Anda di halaman 1dari 39

SKENARIO

Tangan Kaku
Seorang perempuan, 45 tahun, datang ke poliklinik suatu perusahaan besar dengan keluhan
demam serta bengkak di seluruh jari dan telapak tangan kanan. Jari telunjuk tangan kanannya sulit
digerakkan, dan nyeri. Sebelum timbul bengkak, jari telunjuk tangan kanan pasien tertusuk duri
tanaman saat berkebun, tetapi luka tusuknya tidak besar sehingga hanya dibersihkan dengan air.
Timbul bengkak 1 hari kemudian dan keluar nanah pada bekas luka. Riwayat sebelumnya pasien
menerangkan bahwa jari telunjuknya sering kaku tiba-tiba saat digerakkan baik saat posisi
menekuk untuk diluruskan maupun sebaliknya. Pagi hari saat bangun tidur adalah waktu yang
paling sering jari telunjuknya kaku tiba-tiba dan untuk bisa digerakkan harus dibantu dengan
tangan kirinya mengubah posisi jari secara perlahan-lahan. Selama ini jarinya yang kaku tidak
pernah diperiksakan ke dokter. Pasien merupakan seorang akuntan di perusahaan tersebut dengan
banyak pekerjaan mengetik menggunakan komputer.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Suhu : 380C
TD : 128/78 mmHg
HR : 78x/menit
RR : 16x/ menit
Regio digiti II manus dextra: bekas luka tusukan ukuran diameter 1 mm berisi pus. Edema pada
telapak tangan dan jari tangan kanan, merah dan teraba hangat. Dalam keadaan istirahat, posisi jari
tangan lebih flexi dari jari yang lain. Nyeri tekan pada jari dan telapak tangan serta nyeri saat jari
diekstensikan secara pasif.
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan :
Hb: 12 mg/dl
Hitung jumlah leukosit: 12.000/mm3
Hitung jenis leukosit: Basofil 1%, Eo: 1%, Mo: 8%, Lymp: 20%, Neu: 72%
Pada pemeriksaan foto rontgent manus: tidak didapatkan fraktur
Dokter menyarankan pasien dirawat inap agar bisa segera ditangani sebelum penyakitnya
menyebabkan kerusakan yang lebih parah terhadap fungsi jari tangannya, memberikan terapi
medika mentosa untuk mengatasi infeksi dan inflamasinya, serta melakukan pemeriksaan
penunjang tambahan. Dokter berencana untuk mengonsultasikan ke dokter spesialis orthopaedi dan
rehab medik untuk penanganan lebih lanjut.

1
BAB I

KATA SULIT

1. Pus
Hasil akhir dari peperangan komponen inflamator dengan zat asing yang masuk ke dalam
tubuh.
2. Terapi Medika Mentosa
Pengobatan yang dalam bentuk obat atau bahan kimia.
3. Manus
Nama latin dari ‘tangan’
4. Rehab medik
Terapi yang dilakukan guna mengembalikan fungsi tubuh yang bermasalah.
Bagi orang yang mengalami cedera parah dan tumor serta infeksi.
5. Bengkak di seluruh jari dan telapak tangan kanan
Di bagian kanan saja akan tetapi yang bagian kiri normal.

2
BAB II
RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa pasien bisa demam dan bengkak serta merah dan tangan terasa hangat?
2. Mengapa jari telunjuknya sulit digerakkan dan nyeri?
3. Apa pengaruh tusukan duri yang biasa saja dapat memengaruhi keluhan bengkak dan nyeri
serta demam perempuan tersebut?
4. Apakah ada keterkaitan antara nyeri yang dikeluhkan dengan penanganan luka yang hanya
dibersihkan dengan air?
5. Mengapa bisa keluar nanah pada bekas luka pasien?
6. Mengapa kaku tangan sebelumnya hanya pagi hari saja?
7. Apakah riwayat pasien tersebut memengaruhi kejadian yang dialami oleh perempuan
tersebut saat ini?
8. Apa hubungan pekerjaan pasien dengan keluhan yang telah disebutkan?
9. Apakah usia dan jenis kelamin juga berpengaruh terhadap keluhan tersebut?
10. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan dokter terhadap
pasien?
11. Bagaimana relasi antara abnormalitas pemeriksaan darah dengan keluhan pasien?
12. Mengapa dokter menyarankan foto rontgen meskipun hasilnya negatif fraktur?
13. Mengapa dokter menyarankan pasien rawat inap dan memberikan terapi medika mentosa?
14. Apa saja pemeriksaan tambahan yang mungkin dilakukan oleh dokter terhadap pasien
tersebut?

3
BAB III

BRAINSTORMING

1. Mengapa pasien bisa demam dan bengkak serta merah dan tangan terasa hangat?

Demam disebabkan karena adanya prostaglandin yang dimunculkan oleh pirogen.


Pirogen eksogen dikeluarkan oleh bakteri yaitu endotoksin lipopoli sakarida. Nantinya
akan merangsang limfosit dan monosit akan menstimulasi interleukin. Lalu merangsang
hipotalamus dan keluarlah prostaglandin yang mengatur termostat dengan cara menaikkan
patokan suhu normal tubuh sehingga memicu mekanisme meningkatkan suhu tubuh
(termostat yang baru).

Agen infeksi dicerna oleh makrofag kemudian mengeluarkan interleukin yang bisa
memicu hipotalamus dan merangsang keluarnya arakidonat dan terstimulasilah pirogen
yang mengatur suhu tubuh.

Adanya proses inflamasi yang menyebabkan bengkak, merah, dan hangat. Cedera
mengaktifkan kaskade plasmakinin yang dapat mengaktifkan C3a dan C5a yang
menginduksi degranulasi sel mast yang memicu keluarnya histamin sehingga muncul ciri
inflamasi yaitu hangat dan merah. Selain mengeluarkan histamin, akan mengeluarkan IL-1,
IL-6 sehingga sel-sel inflamasi bisa keluar dari vaskuler ke jaringan.

2. Mengapa jari telunjuknya sulit digerakkan dan nyeri?

Nyeri berhubungan dengan inflamasi (infeksi) yang muncul karena adanya


histamin. Edema menyebabkan pelebaran jaringan dan peningkatan tekanan lokal yang
juga bisa menyebabkan nyeri. Berasal dari jejas atau trauma yang memicu pelepasan enzim
degradasi yang menyebabkan munculnya Stromelicyn (degradasi proteoglikan) dan MMP
(degradasi proteoglikan dan kolagen matriks ekstraseluler).

Selain itu, faktor risiko yang menyebabkan keluhan pasien juga didukung oleh
pekerjaan pasien sebagai akuntan dengan jari yang sangat aktif mengetik. Penggunaan jari
terus-menerus pulley A1 metacarpal menyebabkan radang tendon dan selubung
retinokulum sehingga terjadi ketidakseimbangan kemudian tendonnya terperangkap
sehingga jari-jari menyebabkan tidak bisa fleksi maupun ekstensi atau jari bisa dalam
posisi fleksi saja.

4
3. Apa pengaruh tusukan duri yang biasa saja dapat memengaruhi keluhan bengkak dan nyeri
serta demam perempuan tersebut?
Kulit sebagai lini awal proteksi tubuh, ketika kita mengalami kecelakaan seperti
tertusuk maka kulit sebagai pintu masuknya mikroorganisme untuk masuk ke dalam tubuh.

4. Apakah ada keterkaitan antara nyeri yang dikeluhkan dengan penanganan luka yang hanya
dibersihkan dengan air?
Keterkaitan nyeri ini dengan penanganan air saja bisa menyebabkan bakteri masih
mudah masuk dan menimbulkan infeksi yang berujung nyeri. Apabila disiram dengan air,
hanya di bagian luar kulit saja namun tidak meminimalisir kuman yang sudah masuk ke
lapisan yang lebih dalam. Air saja malah bisa memperberat karena air itu bisa mengandung
mikroorganisme.

5. Mengapa bisa keluar nanah pada bekas luka pasien?

Luka tersebut menyebabkan inflamasi (infeksi) yang menyebabkan pus. Adanya


bakteri Streptococcus aureus yang menyebabkan membran abses. Ada juga bakteri
Streptococcus mutans yang mengeluarkan enzim hialuronidase yang mematikan sel.
Kemudian membran abses dan sel mati yang membuat selubung yang berisi leukosit mati,
jaringan nekrotik, dan bakteri  nanah.

