Anda di halaman 1dari 33

LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION

(ROM) AKTIF
Pokok bahasan : Latihan fisik rentang derak/ Range Of Motion (ROM) Sub

Pokok bahasan : Mengajarkan latihan fisik rentang gerak kepada

keluarga Ny. A untuk diaplikasikan kepada Ny. A yang

mengalami hambatan mobilisasi fisik.

Hari dan Tanggal : Rabu, 20 Mei 2015

Waktu : Jam 09.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. A

Jalan Bajak IV Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas.

Sasaran : Ny. A dan keluarga.

Penyuluh : Sarah Caroline

A. TUJUAN

1. Tujuan umum

Setelah dilakukan penyuluhan mengenai latihan ROM aktif diharapkan Ny.A

dan keluarga memahami mengenai latihan rentang gerak.

2. Tujuan khusus

Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit Ny. A dan keluarga dapat :


a. menyebutkan pengertian latihan rentang gerak/ ROM.

1
b. menyebutkan tujuan dan manfaat latihan rentang gerak/ ROM.

c. menyebutkan gerakan-gerakan pada latihan rentang gerak/ ROM aktif.

d. mampu mendemonstrasikan dan menerapkan gerakan latihan rentang gerak

ROM aktif pada Ny. A

B. ALOKASI WAKTU : ( 30 menit )


No Komunikator Komunikan waktu
Pre Interaksi
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri Menjawab salam
2 Menjelaskan tujuan penyuluhan dan tema Mendengarkan 5 mnt
penyuluhan

Isi 20 mnt
3 Menjelaskan materi penyuluhan mengenai Mendengarkan
latihan ROM aktif dan gerakan-gerakan
yang harus dilakukan dalam latihan fisik.
4 Memberikan kesempatan kepada Mengajukan
komunikan untuk bertanya tentang materi pertanyaan
yang disampaikan
5 Penutup 5 mnt
Memberikan pertanyaan akhir sebagai Menjawab
evaluasi
6 Menyimpulkan bersama-sama hasil Mendengarkan
kegiatan penyuluhan
7 Menutup penyuluhan dan mengucapkan Menjawab salam
salam

C. STRATEGI PENGAJARAN

1. Demontrasi

2. Diskusi

3. Tanya jawab

D. MEDIA PENGAJARAN

Leaflet latihan rentang gerak/ range of motion (ROM).

2
E. EVALUASI

1. Evaluasi proses pengamatan selama penyuluhan 2.

Hasil Evaluasi formatif cara lisan/sering.

Materi Penyuluhan

LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION

(ROM) AKTIF

A. Pengertian Latihan Fisik Rentang Gerak/ Range Of Motion (ROM)

Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan

menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa

otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2006). ROM Aktif yaitu gerakan yang

dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri.

B. Tujuan dan Manfaat Latihan Rentang Gerak/ ROM

Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :

1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot.

2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan.

3. Mencegah kekakuan pada sendi.

4. Merangsang sirkulasi darah.

5. Mencegah.kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.

Manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu :

1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan

pergerakan.

2. Mengkaji tulang, sendi, dan otot.

3
3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi.

4. Memperlancar sirkulasi darah.

5. Memperbaiki tonus otot.

6. Meningkatkan mobilisasi sendi.

7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan.

C. Gerakan dalam Pelaksanaan Latihan Rentang Gerak/ Range Of Motion

(ROM)

Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :

a. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.

b. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.

c. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.

d. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.

e. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.

f. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.

g. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak

membentuk sudut persendian.

h. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak

membentuk sudut persendian.

i. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan

bergerak ke bawah.

j. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan

bergerak ke atas.

k. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada

tangan yang sama.

