Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Konsep Asuhan Keperawatan Cholelitiasis

OLEH : KELOMPOK 3a

A11-A

Kadek Diah Sudarmi Dewi Wulandari 17.321.2674

Luh Putu Nia Budi Martsiani 17.321.2680

Luh Putu Sukmayanti 17.321.2681

Ni Made Septyari 17.321.2696

Ni Nengah Ayu Sudiantari 17.321.2697

Ni Wayan Novi Uliandari 17.321.2704

Tjok Istri Nita Dewi 17.321.2710

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHAAN WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN 2019


1. Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Cholelitiasis
A. Definisi
Kolelitiasis adalah batu yang terbentuk oleh colesterol, kalsium,
bilirubinat atau campuran yang disebabkan oleh perubahan pada komposisi
empedu ( Marlyn E Doengoes, 2000). Batu empedu adalah endapan satu atau
lebih komponen empedu berupa kolesterol, bilirubin, garam-garam empedu,
kalsium dan protein (Sylvia A Price,1998).
Kolelitiasis adalah obstruksi pada saluran empedu (duktus koledukus)
yang disebabkan oleh batu, yang kemudian menghambat aliran empedu dan
menyebabkan proses inflamasi akut ( Susan Martin Tucker, 1998 ).
Kolelitiasis adalah adanya batu empedu dan dapat langsung diteruskan
dengan pembedahan eksplorasi ( Theodore R. Schorock, MC, 1995).
Kolelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliary calculus.
Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung
empedu. Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang
membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung
empedu. Batu Empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu
atau di dalam saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung
empedu disebut kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu
disebut koledokolitiasis (Nucleus Precise Newsletter, edisi 72, 2011).
Kolelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk
dalam kandung empedu. Komposisi dari kolelitiasis adalah campuran dari
kolesterol, pigmen empedu, kalsium dan matriks inorganik. Lebih dari 70%
batu saluran empedu adalah tipe batu pigmen, 15-20% tipe batu kolesterol
dan sisanya dengan komposisi yang tidak diketahui. Di negara-negara Barat,
komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol, sehingga sebagian batu
empedu mengandung kolesterol lebih dari 80%.
Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
kolelitiasis adalah endapan satu atau lebih komponen empedu berupa
kolesterol, bilirubin, garam-garam empedu, kalsium dan protein, yang
kemudian menghambat aliran empedu dan menyebabkan proses inflamasi
akut.

B. Etiologi
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan
asam chenodeoxycholic), 22% fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein
dan 0,3% bilirubin. Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan
sempurna namun yang paling penting adalah gangguan metabolisme yang
disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi
kandung empedu. Sementara itu, komponen utama dari batu empedu adalah
kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi
jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan
membentuk endapan di luar empedu (Denis, 2005)
Menurut Lesmana (2000), Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa
faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang
dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya
kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain :
1) Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
2) Usia lebih dari 40 tahun
3) Kegemukan (obesitas)
4) Faktor keturunan
5) Aktivitas fisik
6) Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
7) Hiperlipidemia
8) Diet tinggi lemak dan rendah serat
9) Pengosongan lambung yang memanjang
10) Nutrisi intravena jangka lama
11) Dismotilitas kandung empedu
12) Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
13) Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati,
pankreatitis dan kanker kandung empedu) dan penyakit ileus
(kekurangan garam empedu)
14) Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit
putih, baru orang Afrika)

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis kolelitiasis yaitu:
1) Sebagian bersifat asimtomatik
2) Nyeri tekan kuadran kanan atas atau midepigastrik samar yang menjalar
ke punggung atau region bahu kanan
3) Sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten
4) Mual dan muntah
5) Demam
6) Ikterus obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu : getah empedu yang tidak lagi
dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan
empedu ini membuat kulit dan membran mukosa berwarna kuning.
Keadaan ini sering disertai gejala gatal-gatal pada kulit
7) Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal
akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi
diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat
yang disebut “Clay-colored”
8) Defisiensi vitamin Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu
absorbsi vitamin A,D,E,K yang larut lemak. Karena itu pasien dapat
memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi atau
sumbatan bilier berlangsung lama. Penurunan jumlah vitamin K dapat
mengganggu pembekuan darah yang normal
9) Regurgitasi gas : flatus dan sendawa

D. Patofisiologi
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat
anion ini adalah bilirubina, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigemen
(bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin
terkonjugasi karena adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak
terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronel
tranferase tersebut yang akan mengakibatkan presipitasi atau pengendapan
dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak
larut dalam air tapi larut dalam lemak. Sehingga lama-kelamaan terjadi
pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu empedu
tapi ini jarang terjadi.
Kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan
berpengaruh dalam pembentukan empedu. Kolesterol bersifat tidak larut
dalam air, kelarutan kolesterol sangat tergantung dari asam empedu dan
lesitin (fofpolipid).

