karakteristik atau kenampakan dari spesies jamur pathogen
tanaman.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dalam praktikum ini adalah untuk engetahui
cara untuk isolasi, purifikasi, dan identifikasi jamur patogen tanaman dan untuk
mengetahui karakteristik atau kenampakan dari spesies jamur pathogen tanaman
apakah sesuai yang diinginkan atau tidak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat, Bahan serta Fungsi
3.1.1 Isolasi Jamur Patogen
Alat
Cutter :Untuk memotong bagian tanaman yang terkena serangan.
Pinset :Untuk memindahkan potongan sampel bagian yang
bergejala.
Cawan Petri : Sebagai tempat media (isolasi), alcohol, khloroks, dan
aquadest.
Bunsen : Untuk menciptakan kondisi aseptis.
Gelas Ukur : Untuk tempat alkohol (sterilisasi alat) dan untuk mengukur
saat pengenceran alkohol.
Wrapping : Untuk mengcover hasil isolasi di cawan petri.
Kamera : Untuk dokumentasi.
Bahan
Bagian tanaman bergejala
Fusarium Oxysporum :Obyek Pengamatan
Ustilago Maydis :Obyek pengamatan
Colletotrichum gloeosporioides :Obyek Pengamatan
Sclerotium rolf sii :Obyek Pengamatan
Alkohol :untuk mensterilkan bahan.
Aquadest :untuk mebilas bahan yang telah dicuci.
Media PDA :media pertumbuhan patogen yang diisolasi.
3.1.2 Purifikasi
Alat
Jarum Ose : Digunakan untuk mengambil atau memindahkan koloni
pathogen.
Wrapping : Untuk mengcover media dan cawan petri
Cawan Petri : Untuk tempat media purifikasi
Bunsen : Digunakan untuk sterilisasi alat
Bahan
Isolat hasil Isolasi :untuk di ambil isolat sengai bahan purifikasi
Media PDA :untuk meletakkan isolat yang dipurifikasi
Alkohol 70% :untuk sterilisasi lingkungan dan alat
Spirtus : sebagai bahan bakar Bunsen
3.1.3 Identifikasi
Alat
Jarum Ose :Untuk mengambil dan memindahkan isolat murni yang
akan di identifikasi
Mikroskop :Untuk mengidentifikasi kenampakan makroskopis
pathogen
Cover glass : Digunakan sebagai tempat spesimen yang diamati
Kamera : Untuk mendokumentasikan hasil dari identifikasi
Bahan
Aquades : untuk membersihkan alat.
Alkohol : untuk mensterilkan alat.
Isolat Murni hasil Purifikasi : spesimen yang diamati.
3.2 Cara Kerja (Analisa Perlakuan)
3.2.1 Isolasi
Pertama siapkan alat dan bahan yang akan diperlukan pada saat
kegiatan isolasi. Sampel tanaman yang bergejala dicuci pada air mengalir
kemudian bagian tanaman yang bergejala dipotong dengan ½ bagian
sakit dan ½ bagian sehat. Potongan sampel dicuci dengan alkohol dan
aquadest yang sudah disiapkan pada cawan petri dengan masing-masing
selama satu menit kemudian ditiriskan diatas tisu hingga kering. Setelah
kering ditanam pada PDA dengan cara bibir petri dibakar pada bunsen
terlebih dahulu lalu petri tetap didekatkan pada bunsen dan tutup petri
dibuka dengan tidak terlalu lebar kemudian tanam potongan sampel pada
PDA kemudian bakar bibir petri sebelum ditutup dengan wrapping. Semua
alat yang akan digunakan harus disterilkan terlebih dahulu dengan cara
dicelup alkohol dan dibakar pada bunsen. Kemudian potongan sampel
yang sudah ditanam diamati selama 1 minggu dan didokumentasikan
3.2.2 Purifikasi
Dipersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan terlebih dahulu,
selanjutnya sterilisasi tempat dan alat yang akan digunakan dipastikan
harus benar-benar steril karena kegitan purifikasi tidak dilakukan di LAFC,
sterilisasi ini dilakukan dengan cara menyemprot meja kerja dan udara
sekitar dengan menggunaka alkohol serta semua alat yang digunakan
direndam dengan menggunakan alkohol terlebih dahulu. Pada proses
purifikasi prinsipnya adalah memindah spora jamur hasil isolasi di dalam
media PDA dan menanam pada PDA baru tersebut. Langkahnya yaitu
mengambil sejumlah kecil koloni hasil dari isolasi dengan cara diplong,
