Anda di halaman 1dari 65

Workover

Pendahuluan
Definisi :
Operasi perbaikan pada sumur produksi
untuk tujuan perbaikan atau peningkatan
produksi misalnya dengan jalan
pendalaman, penyumbatan kembali,
pencabutan dan pemasangan kembali pipa
saringan, penyemenan, penembakan dan
pengasaman (Kamus Minyak & Gas Bumi)

Alasan melakukan workover :


A. Pekerjaan pada sumur yang mempunyai
persoalan mekanis
1. memperbaiki problem mekanis sumur,
misalnya tubing leak, packer leak.
2. meningkatkan produktivitas sumur dengan
merubah interval perforasi.
 Menjauhi WOC
 Menjauhi GOC
 Menambah interval perforasi yang ada
3. menutup zona air atau gas
4. pindah ke lapisan baru atau zone change
5. penggantian pompa dan alat-alat lainnya
6. pemasangan sand control equipment
7. memperbaiki kegagalan primary
cementing
B. Pekerjaan pada sumur yang tanpa persoalan
mekanis.

Tujuan workover untuk kasus ini adalah untuk


meningkatkan produktivitas sumur dengan
cara :

1. Recompletion, misalnya mengganti single


string menjadi dual string
2. Mengubah fungsi sumur misalnya dari
producing well menjadi injector well
3. Stimulasi
a. acidicing
b. hydraulic fracturing
Gambar 1
Rekomplesi sumur single string menjadi dual
string
Gambar 2
Rekomplesi production string untuk pindah
lapisan
Persoalan sumur
Persoalan utama sumur adalah apabila laju
produksi sumur lebih kecil dari potensi sumur
yang sebenarnya.

Laju produksi yang kecil kemungkinan


disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Secara alamiah permeabilitas formasinya
kecil (tight formation)
2. Tekanan reservoir kecil
3. Mengalami damage
4. Kebuntuan di sumur, perforasi atau tubing
5. Viskositas minyak besar
6. Back pressure ke formasi terlalu besar
7. Artificial lift tidak cukup
8. Produksi Air
9. Produksi Gas
10. Problem Mekanis
1. Permeabilitas kecil

 Beberapa formasi produktif mempunyai


permeabilitas yang rendah sehingga laju
produksi sumur menjadi rendah.
 Untuk meningkatkan laju produksi dapat
dilakukan dengan stimulasi atau horizontal
well.
 Permeabilitas ditentukan melalui
well testing atau core
2. Tekanan reservoir kecil

Tekanan reservoir akan mengalami penurunan


selama produksi berlangsung. Besarnya
penurunan tekanan reservoir tergantung dari
jenis drive mechanism :

 Pada reservoir strongly water drive


mempunyai tekanan reservoir konstan
selama produksi.
 Reservoir weekly water drive mengalami
sedikit penurunan. Tekanan akan naik
(build up) dengan cara menutup sumur.
 Reservoir depletion drive akan mengalami
penurunan tekanan selama produksi
berlangsung. Penurunan tekanan tersebut
akan berlangsung terus sampai mencapai
tekanan abandoned.

 Solusi jangka pendek : artificial lift


 Solusi jangka panjang : pressure maintenance
(water flooding) atau secondary recovery.
3. Formation damage

Apabila sumur mengalami penurunan produksi


dengan cepat atau laju produksinya lebih kecil
dari offset well, maka ada kemungkinan sumur
mengalami formation damage.

Formation damage dapat terjadi pada :


 Disekitar lubang bor yang diakibatkan oleh
mud cake, invasi lumpur dan invasi semen.
 Jauh dari lubang bor, diakibatkan oleh fine
migration.

Formation damage dapat diketahui dari :


i. Decline curve analysis
ii. Analisa well testing
iii. Drilling history
iv. Perbandingan dengan offset wells

Menghilangkan damage
Disekitar lubang bor :
 Pengasaman untuk skin removal
 Screen out hydraulic fracturing untuk
bypass skin perekahan hidrolik

Jauh dari lubang bor :


 Fine migration ditanggulangi dengan
menggunakan mud acid (HCl + HF).
Gambar 3
Profil invasi filtrat lumpur pemboran di sekitar
lubang sumur. (courtesy of Schlumberger)
Gambar 4
Penggunaan Decline Curve untuk analisa kinerja produksi sumur
4. Kebuntuan aliran di perforasi atau di tubing
Laju produksi dapat menurun atau bahkan sumur
mati karena terjadi kebuntuan aliran di perforasi.