E. Pathway
Proses degenerasi penyakit Penurunan fungsi hati Gangguan metabolisme
hati

Peradangan dalam, Sintesis kolesterol


Pengendapan kolesterol
sekresi kolesterol kandung
empedu
Batu empedu

Menyumbat aliran getah


pankreas

Distensi kandung empedu Aliran balik getah empedu


(duktus kolekditus ke
Bagian fundus menyentuh pancreas) Resiko infeksi
bagian abdomen kartilago
Iritasi lumen Port de entree pasca bedah
Merangsang ujung saraf
eferen simpatis Intervensi pembedahan
Inflamasi

Hasilkan substansi P
Termostrat di hipotalamus Enzim SGOT dan SGPT
Serabut saraf eferen
hipotalamus Peningkatan suhu Bersifat iriatif disaluran cerna

Nyeri hebat pada kuadran Hipertermi Merangsang nervus vagal


atas dan nyeri tekan daerah
epigastrium Menekan s. parasimpatis

Nyeri Akut Permeabilitas kapiler Penurunan peristaltik


.
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Batu Empedu (cholelitiasis) yaitu:
1) Nyeri Akut berhubugan dengan:
a. Agen Pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasa)
b. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bakan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Yang ditandai dengan :


a. Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
- Mengeluh nyeri
Objektif :
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
b. Gejala dan tanda minor
Subjektif : -
Objektif :
- Tekanan darah meningkat
- Pola nafas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berfikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis

2) Hipertemia berhubungan dengan:


a. Dehidrasi
b. Terpapar lingkungan panas
c. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e. Peningkatan laju metabolisme
f. Respon trauma
g. Aktifitas berlebihan
h. Penggunaan inkubator

Yang ditandai dengan :


a. Gejala mayor :
Subjektif : -
Objektif :
- Suhu tubuh diatas nilai normal
b. Gejala minor :
Subjektif : -
Objektif :
- Kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat

3) Defisit Nutrisi berhubungan dengan:


a. Ketidakmampuan menelan makanan
b. Ketidakmampuan mencerna makanan
c. Ketidakmampuan mengasobsi nutrient
d. Peningkatan kebutuhan metabolism
e. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
f. Faktor fisikologis (mis. Stres, keengganan untuk makan)

Yang ditandai dengan:


a. Gejalan dan tanda mayor
Subjektif : -
Objektif :
- Berat badan menurun min 10% dibawah rentang ideal
b. Gejala dan tanda minor
Subjektif :
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram atau nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
Objektif :
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare

4) Risiko infeksi berhungan dengan:


a. Penyakit kronis (mis. Diabetes militus)
b. Efek prosedur invasif
c. Mal nutrisi
d. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
e. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
1. Gangguan peristaltik
2. Kerusakan integritas kulit
3. Perubahan sekresi pH
4. Penurunan kerja siliaris
5. Ketuban pecah lama
6. Ketuban pecah sebelum waktunya
7. Merokok
8. Statis cairan tubuh
f. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
1. Penurunan hemoglobin
2. Imunonosupresi
3. Leukopenia
4. Supresi respon inplamasi
5. Vaksinasi tidak adekuat

5) Risiko hipovolemia berhubungan dengan :


a. Kehilangan cairan secara aktif
b. Gangguan absorbsi cairan
c. Usia lanjut
d. Kelebihan berat badan
e. Status hipermetabolik
f. Kegagalan mekanisme regulasi
g. Evaporasi
h. Kekeurangan intake cairan
i. Efek agen farmakologis

6) Risiko syok berhubungan dengan:


a. Hipoksemia
b. Hipoksia
c. Hipotensi
d. Kekurangan volume cairan
e. Sepsis
f. Syndrom respons implamasi sistemik
DAFTAR PUSTAKA

Anwarawati Fitria. Batu Empedu atau Kolelitiasis. Tersedia pada :


https://www.academia.edu/16712056/BATU_EMPEDU_atau_KOLE
LITIASIS . Diakses pada Jumat, 29 Maret 2019.

Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta : EGC

Happy Ester. Pathway Colelitiasis. Tersedia pada :


https://id.scribd.com/doc/93551158/PATHWAY-COLELITIASIS .
Diakses pada Jumat, 29 Maret 2019.

Haryono rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta


: Gosyen Publishing
Nurarif huda amin, kusuma hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta :
Mediaction publishing

Sjamsuhidajat R, de Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperwatan Indonesia.
Jakarta : Dewan pengurus pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai