Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN LABORATORIUM

PENGUKURAN DASAR
“OSILOSKOP”

OLEH :

KELOMPOK 3

ELVIANA (321 18 007)


GRISELDANINDYA IW (321 18 009)
IMA AYU ARIESTY (321 18 012)
KELAS 1 A

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
TAHUN 2019
A. Tujuan
Setelah melaksanakan praktek, maka praktikum diharapkan dapat :
1. Mengetahui bentuk-bentuk gelombang listrik dalam layar osioloskop
2. Mengukur besr tegangan maksimum maupun puncak ke puncak dari masing-masing
gelombang listrik
3. Mengukur besar frekuensinya
4. Mengukur besar phasa degn metode dua saluran dan metode X-Y
5. Mengukur perbandingan frekuensi dari gelombang listrik

B. Teori Dasar

1. Pengertian Osiloskop
Osiloskop adalah alat ukur Elektronik yang dapat memetakan atau
memproyeksikan sinyal listrik dan frekuensi menjadi gambar grafik agar dapat dibaca dan
mudah dipelajari. Dengan menggunakan Osiloskop, kita dapat mengamati dan
menganalisa bentuk gelombang dari sinyal listrik atau frekuensi dalam suatu rangkaian
Elektronika. Pada umumnya osiloskop dapat menampilkan grafik Dua Dimensi (2D)
dengan waktu pada sumbu X dan tegangan pada sumbu Y.

Gambar 2.1. Osiloskop


Osiloskop dapat dibagi menjadi 2, yaitu Osiloskop Analog dan Digital menurut
output tampilannya. Berikut perbedaanya :
a. Osiloskop Analog
Osiloskop jenis ini menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan
berkas electron dalam tabung sinar katoda sesuai bentuk gambar yang diukur. Pada
layar osiloskop langsung ditampilkan bentuk gelombang tersebut. Osiloskop analog
Osiloskop ini merupakan jenis yang paling tua dan sederhana.
Gambar 2.2. Osiloskop Analog
b. Osiloskop Digital
Osiloskop jenis ini mengambil bentuk gelombang yang diukur, lalu dengan
menggunakan ADC (Analog to Digital Converter), besaran tegangan yang diambil
dirubah menjadi besaran digital. Dalam osiloskop digital, gelombang yang akan
ditampilkan lebih dulu di-sampling dan didigitalisasikan. Osiloskop kemudian
menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama dengan skala waktu gelombangnya
di memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya mencuplik dan menyimpan
demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang proses ini lagi dan lagi
sampai dihentikan.

Gambar 2.3. Osiloskop Digital


2. Bagian-bagian Osiloskop
Bagian – bagian Osiloskop dibagi menjadi bagian – bagian utama dan bagian – bagian pada
tampilan layar, sebagai berikut :

a. Bagian Utama pada Osiloskop

Gambar 2.4. Bagian – Bagian Osiloskop


Keterangan gambar
No Nama Fungsi
Tombol Power ON/OFF Tombol Power ON/OFF berfungsi untuk
menghidupkan dan mematikan Osiloskop
Lampu Indikator Lampu Indikator berfungsi sebagai Indikasi
Osiloskop dalam keadaan ON (lampu Hidup) atau
OFF (Lampu Mati)
Rotation Rotation pada Osiloskop berfungsi untuk mengatur
posisi tampilan garis pada layar agar tetap berada
pada posisi horizontal. Untuk mengatur rotation ini,
biasanya harus menggunakan obeng untuk
memutarnya.