Hal tersebut disebabkan oleh :


1. Terbentuknya endapan parafin, aspal, scale
di lubang perforasi. Masalah ini diatasi
dengan injeksi solvent, xylene, surfactant,
atau acid.
2. Terjadi akumulasi pasir atau lumpur didalam
tubing sehingga menutup perforasi. Masalah
ini diatasi dengan fills clean out dengan
menggunakan wireline bailing atau
disirkulasi menggunakan coiled tubing.
Gambar 5
Akumulasi lumpur atau pasir yang
menutup lubang perforasii.
5. Viskositas minyak besar
Problem viskositas diatasi dengan :
 Thermal stimulation (steam flooding atau
insitu combustion)
 Hydraulic Fracturing untuk sand stone,
limestone dan dolomit.
 Acidizing untuk limestone dan dolomit
 Bottom hole heater
 Sirkulasi air panas secara terus menerus
 Injeksi surfactant

6. Back pressure ke formasi terlalu besar

Terjadinya back pressure akan menaikkan well


head pressure sehingga menurunkan laju
produksi.

Beberapa kemungkinan penyebab terjadinya


back pressure :
 Choke di wellhead terlalu kecil.
 Flowline atau manifold buntu
 Production facilities under size
 Setting pressure di permukaan terlalu tinggi
 Sumur baru dengan tekanan tinggi bertemu
dengan sumur lama dengan tekanan
rendah.

Back pressure dapat diatasi dengan melakukan


optimasi production facilities.
7. Artificial lift tidak cukup

Artifficial lift yang tidak memadai dapat terjadi


karena :
 Under capacity (salah desain).
 Terjadi penurunan kinerja atau kerusakan
alat.
 Terjadi perubahan karakteristik reservoir
sehingga artifial lift tidak bekerja optimal.

 Pada SRP :
o Setting depth pompa terlalu tinggi
o Gas lock
o Tubing leak.
o Kerusakan standing valve atau
traveling valve.
o Clearance pluger terlalu besar
o Rod patah
o Stroke length kuraang panjang
o Pumping speed (SPM) terlalu tinggi
o Back pressure di surface tinggi
o Perubahan karakteristik formasi
o Scale, parafin, asphalt di tubing,
pompa mud anchor, lubang, sumur
atau perforasi
 Pada sumur gas lift :
o Kebocoran tubing
o Laju injeksi tidak optimum
o Injection point terlalu tinggi
o Casing pressure terlalu tinggi
sehingga terjadi multiple injection
o Tekanan injeksi kurang tinggi
sehingga gaslift valve tidak terbuka
o Desain tidak cocok dengan keadaan
sekarang
o Back pressure tinggi

 Untuk ESP :
o Problem pada Power generator
(Problem listrik)
o Problem pada transmisi listrik dari
surface ke pompa
o Problem pada pompa
o Problem pada reservoir
o Disain pompa yang tidak tepat

8. Produksi Air

Sebelum ditentukan cara penanggulangan


problem produksi air maka harus diketahui
sumber airnya.
Produksi air diakibatkan oleh kondisi-kondisi
sebagai berikut :
 WOC bergerak naik dan mencapai interval
perforasi.
 Terjadi water coning akibat laju produksi
terlalu tinggi
 Terjadi water channeling akibat kegagalan
primary cementing
 Pada produksi dengan comingle zone,
terjadi water out pada salah satunya.
 Sumur dikomplesi pada zona dengan
saturasi air tinggi (transition zone)
 Terjadi water fingering pada sistem
produksi water flood
 Hydraulic fracturing menembus zona air
9. Produksi Gas
Secara alamiah akan terjadi kenaikan GOR
selama produksi berlangsung. Apabila terjadi
kenaikan produksi gas yang terlalu tinggi secara
tiba-tiba, kemungkinan sumur mengalami
masalah produksi gas.
Gas yang terproduksi dapat berasal dari :
 Gas channeling akibat kegagalan primary
cementing.
 Terjadi ekspansi gas cap ke bawah
sehingga mencapai interval perforasi.
 Gas coning akibat dari laju produksi yang
terlalu tinggi.
 Hydraulic fracturing menembus zona gas
Gambar 6
Ilustrasi posisi GOC dan WOC di reservoir
10. Problem Mekanis

Beberapa problem mekanis yang


menyebabkan penurunan laju produksi antara
lain:
 Tubing crooked : tubing mengalami
pembengkokan selama proses complesi
atau akibat subsidence.
 Tubing collapse akibat tekanan dari
annulus.
 Kebocoran tubing : tubing mengalami
kebocoran akibat korosi atau abrasi dari
fluida produksi. Lokasi kebocoran dapat
diidentifikasi dengan menggunakan pony
tale.
 Kebocoran casing mengakibatkan fluida
formasi yang tidak dikehendaki masuk
kedalam sumur. Biasanya dilakukan analisa
fluida untuk identifikasi adanya fluida asing
dan dilakukan casing integrity untuk
menentukan lokasi kebocoran.
Tipe-tipe Pengerjaan Ulang Sumur

I. Mengubah zona produksi

Beberapa kemungkinan perubahan zona


produksi :
 Re-komplesi ke zona lain, baik zona yang
lebih bawah maupun zona yang lebih atas
(zone change)
 Re-komplesi zona yang sama tetapi interval
perforasi yang berbeda

Re-komplesi ke zona lain, baik zona yang lebih


bawah maupun zona yang lebih atas

Alasannya adalah berhubungan dengan zona


yang sekarang tidak ekonomis lagi karena :
 Influx yang sudah terlalu kecil akibat dari
energi reservoir yang sudah lemah sekali.
Biasanya zona ini ditutup, kemungkinan
nantinya akan dibuka kembali dengan
produksi sembur buatan.
Cara penutupan dilakukan dengan :
- disumbat dengan semen
- diisolir dengan “Bridge Plug”
- diisolir dengan menggunakan
mundrel plug pada landing nipple

 Zona yang sekarang sudah “watered out”,


artinya WOC sudah mencapai interval
perforasi sehingga produksi air berlebih.
 Produksi gas yang berlebih akibat gas cap
berekspansi mencapai interval perforasi

Question :
Mengubah zona produksi dengan jalan
membuka / menutup SSD apakah termasuk
workover ?
Gambar 7
Rekomplesi ke zona lebih atas karena
terdapat kenaikan air
Gambar 8
Rekomplesi ke zona lebih atas
karena water coning
Re-komplesi zona yang sama tetapi interval
perforasi yang berbeda

 Water Oil Contact naik sehingga mencapai


perforasi, sehingga air ikut terproduksi

 Kalau masih memungkinkan perforasi lama


disumbat semen kemudian diperforasi interval
diatasnya menjauhi WOC, dan menghindari
water coning.

 Perpindahan perforasi dapat juga ke interval


yang lebih bawah untuk menghindari ikut
terproduksinya gas dari gas cap.
II. Well Stimulation

Definisi :
Stimulasi sumur adalah suatu pekerjaan
yang dilakukan terhadap sumur dengan
tujuan untuk meningkatkan kapasitas
produksi dan jumlah perolehan hidrokarbon
(Kamus Minyak & Gas Bumi).

Tujuan stimulasi sumur


Meningkatkan kemampuan batuan reservoir
untuk mengalirkan minyak atau gas dari
reservoir menuju ke lubang bor.