kemudian diambil dengan jarum ose yang telah disterilkan dengan alkohol
kemudian dibakar dengan apu bunsen namun tidak terlalu lama tujuannya
agar jarum tidak terlalu panas sehingga tidak mematikan spora jamur yang
akan diambil. Spora yang diambil merupakan spora dari pathogen yang
diinginkan bukan yang kontam. Kemudian spora di tanam pada PDA yang
baru, pada saat membuka cawan petri didekatkan pada bunsen yang
menyala, sebelum dan sesudah membuka cawan petri bibir petri dibakar
terlebih dahulu pada api bunsen kemudian bungkus bibir petri dengan
wrapping. Amati dan dokumentasi
3.2.3 Identifikasi
Siapkan alat dan bahan, sterilisasi tempat dan alat yang akan
digunakan. Biakan patogen yang sudah dipurifikasi, kemudian diambil
dengan jarum ose, dan setelah itu diletakkan di preparan yang sudah
ditetesi air kemudian ditutup dengan cover glass. Langkah berikutnya,
preparat yang telah berisi sampel patogen kemudian diamati dibawah
mikroskop dengan perbesaran 10 x. Setelah kenampakan mikroskopisnya
terlihat maka segera didokumentasikan hasilnya dan dibandingkan
dengan literatur.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Warna koloni
putih,tekstur seperti
kapas,terdapat
warna coklat pada
3 Sclerotium rolfsii
salah satu sisi dan
zona
pertumbuhanya
melingkar
Warna koloni
tengah kehitaman
dan kemudian
Colletotrichum tepinya berwarna
4
gloeosporioides putih,zona
pertumbuhanya
melingkar,
bertekstur halus.
4.2.2 Pembahasan
Pada hasil purifikasi jamur Fusarium Oxysporum didapatkan hasil
kenampakan pada media PDA yaitu warna koloni putih dan bertekstur
seperti kapas,dan zona perumbuhanya melingkar, Menurut Gandjar,
(1999), kenampakan makroskopis dari Fusarium Oxysporum awalnya
miselium tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem atau kuning
pucat dalam keadaan tertentu berwarna merah muda agak
ungu.berdasarkan hasil perbandingan literatur kenampakan yang
didapatkan dapat dikatakan sesuai hal ini ditunjukan dengan koloni
miselium dari Fusarium Oxysporum hasil purifikasi pratikum berwarna
putih sedangkan berdasarkan literatur menyebutkan tidak berwarna
(putih) pada awalnya,dan kemungkinan hasil purifikasi tersebut masih
pada tahap awal sehingga belum menunjukan kenampakan warna
seperti yang di jelaskan dalam literatur.
Pada hasil purifikasi Ustilago Maydis Warna koloni jamur putih,
bertekstur halus,dan zona pertumbuhanya tidak teratur hal tersebut
dapat terlihat pada 7 hari setelah dilakukanya purifikasi,sedangkan
menurut Wakman (2000) warna dari U. maydis berwarna gelap spora
berwarna coklat sampai hitam. Dari penjelasan literature dan
dibandingkan dengan hasil purifikasi dalam pratikum jelas sangat
berbeda hal ini dikarenakan warna dari hasil purifikasi yaitu putih
sedangkan berdasarkan literatur mengatakan bahwa warna dari koloni
jamur U. maydis cenderung berwarna gelap. Perbanyakan U. maydis
pada media buatan sangat sulit dilakukan mengingat bahwa jamur U.
maydis hanya dapat dibiakan pada inang aslinya.
Pada hasil purifikasi Sclerotium rolfsii didapatkan hasil bahwa pada
media PDA koloni jamur yang muncul yaitu berwarna putih,tekstur
seperti kapas, terdapat warna coklat pada salah satu sisi dan zona
pertumbuhanya melingkar. Berdasarkan hasil penelitian Malinda. (2010),
menjelaskan bahwa ciri-ciri koloni S. rolfsii pada media PDA secara
makroskopik ialah hifa berwarna putih, tidak membentuk spora,
terbentuknya miselia steril dan sklerotia pada hari kelima. Sklerotia muda
berwarna putih kemudian berubah warna menjadi coklat muda hingga
coklat kehitaman. Dari hasil perbandingan literatur dan hasil purifikasi
yang dilakukan pada pratikum menujukan warna koloni yang sama hal
ini menujukan bahwa jamur Sclerotium rolfsii yang dipurifikasi sesuai.
Hasil purifikasi Colletotrichum gloeosporioides pada pratikum
didapatkan hasil bahwa warna koloni tengah kehitaman dan kemudian
tepinya berwarna putih, zona pertumbuhanya melingkar, bertekstur
halus. Sedangkan menurut Semangun, (2004) Konidium tidak berwarna
(tetapi dalam jumlah banyak berwarna merah salmon), bersel 1, jorong
memanjang, agak melengkung, berukuran panjang 10 – 15 µm dan lebar
5 – 7 µm, terbentuk pada ujung konidiofor yang pendek. Berdasarkan
hasil pratikum dan dibandingkan dengan literatur menunnjukan bahwa
warna dari koloni jamur berbeda pada hasil pratikum berwana hitam
dengan tepi putih, sedangkan pada literatur konidiumnya apabila
jumlahnya banyak akan berwarna merah.s
4.3 Hasil dan Pembahasan Identifikasi dibandingkan dengan literature
4.3.1 Hasil
Dokumentasi
No. Nama Patogen Mikroskopis + Keterangan
Literature
Hifa hialin,konidia
1 Fusarium Oxysporum
berbrntuk bulan sabit
4.3.2 Pembahasan
Identifikasi dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 10x,dari hasil yang didapatkan dapat terlihat kenampakan
mikroskopis dari masing masing jamur patogen, untuk memastikan
apakah hasil identifikasi jamur saat pratikum sudah sesuai dengan yang
terdapat di literatur atau tidak. Identifikasi secara mikroskopis dapat
dilakukan dengan melihat bentuk dari konidia, hifa bersekat atau tidak
bersekat,warna konidia, hifa hialin atau tidak hialin dan lain sebagainya.
Hasil dari identifikasi jamur Fusarium Oxysporum yaitu pada
kenampakan mikroskopisnya hifa hialin, hifa bersekat, konidia berbentuk
bulan sabit. Sedangkan menurut Semangun (2004), bahwa Fusarium sp.
memiliki struktur yang terdiri dari mikronidium dan makronidium.
Konidiofor bercabang-cabang dan makro konidium berbentuk sabit,
bertangkai kecil, sering kali berpasangan. Pernyataan dari literatur dan
hasil identifikasi saat pratikum menunjukan kesesuaian dimana konidia
berbentuk bulan sabit,hialin dan tidak bersekat hifanya.
Hasil identifikasi jamur Ustilago Maydis tidak dapat di identifikasi
karena hasil dari mikroskop tidak menunjukan gambar yang tidak
jelas.sehingga tidak dapat menunjukan bentuk konidia,warna dan
hifanya. Teliosporanya berbentuk bulat atau elips, berwarna coklat
sampai hitam, diameter 8 - 11 mikron. Spora diploid ini tumbuh
membentuk promiselium dengan empat atau lebih sporidia (Wakman
dan Burhanuddin,2007).
Hasil identifikasi Sclerotium rolfsii menunjukan bahwa pada jamur
tersebut tidak ditemukan konidia,hifa hialin dan bersekat. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Malinda, (2010) ciri ciri mikroskopik dari
Sclerotium rolfsii hifa bersekat dan tidak ditemukannya konidia. Dari
perbandingan literatur dan hasil pratikum dapat dikatakan bahwa hasil
pratikum sesuai karena menunjukan kesamaan dari mikroskopiknya.
Hasil identifikasi Colletotrichum gloeosporioides didapatkan hasil
bahwa pada mikroskopik Hifa hialin, bersekat, konidia bulat.
Berdasarkan literatur patogen Colletotrichum gloeosporioides
mempunyai hifa bersepta, warna hialin yang kemudian berubah menjadi
gelap. Aservulus banyak terbentuk pada bagian tanaman sakit kecuali
pada buah. Konidium berbentuk jorong atau bulat telur dengan bagian
ujung membulat, tidak bersepta dengan warna hialin(Miskun.2013).
