Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Pembangkit Tenaga Listrik adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik,
pada Pembangkit Tenaga Listrik terdapat peralatan elektrikal, mekanikal, dan bangunan kerja.
Terdapat juga komponen-komponen utama pembangkitan yaitu generator, turbin yang
berfungsi untuk mengkonversi energi (potensi) mekanik menjadi energi (potensi) listrik.

Pada gambar diatas diilustrasikan bahwa listrik yang dihasilkan dari pusat pembangkitan
yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, panas bumi, nuklir, dll) untuk
menggerakkan turbin yang porosnya dikopel/digandeng dengan generator. dari generator yang
berputar menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan disalurkan ke gardu induk
melalui jaringan transmisi, kemudian langsung di distribusikan ke konsumen melalui jaringan
distribusi.
Berdasarkan jenis bahan bakarnya pembangkit tenaga listrik dapat dibedakan menjadi :

 Pembangkit Listrik thermis, merupakan pembangkit listrik yang menggunakan


batubara, gas bumi, minyak bakar maupun tenaga nuklir sebagai bahan bakarnya.
 Pembangkit listrik kinetis, memanfaatkan pasang surutnya air sebagai media penggerak
turbin air yang akan memutar generator.

Sedangkan menurut asal media penggerak generator suatu pembangkit tenaga listrik dapat
dibedakan menjadi :

1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Uap yang dihasilkan untuk memutar turbin
diperoleh dari Boiler berbahan bakar Gas alam, solar, minyak residu, batubara maupun
bahan sisa proses produksi seperti serbuk bekas pemotongan kayu.
2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Menggunakan mesin diesel berbahan bakar
minyak solar (light oil) untuk menggerakkan generator.
3. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Menggunakan tenaga air untuk memutar turbin
setelah sebelumnya air ditampung lebih dahulu dalam sebuah reservoir berupa
bendungan untuk memudahkan pengaturan tekanan.
4. Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (PLTH), memanfaatkan potensi sumber energi
terbarukan yang tersedia (sinar matahari, mikro hidro & angin) untuk tujuan optimasi
penggunaan/ konsumsi bahan bakar minyak (Diesel Generator).
5. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), merupakan pembangkit tenaga listrik yang
memanfaatkan tenaga hasil pemecahan inti atom, umumnya bahan yang dipakai adalah
uranium.
6. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), prinsip kerjanya sama dengan PLTD, hanya
saja untuk bahan bakar main engine / penggerak utama generator digunakan mesin
berbahan bakar gas, bisa berupa gas alam cair (LPG) atau gas alam murni (Natural Gas).
Jenis ini sangat sesuai untuk pembangkitan daya kecil hingga medium.

Sistem tenaga listrik terdiri dari empat unsur, yaitu pembangkit, transmisi, distribusi,
dan pemakaian tenaga listrik (beban). Energi listrik dibangkitkan di pusat tenaga
listrik (seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTN, PLTD) dan disalurkan melalui jarak yang
cukup jauh ke pusat-pusat pemakaian tenaga listrik. Dikarenakan jarak antara pusat
pembangkit dengan beban jauh, maka kerugian dapat timbul pada saluaran transmisi.
Untuk mengurangi kerugian-kerugian dalam sistem tenaga listrik, maka tegangan yang
keluar dari pembangkit dinaikkan menjadi tegangan tinggi atau tegangan ekstra tinggi
(tegangan transmisi).
Tegangan generator biasanya berupa tegangan menengah (TM). Di gardu induk (GI)
penaik tegangan melalui transformator tegangan dinaikkan menjadi tegangan tinggi
(TT) atau tegangan ekstra tinggi (TET) untuk disalurkan ke transmisi. Tegangan
transmisi yang masih digunakan di Indonesia adalah 70 kV dan 150 kV. Sedangkan
untuk tegangan menengah 20 kV digunakan pada jaringan distribusi.
Dari bagan dalam Gambar 1.1 dapat dijelaskan bahwa prinsip kerja dalam sistem
tenaga listrik dimulai dari bagian pembangkitan, kemudian disalurkan melalui sistem
jaringan transmisi kepada gardu induk dan dari gardu induk disalurkan serta dibagi-
bagi kepada pelanggan melalui saluran distribusi.

Gambar 1.2 Proses Sistem Tenaga Litsrik


Keterangan:
A = Pembangkit
B = Trafo Step Up
C = Transmisi TT
D = Trafo Step Down
E = Transmisi TM
F = Trafo Step Down
G = Transmisi TR
H = Konsumen
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

2.1.1 Definisi

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan


energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik.

Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang seporos dengan turbin
yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari uap panas/kering. Pembangkit listrik tenaga uap
menggunakan berbagai macam bahan bakar terutama batu bara dan minyak bakar serta MFO
untuk start up awal. Salah satu PLTU terbesar adalah PLTU Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.

2.1.2 Prinsip Kerja

Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu :

 Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam bentuk
uap bertekanan dan temperatur tinggi.
 Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
 Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik.