Dasar pertimbangan dalam memilih lapisan


untuk distimulasi adalah :
 Adanya formation damage
 Adanya potensi untuk meningkatkan
produktivitas lapisan
 Besar cadangan setiap sumur dalam suatu
lapisan
 Pertimbangan ekonomi

Ada dua sasaran yang dituju dalam


melakukan stimulasi sumur :
i. Permeabilitas formasi
ii. Viskositas dan tegangan permukaan
minyak
Berdasarkan dua sasaran diatas, stimulasi dapat
dibedakan menjadi :
a) Untuk memperbesar permeabilitas dilakukan
dengan cara :
1. Perekahan hidrolik (hydraulic fracturing)
2. Pengasaman (acidizing)

b) Untuk menurunkan viskositas dan tegangan


permukaan dilakukan dengan cara :
1. Stimulasi dengan uap (steam flood)
2. Stimulasi dengan thermal (insitu
combustion)
3. Stimulasi dengan injeksi surfactant.

Mengubah karakter fluida reservoir termasuk ke


dalam pekerjaan Enhanced Oil Recovery (EOR)
sehingga jarang disebut sebagai pekerjaan
stimulasi.
a.1. Perekahan hidrolik
(hydraulic fracturing)

Definisi :
Suatu cara untuk meningkatkan
produktivitas lapisan penghasil hidrokarbon
dengan jalan perekahan lapisan tersebut
secara hidrolik.

Parameter dalam perekahan hidrolik :


 Besarnya tekanan rekah batuan formasi
tergantung dari :
 Kekuatan batuan pembentuk formasi
 Tekanan overburden
 Permeabilitas batuan formasi
 Keseragaman lapisan
Gambar 9
Skematik proses perekahan hidraulik.
(SPE Mon.12)
Gambar 10
Sequence of pumping fluids
Gambar 11
Formation stress
Gambar 12 a
Perekahan horisontal

Gambar 12 b
Perekahan vertikal
Gambar 13
Peralatan untuk perekahan hidrolik
 Tekanan minimal yang dibutuhkan untuk
merekahkan batuan reservoir :

 Rekahan horisontal :

Pf = Go.D + Pr

 Rekahan vertikal :

Pf = (2V/(1-V))Go.D + St + Pr

Dimana :
Pf = tekanan perekahan, psi
Go = gradien tekanan overburden
D = kedalaman lapisan
Pr = tekanan reservoir statik, psi
V = Poisson’s ratio, tanpa dimensi
St = tensile strength batuan, psi
 Besarnya tekanan dipermukaan yang
diperlukan untuk perekahan formasi :

Pwh = PF + Pf + Ppf - Ph

0.2369 (qpf)2N 
Ppf =
(dpf)4  2

Ph = 0.052  h

dimana :
Pwh = tekanan injeksi di kepala sumur, psi
PF = tekanan perekahan, psi
Pf = kehilangan tekanan karena gesekan
antar cairan perekah dan
dinding pipa, psi
Ph = tekanan hidrostatik cairan perekah, psi
Ppf = kehilangan tekanan karena gesekan
antar cairan perekah dan
lubang perforasi, psi
qph = kapasitas aliran perlubang perforasi,
bbl/menit
N = diameter lubang perforasi, inchi
H = ketinggian kolom cairan, ft
 = massa jenis cairan perekah, ppg
 = koefisien of discharge factor, biasanya
diambil harga rata-rata = 0.82
Gambar 14
Kurva tekanan rekah batuan sebagai fungsi dari kedalaman
Gambar 15
Kurva tekanan perekahan terhadap waktu
Cairan perekah
Cairan perekah adalah cairan yang digunakan untuk
menghantarkan daya pompa ke batuan formasi, dan
juga berfungsi sebagai pembawa material
pengganjal (propant) ke dalam rekahan.

Pemilihan jenis cairan perekah


Cairan perekah yang dipilih harus memenuhi
syarat berikut:

 Stabil pada temperatur formasi


 Tidak menyebabkan kerusakan formasi
 Tingkat kehilangan cairan kecil
 Kehilangan tekanan kecil
 efektif membawa propping agent kedalam
rekahan
 Mudah dikeluarkan setelah perekahan
selesai.
 Tidak membentuk emulsi yang stabil dengan
fluida sumur.
 Mudah diperoleh.