Berdasarkan perbandingan literatur dan hasil pratikum menunjukan
mikroskopis yang hampir sesuai.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pratikum yang telah dilakukan dari proses isolasi,purifikasi
hingga identifikasi dari keempat patogen jamur didapatkan hasil yang
sesuai yaitu pada jamur patogen Fusarium Oxysporum, Sclerotium rolfsii,
Colletotrichum gloeosporioides yang menunjukan ciri- ciri mikroskopis
hampir sama dengan perbandingan literatur namun pada Ustilago maydis
masih belum dapat teridentifikasi hal ini karena pada pratikum hasil
kenampakan mikroskopis pada mikroskop tidak terlihat jelas hal ini
dimungkinkan karena Ustilago maydis sulit di biakan pada media buatan.
5.2 Saran (Praktikum dan Asisten)
Sebaiknya pada saat kegiatan identifikasi lebih dijelaskan dengan
detail tentang bagian-bagian dari jamur agar lebih memahami bagaimana
ciri atau karakteristik dari jamur yang sedang diidentifikasi selain itu agar
dapat memudahkan pengerjaan dalam pembahasan laporan,
Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1993. Teknik Bercocok Tanam jagung. Yogyakarta. Kanisius.
Abadi, Abdul Latief. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan II. Bayumedia Publishing: Malang
Agrios, G. N., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta. Hal. 45, 470-471.
Alexopoulos, C.J., C. W. Mims, and M. Blackwell. 1996. Introductory mycology. 4th
ed. Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Arauz-Pacheco, C., Ramirez, L.C., and Rios, J.M., 2000, Hypoglycemia induced by
angiotensin-converting enzyme inhibitors in patients with non-insulin-
dependent diabetes receiving sulfonylurea therapy, Am. J. Med., 89: 811-
813.
Cahyono, B. 2008. Tomat: Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Kanisius,
Yogyakarta
Campbell, N.A. 1998. Biology. Edisi IV. Menlo Park: The Benjamin/Cummings.
Dewi,I.U.2012. Peran Jamur Dalam Kehidupan.Kanisius.Yogyakarta
Ferreira, S.A. and R.A Boley. 1992.Sclerotium rolfsii. Department of Plant
Path,CTAHR. Univ of Hawaii
Firmansyah, R., A. Mawardi dan M. U Riandi. 2008. Mudah dan Aktif Belajar Biologi.
PT. Grafindo Media Pratama.
Gandjar, I. et al., 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia UI
Gandjar, Indrawati. 2006. Mikologi: Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Gilman, J. C., 1971. A Manual of Soil Fungy. The Lowa State University Press. USA.
Kirnando, A. F., 2011. Pengaruh Gliocladium virens Dan Varietas Terhadap
Perkembangan Penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) Pada
Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Smith) Di Lapangan. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Krisno. 2011. Peranan Mikroba. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Malinda.2010.Penghambatan Serangan Sclerotium Rolfsii Penyebab Rebah
Kecambah Pada Kedelai Dengan Bakteri Kitinolitik.Universitas Sumatera
Utara.Padang
Melin.Araz. (2014). Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Cabai Serta
Pengendaliannya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) Jambi.
Pabbage, M.S., A.M. Adnan, N.Nonci. 2002. Pengelolaan Hama Prapanen Jagung.
Balai Penelitian Tanaman Serealia : Maros
Pelczar, M. J. 1986. Chan Eement of Microbiology. McGraw-Hill Book Company Inc,
USA.
Perez, L dan Vicente. 2004. Fusarium wilt (Panama Desease) of bananas: An
updating Review of The Current Knowledge On The Desease and it’s
Causal Agent. XIV Reunion International Acrobat Instituto de
Investigationes de Sanidad Vegetal (INISAV). Ministerio de Agricultura de
Cuba.
Sastrahidayat, I.R. 2011. Mikologi Pertanian. UB Press : Malang
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press. Yogjakarta.
Semangun, Haryomo. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Subahari, T.S.S. 2008. Biologi. Penerbit Quadra. Surabaya
Sumarsih, S.2003. Mikrobiologi Dasar, Universitas Pembangunan Nasional
Veteran,Yogyakarta.
Susetyo, Aryo Pratomo. 2010. Hubungan Keanekaragaman Cendawan Rizosfer
Tanaman Pisang (Musa spp.) dan Penyakit Layu Fusarium. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Wakman dan Burhanuddin.2007. Pengelolaan Penyakit Prapanen Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Maros
LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI
Oleh
Nama :Heni Ambaryanti
NIM : 135040201111063
Kelas :B1 (Jumat,13.00)
Asisten :Havinda Angrilika Ws
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2016