Oleh
NURAINI 1602114646
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang kiranya patut anggota
kelompok 4 ucapkan karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Ketatnya Sistem Pengendalian” ini dengan tepat waktu.
Dalam penyusunannya, penyusun memperoleh bantuan dari berbagai pihak, karena itu
penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Eni Safitri, SE, MM,
Ak., CA yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan yang begitu besar.
Dari sanalah kesuksesan itu berawal. Semoga semua pihak dapat menuntun pada
langkah yang lebih baik lagi. Penyusun senantiasa terbuka untuk menerima masukan demi
penyempurnaan makalah berikutnya, mudah-mudahan bermanfaat bagi yang membaca.
(Penulis)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan ....................................................................................................... 16
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Pembelajaran
1. Agar mengetahui langkah-langkah mencapai keberhasilan pengendalian hasil
yang ketat
2. Agar dapat memahami cara menggunakan tipe pengendalian tindakan
BAB II
PEMBAHASAN
Kesesuaian
Sistem pengendalian hasil mungkin mengalami permasalahan kesesuaian
karena manajer tidak memahami dengan baik tujuan organisasi yang sesungguhnya
atau karena dimensi kinerja yang dipilih oleh manajer untuk mengukur hasil tidak
merefleksikan tujuan yang sesungguhnya dengan baik.
Untuk beberapa tipe organisasi, dan untuk banyak area khusus dalam
organisasi, jika tujuan yan sesungguhnya dipahami dengan baik, hal itu akan menjadi
asumsi yang beralasan. Contohnya, karyawan pada bagian produksi harus lebih
efisien dan personel penjualan harus menjual lebih banyak, segala sesuatu harus
seimbang. Namun, pada banyak organisasi yang lain, pemahaman yang baik
mengenai tujuan yang sesungguhnya dan/atau bagaimana tujuan-tujuan tersebut harus
diprioritaskan bukanlah asumsi yang beralasan. Pada beberapa tipe instansi
pemerintah dan organisasi nirlaba, komponen kunci sering kali tidak setuju dengan
tujuan organisasi.
Lebih lanjut, pemilihan dimensi kinerja yang dapat diukur yang merefleksikan
tujuan organisasi yang sesungguhnya sering kali menantang. Jika dimensi kinerja
dapat diukur yang dipilih bukan indikator yang tepat dari tujuan organisasi yang
sesungguhnya, sistem pengendalian hasil tidak bisa ketat, terlepas dari karakteristik
sistem apa pun.
Spesifikasi
Tingkat ketatnya pengendalian hasil juga tergantung pada adanya prospek
kinerja yang dijelaskan dengan istilah spesifik. Spesifikasi kinerja yang diharapkan
atau target membutuhkan pemilihan dan penghitungan, seperti 15% ROA per tahun,
keluhan konsumen kurang dari 1% , atau biaya tenaga kerja $2,29 per unit produksi.
Organisasi biasanya dapat atau telah menetapkan target yang spesifik dan dapat
dihitung dalan istilah-istilah keuangan. Bahkan, pada banyak bidang kinerja, misalnya
berhubungan dengan ketahane dan kinerja lingkungan, pengendaliannya (lebih)
longgar karena organisasi tidak menetapkan target yang spesifik dan dapat dihitung,
tetapi hanya menilai bidang kinerja global secara subjektif. "Laba muda untuk diukur;
sedangkan banyaknya permintaan dan pertentangan permintaan [muncul dari
tanggung jawab sosial perusahaan] tidak". Pengendalian dalam area yang sulit diukur
dapat diperketat dengan tidak memisahkan bidang kinerja global ke dalam berbagai
komponen, seperti penggunaan energi, volume dan tipe limbah yang dihasikan, dan
tingkat daur ulang. Namun, pada beberapa bidang kinerja, target dan pengukuran yang
detail dan spesifik tidak fisibel. Berapa banyak kasus yang harus ditangani seorang
pengacara dalam satu tahun atau apa arti perilaku etis atau keadilan sosial sangat sulit
dibuat lebih spesifik. Meskipun demikian, sepesifikasi dari sesuatu yang diharapkan
adalah salah satu elmen yang diperlukan untuk implementasi pengendalian hasil yang
ketat.