Terdapat tiga jenis cairan perekah :


 Cairan perekah bahan dasar air
 Cairan perekah bahan dasar minyak
 Emulsi air dalam minyak
Cairan perekah bahan dasar air

Keuntungan :
 Tidak mudah terbakar
 Murah dan mudah didapat.
 Friction loss rendah.
 Mudah dan sangat efektif di-treat
dengan friction loss additive.
 SG tinggi sehingga tekanan
hidrostatiknya besar akan
mengurangi tekanan pompa.
 Mempunyai daya pengangkut yang
baik terhadap propping agent ke
dalam rekahan.

Kerugian :
 Kurang efektif untuk formasi
bertekanan rendah.
 Kurang efektif untuk batuan formasi
yang bersifat dibasahi minyak.

Cairan perekah bahan dasar minyak

Tidak dapat digunakan untuk reservoir gas,


karena mudah terbakar.
Contoh :
 Napalm Gel
 Viscous Refined Oil
 Crude Oil
 Gelled Oil
Gelled Oil sering digunakan karena :
 Mudah diperoleh dan murah
 Gesekan dengan dinding relatif kecil.

Kerugian pemakaian Gelled oil adalah :


 Tidak dapat digunakan pada temperatur
tinggi
 Perubahan sistem gel sangat
dipengaruhi oleh kadar air serta sifat
dasar alamiah dari minyaknya.

Cairan perekah bahan dasar emulsi

 Sering digunakan untuk formasi batuan


karbonat.
 Emulsi HCl digunakan sebagai cairan
perekah dan akan bereaksi dengan
limestone atau dolomit.
 Emulsi HCl tahan pada temperatur tinggi
(diatas 250oF)
Dalam pemilihan cairan perekah perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut :
 Sifat-sifat alamiah dari batuan yang akan
direkahkan
 Sifat kimiawi (batuan pasir, batuan
karbonat)
 Sifat fisik (tekanan rekah batuan, sifat
kebasahan, temperatur, tekanan
overburden, dsb.)
 Macam fluida yang ada di dalam batuan
 Ekonomis, efektif, murah dan aman
Pengontrolan sifat fisik cairan perekah

Tiga hal utama yang harus dikontrol dari cairan


perekah :
1. Fluid loss yaitu kehilangan cairan dalam
formasi
2. Viskositas yang menentukan carrying
capacity propant
3. Friction loss yaitu kehilangan tekanan
akibat gesekan dengan dinding pipa.

Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh fluid loss


control aditif :
1. Efektif pada konsentrasi rendah
2. Tidak reaktif dengan fluida reservoir
3. Dapat dialirkan melalui pipa saluran
4. Mudah dikeluarkan dari formasi

Fluid loss control yang biasa digunakan :


1. Silica flour
2. Silica flour dan polimer
3. Oil soluble resin
4. Oil soluble resin dan natural polimer
5. Emulsions
6. Insoluble gases
Viskositas cairan perekah harus diperbesar
karena :

1. Untuk menambah daya perekahan


2. Memperkecil fluid loss
3. Menambah kapasitas pembawaan
propping agent kedalam rekahan

Gelling agent yang biasa digunakan untuk


cairan perekah bahan dasar air :
1. Guar gum
2. Hydroxyethyl cellulose
3. Polyacrylamide

Beberapa jenis material friction reducing :


 Pada cairan bahan dasar minyak
- Fatty acid soap-oil gel
- Linear high-molecular-weight
hydrocarbon polymer

 Pada cairan bahan dasar minyak


- Guar gum
- Essentially polyacrylamide
- Partially hydrolized polyacrylamide
- Cellulosa
(Aditif yang kadang digunakan adalah
bactericide, surfactant, scale removal
additive)
Propping agent

Propping agent berfungsi untuk mengganjal


rekahan yang telah terbentuk agar tidak
menutup kembali pada saat tekanan pompa
dihentikan.

Berhasil tidaknya suatu perekahan hidrolik


tergantung dari distribusi propping agent
didalam rekahan.

Agar tidak terjadi pengendapan propping agent ,


cairan perekah harus ditambah dengan propping
agent spacer.