Intensity Intensity digunakan untuk mengatur kecerahan


tampilan bentuk gelombang agar mudah dilihat.
Focus Focus digunakan untuk mengatur penampilan
bentuk gelombang sehingga tidak kabur
CAL CAL digunakan untuk Kalibrasi tegangan peak to
peak (VP-P) atau Tegangan puncak ke puncak.
Position Posistion digunakan untuk mengatur posisi Vertikal
(masing-masing Saluran/Channel memiliki pengatur
POSITION).
INV (Invert) Saat tombol INV ditekan, sinyal Input yang
bersangkutan akan dibalikan.
Sakelar VOLT/DIV Sakelar yang digunakan untuk memilih besarnya
tegangan per sentimeter (Volt/Div) pada layar
Osiloskop. Umumnya, Osiloskop memiliki dua
saluran (dual channel) dengan dua Sakelar
VOLT/DIV. Biasanya tersedia pilihan 0,01V/Div
hingga 20V/Div.
Variable Fungsi Variable pada Osiloskop adalah untuk
mengatur kepekaan (sensitivitas) arah vertikal pada
saluran atau Channel yang bersangkutan. Putaran
Maksimum Variable adalah CAL yang berfungsi
untuk melakukan kalibrasi Tegangan 1 Volt tepat
pada 1cm di Layar Osiloskop.
AC – DC Pilihan AC digunakan untuk mengukur sinyal AC,
sinyal input yang mengandung DC akan
ditahan/diblokir oleh sebuah Kapasitor. Sedangkan
pada pilihan posisi DC maka Input Terminal akan
terhubung langsung dengan Penguat yang ada di
dalam Osiloskop dan seluruh sinyal input akan
ditampilkan pada layar Osiloskop.
GND Jika tombol GND diaktifkan, maka Terminal INPUT
akan terbuka, Input yang bersumber dari penguatan
Internal Osiloskop akan ditanahkan (Grounded).
Vertical Input CH-1 Sebagai VERTICAL INPUT untuk Saluran 1
(Channel 1)
Vertical Input CH-2 Sebagai VERTICAL INPUT untuk Saluran 2
(Channel 2)
Sakelar MODE Pada umumnya terdiri dari 4 pilihan yaitu CH1,
CH2, DUAL dan ADD.
CH1 = Untuk tampilan bentuk gelombang Saluran 1
(Channel 1).
CH2 = Untuk tampilan bentuk gelombang Saluran 2
(Channel 2).
DUAL = Untuk menampilkan bentuk gelombang
Saluran 1 (CH1) dan Saluran 2 (CH2) secara
bersamaan.
ADD = Untuk menjumlahkan kedua masukan
saluran/saluran secara aljabar. Hasil
penjumlahannya akan menjadi satu gambar bentuk
gelombang pada layar.
x10 MAG Untuk pembesaran (Magnification) frekuensi hingga
10 kali lipat.
Position Untuk penyetelan tampilan kiri-kanan pada layar.
XY Pada fungsi XY ini digunakan, Input Saluran 1 akan
menjadi Axis X dan Input Saluran 2 akan menjadi
Axis Y.
Sakelar TIME/DIV Sakelar TIME/DIV digunakan untuk memilih skala
besaran waktu dari suatu periode atau per satu kotak
cm pada layar Osiloskop.
Tombol CAL (TIME/DIV) Ini berfungsi untuk kalibrasi TIME/DIV

Variable Fungsi Variable pada bagian Horizontal adalah


untuk mengatur kepekaan (sensitivitas) TIME/DIV.
GND GND merupakan Konektor yang dihubungkan ke
Ground (Tanah).

Tombol CHOP dan ALT TombolCHOP dan ALT CHOP adalah


CHOP menggunakan potongan dari saluran 1 dan saluran
ALT atau Alternate adalah menggunakan saluran 1
dan saluran 2 secara bergantian.
Hold Off Untuk mendiamkan gambar pada layar osiloskop.

Level LEVEL atau TRIGGER LEVEL digunakan untuk


mengatur gambar yang diperoleh menjadi diam atau
tidak bergerak.
Tombol NORM dan AUTO AUTO: Pemicuan dilakukan secara otomatis.
NORM: Pemicuan dilakukan secara normal.
Tombol Lock
Sakelar Coupling Menunjukan hubungan dengan sinyal searah (DC)
atau bolak balik (AC).
Sakelar Source Penyesuai pemilihan sinyal.

Trigger ALT

Slope

EXT Trigger yang dikendalikan dari rangkaian di luar


Osiloskop.
b. Tampilan pada Layar Osiloskop

Gambar 2. 5. Bagian Layar Osiloskop


Keterangan Gambar :
A. Layar Osiloskop
B. Trace, garis yang digambar oleh Osiloskop yang mewakili sinyal
C. Garis Grid Horizontal
D. Garis Grid Vertical
E. Garis Tengah Horizontal dan Vertikal

3. Prinsip Kerja Osiloskop


Sebuah osiloskop tradisional bekerja dengan membuat berkas elektron yang
melintasi layar yang dilapisi pada bagian belakangnya dengan bahan kimia khusus, yaitu
fosfor. Setiap kali sinar elektron mengenai layar, menyebabkan fosfor menyala dalam waktu
kurang yang singkat, sinar elektron menyapu seluruh layar dan membangun sebuah grafik
gelombang. Hal ini berlangsung selama Osiloskop tersambung dengan rangkaian, sehingga
grafik yang kita amati adalah berkas elektron yang melewati layar. Bagian utama osiloskop
adalah tabung sinar katode, yang memiliki bentuk seperti gambar tersebut di bawah ini :

Gambar 2.6. Tabung Sinar Katoda Osiloskop

Cara kerja sederhana dari tabung sinar katode dibagi menjadi 3 tahap operasional, yaitu :
1. Semua penembak elektron menghasilkan berkas sinar elektron yang bergerak sepanjang
sumbu tabung.
2. Bila pada plat-plat pengatur defleksi horisontal diberikan tegangan, berkas sinar elektron
akan dibelokkan dari plat negatif ke plat positif. Sedang plat pengatur defleksi vertikal ke
atas atau ke bawah, bergantung pada arah polaritas tegangan, dan besar simpangannya
ditentukan oleh besar tegangan yang diberikan.
3. Pada saat berkas sinar elektron mengenai layar fluorescent, timbul berkas cahaya pada
layar tersebut. Cahaya yang menunjukkan posisi elektron ini bergantung pada besar dan
arah tegangan yang diberikan pada plat defleksi vertikal dan plat defleksi horisontal.

Tidak Semua Osiloskop memiliki kinerja yang sama, hal ini tergantung oleh spesifikasi pada
Osiloskop tersebut. Beberapa spesifikasi penting pada Osiloskop yang menentukan kinerja
Osiloskop diantaranya seperti dibawah ini :

 Bandwidth (Lebar Pita) – Bandwith menentukan rentang frekuensi yang dapat diukur
oleh Osiloskop. Contohnya 100MHz, 20MHz atau 10MHz
 Digital atau Analog – Osiloskop dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu Osiloskop
Analog dan Osiloskop Digital. Osiloskop Analog menggunakan Tegangan yang diukur
untuk menggerak berkas elektron dalam tabung gambar untuk menampilkan bentuk
gelombang yang diukurnya. Sedangkan Osiloskop Digital menggunakan Analog to
Digital Converter (ADC) untuk mengubah besaran tegangan menjadi besaran digital.
Pada umumnya, Osiloskop Analog memiliki lebar pita atau bandwidth yang lebih
rendah, fitur lebih sedikit dibandingkan dengan Osiloskop Digital, namun osiloskop
Analog memiliki respon yang lebih cepat.
 Jumlah Channel (Kanal) – Osiloskop yang dapat membaca lebih dari satu sinyal
dalam waktu yang sama dan menampilkannya di layar secara simultan. Kemampuan
tersebut tergantung pada jumlah kanal yang dimilikinya. Pada umumnya, Osiloskop
yang ditemukan di pasaran memiliki 2 atau 4 kanal.
 Sampling Rate – Sampling Rate hanya untuk Osiloskop Digital yaitu berapa kali sinyal
itu dibaca dalam satu detik.
 Rise Time – Spesifikasi Rise Time pada Osiloskop menunjukan seberapa cepat
Osiloskop tersebut mengukur perubahan sinyal naik dari yang terendah ke yang tertinggi.
 Maximum Input Voltage – Setiap peralatan elektronik memiliki batas tegangan
Inputnya, tak terkecuali Osiloskop. Jika sinyal melebihi batas tegangan yang ditentukan,
Osiloskop tersebut akan menjadi rusak karenanya.
 Vertical Sensitivity (Sensitivitas Vertikal) – Nilai Vertical Sensitivity menunjukan
kemampuan penguatan vertikal untuk memperkuat sinyal lemah pada Osiloskop.
Vertical Sensitivity ini diukur dengan satuan Volt per div.
 Time Base – Time Base menunjukan kisaran Sensitivitas pada Horisontal atau Sumbu
Waktu. Nilai Time base diukur dengan satuan second per div.
 Input Impedance – Impedansi Input digunakan pada saat pengukuran Frekuensi tinggi.
Kita juga dapat menggunakan Probe Osiloskop untuk kompensasi Impedansi yang
kurang.

4. Fungsi Osiloskop
Berikut beberapa fungsi dari Osiloskop :

1. Dipakai untuk mengukur besar tegangan listrik dan Relasi terhadap waktu.
2. Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
3. Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik.
4. Membedakan arus AC dengan arus DC.
5. Mengetahui noise pada sebuah rangkaian listrik.

Penggunaan paling umum dari osiloskop adalah untuk mendiagnosa kerusakan


peralatan elektronik. Alat Osiloskop ini memungkinkan teknisi untuk memeriksa /
mengamati perubahan tegangan dari waktu ke waktu. Teknisi juga dapat menggunakan
osiloskop untuk melihat bentuk dan waktu sinyal dari sinyal, dimana penting dalam
beberapa aplikasinya. Teknisi dapat memeriksa keadaan komponen satu persatu dari
rangkaian komponen untuk menentukan komponen gagal.
5. Karakteristik Berbasis Waktu (Time)
a. Frekuensi dan Periode – Frekuensi merupakan jumlah getaran yang dihasilkan
selama 1 detik yang dinyatakan dengan Hertz. Sedangkan periode adalah
kebalikan dari Frekuensi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menempuh 1 kali
getaran yang biasanya dilambangkan dengan t dengan satuan detik. Kemampuan
Osiloskop dalam mengukur maksimum Frekuensi berbeda-beda tergantung pada
tipe osiloskop yang digunakan. Ada yang dapat mengukur 100MHz, ada yang
dapat mengukur 20MHz, ada yang hanya dapat mengukur 5MHz.
b. Duty Cycle (Siklus Kerja) – Duty Cycle adalah perbandingan waktu ketika
sinyal mencapai kondisi ON dan ketika mencapai kondisi OFF dalam satu
periode sinyal. Dengan kata lain, Siklus Kerja atau Duty Cycle adalah
perbandingan lama kondisi ON dan kondisi OFF suatu sinyal pada setiap
periode.
c. Rise dan Fall Time – Rise Time adalah waktu perubahan sinyal (durasi) dari
sinyal rendah ke sinyal tinggi, contoh dari 0V ke 5V. Sedangkan Fall Time
adalah waktu perubahan sinyal (durasi) dari sinyal tinggi ke sinyal rendah,
contohnya perubahan dari 5V ke 0V. Karakteristik ini sangat penting dalam
mengukur respon suatu rangkaian terhadap sinyalnya.
6. Karakteristik Berbasis Tegangan (Voltage)
a. Amplitudo – Amplitudo adalah ukuran besarnya suatu sinyal atau biasanya
disebut dengan tingginya puncak gelombang. Terdapat beberapa cara dalam
pengukuran Amplitudo yang diantaranya adalah pengukuran dari Puncak
tertinggi ke Puncak terendah (Vpp), ada juga yang mengukur salah satu
puncaknya saja baik yang tertinggi maupun yang terendah dengan sumbu X atau
0V.
b. Tegangan Maksimum dan Minimum – Osiloskop dapat dengan mudah
menampilkan Tegangan Maksimum dan Minumum suatu rangkaian Elektronika.
c. Tegangan Rata-rata – Osiloskop dapat melakukan perhitungan terhadap
tegangan sinyal yang diterimanya dan menampilkan hasil tegangan rata-rata
sinyal tersebut.
7. Pengkalibrasian Osiloskop
Adapun cara pengkalibrasian osiloskop adalah
a. Bila yang dikalibrasi adalah CH1 , maka letakkan tombol CH1 -CH2 -Add-Dual pada
posisi CH1 .
b. Letakkan ujung dari probe (pengait) dari CH1 ke CAL’D (berada di bawah layar
osiloskop).
c. Memutar tombol volt/div pada posisi 1 volt. Atur agar kedua trace (atas & bawah)
berada pada jarak yang sama dari posisi normal/1 kotak, putar tombol berwarna
abu-abu untuk melebar-sempitkan trace.
d. Untuk kalibrasi ini jika probe yang dipasang di CAL’D adalah CH1 , maka tombol
abu-abu dari Volt/Div yang diputar adalah yang berada pada CH1 , begitu pula
sebaliknya.
e. Bila yang dikalibrasi adalah CH2 , maka letakkan tombol CH1 -CH2 -Add-Dual pada
posisi CH2 , lakukan langkah selanjutnya.
f. Setelah pengkalibrasian tersebut, maka tombol yang berwarna abu-abu dari
Volt/Div yang sudah dikalibrasi tidak boleh diputar, karena akan mengubah
kalibrasi tersebut. Yang boleh diputar adalah tombol yang berwarna putih dari
Volt/Div tersebut.
g. Setelah dikalibrasi jangan merubah tombol berwarna abu-abu

8. Pengukuran Osiloskop
a. Contoh Pengukuran Tegangan Puncak – AC :
 Hubungkan tegangan yang akan diukur (dalam hal ini AFG) ke probe osiloskop
(CH1 / CH2).
 Atur tombol AC – GND – DC pada AC .
 Bila pengukuran dengan probe CH1 , dan sensitivitas 5 Volt/Div, maka :
 Tegangan puncak (V𝑝𝑝 ) = harga yang ditunjukkan oleh Volt/Div x simpangan
dari puncak ke puncak.

Gambar 2.7. gelombang pada osiloskop


 V𝑝𝑝 = 5 Volt/Div x 4 Div = 20 V
 Jika bentuk gelombang tegangan berupa sinus, maka :

V𝑝𝑝
Tegangan efektif (V𝑟𝑚𝑠 ) = …………………………… (1)
2√2
b. Contoh Pengukuran Tegangan Puncak – DC :
 Atur tombol AC-GND-DC pada posisi GND. Trace menunjukkan tegangan nol.
 Hubungan tegangan yang akan diukur ke probe osiloskop (CH1 / CH2).
 Arahkan tombol AC-GND-DC pada posisi DC. Trace akan bergeser ke atas
(positif) dan jika ke bawah berarti negatif.
 Bila pengukuran dengan probe CH1 , dan sensitivitas 2 Volt/Div, maka :
 Tegangan DC = Harga yang ditunjukkan oleh Volt/Div x pergeseran.

Gambar 2.8. Pengukuran tegangan punca-dc


Tegangan DC = 2 Volt/Div x 3 Div = 6 V

c. Contoh Pengukuran Frekuensi :


 Pengukuran frekuensi diperoleh dari pengukuran periode (T).
1
 Periode ( T = 𝑓 ) = harga yang ditunjuk oleh Time/Div x jarak satu siklus pada layar

(Div).
 Bila pengukuran dengan probe CH1 dan sesitivitas 0,5 ms/Div, maka:

T = 0,5 x 10−3 s/Div = 2.10−3 s

1
f = 𝑇 = 500 Hz

Gambar 2.9. Gelombang pengukuran frekuensi


d. Contoh Pengukuran Frekuensi dengan Pola Lissajous :

Metode ini dipakai untuk mengukur frekuensi dengan menggunakan signal yang telah
diketahui frekuensinya sebagai referensi. Dengan menggunakan perbandingan frekuensi dapat
dihitung melalui persamaan :