4
Gerak sendi Derajat rentang normal

5
Leher, Spina, Serfikal
Fleksi : menggerakkan dagu menempel 45°
ke dada.
Ekstensi: mengembalikan kepala ke 45°
posisi tegak.
Hiperektensi: menekuk kepala ke
belakang sejauh mungkin.
40-45°
Fleksi lateral: memiringkan kepala
sejauh mungkin sejauh mungkin
kearah setiap bahu.
Rotasi: memutar kepala 40-45°
sejauh mungkin dalam gerakan
sirkuler. 180°
Bahu
Fleksi: menaikan lengan dari posisi di 180°
samping tubuh ke depan ke posisi di
atas kepala.
Ekstensi: mengembalikan lengan ke 180°
posisi di samping tubuh.
Hiperektensi: menggerakkan
lengan kebelakang tubuh, siku
45-60°
tetap lurus.
Abduksi: menaikan lengan ke posisi
samping di atas kepala dengan telapak 180°
tangan jauh dari kepala.
Adduksi: menurunkan lengan ke
samping dan menyilang tubuh sejauh 320°
mungkin.
Rotasi dalam: dengan siku pleksi,
memutar bahu dengan menggerakan 90°
lengan sampai ibu jari menghadap ke
dalam dan ke belakang.
Rotasi luar: dengan siku fleksi,
menggerakan lengan sampai ibu jari
90°
ke atas dan samping kepala.
Sirkumduksi: menggerakan lengan
dengan lingkaran penuh.
Siku -
Ektensi: meluruskan siku dengan
menurunkan tangan.
Fleksi 150°
Menggerakkan siku sehingga lengan
bahu bergerak ke depan sendi bahu 150°
dan tangan sejajar bahu.

Pinggul
Fleksi: menggerakkan tungkai ke depan

6
90-120°

7
dan keatas.
Ekstensi: menggerakan kembali ke 90-120°
samping tungkai yang lain.
Hiperekstensi: mengerakan tungkai ke 30-50°
belakang tubuh.
Abduksi: menggerakan tungkai ke 30-50°
samping menjauhi tubuh,
Adduksi : menggerakan
30-50°
tungkai kembali ke posisi media
dan melebihi jika mungkin.
Rotasi dalam: memutar kaki dan
tungkai ke arah tungkai lain. 90°
Rotasi luar: memutar kaki dan tungkai
menjauhi tungkai lain. 90°
Sirkumduksi: menggerakan tungkai
melingkar -
Lutut
Fleksi: mengerakan tumit ke arah
belakang paha. 120-130°
Ekstensi: mengembalikan
tungkai kelantai.
120-130°
Kaki
Inversi: memutar telapak kaki ke
samping dalam.
Eversi: memutar telapak
kaki ke samping luar. 10°

10°

8
9
LATIHAN RENTANG
GERAK/
RANGE OF MOTION (ROM)
AKTIF

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHANAN KEPERAWATAN

PERIOPERATIF HEMOROID Disusun Oleh:


Daud Suherman
433131440116008

10
merupakan vena varikosa pada kanalis ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang
disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan
PRODI DIII KEPERAWATAN terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak
STIKES KHARISMA KARAWANG mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak nyaman (Price dan
JL. Perjuangan KM.1 By Pass Wilson, 2006).
Karawang Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid seringkali dihubungkan
dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang dihubungkan dengan diare, sering
mengejan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rectum. Komplikasi dapat
menyebabkan nyeri hebat, gatal dan perdarahan rectal (Chandrasoma, 2006; Price dan Wilson,

LAPORAN PENDAHULUAN 2006).

HEMOROID Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar
berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan menaun dan pada penderita hemoroid
derajat III dan IV (Sjamsuhidayat dan Jong, 2000).

A. Definisi B. Etiologi

Hemoroid adalah pelebaran varices 1. Faktor predisposisi


satu segmen atau lebih vena-vena adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi, sedangkan sebagai faktor presipitasi
hemoroidalis (Mansjoer, 2000). adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intra abdominal),
Hemoroid atau ”wasir (ambeien)” fisiologis dan radang umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling

11
berkaitan. Menurut Tambayong 2. Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:
(2000) faktor predisposisi dapat a. Mengejan pada waktu defekasi.
diakibatkan dari kondisi hemoroid. b. Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.
Hemoroid berdarah mungkin akibat c. Pembesaran prostat.
dari hipertensi portal kantong- d. Keturunan atau hereditas.
kantong vena yang melebar e. Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.
menonjol ke dalam saluran anus dan f. Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri dan duduk terlalu lama
rectum terjadi trombosis, ulserasi, dan konstipasi).
dan perdarahan, sehingga nyeri
mengganggu. Darah segar sering C. Klasifikasi
tampak sewaktu defekasi atau 1. Hemoroid internal
mengejan. Menurut Smeltzer dan Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh
Bare (2002) hemoroid sangat umum mukosa diatas sfingter ani. Hemoroid internal dikelompokkan dalam 4 derajat :
terjadi pada usia 50-an, 50% a. Derajat I
individu mengalami berbagai tipe Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu defekasi.
hemoroid berdasarkan vena yang Tidak terdapat prolap dan pada pemeriksaan terlihat menonjol dalam lumen.
melebar, mengawali atau b. Derajat II
memperberat adanya hemoroid. Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat masuk
kembali secara spontan.

12
c. Derajat III sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis
Hemoroid akan menonjol saat eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada
mengejan dan harus didorong kulit merupakan reseptor nyeri.
kembali sesudah defekasi. b. Kronik
d. Derajat IV Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri
Hemoroid menonjol keluar saat dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
mengejan dan tidak dapat
didorong masuk kembali.

2. Hemoroid Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol
keluar saat mengejan dan tidak dapat
didorong masuk. Hemoroid
eksternal dikelompokkan dalam 2
kategori yaitu:
a. Akut D. Tanda dan Gejala
Bentuk hemoroid akut berupa 1. Tanda
pembengkakan bulat kebiruan a. Perdarahan
pada pinggir anus dan

13
Umumnya merupakan tanda a. Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
pertama hemoroid interna b. Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi spontan.
trauma oleh feces yang keras. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi dan akhirnya sampai
Darah yang keluar berwarna pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
merah segar dan tidak bercampur c. Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri hemoroid
dengan feces. Walaupun berasal yang mengalami prolap menetap.
dari vena, darah yang keluar d. Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan mucus.
berwarna merah segar karena
kaya akan zat asam, jumlahnya E. Pathofisiologi
bervariasi. Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir dengan
b. Nyeri lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik yang melalui
Nyeri yang hebat jarang sekali vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan oleh peningkatan
ada hubungannya dengan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran darah vena balik terus
hemoroid interna dan hanya terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian
timbul pada hemoroid eksterna struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter
yang mengalami trombosis dan anal membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien merasa
radang. nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter anal.
2. Gejala Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan vena
sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio anorektal

14
menyalurkan darah dan peningkatan Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan, jarang
tekanan langsung ke pembesaran menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku (trombus)
(varices) vena anorektal. Dengan dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.
berulangnya peningkatan tekanan dari
peningkatan tekanan intra abdominal F. Pathways hemoroid
dan aliran darah dari arteriola,
pembesaran vena (varices) akhirnya
terpisah dari otot halus yang
mengelilinginya ini menghasilkan
prolap pembuluh darah hemoroidalis.
Hemoroid interna terjadi pada bagian
dalam sfingter anal, dapat berupa
terjepitnya pembuluh darah dan nyeri,
ini biasanya sering menyebabkan
pendarahan dalam feces, jumlah darah
yang hilang sedikit tetapi bila dalam
waktu yang lama bisa menyebabkan
anemia defisiensi besi.

15
G. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk derajat I dapat
dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab, misalnya saat konstipasi dengan
menghindari mengejan berlebihan saat BAB. Memberi nasehat untuk diit tinggi serat, banyak
makan sayur, buah dan minum air putih paling sedikit 2.000 cc/hari dan olahraga ringan secara
teratur, serta kurangi makan makanan yang merangsang dan daging, menjaga hygiene daerah
anorektal dengan baik, jika ada infeksi beri antibiotika peroral. Bila terdapat nyeri yang terus-
menerus dapat diberikan suppositoria, untuk melancarkan defekasi, dapat diberikan cairan
parafin atau larutan magnesium sulfat 10%. Bila dengan pengobatan di atas tidak ada
perbaikan, diberikan terapi skleroting (sodium moruat) 5% atau fenol. Penyuntikan dilakukan
antara mukosa dan varices, dengan harapan timbul fibrosis dan hemoroid mengecil.
Kontraindikasi pengobatan ini adalah hemoroid eksterna, radang dan adanya fibrosis hebat di
sekitar hemoroid interna
. Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara bertahap. Apabila
terapi sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan operasi.
Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
operasi, bila ada peradangan diobati dahulu. Teknik operasi pada hemoroid antara lain :
1. Prosedur ligasi pita-karet

16
Prosedur ligasi pita-karet dengan waktu tertentu sampai waktu tertentu. Tindakan ini sangat kecil sekali menimbulkan nyeri.
cara melihat hemoroid melalui Prosedur ini tidak terpakai luas karena menyebakan keluarnya rabas yang berbau sangat
anoscop dan bagian proksimal diatas menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
garis mukokutan di pegang dengan 3. Laser Nd: YAG
alat. Kemudian pita karet kecil Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid, terutama hemoroid
diselipkan diatas hemoroid yang eksternal. Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi
dapat mengakibatkan bagian distal komplikasi pada periode pasca operatif.
jaringan pada pita karet menjadi 4. Hemoroidektomi
nekrotik setelah beberapa hari dan Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua jaringan sisa
lepas. Tindakan ini memuaskan pada yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan
beberapa pasien, namun pasien yang melaui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah.
lain merasakan tindakan ini Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria yang mengandung
menyebabkan nyeri dan anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari post operasi diberikan diit rendah sisa
menyebabkan hemoroid sekunder untuk menahan BAB. Jika sebelum tiga hari ingin BAB, tampon dibuka dan berikan rendaman
dan infeksi perianal. PK hangat (37oC) dengan perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB, lalu
2. Hemoroidektomi kriosirurgi dipasang lagi tampon baru. Jika setelah tiga hari post operasi pasien belum BAB diberi
Metode ini dengan cara mengangkat laxantia. Berikan rendaman duduk dengan larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000
hemoroid dengan jalan membekukan selama 15-20 menit sampai dengan 1-2 minggu post operasi.
jaringan hemoroid selama beberapa

17
Pada penatalaksanaan hemoroid a. Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila sudah ada
tingkat IV dapat dilakukan dengan fibrosis
istirahat baring dan juga operasi. Bila b. Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma recti.
ada peradangan diobati dahulu. c. Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolap.
H. Pemeriksaan Penunjang Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam
1. Inspeksi lubang.
a. Hemoroid eksterna mudah
terlihat terutama bila sudah I. Fokus Intervensi
mengandung thrombus. 1. Pre Operasi
b. Hemoroid interna yang prolap a. Pengkajian
dapat terlihat sebagai benjolan 1) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
yang tertutup mukosa. adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat, selain itu juga
c. Untuk membuat prolap dengan perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum kurang dari 2.000 cc/hari. Hal
menyuruh pasien mengejan. lain yang perlu dikaji adalah mengenai riwayat kesehatan klien tentang penyakit
sirorcis hepatis.
2. Rectal touch 2) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat badan
klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji apakah klien
mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit rendah serat (kurang makan

18
sayur dan buah) juga penting waktu defekasi, konsistensi feces, ada darah/nanah. Prolap varices pada anus gatal
untuk dikaji. Kebiasaan atau tidak.
minum air putih kurang dari 4) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas dan
2.000 cc/hari. kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak duduk atau berdiri,
3) Pengkajian pola eliminasi selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan mengangkat barang-barang berat.
pada klien adalah mengenai 5) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri atau gatal
kondisi klien apakah sering pada anus.
mengalami konstipasi atau 6) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan pola
tidak. Keluhan mengenai tidur karena nyeri atau tidak.
nyeri waktu defekasi, duduk, 7) Pengkajian pola reproduksi seksual yang perlu dikaji adalah riwayat persalinan dan
dan saat berjalan. Keluhan kehamilan.
lain mengenai keluar darah 8) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap serat. Koping yang digunakan dan
segar dari anus. Tanyakan alternatif pemecahan masalah.
pula mengenai jumlah dan b. Diagnosa Keperawatan
warna darah yang keluar. 1) Nyeri b.d. adanya pembengkakan, trombus pembuluh darah pada anus.
Kebiasaan mengejan hebat 2) Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
3) Cemas b.d. rencana pembedahan dan rasa malu.
4) Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
c. Intervensi Keperawatan

19
1) Nyeri b.d. adanya c) Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan pasien.
pembengkakan, trombus Rasional: Memberikan rasa nyaman.
pembuluh darah pada anus. d) Observasi tanda-tanda vital.
Kriteria hasil: nyeri pada Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri ditandai dengan peningkatan tekanan
anus berkurang dengan skala darah.
nyeri 0-1, wajah pasien e) Berikan bantal/alas pantat.
tampak rileks. Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.
Rencana tindakan: f) Anjurkan untuk tidak mengejan yang berlebihan saat defekasi.
a) Kaji skala nyeri Rasional: Mengurangi rasa nyeri dan prolap varices.
Rasional: Menentukan g) Berikan rendaman duduk sesuai anjuran duduk.
tingkat nyeri, untuk Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
menentukan tindakan h) Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
yang tepat. Rasional: Mengurangi rasa nyeri.
b) Anjurkan untuk menarik
nafas dalam setiap kali 2) Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat konstipasi.
timbul nyeri. Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan yang ditandai dengan: tanda-tanda vital
Rasional: Mengurangi dalam batas normal, tidak timbul perdarahan pada feces dalam waktu 1-2 hari.
rasa nyeri. Rencana tindakan:
a) Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, RR) setiap 4 jam.

20
Rasional: Indikator dini Rasional: Hidrasi yang adekuat membuat konsistensi feces lembek.
terhadap resiko e) Berikan banyak makan sayur dan buah.
perdarahan hebat ditandai Rasional: Meningkatkan masa feces sehingga lebih mudah dikeluarkan.
dengan tidak adanya f) Anjurkan untuk segera berespon bila ada rangsangan BAB.
peningkatan TD dan Rasional: Untuk mencegah rangsangan hilang dan akan terjadi konstipasi.
Nadi. g) Kolaborasi untuk pemberian laxantia dan analgetik.
b) Monitor tanda-tanda Rasional: Pelunak feces dan mengurangi nyeri saat BAB.
hipovolemia. 3) Cemas b.d. rencana pembedahan
Rasional: Deteksi dini Kriteria Hasil: pasien mengatakan kecemasan berkurang, pasien berpartisipasi aktif
untuk tindakan segera. dalam perawatan.
c) Periksa daerah rectal Rencana tindakan:
setiap 2 jam/setelah a) Kaji tingkat kecemasan.
BAB. Rasional: Menentukan tingkat kecemasan untuk menentukan tindakan yang tepat.
Rasional: Deteksi dini b) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang pembedahan.
perdarahan untuk Rasional: Menentukan informasi yang akan diberikan.
pertolongan segera. c) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
d) Beri air minum 2-3 Rasional: Mengurangi kecemasan.
liter/hari. d) Dampingi dan dengarkan pasien.
Rasional: Meningkatkan rasa percaya dan rasa aman sehingga mengurangi cemas.

21
e) Libatkan keluarga atau Rasional: Pengetahuan yang cukup tentang prosedur operasi akan mengurangi
pasien lain yang cemas.
menderita penyakit yang h) Kolaborasi untuk terapi anti cemas (bila perlu).
sama untuk memberikan Rasional: Mengurangi cemas.
dukungan. 4) Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
Rasional: Sebagai Kriteria Hasil: pasien mengatakan ketidaktahuan mengenai tindakan operasi berkurang.
support sistem dan Rencana tindakan:
mengurangi rasa malu. 1) Kaji tingkat pengetahuan
f) Anjurkan pasien untuk Rasional: Mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit
mengungkapkan 2) Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit
kecemasannya. Rasional: Meningkatkan pengetahuan
Rasional: Untuk 3) Diskusikan program latihan yang sesuai ketentuan
mengurangi cemas. Rasional: menentukan program latihan yang sesuai
g) Kolaborasi dengan dokter 4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang
untuk penjelasan perlu
prosedur operasi. Rasional: Perubahan yang harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari
rasa tidak menentu dan berdaya.