Bagian-bagian utama PLTU

1. Boiler
Boiler berfungsi untuk mengubah air (feed water) menjadi uap panas lanjut (superheated steam) yang
akan digunakan untuk memutar turbin.
2. Turbin Uap
Berfungsi untuk mengkonversi energi panas yang dikandung oleh uap menjadi energi putar (energi
mekanik).
3. Kondensor
Kondensor berfungsi untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin (uap yang telah digunakan
untuk memutar turbin).
4. Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energi putar dari turbin menjadi energi listrik.
5. Condensate Pump
Berfungsi untuk mengalirkan air kondensat dari kondensor melintasi sistem air kondensat menuju ke
deaerator. Sistem ini memiliki 2 pompa, yang pertama untuk cadangan dan yang kedua untuk
beroperasi.
6. Condensate Polishing
Berfungsi untuk memurnikan air menggunakan bahan kimia. Terdiri dari :
· Ion exchanger sebagai Wadah resin tempat pertukaran ion terjadi
· Resin trap berfunsi Sebagai penyaring resin agar tidak terbawa sistem
· Anion regeneration dan sparation vessel sebagai tempat terjadinya regenerasi resin (kation)
· Kation regeneration dan separation vessel sebagai tempat terjadinya regenerasi resin (anion)

7. GSC (Gland Steam Condensor)


Gland steam condensor adalah penukar panas untuk mengkondensasikan uap bekas dari perapat turbin
dan BFPT .

8. Daerator Level Control


Berfungsi sebagai pengatur level air di Deaerator.
9. Minimum Flow
berfungsi untuk menjamin aliran/pressure air kondensate agar tetap stabil atau normal.
10. Low Pressure Heater
Berfungsi untuk pemanas air kondensat, menggunakan Excause Steam dari Low Pressure Turbin.
Tujuannya untuk efisiensi siklus dan menghemat bahan bakar.
11. Deaerator
.
Berfungsi membuang gas-gas yang tidak dibutuhkan dari dalam air kondensat seperti oksigen (O2),
carbondioksida (CO2) dan non condensable gas lainnya

Peralatan Penunjang
Peralatan penunjang yang terdapat dalam suatu PLTU pada umumnya adalah :

1. Desalination Plant (Unit Desal)

Peralatan ini berfungsi untuk mengubah air laut (brine) menjadi air tawar (fresh water) dikarenakan
sifat air laut yang korosif, sehingga jika air laut tersebut dibiarkan langsung masuk ke dalam unit
utama, maka dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan PLTU.

2. Reverse Osmosis (RO)

Berfungsi menyaring garam-garam yang terkandung pada air laut, sehingga dapat dihasilkan air tawar
seperti pada desalination plant.

3. Demineralizer Plant (Unit Demin)


Berfungsi untuk menghilangkan kadar mineral (ion) yang terkandung dalam air tawar. Air sebagai
fluida kerja PLTU harus bebas dari mineral,yang dapat menyebabkan korosi pada peralatan PLTU.

4. Hidrogen Plant (Unit Hidrogen)

Digunakan hydrogen (H2) sebagai pendingin Generator.

5. Chlorination Plant (Unit Chlorin)

Berfungsi untuk menghasilkan senyawa natrium hipoclorit (NaOCl) yang digunakan untuk
memabukkan/melemahkan mikro organisme laut pada area water intake.

6. Auxiliary Boiler (Boiler Bantu)

Berfungsi untuk menghasilkan uap (steam) yang digunakan pada saat boiler utama start up maupun
sebagai uap bantu (auxiliary steam).

7. Coal Handling (Unit Pelayanan Batubara)

Merupakan unit yang melayani pengolahan batubara yaitu dari proses bongkar muat kapal (ship
unloading) di dermaga, penyaluran ke stock area sampai penyaluran ke bunker unit.

8. Ash Handling (Unit Pelayanan Abu)

Merupakan unit yang melayani pengolahan abu baik itu abu jatuh (bottom ash) maupun abu terbang
(fly ash) dari Electrostatic Precipitator hopper dan SDCC (Submerged Drag Chain Conveyor) pada
unit utama sampai ke tempat penampungan abu (ash valley).

Proses kerja PLTU batubara secara sederhana:


1. Batubara dihancurkan dan dihaluskan hingga menyerupai tepung, kemudian dicampur dengan
udara panas dan disemprot dengan tekanan tinggi sehingga akan terjadi pembakaran yang
maksimum ke dalam boiler.
2. Air dialirkan melalui pipa di dalam dinding boiler, dipanaskan menjadi uap hingga mencapai suhu
1000oF dengan tekanan 200 bar dan disalurkan ke turbin.
3. Tekanan uap yang besar akan mendorong poros turbin yang dihubungkan ke poros generator
dimana magnet berputar dalam kumparan sehingga menghasilkan listrik.
4. Uap yang keluar dari turbin dialirkan ke kondensor untuk dimasak ulang. Sedangkan air pendingin
akan disemprotkan ke dalam cooling tower, kemudian dipompa kembali ke kondensor sebagai air
pendingin ulang dan uap air dikembalikan ke boiler untuk mengulangi siklus.
siklus PLTU