Propping agent harus mempunyai sifat berikut :


 Berbentuk bulat
 Besar butiran hampir seragam
 Berdiameter cukup besar
 Mempunyai compressive strength tinggi
 Mempunyai SG antara 0.8 s/d 3.0
 Inert terhadap semua fluida formasi dan
treating chemicals
 Mudah didapat dan relatif murah
Propping agent yang biasa dipakai :

 Pasir kuarsa, SG = 2.7


 Wall Nutshells, SG = 1.4
 Glass beads, SG = 2.7
 Alluminium pellets, SG = 2.7
 Most plastics, SG = 1.1.

Propping agent spacer harus mempunyai sifat


berikut :

 Dapat ditransport
 Tidak mudah larut dalam fluida perekah
yang digunakan
 Mudah dikeluarkan/dihilangkan dari
rekahan
 Tahan terhadap tekanan pemompaan

Bahan-bahan propping agent spacer :

 Urea, digunakan untuk fluida perekah


bahan dasar minyak
 Hydrocarbon resin, digunakan untuk
fluida perekah bahan dasar minyak
 Sodium bisulfate, digunakan untuk
fluida perekah bahan dasar minyak
Langkah pemilihan propping agent
(jenis, ukuran dan konsentrasi):
 Menentukan fracture capacity untuk
mendapat produktivitas sumur dimaksud
 Menentukan embedment pressure
formasi di laboratorium
 Menentukan jenis propping agent yang
akan digunakan dari dua data diatas
 Menentukan ukuran dan konsentrasi
propping agent
Gambar 16
Distribusi propping agent dalam celah rekahan
Gambar 17
Pola pengendapan propping agent
Pemilihan sumur untuk stimulasi dengan
perekahan
 Volume hidrokarbon masih ekonomis
 Tekanan cukup mengalirkan fluida dari
reservoir ke rekahan kemudian masuk
lubang bor
 Permeabilitas rendah
 Kadar lempung tinggi atau lapisan yang
tercemar filtrat lumpur pemboran
 Sumur telah memiliki rekahan-rekahan
alamiah
 Dapat dilakukan pada sumur
injeksi/sumur pembuangan (disposal
well)
Perencanaan perekahan hidrolik
1. Menentukan tekanan rekah sumur
2. Menentukan hydraulic horse power (HHP)
pompa yang digunakan
3. Menentukan kenaikan produksi yang
diharapkan dengan cara :
o menetapkan persentase penetrasi
rekahan terhadap jarak penyerapan
sumur
o menentukan kenaikan produktivitas yang
dapat dicapai
4. Menentukan berat pasir yang diperlukan
5. Menentukan volume fluida perekah yang
diperlukan
6. Menentukan keperluan aditif
7. Menyiapkan peralatan-peralatan yang
diperlukan
a.2. Pengasaman (Aacidizing)
Tujuan utama pengasaman :
Melarutkan sebagian batuan sehingga akan
memperbesar saluran yang tersedia untuk
mengalirkan fluida hydrokarbon.

Efektivitas pengasaman tergantung pada :


 Surface area terhadap volume pori
 Tekanan
 Temperatur
 Konsentrasi acid
 Velocity
 Komposisi batuan

Jenis-jenis acid yang sering digunakan :


1. Hydrocloric acid, HCl
2. Organic acid, HCH3CO2 dan HCO2H
3. hydrofluoric acid, HF

Bahan-bahan kimia tambahan :


1. Surfactant , ada 4 macam surfactant
a. Cationic : bermuatan negatif
b. Anionic : bermuatan negatif
c. Nonionic: tidak bermuatan
d. Amphoteric : muatan tergantungpH
dari sistem
2. Mutual solvent
3. Diverting agent
4. Corrosion inhibitor
Selain harus mengetahui komposisi dan
sifat-sifat batuan, faktor-faktor lain yang
harus diperhatikan adalah:
 Temperatur formasi
 Prosity batuan
 Jumlah kandungan lempung
 Rate pemompaan
 Konfigurasi perforasi

Prosedur dan Proses Pengasaman


1. pembersihan
2. Preflush
3. Spotting
4. After flush
Fluida yang digunakan :
 amonium cloride lemah
 hydrocloric acid lemah
 diesel
 kerozene
 crude oil
5. Cara pemompaan
Dikenal ada dua cara pemompaan :
 Pemompaan dengan tekanan rendah
 Pemompaan dengan tekanan tinggi
6. Peralatan pengasaman
7. penutupan sumur
III. Squeeze Cementing
Definisi :
Operasi dimana bubur semen ditekan sampai
tekanan tertentu pada suatu sumur minyak atau
gas.