𝑗𝑚𝑙.𝑡𝑡𝑘 𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 ℎ𝑜𝑟𝑖𝑠𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 (2)


f = 𝑗𝑚𝑙.𝑡𝑡𝑘 𝑝𝑜𝑡𝑜𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑣𝑒𝑟𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙 x [f – signal dari f – generator (input horisontal)]

Gambar 2.10 Gelombang Pengukuran Frekuensi dengan Pola Lissajous


Jumlah titik potong sepanjang skala horisontal adalah = 3

Jumlah titik potong sepanjang skala vertical adalah = 2

e. Contoh Pengukuran Beda Fase :


1. Beda Fase Rangkaian RC
Pada analisis rangkaian AC, R dan 𝑋𝐶 dinyatakan sebagai kuantitas fasor seperti pada
Gambar 3(a) di bawah ini. Sedangkan impedansi Z dinyatakan sebagai penjumlahan
fasor dari R dan 𝑋𝐶 seperti pada Gambar 3(b). Sehingga beda fase dari rangkaian RC
dinyatakan dengan persamaan berikut :

𝑋𝐶
𝜃 = 𝑡𝑎𝑛−1 ( ) ………………………………… (3)
𝑅

1
𝑋𝐶 = ……………………………… (4)
2𝜋𝑓𝐶
Gambar 2.11. (a) Diagram Fasor Rangkaian RC, (b) Impedansi Rangkaian RC

2. Beda Fase Rangkaian RL


R dan 𝑋𝐿 dinyatakan sebagai kuantitas fasor seperti pada gambar 5(a) dan impedansi
Z dinyatakan sebagai penjumlahan fasor dari R dan 𝑋𝐿 seperti pada gambar 5(b) di
bawah ini. Sehingga beda fase dari rangkaian RC dinyatakan dengan persamaan
berikut :

𝑋𝐿
𝜃 = 𝑡𝑎𝑛−1 ( ) ………………………………………… (5)
𝑅

𝑋𝐿 = 2 𝜋 𝑓 𝐿 …………………………………………. (6)

Gambar 2.12. Rangkaian RL


Gambar 2.13. (a) Diagram Fasor Rangkaian RL, (b) Impedansi Rangkaian RL

Pengukuran beda fase dengan menggunakan pola Lissajous digunakan persamaan :

Gambar 2.13. Gelombang Lissajous

𝑦
∅ = sin−1 [(𝑦𝑚)]……………………………. (7)

C. Alat dan Bahan

Resistor 33 KΩ 1 buah

Induktor/Ballast 0,1 H 1 buah

Kapasitor 10 µF 1 buah

Transformator 220/3 Volt 1 buah

AFG (Audio Frekuency Generator) 1 buah

Osiloskop 2 saluran 1 buah

Kabel 16 buah

Probe 2 buah

Papan Percobaan 1 buah

Multimeter 1 buah

D. Langkah Kerja
1. Percobaan I: Mengkalibrasikan Osiloskop
a. Memasukkan probe/kabel penghubung ke inpur chanel 1 atau chanel 2
b. Menghidupkan power osiloskop
c. Mengatur intensitas cahaya dan fokusnya agar gambar pada osiloskop bagus dilihat
d. Mengatur volt/div dan Time.div supaya dpat dihitung dalam pengkalibrasian
e. Menghubungkan salah satuujung probe pad tempat kalibrasi (CAL)

2. Percobaan II: Mengukur Besar Tengangan dan Frekuensi


a. Osiloskop dari percobaan I (Kalibrasi) menggunakan salah satu saluran saja,
sehingga tombol “MODE” perlu disesuaikan dengan saluran yang akan
digunakan. Mengukur tegangan daru AFG dengan Voltmeter sebesar 5 volt serta
mengukur frekuensinya ± 1 Hz.
b. Mengukur Keluaran AFG dengan osiloskop, lalu mengatur skala “volt/div’ dan
“time/div” sehingga diperoleh gambar yang jelas.
c. Menggambar bentuk-bentuk gelombangnya pada kertas millimeter blok lengkap
dengan skala volt/div dan time/divnya.
d. Menunjukkan berapa tegangann maksimum (Vm) dan Tegangan Puncak ke
puncak (Vp-p) yang terlihat pada layar masing-masing gelombang.
e. Menunjukkn pula berapa besar frekueni yang ditunjukkan pada layar osiloskop.

3. Percobaan III: Mengukur Beda Phasa


a. Merangkai sesuai perintak instruktur
b. Mengukur AFG pada skala sinusoidal 1 KHz dan tegangannya 2 volt, mengatur
pula osiloskop pada mode “dual” dan skala swee time/div
c. Menggambar bentuk gelombang lengkap dengan skala volt/div dan sweep
time/div. Menunjukkan besar beda phasanya.
d. Mengubah saklar sweep time/div pada posisi X-Y. Dengan saklar pemilih 10 dn
19 pada posisi ground, kemudian mengatur tombol posisi sehingga diperoleh titik
cahaya di tengah skala sumbu
e. Mengubah saklar pemilih 10 dan 19 ke posisi AC. Lalu menggambar hasil
pengukuran lengkap dengan skala volt/div dan sweep time/div serta menghitung
besar beda phasanya
4. Percobaan IV : Pengukuran Frekuensi dengan Rissayous
a. Membuat rangkaian seperti pada gambar 4.1 di bawah ini
AFG CRO