6. Mengapa kaku tangan sebelumnya hanya pagi hari saja?


Saat kita tidur terjadi imobilisasi, otot dan tendon memendek. Saat bangun, otot
dan tendon butuh waktu untuk kembali ke keadaan normal. Disebabkan juga oleh
berkurangnya hormon glukokortikoid yang mengurangi rasa nyeri dan peradangan di
dalam tubuh pada malam hari.

7. Apakah riwayat pasien tersebut memengaruhi kejadian yang dialami oleh perempuan
tersebut saat ini?
Tidak berhubungan secara langsung antara osteoarthritis dengan kondisi infeksi
pasien namun OA dapat memperberat keluhan pasien.

8. Apa hubungan pekerjaan pasien dengan keluhan yang telah disebutkan?


Pekerjaan pasien mengetik berulang-ulang menjadi pemberat keluhan pasien yakni
memperparah inflamasi pasien. Penggunaan jari terus-menerus pulley A1 metacarpal
menyebabkan radang tendon dan selubung retinokulum sehingga terjadi

5
ketidakseimbangan kemudian tendonnya terperangkap sehingga jari-jari tidak bisa fleksi
maupun ekstensi atau jari bisa dalam posisi fleksi saja.
9. Apakah usia dan jenis kelamin juga berpengaruh terhadap keluhan tersebut?

OA pada wanita sering terjadi di daerah lutut dan tangan, kalau laki-laki di daerah
pinggul. OA tersering pada usia dewasa atau lanjut. Setelah tertusuk jari bisa memicu
tenosinovitis yaitu trigger finger.

10. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan dokter terhadap
pasien?

Suhu tinggi menandakan adanya inflamasi. Inflamasi memiliki 5 ciri yaitu dolor,
rubor, kalor, tumor, dan fungsiolesa.

11. Bagaimana relasi antara abnormalitas pemeriksaan darah dengan keluhan pasien?

Kenaikan pada leukosit, hitung jenis leukosit, LED yang menandakan infeksi.
Ketika LED semakin memanjang, maka darah semakin kental sehingga laju endap darah
meningkat. Inflamasi memicu IL-1, IL-6 yang merangsang liver mengeluarkan CRP yang
memengaruhi agregasi eritrosit sehingga LED meningkat.

12. Mengapa dokter menyarankan foto rontgen meskipun hasilnya negatif fraktur?

Rontgen merupakan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis serta


mengesampingkan dugaan fraktur, tumor, maupun trauma yang lain.

13. Mengapa dokter menyarankan pasien rawat inap dan memberikan terapi medika mentosa?
Untuk mengatasi infeksi dan inflamasinya.
14. Apa saja pemeriksaan tambahan yang mungkin dilakukan oleh dokter terhadap pasien
tersebut?
Aspirasi sendi, pemeriksaan CRP.

6
BAB IV
PETA MASALAH

Faktor
Risiko
Perempuan
45 tahun
Epidemiologi

Patofisiologi
Pemeriksaan
Etiologi
Penunjang
Komplikasi
Gejala klinis ANAMNESA PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Prognosis
- Demam serta bengkak seluruh jari dan - Suhu: 38 derajat celcius (tinggi) - Hb: 12 mg/dl
Komplikasi telapak tangan kanan
- Jari telunjuk tangan kanannya sulit
- Tekanan darah: 128/70 mmHg
- Heart Rate: 78x/menit
- HJL: 12.000/mm3 (tinggi)
- HJenL: Ba 1%, Eo 1%, Mo 8% (naik), Lymp
digerakkan dan nyeri - RR: 16x/menit 20%, Neu 72% (naik)
- Sebelum timbul bengkak, jari telunjuk - Regio digiti II manus dextra: bekas luka - LED: 45 mm/jam (naik)
tangan kanan pasien tertusuk duri tanaman tusukan ukuran diameter 1 mm berisi pus. - Foto rontgen manus: tidak didapatkan fraktur
saat berkebun, tetapi luka tusuknya tidak Edema pada telapak tangan dan jari tangan
besar sehingga hanya dibersihkan dgn air kanan, merah dan teraba hangat. Dalam
- Timbul bengkak 1 hari kemudian dan keluar keadaan istirahat, posisi jari tangan lebih flexi
nanah pada bekas luka dari jari yang lain. Nyeri tekan pada jari dan
- Riwayat sebelumnya: jari telunjuk sering telapak tangan serta nyeri saat jari
kaku tiba2 saat digerakkan menekuk untuk diekstensikan secara pasif.
Faktor diluruskan ataupun sebaliknya
risiko - Pagi hari saat bangun tidur tiba2 kaku shg
dibantu tangan kirinya perlahan
- Pekerjaan mengetik menggunakan komputer

DIAGNOSIS
Kriteria
Diagnosis Klasifikasi
TENOSINOVITIS, OSTEOARTHRITIS

Diagnosis
Tatalaksana PENATALAKSANAAN
banding
- Rawat inap
- Terapi medika mentosa untuk infeksi dan
inflamasi
- Rujuk ke Sp.OT
Pencegahan

7
BAB V
TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang :

1. Definisi dan klasifikasi Tenosinovitis


2. Epidemiologi Tenosinovitis
3. Etiologi Tenosinovitis
4. Faktor resiko Tenosinovitis
5. Patofisiologi Tenosinovitis
6. Manifestasi klinis Tenosinovitis
7. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang Tenosinovitis
8. Kriteria diagnosis Tenosinovitis
9. Diagnosis banding Tenosinovitis
10. Tatalaksana Tenosinovitis
11. Prognosis Tenosinovitis
12. Komplikasi Tenosinovitis
13. Pencegahan Tenosinovitis
14. Integrasi keislaman Tenosinovitis

8
BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi dan Klasifikasi Tenosinovitis


Tenosinovitis adalah suatu peradangan yang melibatkan tendon dan
selubungnya (tendon sheath – sinovial) yang menyebabkan pembentukan fibrosis sehingga
terjadi penyempitan pada sinovial dan menimbulkan nyeri.

Tenosinovitis adalah suatu peradangan yang melibatkan tendon dan selubungnya yang
mengakibatkan pembengkakan dan nyeri. Beberapa penyebab dari pembengkakan ini adalah
trauma, penggunaan yang berlebihan dari repetitive minor trauma, strain atau infeksi.

Klasifikasi Tenosinovitis:

1. De quervain’s
Disebabkan oleh penebalan dari selubung tendon pada kompartmen satu ekstensor polisis
brevis dan abduktor policis longus, dapat terjadi akibat penggunaan yang berlebihan tetapi
dapat juga terjadi spontan, terutama pada wanita usia pertengahan dan kadang kadang
selama usia kehamilan.
2. Volar flexor tenosinovitis (Trigger Finger)
Merupakan salah satu keluhan tersering yang menyebabkan pasien datang berobat, wanita
lebih sering terkena dibandingkan pria dengan perbanndingan 6:1. Kelainan ini
menyebabkan jari terkunci dalam posisi flexi dan memerlukan passive ekstensi untuk
meluruskan kembali.
3. Akut flexor tenosinovitis
Akut flexor tenosinovitis adalah suatu keadaan dimana terjadi ketidaknormalan pada flexor
tendon di tangan, pada kasus akut disebabkan karena infeksi tetapi bisa juga flexor
tenosinovitis merupakan peradangan kronis dari diabetes, arthritis, overuse.

2. Epidemiologi Tenosinovitis
De Quervain tenosinovitis yang biasanya didiagnosis pada indiviuals antara 30
dan 50 tahun dan sepuluh kali lebih umum di kalangan perempuan kemudian laki-laki
mempunyai insiden yang lebih tinggi (75%).Banyak wanita yang menderita de
Quervain’s tenosynovitis selama kehamilannya atau selama periode postpartum. Dan
lebih banyak diderita orang dewasa dibanding dengan anak .Penelitian Amerika Dan
Skandinavia yang meneliti hubungan antara aktivitas kerja dengan de quervain’s
tenosinovitis jarang dibedakan antara kondisi dan jenis lainnya dari tendinitis dari

9
pergelangan tangan. Berdasarkan studi epidemiologi telah menunjukkan bahwa para
pekerja dalam pengolahan daging dan industri manufaktur memiliki risiko lebih tinggi
terkena tendonitis dari pergelangan tangan, melakukan pekerjaan yang sangat
berulang-ulang dan melakukan pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar dapat
meningkatkan risiko berkembang menjadi tenosinovitis. Hingga saat ini belum
ditemukan adanya korelasi yang nyata antara insiden de Quervain’s tenosynovitis
dengan sejumlah ras tertentu.