Tujuan :
Menyumbat perforasi yang tidak diperlukan lagi
sehingga reservoir dapat diisolasi dan casing
kuat terhadap tekanan.

Penggunaan:

 Menyumbat aliran air atau gas dari zona


minyak
 Menutup kembali zona tertentu untuk
memproduksi zona lain
 Memperbaiki casing yang rusak
 Memperbaiki kegagalan penyemenan casing
(primary cementing) :
 Kegagalan primary cementing akibat
adanya channel-channel pada semen
dibelakangcasing sehingga fluida yang
tidak diinginkan ikut terproduksi
bersama aliran fluida produksi.
 Penyebab terjadinya channel-channel
tersebut :
a) Ikatan yang kurang baik antara
semen dengan casing atau semen
dengan formasi akibat lumpur yang
kurang baik
b) Casing menyandar di dinding
lubang sumur
c) Pendorongan lumpur diannulus
oleh semen kurang sempurna
d) Terjadi pergerakan casing pada
saat semen dalam proses
mengeras
e) Pencampuran semen yang kurang
baik, sehingga pada waktu semen
mengering air terpisah dari
padatannya, dan membentuk
channel-channel.
f) Lubang sumur yang tidak merata
Gambar 18
Tipe-tipe kegagalan primary cementing
Sifat-sifat campuran bubur semen yang
penting:
 Thickening time, yaitu lama waktu semen
masih dalam keadaan bisa dipompakan.
 Fluid loss
 Strength atau kekuatan semen
 Densitas bubur semen

Tipe aditif yang digunakan campuran


bubur semen :
 Accelerator
 Retarders
 Fluid loss control additives
 Additive lain
 Kontrol kehilangan semen ke formasi
Gambar 20
Semen dengan fluid loss tinggi
Gambar 21
Semen dengan fluid loss rendah
Gambar 22
Squeeze 45 menit dengan menggunakan slurry
yang berbeda waterloss
Gambar 24
Squeeze tanpa pengontrolan filtration
Faktor-faktor penting yang harus
dipertimbangkan dalam squeeze cementing :
 Seleksi fluida yang dipergunakan dalam kerja
ulang
 Volume bubur semen
 Pencampuran bubur semen
 Tekanan squeeze
 Membuang kelebihan semen dari lubang
sumur
 Waktu tunggu semen (waiting on cement)
 Pengujian squeeze job

Teknik-teknik squeeze cementing:


 Re-komplesi ke zona yang lebih atas
(plugback)
 Re-komplesi ke zona yang lebih bawah atau
zona yang sama
 Perbaikan kegagalan primary cementing
 Memperbaiki kebocoran casing
Gambar 25
Balancing a cement plug
Gambar 26
Typical squeeze packer
Gambar 27
Retrievable Bridge plug operation
Gambar 28
Repairing primary cement channel
WORKOVER ANALYSIS CHECKLIST

A. Perkiraan persoalan sumur


1) Indikasi persoalan berdasarkan kinerja
sumur
2) Indikasi pada offset well dilapangan yang
sama, atau dengan lapangan lain yang
mempunyai karakter geologi yang sama.

B. Analisa kemungkinan mendapat


zona baru
1) Studi zona yang sudah terbuka/
berproduksi pada komplesi yang ada
2) Cari di log kemungkinan ada zona belum
dibuka/dibelakang casing

C. Sejarah sumur
1) Drilling history dan komplesi mula-mula :
a) Tanggal komplesi
b) Interval komplesi
c) Detail completion (tubing tally)
d) Data well test (DST)
2) Well work history
3) Production history
4) Tekanan reservoir

Anda mungkin juga menyukai