Kelengkapan
Kelengkapan merupakan persyaratan akhir untuk ketatnya pengendalian hasil.
Kelangkapan berarti bahwa area hasil yang didefinisikan dalam SPM termasuk semua
bagian yang diharapkan memiliki kinerja yang bagus dan ketika karyawan yang
terlibat dapat berpengaruh. Apa yang tidak terukur menjadi kurang terlihat, atau
mungkin menjadi tidak terlihat. Oleh karena itu, ketika area hasil yang ditetapkan
tidak lengkap, karyawan sering kali membiarkan kinerja di area yang tidak diukur
terlewat. Misalnya, karyawan bagian pembelian yang hanya dievaluasi dari
pemenuhan standar biaya mungkin menyebabkan kualitas menurun. Demikian pula,
tenaga penjual yang diminta untuk mencapai kuota volume penjualan mungkin
mengejar volume penjualan atas biaya yang mungkin lebih kecil, tetapi lebih
menguntungkan.
Oleh karena itu, sistem pengendalian hasil selengkap mungkin harus
mencakup seluruh informasi mengenai pengaruh karyawan terhadap nilai perusahaan
yang diukur secara tepat, sehingga usaha karyawan seimbang pada seluruh dimensi
pekerjaan mereka. Namun, pada tingkat manajerial, ketika pekerjan kompleks,
pengendalian hasil hampir pasti tidak lengkap. Umumnya, manajer mengarahkan
usahanya hanya pada tugas terukur dan mungkin mengabaikan tugas lainnya yang
penting, tapi tak terukur (seperti dengan memfokuskan pada menaikkan laba jangka
pendek atas biaya hubungan konsumen jangka panjang).
Ketika pengendalian hasil tidak lengkap, tipe pengendalian lainnya, termasuk
pengendalian tindakan dan personel/kultural, seharusnya didesain untuk berusaha
mengisi kekosongan oleh ketidaklengkapan pengendalian hasil. Contoh mekanisme
pengendalian komplementer adalah pengendalian tindakan yang mencakup
pengendalian kualitas, atau pengendalian kultural yang bertujuan untuk menanamkan
pola pikir pada kinerja atau inovasi yang berkesinambungan untuk menghadapi
perilaku yang mendorong terjadinya pengaburan hasil.
Pengukuran Kinerja
Pengendalian hasil yang ketat juga tergantung pada kecukupan pengukuran
kinerja yang digunakan. Pengendalian hasil tergantung pada pengukuran yang teliti,
objektif, tepat waktu, dan dapat dipahami. Sistem pengendalian hasil yang digunakan
untuk menerapkan pengendalian yang ketat memerlukan semua kualitas pengukuran
yang tinggi. Jika pengukuran gagal pada bagian mana pun, sistem pengendalian tidak
dapat digolongkan sebagai pengendalian yang ketat karena adanya permasalahan
perilaku yang dimungkinkan.
Insentif
Pengendalian hasil mungkin menjadi lebih ketat jika imbalan dihubungkan
secara langsung dan pasti dengan pencapaian hasil yang diinginkan. Hubungan
langsung berarti bahwa pencapaian hasil diterjemahkan secara eksplisit dan jelas
menjadi imbalan. Hubungan pasti antara hasil dan imbalan berarti bahwa tidak ada
alasan yang ditoleransi. Kedua elemen secara berkaitan dilustrasikan dalarn
sebuah kutipan mantan presiden direktur Bausch & Lomb: "Sekali Anda
menentukan jumlah target, Anda diharapkan dapat mencapainya." Manajer yang
gagal mencapai target laba tahunan, bahkan dengan selisih yang kecil sekalipun,
memperoleh bonus yang "tidak seberapa, sementara mereka yang melebihi target
memperoleh pembayaran "besar”. Demikian halnya pada sektor publik, kepala
Philippines’ Bureau of Internal Revenue, otoritas pajak yang mendatangkan
sebagian besar pendapatan pemerintah, mengundurkan diri atas "kegagalan untuk
mencapai target" instansi. Setelah mengumumkan pengunduran dirinya,juru bicara
presiden direktur mengatakan, "Dia tidak berkinerja dengan baik dan dia
mengatakan bahwa dia bertanggung jawab atas hal ini."
Meski hal ini tampaknya menjadi trend pada sebagian besar organisasi,
termasuk pada organisasi nirlaba dan organisasi sektor publik, sebuah topik
mengenai penghubungan antara kompensasi insentiíf dan kinerja untuk menjadi
lebih langsung dan lebih pasti menimbulkan perdebatan dan kontroversi.
Sistem yang digunakan untuk memonitor kinerja pengemudi pada United
Parcel Service (UPS) merupakan contoh yang tepat mengenai sistem pengendalian
hasil yang ketat. UPS memberikan gaji yang besar, tetapi mendorong para
pengemudinya untuk bekerja keras. Manajemen membandingkan kinerja setiap
pengemudi (berapa mil, berapa banyak barang yang diantar, berapa banyak barang
yang diambil) setiap hari dengan proyeksi yang dikomputerisasi untuk pekerjaan
yang seharusnya telah dilakukan. Pengemudi yang tidak dapat memenuhi standar
akan ditugaskan bersama seorang supervisor yang ikut bersamanya untuk
memberikan saran untuk perbaikan, dan mereka yang tidak dapat memperbaiki
dapat diperingatkan, diskors, dan nantinya diberhentikan. Sistem pengendalian ini
memenuhi setiap karakteristik pengendalian hasil yang ketat. Pengukuran hasil
tampaknya sesuai dengan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan nilai
pemegang saham karena sukses secara terus-menerus. Pengukuran tersebut
tampak lengkap pada tingkat pengemudi. Pengemudi tidak memiliki tanggung
jawab lain selain mengirimkan paket secara efektif. Target kinerja spesifik
pengukuran dilakukan secara menyeluruh dan sering (harian); dan imbalan, yang
mencakup keamanan kerja dan jumlah uang yang cukup besar, signifikan dengan
karyawan yang terlibat.
2) Pelacakan Tindakan
Pengendalian pada sistem pengendalian akuntabilitas tindakan juga dapat
dibuat lebih ketat dengan cara meningkatkan efektivitas sitem pelacakan tindakan.
Karyawan yang yakin bahwa tindakan mereka akan diperhatikan dan diperhatikan
secara tepat waktu,akan lebih kuat dipengaruhi oleh sistem pengendalian
akuntabilitas tindakan daripada karyawan yang merasa bahwa kemungkinan nya
tertangkap kecil.
3) Pengutan Tindakan
Akhirnya, pengendalian dapat dibuat lebih ketat dengan membuat imbalan
atau hukuman menjadi lebih signifikan terhadap karyawan yang terlibat. Secara
umum, maknanya bervariasi secara langsung dengan ukuran penguatan. Ketika
imbalan (insentif) merupakan bentuk umum dari penguatan yang diberikan oleh
perusahaan dalam penetapan pengendalian hasil, hukuman (tindakan
pendisplinan) adalah hal umum dalam penetapan pengendalian tindakan karena
hukuman tersebut sering melibatkan pelanggaran karyawan terhadap peraturan
dan prosedur. Seperti halnya imbalan, individu yang berbeda juga menunjukan
reaksi yang berbeda terhadap hukuman yang sama, suatu tipe tindakan disiplin
yang signifikan-pemecatan-tampaknya dipahami secara umum.
Cara pengendalian tindakan perusahaan penerbangan komersial pada pilot
mereka merupakan contoh yang baik dari ketatnya sistem pengendalian
akuntabilitas tindakan. Pilot diberikan daftar detail yang merinci hampir semua
tindakan yang dibutuhkan, tidak hanya untuk operasi normal, tetapi juga hanya
untuk semua kemungkinan yang ada, seperti kegagalan mesin, kebakan, angin
ribut, dan pembajakan. Pelatihan yang intensif membantu memastikan bahwa
prosedur telah dipahami, dan seringnya pemeriksaan dan pembaruan membantu
memastikan bahwa prosedur tersebut tetap ada dalam ingatan pilot. Pelacakan
tindakan yang menyimpang dilakukan dengan teliti dan tepat waktu karena semua
pelanggaran yang potensial diperiksa secara teliti oleh penginvestigasi yang
objektif. Pada akhirnya, penguatan menjadi signifikan karena pilot diancam
dengan hukuman berat, termasuk kehilangan pekerjaan, belum lagi rasa takut
kehilangan nyawa ketika terjadi kecelakaan.
Bahkan sebagian besar spesifik detail tindakan dapat dilemahkan dengan
kurangnya pelacakan tindakan dan penguatan. Misalnya, peraturan dan prosedur
tidak akan diikuti apabila top manajemen tidak menunjukan perhatian agar
peraturan dan prosedur tersebut diikuti. Oleh karena itu akuntabilitas tindakan
menjadi ketat, semua elemen sistem pengendalian tindakan- definisi dari tindakan,
pecaklan tindakan, dan penguatan-harus didesain dengan tepat. Lebih lanjut,
pengendalian tindakan terkadang terlihat menghambat efisien. Dengan demikian,
usaha reenginering yang terfokus pada peningkatan efisiensi terkadang secara
tidak hati hati merendahkan kajian pratindakan, segregasi tugas, bukti tertulis, dan
rekonsiliasi yang tidak memberikan nilai tambahan. Ketika pengendalian mungkin
tidak memberikan nilai tambahan, pengendalian tersebut dapat membantu
mencegah hilangnya nilai perusahaan, bahkan dapat meningkatkan nilai tersebut,
dan diharapkan dapat mencegah kerugian yang mungkin timbul dari skandal
korupsi atau kecelakaan.
Namun pelaksanaan survei menunjukan bahwa penipuan yang canggih
telah muncul, sebagian dijelaskan oleh meningkatnya transaksi berbasis komputer
sebagai bagian sistem teknologi informasi (TI) yang kompleks yang secara virtual
menangani semua transaksi perusahaan termasuk akun penjualan, akun biaya,
administrasi personel, dan neraca lajur. Meskipun transaksi berbasis komputer
merugikan. Tidak ada alasan mengapa pengendalian transaksi berbasis komputer
tidak bisa ketat, bahkan lebih ketat dari transaksi berbasis kertas, tetapi karena
sistem yang kompleks, perusahaan tidak selalu benar-benar memahami risiko
pengendalian yang ada. Selain itu, sebagaimana yang ditunjukan oleh penelitian
terbaru KPMG. “ meskipun sistem IT menjadi bagian penting pada bisnis, banyak
perusahaan yang tidak memiliki karyawan dalam bidang tersebut yang dengan
jelas teridentifikasi bertanggung jawab terhadap penggunanya.” Penelitian
tersebut menunjukan bahwa lebih dari dua per tiga dari eksekutif yang disuvei
percaya bahwa pengendalian yang efektif terhambat karena mereka terlalu fokus
pada teknologi dan gagal menunjukan perubahan organisasi dan perubahan yang
diperlukan.
The Bellagio merupakan salah satu dari 23 properti milik MGM MIRAGE, yang
terletak di jantung jalur Las Vegas, dikenal luas sebagai salah satu resor kasino besar di
dunia. Di area operasi kasino, the Bellagio mengoperasikan 2.409 mesin permainan yang
dioperasikan oleh koin (mesin slot) dan 143 meja permainan. Hal unik dari perusahaan
resor kasino ini adalah mayoritas diisi oleh staf keuangan, di mana sekitar 1.000 dari total
karyawan sebanyak 4.000 orang bekerja di bidang keuangan perusahaan melapor
langsung kepada wakil direktur eksekutif.
Hampir setengah dari meja permainan yang beroperasi merupakan meja blackjack.
Meja blackjack tersebar di sepanjang enam pit yang berisikan 16 sampai 30 meja
blackjack masing-masingnya. Tiap meja blackjack dijalankan oleh seorang badar, dan
floor persons mengawasi tiga sampai enam meja. Masing-masing sif diisi oleh tiga
sampai lima pit managers (pit bosses) serta seorang shift manager dan seorang assistant
shit manager. Kebanyakan operasi bisnis kasino berkenaan dengan uang tunai, maka
system pengendaliannya dikaitkan denga empat elemen utama: (1) tanggung jawab
individual untuk cash dan stock (cash equivalent); (2) prosedur formal untuk transfer
uang tunai; (3) pengendalian tegas terhadap pengeluaran kredit: dan (4) pengendalian
ketat dalam count room.
Dalam case study Bellagio Casino Resort, Tight Results Controls ini sudah cukup
baik dilaksanakan oleh Bellagio Casino. Contohnya yaitu melalui sistem kompensasi
(imbalan) terhadap karyawan. Semakin baik pekerjaan yang dilakukan oleh dealer maka
semakin banyak tip yang didapatkan dari pelanggan yang merasa puas. Selain itu, ada
beberapa penghargaan yang bukan berupa uang, seperti penghargaan karyawan teladan.
Dealer yang terus-menerus mendapat penilaian superior dari mystery shopper bisa meraih
penghargaan ini dan diundang untuk menghadiri acara besar tahunan yang memberikan
penghargaan luar biasa.
Ada tiga indikator yang digunakan Bellagio Casino dalam melakukan penilaian
terhadap hasil:
1) Drop, merupakan jumlah total uang yang tersedia untuk dipertaruhkan oleh pelanggan
melawan kasino.
2) Win, merupakan jumlah laba kotor kasino.
3) Persentase hold yang merupakan penghitungan utama terhadap profitabilitas kasino.
Ditentukan dengan win dibagi drop. Persentase hold merupakan pengukuran terbaik yang
tersedia untuk mengukur profitabilitas kasino. Dengan menggunakan angka-angka ini,
manajemen Bellagio mencari pola. Mereka tahu bahwa tiap permainan meja harus
mempertahankan persentase hold tertentu. Contohnya, persentase menang pada
permainan meja di Bellagio normalnya berkisar antara 18-22% dari drop permainan meja.
Dalam case study Bellagio Casino Resort, menurut kami pengendalian tindakan yang
di lakukan perusahaan sudah dilaksanakan dengan sangat baik. Contoh pembatasan
perilaku yang dilakukan Bellagio Casino untuk mencegah karyawan dalam melakukan
kecurangan atau tindakan yang akan menimbulkan kerugian fisik bagi perusahaan, yaitu :
− Brankas uang yang terkunci di lantai kasino.
− Penghitungan uang tunai dan uang koin yang dlakukan harian oleh karyawan yang
terlepas dari operasi kasino (adanya pemisahan kewajiban yang jelas antara record
keeping dan pemegang cash).
− Pemantauan dan pengawasan area permainan oleh kamera CCTV secara konstan.
− Personel yang berhubungan langsung dengan uang tunai, seperti change personnel,
coin redemption personnel, kasir masing-masing bertanggung jawab atas sejumlah
uang tertentu yang dikenakan kepada mereka (lebih dari 1 orang yang bertugas ketika
melakukan perhitungan cash).
Dalam case study Bellagio Casino Resort, menurut saya Bellagio sudah cukup ketat
dalam menerapkan personnel control, contohnya adalah dengan :
− Job description dan struktur organisasi jelas.
− Merekrut, melatih dan mempertahankan karyawan yang berkualitas dan bermotivasi
untuk memberikan pelayanan yang sempurna dan ramah kepada pelanggan. Casino
hanya merekrut dealer yang terdaftar dalam GCB (Gaming Control Board).
− Adanya penilaian dari mystery shoppers membantu proses evaluasi dari pelayanan
dealer terhadap pelanggan meskipun tidak dimasukan dalam penilaian kinerja dealer.
Secara keseluruhan Personnel Control pada Bellagio adalah tinggi dan cukup baik,
tetapi akan lebih baik lagi jika diadakan proses penilaian kinerja berdasarkan skill dan
kepuasan pelanggan terhadap dealer dan training yang mendukung kemampuan dealer
tersebut.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Merchant, Kenneth A., dan Wim A. Van der Stede. 2018. Sistem Pengendalian Manajemen
Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat