Bab I Pendahuluan 1.1 Abstrak: Praktikum Inspeksi Pengelasan Laporan
Bab I Pendahuluan 1.1 Abstrak: Praktikum Inspeksi Pengelasan Laporan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Abstrak
Pada akhir abad ke-19 teknik pengelasan mulai berkembang dengan pesat. Hal ini
disebabkan karena diketemukannya cara penggunaan tenaga listrik sebagai sumber panas
dalam pengelasan. Sejak perang dunia kedua telah banyak cara-cara pengelasan dengan
penyambungan logam untuk segala macam konstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan
proses pengelasan.
Walaupun pengelasan merupakan cabang dari ilmu teknologi produksi, kenyataanya
pada proses mikro yang terjadi adalah proses metalurgi. Karena itu untuk menguasai dengan
baik teknologi pengelasan, dasar-dasar metalurgi harus dikuasai ledih dahulu, terutama yang
berhubungan dengan pencarian, pembekuan dan perlakuan lanjut.
Maksud dari penulisan laporan ini adalah sebagai referensi dan petunjuk untuk
mengetahui seberapa jauh kemampuan atau kekuatan sambungan suatu sambungan las dalam
berbagai macam uji coba.
Tujuan dari penulisan adalah untuk mengetahui macam – macam cacat las (
diskontinuitas ) pada sebuah logam atau material sample. Serta untuk menentukan layak
tidaknya sebuah material untuk menjalani proses reparasi.
1
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
BAB II
PEMBAHASAN
Umum :
Untuk memperoleh data impact atau ketergantungan bahan, ketangguhan adalah suatu
ukuran energi yang diperlukan untuk mematahkan bahan. Energi yang dihasilkan
merupakan hasil kali gaya dengan jarak yang dinyatakan dalam joule. Dan ada
hubungannya dengan luas daerah dibawah kurva tegangan regangan. Suatu bahan ulet
dengan kekuatan yang sama dengan bahan yang rapuh ( tidak ulet ) akan memerlukan
energi perpatahan yang lebih besar dan mempunyai sifat tangguh yang lebih baik.
2
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
Data Petunjuk :
1. Jarum hitam sudut awal / sudut alpha ( α )
2. Jarum merah sudut pengembalian / sudut beta ( β )
a. P = 25,22 Kg
b. L = 0,75 m
c. D = 0,6599 m
Prosedur :
1. Menyiapkan sample sesuai ukuran standart impact
2. Menempatkan sample pada landasan sejajar ddengan palu pemukul.
3. Mengatur ketinggan / derajat palu pemukul dengan menentukan besarnya
sudut alpha ( α )
4. Menempatkan jarum penunjuk sudut beta ( β ) pada pangkal jarum penunjukan
sudut alpha ( α )
5. Melepaskan palu pemukul
6. Menarik handle rem agar ayunan berhenti.
7. Mengambil dan menganalisa sample
8. Mencatat besarnya sudut alpha ( α ) dan sudut beta ( β )
9. Menghitung nilai pukul takik ( harga impact )
Data Pengujian :
Logam dengan sambungan pengelasan :
o α = 60°
o β = 53°
𝑃. 𝐿 ( cos β − cos α )
Rumus =
𝐴
3
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
1,702
=
0,5
= 3,4047 Kgm/cm²
4
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
PENGUJIAN TEKUK
Umum :
Pengujian tekuk ini berguna untuk mengetahui keliatan dan kegetasan dari suatu
bahan. Untuk bahan getas perlu diadakan pengujian ulang untuk mendapatkan hasil
secara statistik
Data Alat:
Nama : Tensile Tester
Merk : Tokyokoki Seizsakusho, Type 6285, Japan, 1961
Kapasitas : Maximum 30 ton
5
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
Prosedur :
1. Atur tumpuan yang akan menumpu ujung – ujung sample
2. Pasang penjepit, agar sample tidak bergerak saat pengujian
3. Nyalakan mesin
4. Amati sample, bila penekan telah menyinggung sample maka hentikan mesin
kemudian pasang grafit.
5. Atur alat pendeteksi beban pada mesin, Hidupkan mesin lagi
6. Penekan akan turun kebawah sehingga membentuk sudut
7. Matikan mesin dan kemudian amati sample.
Pengaturan penumpuan :
D
L = D + 3.A
6
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
PENGUJIAN TARIK
Umum :
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sifat / kekuatan bahan oleh beban tarik.
Bersamaan dengan pelaksanaan pembebanan suatu bahan dipasangkan pula alat
detektor regangan.
7
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
Data Alat:
Nama : Tensile Tester
Merk : Tokyokoki Seizsakusho, Type 6285, Japan, 1961
Kapasitas : Maximum 30 ton
Prosedur :
1. Menyiapkan sample sesuai ukuran standart ASTM
2. Memasang kertas grafik dan bolpoin
3. Mengatur skala manometer dan memasang pemberat ( pendulum ) yang berada di
belakang mesin, sesuai kapasitas pengujian.
a. 3 ton ( tanpa pemberat )
b. 6 ton ( pemberat A )
c. 15 ton ( pemberat A +B )
d. 30 ton ( pemberat A + B + C )
4. Menghidupkan mesin dengan menekan handle ke posisi ON
5. Memanasakan mesin >> Pump
6. Memutar kran ( loading valve )ke kiri secara perlahan dan mengamati jarum hitam
ke kanan
7. Memasang sample pada penjepit ( grip )
8. Mengatur jarum hitam pada posisi SET berhimpitan dengan jarum merah
9. Mesin siap digunakan dan amati pengujian
10. Menghentikan kerja mesin >> STOP >> OFF
8
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
SPECIMEN KE-
A DIMENSI SPECIMEN
I II III
Diameter, D0 ( mm ) 10 10 10
Luas Penampang Awal, A0 ( mm ) 78,5 78,5 78,5
Gauge Length, L0 ( mm ) 50 50 50
Panjang Total, L1 ( mm ) 250 250 250
B HASIL PENGUJIAN
Gambar Specimen
a. Sebelum pengujian :
b. Setelah pengujian :
9
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
Umum :
Pada metoda cairan penetrant, cairan diaplikasikan di atas permukaan spesimen dan
diberikan waktu yang cukup untuk menyusup ke dalam diskontinuitas. Jika diskontinuitasnya
kecil dan sempit seperti pada retak atau lubang jarum, kapilaritas membantu penetrasi.
Baik penetrant visible maupun fluorescent tersedia dalam bentuk paket yang dapat
dipakai memeriksa di lokasi terbuka, atau saat menguji bagian dari benda berukuran besar.
Keduanya dikemas dalam bentuk kaleng semprot bertekanan.
Paket penetrant visible terdiri dari:
· Kaleng berisi solvent pembersih.
· Kaleng berisi penetrant.
· Kaleng berisi nonaqueous wet developer.
· Kain lap dan kuas.
10
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
Prosedur Kerja :
PRINSIP-PRINSIP DASAR
Agar dapat terlihat, cairan penetrant diberi pewarna merah yang dapat dilihat dengan
cahaya biasa atau pewarna fluorescent yang dapat dilihat dengan cahaya ultraviolet.
Pengujian penetrant terdiri dari tahapan-tahapan berikut tanpa mempertimbangkan material
yang diuji:
· Langkah 1: Pembersihan dan pengeringanbenda atau lokasi yang diperiksa.
· Langkah 2: Aplikasi penetrant. Dibiarkan beberapa lama agar menyusup ke dalam
diskontinuitas.
· Langkah 3: Pembersihan penetrant sisa di permukaan.
· Langkah 4: Aplikasi developer
· Langkah 5: Evaluasi indikasi, diterima atau ditolak.
· Langkah 6: Pembersihan benda atau lokasi setelah selesai diuji.
Indikasi linier adalah indikasi yang memiliki panjang dari tiga kali lebarnya ( L >
3W )
Indikasi rounded adalah indikasi yang memiliki bentuk bundar / ellips dengan
panjang kurang dari sama dengan tiga kali lebar ( L ≤ 3W )
11
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
12
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
Umum :
Sebuah magnet adalah material yang memiliki kemampuan menarik besi atau baja
(dan material logam lain). Lodestone (magnetite) adalah magnet alam. Material lain dapat
dibuat menjadi magnet buatan. Apabila sembarang material dimagnetisasi, ia memiliki medan
magnet yang akan menarik logam tertentu dan medan magnet lain. Karena memungkinkan
untuk memagnetisasi logam tertentu, dimungkinkan pula untuk menampakkan diskontinuitas
menggunakan suatu media (serbuk besi) yang memiliki daya tarik magnet.
Tujuan dari pengujian pertikel magnet adalah untuk memastikan keandalan produk
dengan cara sebagai berikut:
A. Memperoleh citra visual dari sebuah indikasi pada permukaan material.
B. Mengungkap sifat diskontinuitas tanpa merusak material.
C. Memisahkan material yang diterima dan ditolak dengan berpedoman pada
standard yang telah ditetapkan.
Indikasi linier adalah indikasi yang memiliki panjang dari tiga kali lebarnya ( L >
3W )
Indikasi rounded adalah indikasi yang memiliki bentuk bundar / ellips dengan
panjang kurang dari sama dengan tiga kali lebar ( L ≤ 3W )
13
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
Interpretation Evalution
Area of Discount
Size ( mm Remark
Interest # Type of Indication Accepted Repaired
)
1 - Rounded 2x1 √
2 - Rounded 3x1 √
3 - Rounded 3x1 √
4 - Rounded 2x1 √
5 - Rounded 2x1 √
6 - Rounded 3x1 √
7 - Rounded 3x1 √
8 - Rounded 2x1 √
9 - Linier 4x1 √
10 - Rounded 2x1 √
11 - Rounded 3x1 √
12 - Rounded 3x1 √
13 - Rounded 3x1 √
14 - Rounded 3x1 √
15 - Rounded 3x1 √
14
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
15
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
Umum :
16
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
17
PRAKTIKUM INSPEKSI PENGELASAN LAPORAN
Ada dua metoda yang umumnya digunakan dalam pengujian ultrasonik. Salah satunya
adalah :
PENGUJIAN KONTAK
Dimana transducer dihubungkan dengan material melalui lapisan tipis kuplan,
biasanya berupa cairan, semi cairan, atau pasta. Metoda pengujian kontak paling banyak
digunakan di lapangan dan di pabrik-pabrik. Peralatan biasanya portabel dan dapat
dibawabawa ke lokasi pekerjaan.
18