3. Etiologi Tenosinovitis
Menurut Berbagai hal diduga merupakan penyebab terjadinya trigger finger, namun
penyebab pastinya belum diketahui. trigger finger primer biasanya idiopatik dan lebih sering
didapat pada wanita usia 50 sampai 60 tahun serta pada anak-anak. Sedangkan trigger finger
sekunder terjadi akibat trauma lokal (stress) dan proses degeneratif. Pergerakan jari terus-
menerus dan adanya trauma lokal pada jari diduga menjadi penyebab utama trigger finger.
(Ahmad Fauzi, 2015)
Menurut Rizal Chaidir penyebab pembengkakan juga belum diketahui namun dapat
diakibatkan oleh trauma, penggunaan yang berlebihan dari repetitive trauma, strain atau
infeksi. Berdasarkan klasifikasi tenosynovitis, terdapat etiologi masing-masing klasifikasi:
a. Dequervain tenosynovitis
Etiologi dari penyakit ini tidak hanya dalam akibat penggunaan yang berlebihan tetapi dapat
juga terjadi spontan, terutama pada wanita usia pertengahan dan kadang-kadang selama
kehamilan.
b. Trigger finger
c. Akut flexor tenosynovitis
Penyebab utama adalah penetrating trauma, infeksi tersering disebabkan oleh flora normal
kulis seperti stafilkokus dan streptokokus. Yang paling sering adalah streptokokus aereus.
Dengan penyebab lain:
1) Luka gigitan : hemophillus spesies, bakteri anaerob dan gram negatif.
2) Penyebaran melalui darah : myobacterium tuberkulosa, niseria gonorrhea.
3) Miscelaneus : pseudomonas acrigonosa.
Etiologi tenosinovitis:
a. Penyebab non-infeksius
1) Riwayat penyakit :
a) Diabetes mellitus
b) RA

10
c) Crystalline deposition
d) Overuse syndromes b
e) Amyloidosis
f) Ochronosis
g) Psoriatic arthritis
h) Systemic lupus erythematosus
i) Sarcoidosis
2) Overuse injury
Penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan trauman kecil yang menimbun ke
tendin dan selaput tendon. Proteksi infalamsi menjadi penyebab tenosynovitis.
Pada Quervain tenosynovitis, penggunaan berlebihan menyebabkan penebalan
retinaculum pada dorsal compartment dan membatasi kanal fibro-osseous.
Pada volar flexor tenosynovitis (ie, trigger finger), pemakaian berlebih merupakan
penyebab utama.

b. Nongonococcal infectious tenosynovitis


1) Infecting organisms diantaranya:
a) Staphylococcus aureus and Streptococcus species –paling sering
b) Pasteurella multocida – gigitan kucing
c) Eikenella corrodens – luka gigitan manusia
(Staphylococcus and Streptococcus species still most common cause)
d) Anaerobes - Bacteroides and Fusobacterium species most common
e) Haemophilus species
f) Capnocytophaga canimorsus – gigitan anjing
g) Miscellaneous gram-negative organisms
h) Mycobacterium tuberculosis
i) Other Mycobacterium species
j) Clostridium difficile - Case reported following antibiotic treatment for ear infection in
a child
k) Pseudomonas aeruginosa
l) Listeria monocytogenes
m) Vibrio vulnificus - Stings from marine life
2) Mycobacterium
a) M terrae
b) M marinum
c) M intracellulare
d) M avium

11
e) M kansasii
f) M asiatica
g) M bovis
h) M malmoense

c. Gonococcal tenosynovitis
Infeksi gonococcal akibat Neisseria gonorrhoeae muncul saat infeksi mukosa pada
genital tract, rectum, atau pharynx. Dua pertiga pasien yang mengalami infeksi mukosa
menderita tenosinovitis.

Pyogenic flexor tenosynovitis


Pyogenic FT disebabkan oleh agen infeksius yang berkembang biak pada ruang tertutup
pada selubung tendon fleksor dan culture-rich synovial. Agen inflamasi akan menyebabkan
timbunan cairan sinovia.

4. Faktor Risiko Tenosinovitis


a. Beberapa penelitian membuktikan adanya hubungan antara trigger finger dengan
pekerjaan, terutama yang membutuhkan pegangan yang kuat pada sendi MCP dan fleksi
pada tangan, seperti penggunaan alat-alat yang menggunakan tangan (hand held tools).
Namun hal ini masih dipertanyakan, sebab beberapa penelitian tidak menemukan adanya
hubungan trigger finger dengan pekerjaan.
b. Riwayat trauma
c. Keadaan komorbid pasien seperti rheumatoid arthritis, diabetes mellitus, gout, de
Quervain’s tenosynovitis, dan Dupuytren contracture harus diketahui sebelumnya, hal ini
berkaitan dengan timbulnya trigger finger.
(Ahmad Fauzi, 2015)
Faktor resiko tenosinovitis dibagi menjadi dua yaitu :
a. Strong (Kuat)
1) Usia lanjut 50-60 tahun
Beresiko tekena terkait dengan perubahan degeneratif.
2) Jenis kelamin : perempuan
Berdasarkan epidemiologi, perempuan lebih sering terkena dibandingkan laki-laki.
3) Riwayat terdahulu (stenosing tendinopati atau neuropati)
Persamaan patofiologi dasar yang mampu menimbulkan tanda klinis baik pada waktu
yang sama maupun waktu yang berbeda.
4) Keterakaitan dengan tangan dominan
Perubahan degeneratif yang terjadi.
5) Diabetes Mellitus

12
6) Kehamilan dan menyusui.
Faktor resiko de Quervain’s syndrome.
b. Weak (Lemah)
Degenerative joint disease atau trauma

5. Patofisiologi Tenosinovitis
 Patofisiologi de qurvain
 Proses terjadinya patologi ini dikarenakan gerakan abduksi dari ibu jari
yang sering dan disertai dengan ulnar deviasi dari pergelangan tangan.
Regangan dari tendon dari kompartmen 1 extensor yang berulang diduga
menyebabkan friksi pada selubung retinakular yang kaku sehingga
menyebabkan terjadinya pembengkakan dan penyempitan pada fibrosseus
kanal.
 Patofisiologi trigger finger
 Berbagai hal diduga merupakan penyebab terjadinya trigger finger, namun
penyebab pastinya belum diketahui. Trigger finger primer biasanya
idiopatik dan lebih sering didapat pada wanita usia 50 sampai 60 tahun
serta pada anak-anak. Sedangkan trigger finger sekunder terjadi akibat
trauma lokal (stress) dan proses degeneratif. Pergerakan jari terus-menerus
dan adanya trauma lokal pada jari diduga menjadi penyebab utama trigger
finger.
 Trigger finger atau stenosing tenosynovitis terdapat pada pasien yang
memiliki gejala triggering pada jari-jari atau ibu jari. Hal Ini disebabkan
ketidakseimbangan antara volume selubung retinakulum dengan isinya.
Pada saat tendon fleksor bergerak ke arah selaput yang stenosis, maka
tendon akan terperangkap, menyebabkan jari-jari tidak mampu untuk
fleksi atau ekstensi. Pada kasus yang lebih berat, jari dapat terkunci pada
posisi fleksi sehingga memerlukan manipulasi pasif pada jari untuk
menjadi ekstensi. Pulley A-1 pada metakarpal merupakan pulley yang
paling sering terkena. Hal ini disebabkan karena lokasinya, pulley A-1
menerima tekanan dan gesekan terbesar saat menggenggam maupun saat
gerakan normal. Gesekan berulang akibat gerakan tendon fleksor pada
pulley A-1 akan menyebabkan proses inflamasi dan hipertrofi (penebalan)
baik pada tendon fleksor maupun selubung retinakulum. Bahkan gesekan
yang terus menerus dapat menyebabkan timbulnya nodul pada permukaan
tendon. Hal ini akan mengakibatkan penyempitan pada celah selubung
retinakulum dan secara progresif akan membatasi gerakan tendon fleksor.

13
Bila kondisi ini berlanjut maka jari yang terkena akan kehilangan gerak
atau terkunci (locking).
 Hasil pemeriksaan histologi pulley A-1 dan tendon superfisial pada trigger
finger adalah metaplasia fibrocartilago. Sel-selnya memberikan hasil
positif untuk S-100, suatu protein yang ditemukan dalam kartilago. Pulley
A-1 dapat menjadi tiga kali lebih tebal, dan lapisan dalam dari pulley A-1
berubah dari spindle shaped fibroblas dan sel-sel ovoid menjadi kondrosit.
Perubahan ini lebih dikenal sebagai tendovaginitis daripada
tendosynovitis. Hal ini disebabkan inflamasi patologis lebih banyak
ditemukan pada selubung retinakulum dan jaringan peritendinosus
daripada di dalam tenosynovium. Kedua istilah ini sering ditemukan secara
bergantian dalam literatur.
 Gejala klasik trigger finger berupa jari menekuk dan terkunci. Awalnya
pasien akan mengeluh jari-jari berbunyi tanpa rasa sakit saat digerakkan
dan secara progresif akan menimbulkan nyeri yang terlokalisir mulai dari
telapak tangan hingga sendi-sendi metacarpophalangeal (MCP) atau
proksimal interphalangeal (PIP). Pasien akan mengeluh kekakuan pada
sendi MCP dan PIP sampai tidak dapat melakukan fleksi dan ekstensi.
 Gejala ini dapat timbul saat pagi hari dan akan berangsur-angsur berkurang
di siang hari. Pada fase akut keluhan dapat berupa nyeri dan bengkak
pada selubung fleksor dan nyeri saat menggerakkan jari. Pada fase ini
triggering tidak terlihat, sehingga trigger finger harus dibedakan dengan
adanya infeksi atau trauma. Bila dilakukan injeksi lidokain ke selubung
fleksor dan nyeri berkurang serta jari dapat digerakkan secara aktif
maupun pasif, maka diagnosis trigger finger dapat ditegakkan.

14

 Patofisiologi supuratif / akut flexor tenosynovitis
 Infeksi flexor tendon adalah suatu infeksi pada bagian tertutup sheat dan
jari telunjuk, jari tengah manis yang berjalan di atas carpal neck pada level
annular pertama. Infeksi pada jari dapat menyebar ke tangan dan
pergelangan tangan, infeksi bias menyebar ke fascia space hand, struktur
tulang yang berdekatan atau synovial joint space dapat pula menembus
lapisan kulit dan keluar.
o Proses tersebut berkaitan dengan proses inflamasi yang menimbulkan gejala gejala
berikut:
o Kemerahan (rubor)
 Terjadinya warna kemerahan ini karena arteri yang mengedarkan darah ke
daerah tersebut berdilatasi sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke
tempat cedera.
o Rasa panas (kalor)
 Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Dimana rasa
panas disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang
daripada di daerah lain di sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi bila
terjadi di permukaan kulit. Sedangkan bila terjadi jauh di dalam tubuh
tidak dapat kita lihat dan rasakan .
o Rasa sakit (dolor)
 Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan beberapa hal:
 adanya peregangan jaringan akibat adanya edema sehingga terjadi
peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan rasa nyeri,

15
 adanya pengeluaran zat – zat kimia atau mediator nyeri seperti
prostaglandin, histamin, bradikinin yang dapat merangsang saraf – saraf
perifer di sekitar radang sehingga dirasakan nyeri
o Pembengkakan (tumor)
 Gejala paling nyata pada peradangan adalah pembengkakan yang
disebabkan oleh terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler, adanya
peningkatan aliran darah dan cairan ke jaringan yang mengalami cedera
sehingga protein plasma dapat keluar dari pembuluh darah ke ruang
interstitium
o Fungsiolaesa
 Fungsiolaesa merupakan gangguan fungsi dari jaringan yang terkena
inflamasi dan sekitarnya akibat proses inflamasi.
o Dimana proses inflamasi tersebut menyebabkan demam melalui mekanisme dari
respon terhadap rangsangan pirogenik, sehingga monosit, makrofag, dan sel-sel
Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL-
1(interleukin 1), TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IL-6 (interleukin 6), dan INF
(interferon) yang bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk
meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus mempertahankan suhu di titik
patokan yang baru dan bukan di suhu normal. Sebagai contoh, pirogen endogen
meningkatkan titik patokan menjadi 38,9° C, hipotalamus merasa bahwa suhu
normal prademam sebesar 37° C terlalu dingin, dan organ ini memicu mekanisme-
mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu tubuh.
o Selain itu inflamasi ini juga akan menimbulkan terjadinya pus melalui peran
Bakteri dalam proses pembentukan abses ini yaitu Staphylococcus aureus dan
Streptococcus mutans. S.aureus dengan enzim koagulasenya mampu mendeposisi
fibrin di sekitar wilayah kerja S.mutans, untuk membentuk sebuah
pseudomembran yang terbuat dari jaringan ikat, yang dikenal sebagai membran
abses.. Sedangkan Streptococcus mutans memiliki 3 enzim utama yang berperan
dalam penyebaran infeksi gigi, yaitu streptokinase, streptodornase, dan
hyaluronidase. Hyaluronidase adalah enzim yang bersifat merusak jembatan antar
sel, yang pada fase aktifnya nanti, enzim ini berperan layaknya parang yang
digunakan petani untuk merambah hutan. Bakteri Streptococcus mutans memiliki 3
macam enzim yang sifatnya destruktif, salah satunya adalah enzim hyaluronidase.
enzim ini merusak jembatan antar sel yang terbuat dari jaringan ikat
(hyalin/hyaluronat). Fungsi enzim ini adalah transpor nutrisi antar sel, sebagai jalur
komunikasi antar sel, juga sebagai unsur penyusun dan penguat jaringan. Jika

16
jembatan ini rusak dalam jumlah besar, kelangsungan hidup jaringan yang
tersusun atas sel-sel dapat terancam.
o Tidak hanya proses destruksi oleh S.mutans dan produksi membran abses saja
yang terjadi pada peristiwa pembentukan abses ini, tetapi ada pembentukan pus
oleh bakteri pembuat pus (pyogenik), salah satunya adalah S.aureus. pus terdiri
dari leukosit yang mati (oleh karena itu pus terlihat putih kekuningan), jaringan
nekrotik, dan bakteri dalam jumlah besar.

6. Manifestasi Klinis Tenosinovitis


Terdapat Kanavel Four Sign (+) yakni sebagai berikut:
 Jari dalam posisi sedikit fleksi
 Bengkak dalam fusiform
 Nyeri tekan sepanjang flexor tendon sheath
 Nyeri saat dilakukan pasif fleksi jari

7. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Tenosinovitis


Temuan-temuan dalam pemeriksaan fisik, bergantung dari jenis dari tenosytovitis

1. Infectious Tenosytovitis
Keluhan yang pasien infectious flexor tenosytovitis (FT) rasakan bisa muncul kapan saja
sejak terjadi penetrasi luka atau cedera, keluhan yang umum diantaranya nyeri, kemerahan
dan demam. Pada pemeriksaan fisik ditemukan Kanavel signs:
a. Jari sedikit fleksi
b. Pembengkakan fusiform
c. Tenderness di sepanjang selubung tendon fleksor
d. Nyeri dengan ekstensi pasif dari tangan

Pasien dengan Gonococcal tenosynovitis memiliki gambaran klinis lain meliputi hal-hal
berikut:

a. Eritema, nyeri pada palpasi, dan rentang gerakan nyeri (ROM) dari tendon yang
terlibat ada
b. Demam sering terjadi

17
c. Dermatitis juga umum; ditandai oleh makula atau papula hemoragik pada ekstremitas
atau batang bagian distal

2. Inflamatory Flexor Tenosytovitis

Inflamasi FT biasanya merupakan hasil dari proses penyakit yang mendasari. Presentasi
bersifat indolen tetapi progresif jika terapi tidak dimulai. Temuan serupa dengan yang
ditemukan pada infeksi FT. Pada inflamasi FT, pembengkakan adalah temuan awal yang
paling umum dan ketika jaringan berkembang dan menimbulkan tumbukan, rasa sakit dan
gerakan yang terbatas terjadi.

Volar flexor tenosynovitis, gambaran klinis dari kondisi ini (juga dikenal sebagai trigger
finger) termasuk yang berikut:

a. Tenderness hadir di ujung proksimal selubung tendon, di telapak distal (hanya


proksimal ke kepala metacarpal)
b. Teraba penebalan tendon dan nodularitas mungkin ada
c. Krepitasi dan penangkapan tendon dapat dihargai ketika jari dilenturkan

De Quervain tenosynovitis, gambaran klinis meliputi hal-hal berikut:

a. Nyeri terjadi pada palpasi sepanjang aspek radial pergelangan tangan


b. Nyeri terjadi dengan ROM pasif ibu jari
c. Nyeri terjadi dengan deviasi ulnaris pergelangan tangan dengan ibu jari menangkup di
kepalan tertutup; ini disebut tes Finkelstein (lihat gambar di bawah)

Pemeriksaan laboratorium

1. Complete Blood Count (CBC) dengan differential count


Dilakukan jika diduga etiologi karena infeksi dimana jumlah white blood cell (WBC) akan
naik pada infeksi proksimal maupun sistemik
2. Erythrocyte Sendimentation Rate (ESR atau LED)
Merupakan marker dari infeksi akut maupun kronis meskipun tidak secara spesifik mampu
menunjukkan penyebab penyakit, LED tidak naik pada condisi nonsupuratif
3. C-Reactive Protein (CRP)
4. Rheumatid Factor Test

18
5. Aspirasi sendi
Pengambilan sedikit cairan dari sendi. Cairan diuji untuk memeriksa gout atau tanda-tanda
infeksi.

Studi Pencitraan

1. X-ray.
Tendon tidak dapat dilihat pada X-ray, tetapi mereka dapat menunjukkan tulang. Tes ini
dapat memeriksa arthritis.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI telah terbukti akurat dalam membantu diagnosis tenosynositis, namun dikarenakan
mahalnya biaya pemeriksaan menyebabkan pemeriksaan ini tidak terlalu diperlukan secara
umum

8. Kriteria diagnosis Tenosinovitis

Karakteristik umum dasar dari semua stenosing tendinopati adalah rasa sakit, bengkak,
dan nyeri pada titik di mana tendon ekstrinsik memasuki selubung retinakuler. Gejalanya
meningkat dengan gerakan aktif dan lebih parah dengan gerakan berlawanan. Berikut ini
adalah langkah-langkah pendekatan diagnosisnya:

a. Kekakuan jari
Tendonitis fleksor jari pada pulley A1 di tangan (kekakuean jari) biasanya muncul
dengan sensasi nyeri pada saat menggenggam atau saat keluar-masuknya tendon fleksor
ketika pasien melakukan fleksi dan ekstensi jari. Jari mungkin terkunci pada kondisi fleksi.
Manipulasi pasif dengan menggunakan tangan yang lain untuk ekstensi dapat melepaskan
penguncian. Kejadian ini apabila terus dibiarkan berkepanjangan akan menghasilkan
kontraktur fleksi jari. Sebuah nodul lunak dapat teraba pada bagian kepala metacarpal di
telapak tangan. Akan tetapi penguncian sendi diarthrosis/sendi yang memiliki kapsul sendi
(jarang), subluksasi tendon ekstensor, dan penguncian pulley A2 di jari (jarang) harus tidak
ditemukan pada fisik pemeriksaan, MRI, atau CT scan.
b. Penyakit de Quervain
Didefinisikan sebagai tenosinovitis dari tendon otot abductor pollicis longus dan
ekstensor pollicis brevis saat mereka melewati kompartemen dorsal pertama pergelangan
tangan pada prosesus styloid radial. penyakit de Quervain hadir dengan rasa sakit,
kelemahan, dan pembengkakan yang terlokalisasi ke sisi radial pergelangan 1 sampai 2 cm
proksimal ke prosesus styloid radial. Hal ini diperparah oleh gerakan ibu jari. Nyeri
diperparah oleh deviasi ulnar pergelangan tangan saat ibu jari digenggam di telapak tangan

19
(Finkelstein’s test). Finklestein’s test yaitu membengkokkan ibu jari ke arah telapak tangan
kemudian pergelangan tangan ditekuk dalam posisi ulnar deviasi, bila positif akan terasa
nyeri yang tajam pada pergelangan tangan. Akan tetapi, arthritis ibu jari (muncul dengan
nyeri tekan langsung pada sendi; grind test positif) dan neuritis saraf sensorik radial
(sindrom Wartenberg yang muncul dengan kelemahan langsung, perubahan sensorik, dan
Tinel sign positif pada saraf sensorik radial) harus dikesampingkan.

Tendon pada tangan kiri (Wolf, 2016)

Tendon pada jari telunjuk (Wolf, 2016)


c. Sindrom interseksi
Tenosinovitis pada kompartemen kedua tendon dorsal (ekstensor karpi-radialis
longus ekstensor carpi-radialis brevis) menghasilkan sindrom interseksi. Sindrom
interseksi sebagai hasil gesekan antara otot abductor pollicis longus dan extensor pollicis
brevis (kompartemen pertama) terhadap tendon ekstensor pergelangan tangan radial
(kompartemen kedua). Ini muncul sebagai nyeri dan bengkak 4 cm proksimal ke sendi

20
pergelangan tangan. Dalam kasus yang parah, terdapat kemerahan dan teraba, serta
terkadang terdengar krepitasi pada pemeriksaan. Nyeri sangat meningkat dengan ekstensi
pergelangan tangan yang ditahan.

d. Peran ultrasonografi
Diagnosis sebagian besar kasus tendonitis dan patologi tenosinovitis adalah klinis.
Investigasi diagnostik yang paling berguna dan akurat untuk semua tendinopati stenosing
adalah scan ultrasound resolusi tinggi. Ultrasonografi dapat digunakan untuk mendiagnosis
tenosinovitis. Peningkatan ultrasonografi resolusi tinggi menghasilkan gambar yang
semakin berkualitas tinggi struktur superfisial, memperluas indikasi untuk modalitas
pencitraan ini di tangan dan pergelangan tangan.
Modalitas lain mungkin berguna untuk menyingkirkan diagnosis lain jika
dicurigai, tetapi tidak digunakan secara rutin adalah:
1) X-Rays berguna untuk mengevaluasi fraktur pergelangan tangan yang
tersembunyi, radang sendi pergelangan tangan (ibu jari basilar dan arthritis
radiokarpal), dan tendonitis yang tekalsifikasi.
2) Pencitraan tingkat lanjut, seperti CT dan MRI, sangat membantu jika
kecurigaan klinis menetap dan foto X-Rays terbukti tidak membantu
(misalnya, untuk menyingkirkan fraktur skafoid yang tersembunyi, kista
ganglion subretinakular, degenerasi tendon, sinovitis reaktif).
e. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah (FBC, ESR, CRP) tidak memiliki peran langsung dalam
diagnosis tendinopati stenosing. Pemeriksaan ini membantu menetapkan atau
menyingkirkan diagnosis lain, seperti rheumatoid arthritis, gout, dan infeksi (septic
tenosynovitis, selulitis, septic arthritis).

Berikut ini merupakan kunci faktor diagnostik pada Tenosinovitis:

a. Adanya faktor resiko


Faktor resiko diantaranya adalah usia di antara 5-6 dekade (50-60an tahun),
wanita, terjadi kondisi dengan patologi yang hampir sama (tendinopati stenosing atau
neuropati), keterlibatan tangan yang dominan, insulin-dependent diabetes, kehamilan, dan
laktasi
b. Lokasi gejala dan tanda nyeri di sekitar selubung retinakuler
Jika lokasi gejala dan tanda nyeri tidak berada di sekitar selubung retinakuler,
maka dapat diusulkan alternatif diagnosis yang lain.
c. Nyeri semakin terasa jika digerakkan

21
Nyeri dapat dirasakan meskipun tidak ada pergerakan. Akan tetapi, nyeri akan
semakin terasa pada pergerakan aktif maupun pasif. Pergerakan menjadi terbatas karena
nyeri.
d. Respon terhadap injeksi anestesi
Dalam keadaan normal, pemberian injeksi anestesi pada kasus ini dapat
meningkatkan gejala. Jika tidak ditemukan, maka diagnosis lainnya dapat dipertimbangkan,
termasuk tendinopati stenosing (de Quervain's versus intersection syndrome/flexor carpi
radialis tenosynovitis/trigger thumb/basilar thumb arthritis; extensor carpi ulnaris
tenosynovitis versus triangular fibrocartilage complex).
e. Sensasi nyeri pada fleksi dan ekstensi jari (kekakuan pada jari)
Kekakuan jari biasanya muncul dengan sensasi nyeri pada saat menggenggam atau
saat keluar-masuknya tendon fleksor ketika pasien melakukan fleksi dan ekstensi jari. Jari
mungkin terkunci pada kondisi fleksi. Manipulasi pasif dengan menggunakan tangan yang
lain untuk ekstensi dapat melepaskan penguncian. Kejadian ini apabila terus dibiarkan
berkepanjangan akan menghasilkan kontraktur fleksi jari.
f. Nyeri, kelemahan, dan pembengkakan yang terlokalisasi pada sisi radial pergelangan
tangan (de Quervain’s)
Penyakit de Quervain ditandai dengan rasa nyeri, kelemahan, dan pembengkakan
yang terlokalisasi ke sisi radial pergelangan 1 sampai 2 cm proksimal ke prosesus styloid
radial. Hal ini diperparah oleh gerakan ibu jari. Nyeri diperparah oleh deviasi ulnar
pergelangan tangan saat ibu jari digenggam di telapak tangan (Finkelstein’s test).
Finklestein’s test yaitu membengkokkan ibu jari ke arah telapak tangan kemudian
pergelangan tangan ditekuk dalam posisi ulnar deviasi, bila positif akan terasa nyeri yang
tajam pada pergelangan tangan. Akan tetapi, arthritis ibu jari (muncul dengan nyeri tekan
langsung pada sendi; grind test positif) dan neuritis saraf sensorik radial (sindrom
Wartenberg yang muncul dengan kelemahan langsung, perubahan sensorik, dan Tinel sign
positif pada saraf sensorik radial) harus dikesampingkan.
g. Nyeri dan pembengkakan proksimal ke sendi pergelangan tangan (Sindrom Interseksion)
Sindrom Interseksion ditandai dengan nyeri dan pembengkakan 4 cm proksimal ke
sendi pergelangan tangan. Pada beberapa kasus yang berat, dapat ditemukan kemerahan
yang dapat dipalpasi dan terkadang dapat juga terdengar krepitasi. Nyeri semakin
bertambah dengan ekstensi pergelangan tangan yang berlawanan.
h. Nyeri, pembengkakan, dan lemah pada Lister's tubercle (extensor pollicis longus
tenosynovitis)
Terdapat keadaan di mana extensor pollicis longus terjebak. Pergerakan pada sendi
interphalaengeal pada ibu jari menyebabkan nyeri pada Lister’s tubercle.
i. Nyeri pada sisi ulnar pergelangan tangan (extensor carpi ulnaris tenosynovitis)

22
Nyeri pada sisi ulnar pergelangan tangan dan semakin diperparah dengan adanya
semua pergerakan pergelangan tangan.
j. Nyeri pada lipatan pergelangan tangan palmar pada tuberkulum scaphoid dan sepanjang
tendon (flexor carpi radialis tenosynovitis)
Peningkatan nyeri dengan fleksi pergelangan tangan dan deviasi radial adalah
pathognomonic (suatu gejala yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis. Terdapat
pembengkakan yang terlokalisasi dan sebuah kista ganglion dapat muncul.
k. Durasi gejala terjadi selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
Gejala berkembang dari berminggu-minggu menjadi berbulan-bulan. Jika terjadi
keadaan yang akut, maka dapat diusulkan alternatif diagnosis yang lain.

Berikut ini merupakan rangkuman Tes Diagnostik Tenosinivitis:

Tes Pertama:

Tes Hasil
Ultrasonografi beresolusi tinggi Efusi, penebalan selubung tendon,
hiperemia.
Digunakan untuk mendiagnosis tenosinovitis
steril maupun bernanah. Peningkatan
resolusi ultrasonografi menghasilkan gambar
yang berkualitas tinggi dari struktur
superfisial, yang memperluas indikasi pada
tangan dan pergelangan tangan

Tes Lainnya:

Tes Hasil
X-ray pada tangan dan pergelangan Normal.
tangan

Tidak diindikasikan pada sebagian besar


kasus. Akan tetapi pemeriksaan ini
digunakan untuk menyingkirkan patologi
lain seperti fraktur, dislokasi, arthritis,
tendonitis terkalsifikasi, massa lunak
jaringan.
FBC (Full Blood Count) Normal

23
Tidak diindikasikan pada sebagian besar
kasus. Akan tetapi pemeriksaan ini
digunakan untuk menyingkirkan sepsis atau
kondisi inflamasi.
ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) Normal

Tidak diindikasikan pada sebagian besar


kasus. Akan tetapi pemeriksaan ini
digunakan untuk menyingkirkan sepsis atau
kondisi inflamasi.
CRP (C-Reactive Protein) Normal

Tidak diindikasikan pada sebagian besar


kasus. Akan tetapi pemeriksaan ini
digunakan untuk menyingkirkan sepsis dan
kondisi inflamasi.
MRI (Magnetic Resonance Imaging) Normal

Tidak diindikasikan pada sebagian besar


kasus. Akan tetapi pemeriksaan ini
digunakan ketika terdapat indikasi di luar
patologi seperti adanya massa tersembunyi
atau kista, ruptur tendon, triangular
fibrocartilage tear, dan luka pada ligamen.
Dapat juga digunakan untuk menyingkirkan
kasus penguncian sendi diarthrosis/sendi
yang memiliki kapsul sendi, subluksasi
tendon ekstensor, dan penguncian pulley A2
dari kekakuan jari.
CT Scan Normal

Tidak diindikasikan pada sebagian besar


kasus. Akan tetapi pemeriksaan ini
digunakan ketika terdapat indikasi di luar
patologi seperti adanya massa tersembunyi

24
atau kista, ruptur tendon, triangular
fibrocartilage tear, dan luka pada ligamen.
Dapat juga digunakan untuk menyingkirkan
kasus penguncian sendi diarthrosis/sendi
yang memiliki kapsul sendi, subluksasi
tendon ekstensor, dan penguncian pulley A2
dari kekakuan jari.
Sumber : Wolf, 2016

Dr. Allen B. Kanavel (1887-1937) mendeskripsikan 4 tanda pokok dari tenosynovitis fleksor
pirogenik pada sebuah seminar pada tahun 1912. Keempat tanda tersebut diantaranya:

a. Jari-jari membengkak
b. Jari-jari dalam posisi fleksi
c. Perlunakan di sepanjang selubung tendon
d. Terasa nyeri saat ekstensi pasif

9. Diagnosis Banding Tenosinovitis


1. Rheumatoid Arthritis
2. Carpal Tunnel Syndrome
3. Cellulitis
4. Gout
5. Phalanx Fracture

10. Tatalaksana Tenosinovitis

A. Pharmacologic and Noninvasive Therapy

Infectious Flexor Tenosynovitis

Pemberian cepat medis nonsupuratif pada FT akut dapat menghalangi kebutuhan untuk
intervensi bedah. Perawatan nonoperatif untuk infeksi FT adalah :

• Antibiotik IV - Dapat dimasukkan dalam pengobatan awal jika pasien datang lebih awal
dengan dugaan infeksi FT

• Elevasi - Awalnya, sampai infeksi terkendali

• Splinting - Dalam “posisi aman”

• Rehabilitasi - Latihan Range of Movement (ROM) digital dan kontrol edema, dimulai ketika
FT terkendali

25
Antibiotik empiris untuk trauma tembus termasuk sebagai berikut :

• Individu yang tidak sehat - Cefazolin 1-2 g IV setiap 6-8 jam; jika penicillin-allergic,
clindamycin 600 mg IV setiap 8 jam atau erythromycin 500-1000 mg IV setiap 6 jam

• Individu Immunocompromised - Ampicillin-sulbactam 1,5-3 gm IV setiap 6 jam, ATAU


cefoxitin 2 g IV setiap 6-8 jam; jika penicillin-allergic, clindamycin 600 mg IV setiap 8 jam
PLUS levofloxacin 500 mg IV sekali sehari (untuk dewasa) ATAU clindamycin plus
trimethoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMZ) (untuk anak-anak)

• Luka gigitan - Sama seperti pada individu yang mengalami gangguan sistem imun

Untuk pasien yang immunocompromised atau memiliki diabetes, intervensi bedah dini
dibenarkan. Jika perawatan medis sendiri dicoba, maka observasi rawat inap setidaknya 48 jam
diindikasikan. Drainase pembedahan diperlukan jika tidak ada perbaikan yang jelas terjadi
dalam 12-24 jam.

Gonococcal Tenosynovitis

Bawa pasien ke rumah sakit dengan antibiotik IM atau IV (misalnya, ceftriaxone atau
spectinomycin). Drainase bedah dapat diindikasikan jika terapi antibiotik tidak secara
signifikan memperbaiki kondisi pasien dalam 48 jam.

Tenosinovitis Nongonokokus Menular

Jika diagnosis masih samar, konsultasi dengan spesialis tangan (misalnya, operasi plastik atau
ortopedi) dan penggunaan elevasi dan antibiotik spektrum luas yang mencakup cakupan
stafilokokus, cakupan streptokokus, atau keduanya diperlukan. Tambahkan cakupan anaerobik
jika infeksi anaerobik mungkin (misalnya, dengan kucing atau gigitan manusia). Jika diagnosis
tenosynovitis sudah pasti, rujuk pasien ke spesialis tangan untuk sayatan dan drainase bedah
yang mendesak.

Inflammatory Flexor Tenosynovitis

Pengobatan nonoperatif adalah pengobatan utama untuk inflamasi FT. Pada pasien refrakter
untuk setidaknya 3-6 bulan dari manajemen medis yang baik atau pada pasien dengan ruptur
tendon, fleksor tenosinovektomi harus dilakukan.

Overuse Syndrom

Andalan terapi untuk FT yang disebabkan oleh sindrom berlebihan adalah penghentian
penghinaan dengan modifikasi aktivitas. Terapi juga termasuk yang berikut:

• Icing dan elevasi dari area yang terkena

26
• Pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) jika ditoleransi oleh pasien

• Pertimbangan steroid oral jangka pendek

• Pemberian selubung tendon fleksor atau injeksi kortikosteroid karpal tunnel untuk
mengurangi nyeri dan respons inflamasi

• Splinting - Jika digunakan, splinting harus dibatasi di area ROM bebas rasa sakit

• Rehabilitasi - Rehabilitasi lambat mencegah reinitiasi fase inflamasi

Gunakan hati-hati dengan suntikan kortikosteroid, karena mereka merugikan jika disuntikkan
langsung ke tendon atau ligamen. Suntikan ganda juga dapat melemahkan tendon dan
menyebabkan pecah pada pasien dengan diabetes atau radang sendi inflamasi. Oleh karena itu,
suntikan kortikosteroid harus digunakan dengan bijaksana, terutama pada pasien dengan
diabetes atau rheumatoid arthritis. Juga, penggunaan steroid suntik atau oral merupakan
kontraindikasi jika infeksi FT belum sepenuhnya dikesampingkan.

De Quervain tenosynovitis

Resepkan istirahat, NSAID, dan splint pergelangan tangan ibu jari untuk pasien dengan gejala
minimal. [27]

Injeksi lidokain-kortikosteroid peritendin dianggap oleh banyak orang sebagai pengobatan awal
pilihan untuk de tenosynovitis Quervain. Satu tinjauan literatur menunjukkan perawatan
kortikosteroid memiliki tingkat penyembuhan lebih dari 80% dan menyimpulkan bahwa injeksi
kortikosteroid aman. [28] (Terapi bedah adalah pilihan jika manajemen konservatif gagal.)

Volar Flexor Tenosynovitis

Injeksi lidokain-kortikosteroid peritendinous adalah pengobatan pilihan untuk volar FT (yaitu,


pemicu jari). Dalam uji coba secara acak, pasien dengan kondisi ini yang diobati dengan injeksi
kortikosteroid menunjukkan penurunan yang lebih besar dalam tingkat keparahan nyeri dan
frekuensi pemicuan daripada pasien yang diobati dengan plasebo. Efek jangka pendek
dipertahankan selama fase follow-up 12 bulan. [33]

Pada penelitian di Taiwan yang membandingkan suntikan asam hialuronat dengan injeksi
ultrasonik yang dipandu ultrasound pada 36 pasien dengan jari pemicu (39 digit), Liu dkk
menemukan bahwa pengobatan terdahulu menghasilkan hasil yang menjanjikan untuk
pengobatan ini. kondisi, meskipun rejimen optimal tetap didefinisikan.

Perawatan juga termasuk modifikasi aktivitas (yaitu, menghindari kegiatan yang menyebabkan
Pemicu) dan NSAID. Splinting adalah modalitas pengobatan lain yang telah dipelajari. Ini
cocok untuk pasien yang tidak ingin memiliki injeksi steroid.

27
Pertimbangkan pelepasan tendon bedah jika injeksi gagal. Pelepasan pembedahan untuk jari
pemicu memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi dari 90%.

Rheumatoid Arthritis

Perawatan untuk rheumatoid inflamasi FT termasuk es, NSAIDs, istirahat, splinting,


hydroxychloroquine, emas, penicillamine, dan metotreksat. Kasus persisten mungkin
memerlukan pengobatan steroid oral. Untuk flare akut FT pada pasien dengan rheumatoid
arthritis, suntikan kortikosteroid dapat memberikan bantuan cepat. Batasi suntikan untuk
menghindari ruptur tendon.

B. Drainage, Irrigation, and Tenosynovectomy

Infection
Characteristic Findings Treatment
Stage

Increased fluid in sheath,


Stage I Catheter irrigation
mainly a serous exudate

Purulent fluid, Minimal invasive drainage +/-


Stage II
granulomatous synovium indwelling catheter irrigation

Necrosis of the tendon, Extensive open débridement


Stage III
pulleys, or tendon sheath and possible amputation

C. Post-operative Care

Dalam kasus FT infeksius, kira-kira 48 jam setelah operasi, buka pembalut, splint, dan drain,
dan periksa lukanya. Lakukan pemeriksaan ROM aktif dan pasif.

Untuk infeksi persisten, operasi debridement mungkin diperlukan. Antibiotik IV harus


dilanjutkan setiap 48-72 jam.

Beralih dari IV ke antibiotik oral, tidak hanya didasarkan pada hasil kultur tetapi juga pada
pemeriksaan klinis dan faktor lain pasien. Antibiotik oral harus dilanjutkan selama 5-14 hari,
tergantung pada hal-hal berikut : Adanya intraoperative, komorbiditas, organisme terisolasi,
dan respon terhadap terapi.

Umumnya, luka harus dibiarkan terbuka sehingga dapat segera sembuh.

28
D. Consultations
Konsultasi dan rujukan dapat mencakup hal-hal berikut:
Perawatan primer atau rawat jalan khusus rawat jalan untuk perawatan tindak lanjut de
Quervain tenosynovitis dan volar fleksor tenosynovitis, Konsultasi medis darurat atau
tangan khusus untuk dugaan gonococcal tenosynovitis untuk masuk rumah sakit dan IV
antibiotic.
E. Long-Term Monitoring
Untuk infeksi FT, berikan tindak lanjut 72 jam setelah antibiotik IV dihentikan
untuk memastikan bahwa regimen oral cukup dan tidak ada kekambuhan infeksi yang
terjadi. Tindak lanjut harus berlanjut sampai infeksi selesai, luka-luka ditutup, dan gerakan
penuh telah kembali. Pantau pasien sampai gerakan dan kekuatan bebas nyeri telah
dimaksimalkan.
Untuk inflamasi FT, terapi tangan dimulai pada 24-48 jam setelah prosedur dan
harus terdiri dari ROM yang aktif , bersama dengan modalitas pembengkakan dan nyeri.
ROM aktif hampir penuh dapat dicapai sekitar 3 minggu, setelah waktu tersebut penguatan
tanga dapat ditambahkan. Namun, tidak jarang kemajuan menjadi lambat, yang
menghasilkan kursus rehabilitasi berlangsung 3-4 bulan.

29
30
1.

2.

31
11. Prognosis Tenosinovitis
 Dubia ad sanam :
o Karena dengan pengobatan yang baik penyakit tenosinovitis memiliki peluang
besar sembuh dan mampu melakukan kembali aktivitas seperti sedia kala, namun
jika terapi yang diberikan mengalami kegagalan akan menyebabkan tenosinovitis
memberikan prognosis yang buruk.

32
 Bonam ad vitam :
o Penyakit ini tidak vatal hingga menyebabkan kematian, sehingga pasien akan tetap
hidup dengan baik.
 Dubia ad fungsional :
o Untuk fungsionalnya masih diragukan karena kemungkinan dapat berfungsi
kembali seperti sedia kala atau bahkan tidak dapat kembali berfungsi seperti
seharusnya.

12. Komplikasi Tenosinovitis

Komplikasi Time frame Kemungkinan


contracture (trigger finger) Jangka panjang Tinggi
Pengabaian berkepanjangan
dari angka yang terkunci
akan menghasilkan
kontraktur fleksi sendi.
tendon ruptur (ekstensor Jangka panjang Tinggi
pollicis longus tenosynovitis,
fleksor karpi radialis
tenosinovitis)
Pengabaian yang lama dari
tendon yang terkena risiko
akan mengakibatkan ruptur
attrisional.
perubahan kulit terkait Jangka panjang Rendah
kortikosteroid
Injeksi kortikosteroid
superfisial dapat
menyebabkan atrofi
subkutan, nekrosis lemak,
dan / atau depigmentasi pada
kulit gelap dan pigmentasi
merah pada kulit putih.
cedera yang berhubungan Jangka panjang Rendah
dengan operasi untuk saraf
sensorik (de Quervain's,
ECU, pemicu jari)

33
Kedekatan saraf sensoris ke
bidang bedah membuat saraf
rentan terhadap cedera
iatrogenik (laserasi / traksi),
yang menyebabkan
pembentukan rasa kebas dan
neuroma.
operasi terkait tendon bow- Jangka panjang Rendah
stringing atau subluksasi
(pemicu jari, ECU)
Melepaskan selubung
retinacular melewati peran
mereka dalam menstabilkan
dan mereorientasi vektor
tendon yang terlibat.
neuritis (de Quervain, Variabel Rendah
ekstensor carpi ulnaris [ECU]
tenosynovitis)
Iritasi berkepanjangan dan
peradangan sekitarnya
mungkin melibatkan saraf
sensorik di dekatnya.

13. Pencegahan Tenosinovitis


Tidak ada langkah pencegahan utama yang tersedia.

Pencegahan kedua

Pasien dengan stenosing tendinopathy harus diinstruksikan untuk menghindari posisi


predisposisi dan / atau fungsi yang memperburuk presentasi awal.

14. Integrasi Keislaman Tenosinovitis

Diriwayatkan dari A’isyah ra.: sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:


“Sesungguhnya setiap manusia dari kalangan anak turun Adam diciptakan dengan 360
sendi. Barangsiapa yang bertakbir memahabesarkan Allah, bertahmid memuji Allah, bertasbih
menyucikan Allah, dan beristighfar memohon ampunan kepada Allah, menyingkirkan batu dari
jalanan, atau (menyingkirkan) duri atau tulang dari tengah jalanan, memerintahkan kebaikan,

34
dan mencegah kemungkaran, sejumlah 360 sendi tersebut, maka hari itu ia telah berjalan
sembari menjauhkan dirinya dari neraka.” (Shahih Muslim: 1007, 2/698)
Dr. Hamid menjelaskan adapun jumlah definitif persendian badan bisa kita hitung
sebagai berikut:
a. Tulang belakang, memiliki 147 sendi: 25 sendi antartulang belakang, 72 sendi antara
tulang belakang dan tulang rusuk dan 50 sendi antartulang belakang pada jalan
makanan samping.
b. Dada, memiliki 24 sendi: 2 sendi antara tulang dada dan rongga dada, 18 sendi antara
tulang dada dan kepala, 2 sendi antara tulang selangka dan belikat dan 2 sendi antara
belikat dan tulang batang dada.
c. Bagian atas tubuh, memiliki 86 sendi: 2 sendi antara tulang bahu, 6 sendi antara tulang
siku, 8 sendi antara tulang pergelangan tangan dan 70 sendi antara tulang-tulang
tangan.
d. Bagian bawah tubuh, memiliki 92 sendi: 2 sendi tulang paha, 6 sendi antara tulang-
tulang dua lutut, 6 sendi antara pergelangan kaki, 74 sendi antara tulang-tulang telapak
kaki dan 4 sendi antara tulang lutut.
e. Daerah sekitar perut, memiliki 11 sendi: 4 sendi antara tulang ekor, 6 sendi antara
tulang pinggul dan 1 sendi antara sambungan tulang kemaluan.
Maka, jumlah keseluruhan adalah: 147 + 24 + 86 + 92 + 11 = 360

Semua sendi-sendi yang terdapat pada tubuh manusia ini mampu bergerak secara
sistematis sehingga manusia sangat fleksibel dalam pergerakannya. Dengan begitu
hendaknya kita bersyukur atas nikmat Allah SWT yang satu ini, karenanya kita menjadi
leluasa dalam bergerak dan beraktifisan seperti seharunya, maka dengan menjaga
kesehatan dari sendi – sendi kita ini adalah salah satu wujud dari bentuk rasa syukur kita
kepada Allah SWT.

35
Peradangan kronis dari
diabetes, arthritis, overuse
AKUT FLEXOR TENOSINOVITIS
TENOSINOVITIS DEQUERVAIN
TRIGGER TENOSINOVITIS Edema, hipertrofi SUPURATIF Faktor non-infeksi Mengaktifkan
Faktor infeksi mengaktifkan kaskade jaringan radang Staphylococcus aureus
sarung sinovial dan neutrofil/makrofag
FINGERInjeksi kortikosteroid, bakteri, virus, suhu ling.,autoimun, kinin dan plasmin
peningkatan produksi
splinting pada posisi parasit, jamur keganasan, obat
cairan sinovial
fleksi MCP 15 derajat
membentuk rongga koagulasi
Antibiotik (opsional: Injeksi kortikosteroid+lidocain Menelan bakteri
pada tendon sheath peptida yang
Cefazolin, dan jaringan nekrotik
Sarung sinovial inflamasi meningkatkan
Clindamisis, Ampicilin Pirogen
Penebalan selubung tendon teregang karena tekanan permeabilitas deposisi fibrin

36
Surbaktam) disekat oleh fibroblas,
pada kompartmen satu ekstensor pus di bawahnya endotel
neutrofil kapiler
polisis brevis dan abduktor jaringan mati
BAB VII

policis longus hipotalamus


membentuk rongga
Infeksi bagian tertutup asam arakhidonat eksudasi cairan
Posisi semifleksi jari pseudomembran
PETA KONSEP

sheats dan jari telunjuk, Disproporsi antara dan protein plasma


jari tengah manis yang fleksor tendon dan ke jaringan
prostaglandin
berjalan di atas carpal neck retinaculum pulley nyeri ibu jari atau wrist
pada level annular pertama jika diputar terus hyaluronidase
Pembengkakan lokal Volume cairan meningkat membran absen
(A1) bengkak sekitar 1-2 cm
proksimal dari styloid kenaikan termostat edema
Iritasi nerve di atas
Tendon fleksor bergerak radius tendon sheath merusak jembatan
ke arah selaput Sulit menggerakkan menyebabkan rasa Konsistensi lunak Aliran darah tendon turun
Kanavel four sign (+) antar sel
yang stenosis ibu jari dan wrist kebas pada dorsal
DEMAM peregangan jaringan
ibu jari dan telunjuk

Sangat nyeri ketika NEKROSIS ruangan kematian sel


Tendon terperangkap ekstensi pasif di sekat
tekanan lokal naik membran

Jari terkunci pada kondisi


fleksi NYERI PUS

GRADE I GRADE IV
(pre-triggering) (contracture)

GRADE II GRADE III


(active) (passive)
PETA SOAP

37
DAFTAR PUSTAKA

BMJ Group. 2016. BMJ Best Practice Tenosynovitis of The Hand and Wrist. USA: BMJ Publishing
Group.

Chaidir, Rizal. 1999. Tenosynovitis. Bag. Orthopaedi & Traumatologi FKUP/RSHS Bandung.

Kennedy, C. D. 2015. Kanavel’s Signs and Pyrogenic Flexor Tenosynovitis. Springerlink: Clinical
Orthopaedics and Related Research.

“Tenosynovitis Clinical Presentation: History, Physical Examination.” Diakses 26 September 2018.


https://emedicine.medscape.com/article/2189339-clinical#b3.

“Tenosynovitis Workup.” Diakses 26 September 2018.


https://emedicine.medscape.com/article/2189339-workup

“Tenosynovitis of the hand and wrist - Symptoms, diagnosis and treatment | BMJ Best Practice.”
Diakses 26 September 2018. https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/982.

“Tendonitis and Tenosynovitis – Health Encyclopedia – University of Rochester Medical Center”


Diakses 26 September 2018
https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?ContentTypeID=85&ContentID=P000
69

“Tenosynovitis Differential Diagnoses.” Diakses 26 September 2018.


https://emedicine.medscape.com/article/2189339-differential

Wolf, J. M. 2016. Tenosynovitis of the Hand and Wrist. BMJ Best Practice: Department of
Orthopaedic Surgery, University of Connecticut Health Center, New England Musculoskeletal
Institute, Farmington, CT.

38
39

Anda mungkin juga menyukai