2.1.3 Penerapan

Untuk Penerapan PLTU di Indonesia telah diaplikasikan diberbagai daerah sebagai


berikut:
Nama Lokasi Kapasitas Jenis dan Jumlah
pembangkit
PLTU Embalut Kecamatan 2 x 25 & 1 x 60 MW
Tenggarong
Seberang, PLTU total 3 unit
Kabupaten Kutai 110 MW
Kartanegara,
Kalimantan Timur
PLTU Semarang Semarang Utara, 1469 MW PLTA,PLTGU 1469
Kota Semarang, MW
Jawa Tengah
Kecamatan 1469 MW PLTU 600 MW
Kesugihan,
PLTU Karangkandri
Kabupaten Cilacap,
Jawa Tengah
PLTU Cilacap Kecamatan Adipala, 1469 MW PLTU 700 MW
Kabupaten Cilacap,
Jawa Tengah
PLTU Tarahan Kecamatan Unit III dan IV
Katibung, Lampung 2 x 100 MW
Selatan, Lampung
PLTU Asam-Asam Desa Asam-asam, 4 x 65 MW Unit I,II,III dan IX,
Kecamatan Jorong, 4 unit 260 MW
Kabupaten Tanah
Laut, Kalimantan
Selatan
PLTU PT Krakatau Cilegon, Banten 400 MW 5 PLTU
Daya Listrik
2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

2.2.1 Definisi

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ialah Pembangkit listrik yang


menggunakan mesin diesel yang berbahan bakar High Speed Diesel Oil (HSDO) sebagai
penggerak mula (prime mover). Prime mover merupakan peralatan yang mempunyai fungsi
menghasilkan energi mekanis yang diperlukan untuk memutar rotor generator.

2.2.2 Prinsip Kerja

1. Bahan bakar di dalam tangki penyimpanan bahan bakar dipompakan ke dalam tanki
penyimpanan sementara namun sebelumnya disaring terlebih dahulu. Kemudian disimpan di
dalam tangki penyimpanan sementara (daily tank). Jika bahan bakar adalah bahan bakar
minyak (BBM) maka bahan bakar dari daily tank dipompakan ke Pengabut (nozzel), di sini
bahan bakar dinaikan temperaturnya hingga manjadi kabut. Sedangkan jika bahan bakar
adalah bahan bakar gas (BBG) maka dari daily tank dipompakan ke convertion kit (pengatur
tekanan gas) untuk diatur tekanannya.

2. Menggunakan kompresor udara bersih dimasukan ke dalam tangki udara start melalui saluran
masuk (intake manifold) kemudian dialirkan ke turbocharger. Di dalam turbocharger tekanan
dan temperatur udara dinaikan terlebih dahulu. Udara yang dialirkan pada umumnya sebesar
500 psi dengan suhu mencapai ±600°C.

3. Udara yang bertekanan dan bertemperatur tinggi dimasukan ke dalam ruang bakar
(combustion chamber).

4. Bahan bakar dari convertion kit (untuk BBG) atau nozzel (untuk BBM) kemudian
diinjeksikan ke dalam ruang bakar (combustion chamber).
5. Di dalam mesin diesel terjadi penyalaan sendiri, karena proses kerjanya berdasarkan udara
murni yang dimanfaatkan di dalam silinder pada tekanan yang tinggi (35 – 50 atm), sehingga
temperatur di dalam silinder naik. Dan pada saat itu bahan bakar disemprotkan dalam silinder
yang bertemperatur dan bertekanan tinggi melebihi titik nyala bahan bakar sehingga akan
menyala secara otomatis yang menimbulkan ledakan bahan bakar.

6. Ledakan pada ruang bakar tersebut menggerak torak/piston yang kemudian pada poros
engkol dirubah menjadi energi mekanis. Tekanan gas hasil pembakaran bahan bakar dan udara
akan mendorong torak yang dihubungkan dengan poros engkol menggunakan batang torak,
sehingga torak dapat bergerak bolak-balik (reciprocating). Gerak bolak-balik torak akan diubah
menjadi gerak rotasi oleh poros engkol (crank shaft). Dan sebaliknya gerak rotasi poros engkol
juga diubah menjadi gerak bolak-balik torak pada langkah kompresi.
7. Poros engkol mesin diesel digunakan untuk menggerakan poros rotor generator. Oleh
generator energi mekanis ini dirubah menjadi energi listrik sehingga terjadi gaya geral listrik
(ggl).

8. Tegangan yang dihasilkan generator dinaikan tegangannya menggunakan trafo step up agar
energi listrik yang dihasilkan sampai ke beban. Prinsip kerja trafo berdasarkan hukum ampere
dan hukum faraday yaitu arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan medan magnet
dapat menimbulkan arus listrik. Jika pada salah satu sisi kumparan pada trafo dialiri arus
bolak-balik maka timbul garis gaya magnet berubah-ubah pada kumparan terjadi induksi.
Kumparan sekunder satu inti dengan kumparan primer akan menerima garis gaya magnet dari
primer yang besarnya berubah-ubah pula, maka di sisi sekunder juga timbul induksi,
akibatnya antara dua ujung kumparan terdapat beda tegangan.

9. Menggunakan saluran transmisi energi listrik dihasilkan/dikirim ke beban. Di sisi beban


tegangan listrik diturunkan kembali menggunakan trafo step down (jumlah lilitan sisi primer
lebih banyak dari jumlah lilitan sisi sekunder).

2.2.3 Penerapan

Untuk Penerapan PLTD di Indonesia telah diaplikasikan diberbagai daerah sebagai


berikut:
Nama Lokasi Kapasitas Jenis dan Jumlah
pembangkit
PLTD Trisakti Kecamatan 7 x 20 MW
Banjarmasin Barat, PLTD total 3 unit
Kota Banjarmasin, 140 MW
Kalimantan Selatan
PLTD Seberang Kecamatan Tamban, 2 x 15 MW PLTD total 2 unit 30
Barito Barito Kuala, MW
Kalimantan Selatan
Barabai, Hulu 2 x 15 MW PLTD total 10 unit
PLTD Banua Lima Sungai Tengah, 8,7 MW
Kalimantan Selatan
2.3 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

2.3.1 Definisi

Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) adalah pembangkit yang mengandalkan energi
potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik. Pada tahun 2015 tenaga air
menghasilkan 16.6% total listrik dunia dan 70% dari seluruh energi terbarukan,[1] dan
diperkirakan akan naik 3.1% per tahun sampai 25 tahun ke depan.

Tenaga air dihasilkan di 150 negara, dan kawasan Asia-Pasifik menghasilkan 33% tenaga air
global tahun 2013. China adalah produsen tenaga air terbesar (920 TWh tahun 2013)
menyumbang 16,9% kebutuhan listrik domestik.

Ongkos listrik tenaga air relatif rendah, menjadikannya sumber yang kompetitif untuk energi
terbarukan. Pembangkitnya tidak menghabiskan air, tidak seperti pembangkit batu bara atau
gas. Ongkos listrik rata-rata untuk pembangkit berukuran lebih dari 10 megawatt adalah 3 - 5
sen dolar AS per kilowatt-jam.[2] Dengan bendungan dan reservoir juga membuatnya sumber
listrik yang fleksibel karena listrik yang dihasilkan dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai
kebutuhan. Ketika sebuah kompleks tenaga air dibangun, maka tidak menghasilkan limbah
langsung dan tingkat gas rumah kaca yang relatif lebih rendah daripada pembangkit listrik
berbahan bakar fosil.[3]

Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah generator yang dihubungkan ke turbin
yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari air. Namun, secara luas, pembangkit listrik tenaga
air tidak hanya terbatas pada air dari sebuah waduk atau air terjun, melainkan juga meliputi
pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air dalam bentuk lain seperti tenaga ombak.

2.3.2 Prinsip Kerja

Pada dasarnya PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) bekerja dengan cara mengubah energi
potensial (dari DAM atau air terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbin air),
kemudian dari energi mekanik tersebut dikonversi menjadi energi listrik (dengan bantuan
generator). Di wilayah yang bergunung-gunung dengan banyak sumber air, PLTA sangat
ideal. Pembangkit listrik ini biasanya disatukan dengan waduk yang digunakan
untuk pertanian dan penanggulangan banjir.
Komponen PLTA dan Cara Kerjanya

1. Dam/Waduk/Bendungan

Dam/waduk/bendungan berfungsi untuk menampung air dalam jumlah besar karena turbin
memerlukan pasokan air yang cukup dan stabil. Selain itu, dam/waduk/bendungan juga
berfungsi untuk pengendalian banjir. Kebanyakan dam/waduk/bendungan ini juga memiliki
bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau
berkelanjutan.

2. Pipa Pesat (Penstock)

Pipa pesat berfungsi untuk menyalurkan dan mengarahkan air ke cerobong turbin. Salah satu
ujung pipa pesat dipasang pada bak penenang minimal 10 cm diatas lantai dasar bak
penenang. Sedangkan ujung yang lain diarahkan pada cerobong turbin. Pada bagian pipa pesat
yang keluar dari bak penenang, dipasang pipa udara (Air Vent) setinggi 1 meter di atas
permukaan air bak penenang. Pemasangan pipa udara ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya tekanan rendah (Low Pressure) apabila bagian ujung pipa pesat tersumbat. Tekanan
rendah ini akan berakibat pecahnya pipa pesat. Fungsi lain pipa udara ini untuk membantu
mengeluarkan udara dari dalam pipa pesat pada saat start ½ inch.

3. Turbin

Gaya jatuh air yang mendorong baling-baling menyebabkan turbin berputar. Turbin air
kebanyakan seperti kincir angina. Dengan menggantikan fungsi dorong angin untuk memutar
baling-baling digantikan air untuk memutar turbin. Selanjutnya turbin akan mengkonversi
energi potensial yang disebabkan gaya jatuh air menjadi energi kinetik.

4. Generator

Generator dihubungkan dengan turbin melalui gigi-gigi putar sehingga ketika baling-baling
turbin berputar, generator pun akan ikut berputar. Generator memanfaatkan perputaran turbin
untuk memutar kumparan magnet didalam generator sehingga terjadi pergerakan elektron
yang membangkitkan timbulnya arus listrik AC. Generator disambungkan dengan
trasformator Step Up untuk menaikkan tegangan listrik sebelum listrik ditransmisikan.
5. Jalur Transmisi

Jalur transmisi berfungsi untuk mengalirkan listrik dari PLTA ke rumah – rumah atau
industri. Sebelum listrik dikonsumsi terlebih dahulu tegangannya di turunkan dengan
transformator Step Down.

2.3.3 Penerapan

Untuk Penerapan PLTA di Indonesia telah diaplikasikan diberbagai daerah sebagai


berikut:

Kecamatan Silih Nara , Kabupaten 2 x 22.1 MW;2 x PLTA total 4


PLTA Peusangan
Aceh Tengah, Aceh 21,2 MW unit 86,6 MW
Kecamatan Pintu Pohan Meranti,
PLTA total 4
PLTA Sigura-gura Kabupaten Toba Samosir, Sumatera 4 x 71,50 MW
unit 286 MW
Utara
Kecamatan Pintu Pohan Meranti,
PLTA total 4
PLTA Tangga Kabupaten Toba Samosir, Sumatera 4 x 79,25 MW
unit 317 MW
Utara
PLTA total 2
PLTU Lau Renun Sumatera Utara 2 x 41 MW
unit 82 MW
PLTA 1 x 33 MW & 1 x PLTA total 2
Sumatera Utara
Sipansihaporas 17 MW unit 50 MW
PLTA total 2
PLTA Asahan I Sumatera Utara 2 x 90 MW
unit 180 MW
PLTA Batang PLTA total 3
Sumatera Barat 3 x 3,5 MW
Agam unit 10,5 MW
PLTA total 4
PLTA Maninjau Sumatera Barat 4 x 17 MW
unit 68 MW
Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten PLTA total 4
PLTA Singkarak 4 x 43,75 MW
Padang Pariaman, Sumatera Barat unit 175 MW
PLTA total 4
PLTA Tes Bengkulu 4 x 4 MW
unit 16 MW
PLTA total 3
PLTA Musi Bengkulu 3 x 70 MW
unit 210 MW
PLTA Koto PLTA total 3
Riau 3 x 38 MW
Panjang unit 114 MW
PLTA total 2
PLTA Besai Lampung 2 x 46,4 MW
unit 90 MW
PLTA total 2
PLTA Batutegi Lampung 2 x 14 MW
unit 28 MW
2 x 10,80 MW;1 x PLTA total 3
PLTA Ubrug Jawa Barat
6,30 MW unit 17,1 MW
3 x 3,15 MW;1 x PLTA total 4
PLTA Bengkok Jawa Barat
0,70 MW unit 3,85 MW
PLTA Cibadak Jawa Barat ? PLTA
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten PLTA total 3
PLTA Cikalong 3 x 6,40 MW
Bandung, Jawa Barat unit 19,2 MW
PLTA total 4
PLTA Saguling Jawa Barat 4 x 175 MW
unit 700 MW
PLTA total 8
PLTA Cirata Jawa Barat 8 x 126 MW unit 1.008
MW
PLTA total 7
PLTA Jatiluhur Jawa Barat 7 x 25 MW
unit 175 MW
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten PLTA total 3
PLTA Lamajan 3 x 6,40 MW
Bandung, Jawa Barat unit 19,2 MW
PLTA Parakan PLTA total 4
Jawa Barat 4 x 2,48 MW
Kondang unit 9,92 MW
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten PLTA total 5
PLTA Plengan 5 x 6,27 MW
Bandung, Jawa Barat unit 6,27 MW
PLTA total 4
Kecamatan Tuntang, Kabupaten
PLTA Jelok 4 x 5,12 MW unit 20,48
Semarang, Jawa Tengah
MW
Kecamatan Pringapus, Semarang, PLTA total 3
PLTA Timo 3 x 4 MW
Jawa Tengah unit 12 MW
Kecamatan Baturaden, Banyumas, PLTA total 2
PLTA Ketenger 2 x 3,52 MW
Jawa Tengah unit 7 MW
PLTA Gajah Kecamatan Wonogiri, Kabupaten PLTA total 1
1 x 12,4 MW
Mungkur Wonogiri, Jawa Tengah unit 12,4 MW
Kecamatan Sempor, Kebumen, Jawa PLTA total 2
PLTA Sempor 2 x 12,5 MW
Tengah unit 25 MW
PLTA Kecamatan Padureso, Kebumen, PLTA total 2
2 x 15 MW
Pejengkolan Jawa Tengah unit 15,0 MW
PLTA Kecamatan Padureso, Kebumen, PLTA total 2
2 x 8,2 MW
Wadaslintang Jawa Tengah unit 16,4 MW
Kecamatan Garung, Kabupaten PLTA total 2
PLTA Garung 2 x 13,2 MW
Wonosobo, Jawa Tengah unit 26,4 MW
PLTA total 3
Kecamatan Bawang, Kabupaten
PLTA Mrica 3 x 61,5 MW unit 184,5
Banjarnegara, Jawa Tengah
MW
PLTA Kedung Kecamatan Geyer, Grobogan, Jawa PLTA total 1
1 x 23 MW
Ombo Tengah unit 23 MW
Kecamatan Geyer, Grobogan, Jawa PLTA total 1
PLTA Sidorejo 1 x 1,4 MW
Tengah unit 1,4 MW
Kecamatan Klambu, Grobogan, Jawa PLTA total 1
PLTA Klambu 1 x 1,1 MW
Tengah unit 1,1 MW
PLTA total 3
PLTA Mendalan Jawa Timur 3 x 5,8 MW
unit 23 MW
PLTA total 3
PLTA Siman Jawa Timur 3 x 3,6 MW
unit 10,8 MW
2 x 1,35 MW;1 x PLTA total 3
PLTA Giringan Jawa Timur
0,5 MW unit 3 MW
PLTA total 1
PLTA Selorejo Jawa Timur 1 x 4,48 MW
unit 4,48 MW
PLTA PLTA total 3
Jawa Timur 3 x 35 MW
Karangkates unit 105 MW
PLTA total 2
PLTA Wlingi Jawa Timur 2 x 27 MW
unit 54 MW
PLTA total 1
PLTA Lodoyo Jawa Timur 1 x 4,5 MW
unit 4,5 MW
PLTA total 2
PLTA Sengguruh Jawa Timur 2 x 14,5 MW
unit 29 MW
PLTA Tulung PLTA total 2
Jawa Timur 2 x 23 MW
Agung unit 46 MW
PLTA total 2
PLTA Tulis Jawa Timur 2 x 7 MW
unit 14 MW
PLTA Riam Kecamatan Aranio, Kabupaten PLTA total 3
3 x 10 MW
Kanan Banjar, Kalimantan Selatan unit 30 MW
Kecamatan Tondano Utara , 1 x 4.44 MW;1 x PLTA total 3
PLTA Tonsea
Kabupaten Minahasa, Sulawesi 4,5 MW;1 x 5,44 unit 14,38
Lama
Utara MW MW
Kecamatan Tondano Utara ,
PLTA total 1
PLTA Tanggari I Kabupaten Minahasa, Sulawesi 1 x 17,2 MW
unit 17,2 MW
Utara
Kecamatan Tondano Utara ,
PLTA total 1
PLTA Tanggari II Kabupaten Minahasa, Sulawesi 1 x 19 MW
unit 19 MW
Utara
PLTA total 3
PLTA Larona Sulawesi Selatan 3 x 55 MW
unit 165 MW
PLTA total 2
PLTA Balambano Sulawesi Selatan 2 x 65 MW
unit 130 MW
PLTA total 2
PLTA Karebbe Sulawesi Selatan 2 x 70 MW
unit 140 MW
PLTA total 2
PLTA Bakaru Sulawesi Selatan 2 x 63 MW
unit 126 MW
PLTA Sulewana- Kecamatan Pamona Utara , PLTA total 4
4 x 40 MW
Poso I Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah unit 160 MW
PLTA Sulewana- Kecamatan Pamona Utara , PLTA total 3
3 x 65 MW
Poso II Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah unit 195 MW
PLTA Sulewana- Kecamatan Pamona Utara , PLTA total 5
5 x 80 MW
Poso III Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah unit 400 MW

2.4 Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (PLTH)

2.4.1 Definisi

Hibrid pada umumnya adalah penggunaan dua atau lebih pembangkit listrik dengan sumber
energi yang berbeda. Tujuan utama dari sistem hibrid pada dasarnya adalah berusaha
menggabungkan dua atau lebih sumber energi (sistem pembangkit) sehingga dapat saling
menutupi kelemahan masing-masing dan dapat dicapai keandalan supply dan efisiensi
ekonomis pada beban tertentu.

Sistem Hibrid atau Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) merupakan salah satu alternatif
sistem pembangkit yang tepat diaplikasikan pada daerah-daerah yang sukar dijangkau oleh
sistem pembangkit besar seperti jaringan PLN atau PLTD. PLTH ini memanfaatkan renewable
energy sebagai sumber utama (primer) yang dapat dikombinasikan dengan Diesel Generator
sebagai sumber energi cadangan (sekunder)

Pada PLTH, renewable energy yang digunakan dapat berasal dari energi matahari, angin,
mikrohidro, dan lain-lain yang dapat dikombinasikan dengan Diesel-Generator Set sehingga
menjadi suatu pembangkit yang lebih efisien, efektif dan handal untuk dapat mensuplai
kebutuhan energi listrik baik sebagai penerangan rumah atau kebutuhan peralatan listrik yang
lain seperti TV, pompa air, strika listrik serta kebutuhan industri kecil di daerah tersebut.
Dengan adanya kombinasi dari sumber-sumber energi tersebut, diharapkan dapat menyediakan
catu daya listrik yang kontinyu dengan efisiensi yang paling optimal.
2.4.2 Prinsip Kerja

PLTH adalah suatu sistem pembangkit listrik yang memadukan beberapa jenis pembangkit
listrik, pada umumnya antara pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan. Ada pula
pembangkit listrik berbasis BBM dengan pembangkit listrik berbasis energi baru dan
terbarukan. Merupakan solusi untuk mengatasi krisis BBM dan ketiadaan listrik di daerah
terpencil, pulau-pulau kecil dan pada daerah perkotaan. Umumnya terdiri atas: modul surya,
turbin angin, turbin air, generator diesel, baterai, dan peralatan kontrol yang terintegrasi. Tujuan
PLTH adalah mengkombinasikan keunggulan dari setiap pembangkit sekaligus menutupi
kelemahan masing-masing pembangkit untuk kondisi-kondisi tertentu, sehingga secara
keseluruhan sistem dapat beroperasi lebih ekonomis dan efisien. Mampu menghasilkan daya
listrik secara efisien pada berbagai kondisi pembebanan

Untuk mengetahui unjuk kerja sistem pembangkit hibrida ini, hal–hal yang perlu
dipertimbangkan antara lain: karakteristik beban pemakaian dan karakteristik pembangkitan
daya khususnya dengan memperhatikan potensi energi alam yang ingin dikembangkan berikut
karakteristik kondisi alam itu sendiri, seperti pergantian siang malam, musim dan sebagainya.

2.4.3 Penerapan

Untuk Penerapan PLTA di Indonesia telah diaplikasikan didaerah Bantul


,Yogyakarta dengan kapasitas 35.000 MW.
2.5 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

2.5.1 Definisi

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik termal
tempat panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik.

2.5.2 Prinsip Kerja

Prinsip kerja PLTN hampir mirip dengan cara kerja pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
berbahan bakar fosil lainnya. Jika PLTU menggunakan boiler untuk menghasilkan energi
panasnya, PLTN menggantinya dengan menggunakan reaktor nuklir.

Seperti terlihat pada gambar 1, PLTU menggunakan bahan bakar batubara, minyak bumi, gas
alam dan sebagainya untuk menghasilkan panas dengan cara dibakar, kemudia panas yang
dihasilkan digunakan untuk memanaskan air di dalam boiler sehingga menghasilkan uap air,
uap air yang didapat digunakan untuk memutar turbin uap, dari sini generator dapat
menghasilkan listrik karena ikut berputar seporos dengan turbin uap.

PLTN juga memiliki prinsip kerja yang sama yaitu di dalam reaktor terjadi reaksi fisi bahan
bakar uranium sehingga menghasilkan energi panas, kemudian air di dalam reaktor dididihkan,
energi kinetik uap air yang didapat digunakan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan
listrik untuk diteruskan ke jaringan transmisi,.
STRUKTUR ATOM URANIUM DAN REAKSI FISI

Agar dapat lebih mudah memahami bagaimana terjadinya reaksi fisi didalam reaktor PLTN,
pada sub-bab ini akan disampaikan tentang bagaimana strutur atom didalam uranium dan
apakah itu reaksi fisi.

Strukut Atom Uranium

Sejatinya segala unsur yang terdapat di alam terbentuk dari kumpulan atom-atom. Ada 92 jenis
atom yang telah didefinisikan hingga saat ini. Inti dari suatu atom terdiri atas proton yang
bernilai positip dan neutron yang bersifat netral. Disekitar intinya terdapat elektron yang
mengelilingi, biasanya berjumlah sama dengan proton dan terikat dengan gaya
elektromagnetiknya. Jumlah proton pada atom menjadi ciri khas suatu jenis atom dan lebih
dikenal dengan sebutan nomer atom, yang menentukan unsur kimia atom tersebut.

Unsur uranium memiliki jumlah proton 92 buah atau dengan kata lain nomer atom Uranium
adalah 92. Namun di alam, terdapat 3 jenis unsur yang memiliki jumlah proton 92 buah, masing-
masing memiliki jumlah neutron sebanyak 142, 143, dan 148 buah. Unsur yang memiliki 143
buah neutron ini disebut dengan Uranium-235, sedangkan yang memiliki 148 buah neutron
disebut dengan Uranium-238. Suatu unsur yang memiliki nomer atom sama namun jumlah
neutron yang berbeda biasa disebut dengan isotop. Gambar berikut adalah struktur dari atom
Uranium dan tabel yang menjelaskan tentang isotopnya.

Uranium yang terdapat di alam bebas sebagian besar adalah Uranium yang sulit bereaksi, yaitu
Uranium-238. Hanya 0,7 persen saja Uranium yang mengandung isotop Uranium-235.
Sedangkan bahan bakar Uranium yang digunakan di PLTN adalah Uranium yang kandungan
Uranium-235 nya sudah ditingkatkan menjadi 3-5 %.
Gambar 2 Struktur
atom Uranium

Reaksi Fisi Uranium

Perlu diketahui bahwa reaksi fisi bisa terjadi disetiap inti atom dari suatu unsur tanpa terkecuali.
Namun reaksi fisi yang paling mudah terjadi adalah reaksi pada inti atom Uranium. Uranium
pun sama halnya, yang paling mudah terjadi reaksi adalah Uranium-235, sedangkan Uranium-
238 memerlukan energi yang lebih besar agar dapat terjadi reaksi fisi ini.

Reaksi fisi terjadi saat neutron menumbuk Uranium-235 dan saat itu pula atom Uranium akan
terbagi menjadi 2 buah atom Kr dan Br. Saat terjadi reaksi fisi juga akan dihasilkan energi panas
yang sangat besar. Dalam aplikasinya di PLTN, energi hasil reaksi fisi ini dijadikan sumber
panas untuk menghasilkan uap air. Uap air yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin
dan membuat generator menghasilkan listrik.

Pada saat Uranium-235 ditumbuk oleh neutron, akan muncul juga 2-3 neutron baru. Kemudian
neutron ini akan menumbuk lagi Uranium-235 lainnya dan muncul lagi 2-3 neutron baru lagi.
Reaksi seperti ini akan terjadi terus menerus secara perlahan di dalam reaktor nuklir.

Neutron yang terjadi akibat reaksi fisi sebenarnya bergerak terlalu cepat, sehingga untuk
menghasilkan reaksi fisi yang terjadi secara berantai kecepatan neutron ini harus diredam
dengan menggunakan suatu media khusus. Ada berbagai macam media yang digunakan sampai
saat ini antara lain air ringan/tawar, air berat, atau pun grafit. Secara umum kebanyakan
teknologi PLTN di dunia menggunakan air ringan (Light Water Reactor, LWR).

Perlu diperhatikan disini bahwa di dalam reaktor nuklir, bahan bakar Uranium yang digunakan
dijaga agar tidak sampai terbakar atau mengeluarkan api. Sebisa mungkin posisi bahan
bakarnya diatur sedemikian hingga agar nantinya hasil reaksi fisi ini masih bisa diolah kembali
untuk dijadikan bahan bakar baru untuk digunakan pada teknologi PLTN di masa yang akan
datang.
Gambar 3 Proses terjadinya reaksi fisi

Besarnya Energi Reaksi Fisi

Gambar 4 berikut ini adalah data tentang jumlah bahan bakar yang diperlukan dalam 1 tahun
untuk masing-masing pembangkit listrik berkapasitas 1000 MW. Disini terlihat bahwa untuk 1
gram bahan bakar Uranium dapat menghasilkan energi listrik yang setara dengan 3 ton bahan
bakar batubara, atau 2000 liter minyak bumi. Oleh karena energi yang dihasilkan Uranium
sangat besar, bahan bakar PLTN juga dapat menghemat biaya di pengakutan dan penyimpanan
bahan bakar pembangkit listrik
Gambar 4 Banyaknya bahan bakar yang diperlukan dalam 1 tahun

untuk masing-masing pembangkit listrik berkapasitas 1000 MW

2.5.2 Penerapan

Untuk penerapan di Indonesia pembangkit ini belum bisa di kembangkan karena


alasan keamanan, Indonesia sebenarnya sangat cocok mengembangkan pembangkit listrik ini,
sebagai upaya diversifikasi penggunaan pembangkit listrik primer berbahan bakar fosil,
seperti batubara, minyak bumi, dan gas alam. Dengan penanggulangan radiasi yang cermat
dan berlapis, PLTN dapat menjadi solusi kebutuhan energi listrik yang besar di Indonesia.

2.6 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)

2.6.1 Definisi

Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) merupakan sebuah pembangkit yang


menggunakan gas sebagai fuel untuk menggerakkan turbin dan turbin digunakan untuk
menggerakkan generator listrik.

Ada berbagai macam jenis pembangkit listrik yang lazim digunakan dan terus dikembangkan.
Salah satu jenis pembangkit listrik yang paling banyak kita temui dewasa ini adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
2.6.2 Prinsip Kerja

Turbin gas suatu PLTG berfungsi untuk mangubah energi yang terkandung di dalam
bahan bakarmenjadi mekanis. Fluida kerja untuk memutar Turbin Gas adalah gas panas yang
diperoleh dari prosespembakaran.

Proses pembakaran memerlukan tiga unsur utama yaitu :


1. Bahan Bakar
2. Udara
3. Panas

Dalam proses pembakaran ini bahan bakar disuplai oleh pompa bahan bakar (fuel oil pump)
apabila digunakan bahan bakar minyak, atau oleh kompresor gas apabila menggunakan bahan
bakar gas alam. Pada umumnya kompresor gas disediakan oleh pemasok gas tersebut. Udara
untuk pembakaran diperoleh dari kompresor utama, sedangkan panas untuk awal pembakaran
dihasilkan oleh ignitor (busi). Proses pembakaran dilaksanakan didalam Combustion
Chamber (ruang bakar). Energi mekanis yang dihasilkan oleh turbin gas digunakan untuk
memutar generator listrik, sehingga diperoleh energi listrik. Tentu saja untuk dapat
berjalannya operasi PLTG dengan baik perlu dilengkapi dengan alat-alat bantu, kontrol,
instrumentasi, proteksi, dan sebagainya.

Siklus Prinsip Kerja PLTG Berdasarkan Gambar Diatas.

1. Pertama-tama udara ditekan dengan kompresor ke Ruang bakar


2. Di Ruang bakar udara dibakar dengan bahan baker gas alam
3. Udara yang dibakar akan menghasilkan gas dengan tekanan dan temperature yang
sangat tinggi.
4. Selanjutnya gas dialirkan ke turbin untuk memutar turbin, generator dikoppel secara
langsung dengan turbin, dengan demikian bila turbin berputar maka generator berputar.
Kompressor juga seporos dengan turbin. Jadi tekanan gas yang dihasilkan dari ruang
bakar selain memutar turbin juga untuk memutar compressor.
5. Selanjutnya gas dari turbin dibuang kembali ke udara.

2.6.3 Penerapan

Untuk Penerapan PLTA di Indonesia telah diaplikasikan diberbagai daerah sebagai


berikut:

PLTG
? PLTG
Karimunjawa
PLTG Plengan ? PLTG
PLTG Sunyaragi ? PLTG
Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota 3 x 10 PLTA total 3 unit
PLTG Trisakti
Banjarmasin, Kalimantan Selatan MW 30 MW PLTG

Anda mungkin juga menyukai