220 V 3V

Ch2
Gambar 4.1. Pengukuran Frekuensi
b. Mengatur tegangan keluaran AFG sama dengan 3 volt. Mengatur osiloskop seperti
pada percobaan III
c. Mengatur frekuensi AFG sehingga dapat gambar ada layar

A B C
Gambar 4.2. Lissajous Beberapa Frekuensi
d. Menghitung perbandingan frekuensi trafo dengan frekuensi AFG, lalu
membandingkan dengan yang tertera dalam skala AFG
e. Memaatikan osiloskop dengan skala volt/div pada skala besar

E. HASIL PERCOBAAN
1. Percobaan I : Mengklibrasikan Osiloskop
Gambar 5.1 Kalibrasi Osiloskop

1 𝑑𝑖𝑣 × 2 𝑣⁄𝑑𝑖𝑣 = 2 𝑣

 Bentuk Gelombang dari pengukuran tegangan dan frekuensi

Gambar 5.2 Pengukuran tegangan dan frekuensi

Pengukuran frekuensi dan tegangan


 Frekuensi
Dik : l : 2,1 div
t : 0,5 ms/div
Dit : F : ..?

𝑚𝑠
𝑇 = 2,1 𝑑𝑖𝑣 . 0,5
𝑑𝑖𝑣

= 1,05 𝑚𝑠

= 1,05 × 10−3 𝑠

1
𝑓=
𝑇
1
=
1,05 × 10−3
= 952,38 𝐻𝑧

 Tegangan
Dik : Peak to Peak : 2,9 div
Sensitivitas : 5 v/div
Dit : Vrms = …?

𝑉𝑝𝑝 = 2,9 𝑑𝑖𝑣 × 5 𝑣⁄𝑑𝑖𝑣


= 14,5 𝑣
𝑉𝑝𝑝
𝑉𝑚𝑎𝑥 = 2
14,5
= 2

= 7,25 𝑣
𝑉𝑚𝑎𝑥
𝑉𝑟𝑚𝑠 =
√2
7,25
=
√2

= 5,12 𝑣
2. Percobaan II : Pengukuran Beda phasa
 Bentuk Gelombang Sinusoidal
Gambar 5.3 Gelombang sinusoidal

Pengukuran Beda Fase

Dik : ∆𝐿 = 0,4

l = 2,2

Dit : 𝜃 = ⋯ ?

∆𝐿
𝜃= × 360°
𝑙

0.4
= × 360°
2,2

= 65,45°

 Bentuk X-Y (lissajous)


Gambar 5.4 Bentuk X-Y (lissajous)

Pengukuran Beda Fase

2,1
𝑎𝑟𝑐 sin 𝜃 = × 360°
2,3

𝜃 = 65,92°

3. Bentuk Gelombang Pengukuran Frekuensi Dengan Metode Lissajous


 Bentuk 2 : 1

Gambar 5.5 Pengukuran Frekuensi Bentuk 8

Pengukuran frekuensi dengan metode lissajous

𝑓𝑥 𝑛𝑦
=
𝑓𝑦 𝑛𝑥

50 1
=
𝑓𝑦 2

𝑓𝑦 = 100 𝐻𝑧

 Bentuk 1 : 1
Gambar 5.6 Pengukuran Frekuensi Bentuk Oval

Pengukuran frekuensi dengan metode lissajous

𝑓𝑥 𝑛𝑦
=
𝑓𝑦 𝑛𝑥

50 1
=
𝑓𝑦 1

𝑓𝑦 = 50 𝐻𝑧
 Bentuk 3 : 1

Gambar 5.7 Pengukuran Frekuensi Bentuk lissajous

Pengukuran frekuensi dengan metode lissajous

𝑓𝑥 𝑛𝑦
=
𝑓𝑦 𝑛𝑥

50 3
=
𝑓𝑦 2

𝑓𝑦 = 33,3 𝐻𝑧

F. ANALISIS HASIL PERCOBAAN


I. Percobaan I : Mengkalibrasikan Osiloskop
Dalam pembuktian dalam percobaan Kalibrasi osiloskop kita dapat membuktikan
dengan cara berikut:
 Tegangan

𝑉𝑝𝑝 = 1 𝑑𝑖𝑣 × 2 𝑉 / 𝑑𝑖𝑣

= 2𝑉

Dari Nilai Tersebut terbukti mendekatati nilai yang tertera pada Osiloskop .
 Frekuensi

𝑚𝑠
𝑇 = 2 𝑑𝑖𝑣 . 0,5
𝑑𝑖𝑣

= 1 𝑚𝑠

= 1 × 10−3 𝑠

1
𝑓=
𝑇
1
=
1 × 10−3
= 1000 𝐻𝑧
= 1 𝐾𝐻𝑧

Perbandingan teori dan praktek pengkalibrasi osiloskop

Dengan begitu, untuk menghitung besarnya persentase kesalahan anatara teori dan
praktek dapat menggunakan rumus:

 Vpp

𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 − 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

2𝑉−2𝑉
= × 100%
0,5 𝑉

= 0%

 Frekuensi

𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 − 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

1000 𝐻𝑧 − 1000 𝐻𝑧
= × 100%
1000 𝐻𝑧

= 0%

Berikut Perbandingan pengukuran dan perhitungan kalibrasi osiloskop


Tabel 5.1 Perbandingan pengukuran dan perhitungan Kalibrasi Osiloskop

Vp-p Frekuensi
Diukur Dihitung Kesalahan Teori Praktek Kesalahan
(V) (V) (%) (Hz) (Hz) (%)
2 2 0 1000 1000 0

Analisis :

Setelah melakukan analisis perhitungan pada kegiatan ini yakni pengkalibrasian ,


untuk tegangan peak to peak (vpp) diperoleh data hasil praktek sebesar 2 V dan hasil teori
sebesar 2 V , begitu pula untuk frekuensinya diperoleh data yang sama antara teori dan
praktek yaitu sebesar 1000 Hz . berdasarkan data tersebut diperoleh kesalahan sebesar 0%
sehingga antara pengukuran dan perhitungan manual didapatkan hasil yang sinkron. Hal
ini mungkin disebabkan karena tingginya tingkat keteliitian dan keakuratan praktikan.

Kalibrasi sangat penting untuk dilakukan dengan menyesuaikan keluaran atau


indikasi suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dan standar yang
digunakan dalam akurasi tertentu.

2. Percobaan II : Pengukuran Besar Tegangan dan Frekuensi


Dalam mendapatkan nilai tegangan, periode,
dan frekuensi dari melihat gambar disamping
diggunakan beberapa tahapan seperti cara
berikut:
 Tegangan
𝑉𝑝𝑝 = 2,9 𝑑𝑖𝑣 × 5 𝑣⁄𝑑𝑖𝑣
= 14,5 𝑣
𝑉𝑝𝑝
𝑉𝑚𝑎𝑥 =
2
14,5
= 2
Gambar 6.1. Gelombang Pengukuran

= 7,25 𝑣 Besar Tegangan dan Frekuensi


𝑉𝑚𝑎𝑥
𝑉𝑟𝑚𝑠 =
√2
7,25
=
√2

= 5,12 𝑣

 Frekuensi

𝑚𝑠
𝑇 = 2,1 𝑑𝑖𝑣 . 0,5
𝑑𝑖𝑣

= 1,05 𝑚𝑠

= 1,05 × 10−3 𝑠

1
𝑓=
𝑇
1
=
1,05 × 10−3
1000
= 𝐻𝑧
1,05
= 952, 38 𝐻𝑧

Dengan begitu, untuk menghitung besarnya persentase kesalahan anatara teori dan
praktek dapat menggunakan rumus:

 Vrms

𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 − 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

5 𝑉 − 5,12 𝑉
= × 100%
5𝑉

= 2,4 %
 Frekuensi

𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 − 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

952,38 𝐻𝑧 − 1000 𝐻𝑧
= × 100%
1000 𝐻𝑧

= 4,76 %

Berikut lebih jelasya pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2 Perbandingan teori dan praktek perhitungan tegangan dan frekuensi
Vrms Frekuensi
Teori Praktek Error (%) Teori Praktek Error
(V) (V) (Hz) (Hz) (%)
5 5,12 2,4 1000 952,38 4,76

Analisis:

Berdasarkan data yang ditunjukan pada tabel 5.2 didapatkan hasil perhitungan v
rms sebesar5 V dan pada pengukuran didapatkan hasil tegangan sebesar 5,12 V .
berdasarkan data tersebut dapat dilihat perbedaan antara teori dan praktek , dimana hasil
yang didapatkan menunjukan bahwa tegangan secara teori hampir sama dengan hasil yang
didapatkan saat praktikum . Dari perbedaan tersebut kita dapat menentukan persentase
kesalahan sebesar 2,4 %. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor seperti probe
atau AFG yang digunakan terdapat bagian yang rusak, sehingga gelombang yang
duhasilkan pada osiloskop tidak akurat atau kurang telitinya praktikan saat melakukan
praktikum.

Untuk frekuensinya diperoleh data antara teori senilai 1000 Hz dan praktek se nlai
952,38 Hz . berdasarkan data tersebut diperoleh kesalahan sebesar 4,76% sehingga antara
pengukuran dan perhitungan manual didapatkan hasil yang sinkron. Hal ini mungkin
disebabkan karena tingginya tingkat keteliitian dan keakuratan praktikan
3. Percoban III : Mengukur Frekuensi dengan Metode Lissajous

Untuk menghitung pengukuran frekuensi lissajous maka dapat menggunakan


rumus seperti dibawah ini dan langkah-langkah penyelesesaiannya.

𝑓𝑥 𝑛𝑦
=
𝑓𝑦 𝑛𝑥

Pengukuran frekuensi dengan metode lissajous

𝑓𝑥 𝑛𝑦
=
𝑓𝑦 𝑛𝑥

50 1
=
𝑓𝑦 2

𝑓𝑦 = 100 𝐻𝑧

Gambar 6.2. Gelombang Lissajous 2:1


Pengukuran frekuensi dengan metode lissajous

𝑓𝑥 𝑛𝑦
=
𝑓𝑦 𝑛𝑥

50 1
=
𝑓𝑦 1

𝑓𝑦 = 50 𝐻𝑧

Gambar 6.3. Gelombang Lissajous 1:1

Pengukuran frekuensi dengan metode


lissajous

𝑓𝑥 𝑛𝑦
=
𝑓𝑦 𝑛𝑥

50 3
=
𝑓𝑦 2

𝑓𝑦 = 33, 𝐻𝑧

Gambar 6.4. Gelombang Lissajous 3:1

Besarnya persentase kesalahan anatara teori dan praktek dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
 Fy1

𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 − 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

99,8 𝐻𝑧 − 100 𝐻𝑧
= × 100%
100 𝐻𝑧

= 0,2 %

 Fy2

𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 − 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

49,87 𝐻𝑧 − 50 𝐻𝑧
= × 100%
50 𝐻𝑧

= 0,26 %

 Fy3

𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘 − 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = × 100%
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

33,30 𝐻𝑧 − 33,3 𝐻𝑧
= × 100%
33,3 𝐻𝑧

= 0,09 %

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 5.5 Perbandingan teori dan praktek perhitungan frekuensi dengan lissajous
Fy1 Fy2 Fy3

Teori Praktek Error Teori Praktek Error Teori Praktek Error


(Hz) (Hz) (%) (Hz) (Hz) (%) (Hz) (Hz) (%)

100 99,8 0,2 50 49,87 0.26 33,3 33,30 0,09

Analisis:
Berdasarkan data yang ditunjukkan pada tabel diatas terjadi perbedaan antara teori
dan praktek. Dimana hasil dari teori dan praktek tidak jauh berbeda. Sebagai contoh pada
pengukuran frekuensi dengan metode lisajous didapatkan hasil perhitungan sebesar 100
Hz dan pada pengukuran terbaca 99,8 Hz . Dari data tersebut kita dapat mengetahui
persentase kesalahannya sebsar 0,2%. Adanya perbedaan yang ada mungkin disebabkan
oleh alat ukur osiloskop atau trafo tersebut yang memiliki bagian yang rusak karena
pengaruh lingkungan dan usia dari alat ukur sehingga hasil pengukurannnya tidak presisi
atau kesalahan ini sering disebut dengan sistematik error (kesalahan sistematik )

G. Kesimpulan
Setelah melakukan praktik, perhitungan teori dan menganalisis percobaan dapat
disimpulkan :
1. Setelah melakukan praktikum kami Telah mengetahui bentuk-bentuk gelombang
listrik yang tergambar pada layer tabung sinar katoda, Pada layar osilosjop tersebut
akan terlihat bentuk gelombang diantaranya adalah gelombang sinusoidal, gelombang
persegi, gelombang gergaji serta gambar-gambar lissajous.
2. Mengukur besar tegangan maksimum maupun puncak kepuncak dari masing masinh
gelombang listrik , dengan melihat gelombang listrik kita dapat menentukan besar
tegangan dan tegangan puncak kepuncaknya , selain besar tegangan besarnya frekuensi
juga dapat ditentukan dengan melihat v/divnya dan time/divnya.
3. Mengukur perbandingan frekuensi dari gelombang listrik . hal ini dapat dilakukan
dengan metode X-Y
4. Mengukur beda phasa dengan metode dua saluran dan metode x-y dengan
menggunakan dua saluran , maka akan terlihat dua gelombang. Jika menggunakan
metode X-Y , akan terlihat gambar lissajous . beda phasa dapat dihitung dengan
perhitungan masing-masing metode
5. Mengetahui cara menghitung dan membedakan nilai frekuensi untuk gelombang listrik
yang berbeda beda, bentuk-bentuknya adalah bentuk gelombang 2 :1, bentuk
gelombang 1 : 1, dan bentuk gelombang 3 : 1
Lampiran Foto Hasil Percobaan

a) Gambar percobaan pengukuran tegangan dan frekuensi

b) Gambar hasil percobaan pengukuran beda phasa


c) Gambar gelombang Lissajous 2:1
d) Gambar Gelombang Lissajous 1:1

e) Gambar Gelombang Lissajous 3:1


DAFTAR PUSTAKA

https://teknikelektronika.com/pengertian-osiloskop-spesifikasi-penentu-kinerjanya/
https://faiksmk1.wordpress.com/2014/11/10/pengenalan-osiloskop/
http://belajarelektronika.net/pengertian-osiloskop-kegunaan-dan-cara-kerjanya/

https://www.wikikomponen.com/fungsi-osiloskop-pengertian-dan-prinsip-cara-kerjanya/

https://www.academia.edu/32712245/Dasar_Teori_Osiloskop

Anda mungkin juga menyukai