2. Post Operasi

22
a. Pengkajian tidaknya perdarahan. Pengkajian mengenai pola BAB dan buang air kecil.
1) Pola persepsi kesehatan dan Pemantauan klien saat mengejan setelah operasi, juga kebersihan setelah BAB dan
pemeliharaan kesehatan buang air kecil.
adalah pengkajian mengenai 4) Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah mengenai aktivitas klien
keadaan lingkungan yang yang dapat menimbulkan nyeri, pengkajian keadaan kelemahan yang dialami klien.
tenang (nyaman), pengkajian 5) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai gangguan tidur yang dialami
mengenai pengetahuan klien akibat nyeri.
tentang perawatan pre 6) Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan yang dilakukan klien
operasi. Selain itu juga bila timbul nyeri.
penting dilakukan pengkajian 7) Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah kecemasan yang dialami klien
mengenai harapan klien setelah operasi.
setelah operasi. b. Diagnosa Keperawatan
2) Pengkajian pola nutrisi 1) Nyeri b.d. adanya luka operasi
metabolik setelah operasi 2) Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur nyeri
adalah mengenai kepatuhan 3) Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi
klien dalam menjalani diit 4) Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.
setelah operasi. c. Intervensi Keperawatan
3) Pengkajian pola eliminasi 1) Nyeri b.d. adanya luka operasi.
setelah operasi adalah ada

23
Kriteria Hasil: klien Rasional: Mengurangi regangan pada daerah anorectal.
mengatakan nyeri pada luka d) Observasi tanda-tanda vital.
operasi berkurang dengan Rasional: Identifikasi dini komplikasi nyeri.
skala nyeri 0-1, wajah pasien e) Berikan bantalan flotasi di bawah bokong saat duduk.
tampak rileks. Rasional: Menghindari penekanan pada daerah operasi.
Rencana tindakan: f) Kolaborasi untuk rendaman duduk setelah tampon diangkat.
a) Kaji skala nyeri Rasional: Kehangatan meningkatkan sirkulasi dan membantu menghilangkan
Rasional: Menentukan ketidaknyamanan.
tingkat nyeri, untuk g) Kolaborasi pelunak feces dan laksatif. Beri masukan oral setiap hari sedikitnya 2-
menentukan tindakan 3 liter cairan, makanan berserat.
yang tepat.\ Rasional: Feces yang keras menekan insisi operasi.
b) Anjurkan teknik nafas h) Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.
dalam dan pengalihan Rasional: Mengurangi nyeri.
perhatian 2) Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan konstruktur nyeri.
Rasional: Untuk Kriteria hasil: klien mampu melakukan pergerakan secara bertahap.
mengurangi rasa nyeri. Rencana tindakan:
c) Berikan posisi supine. a) Tentukan kemampuan fungsional (skala 0-4) dan alasan ketidakseimbangan.
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan atau tingkat intervensi yang dibutuhkan.
b) Catat respon emosional/ tingkah laku untuk mengubah kemampuan.

24
Rasional: perubahan fisik d) Anjurkan keluarga untuk membantu melatih dan beri motivasi.
dan kehilangan Rasional: keluarga berperan penting dalam membantu melatih dan memberi
kemandirian seringkali motivasi klien.
menciptakan perasaan 3) Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidectomi.
marah, frustasi dan Kriteria Hasil: Tidak terjadi perdarahan setelah perawatan 48 jam, balutan luka
depresi yang dapat operasi tidak basah, tanda-tanda vital dalam batas normal.
dimanifestasikan sebagai Rencana tindakan:
keengganan untuk ikut a) Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam selama 24 jam pertama.
serta dalam aktivitas. Rasional: Indikator dini perubahan volume darah.
c) Berikan motivasi dan b) Monitor tanda-tanda hipovolemik.
latihan pada klien dalam Rasional: Deteksi dini untuk tindakan segera.
memenuhi kebutuhan c) Periksa daerah rectal atau balutan setiap dua jam selama 24 jam pertama
ADL sesuai dengan Rasional: Deteksi dini perdarahan untuk pertolongan segera.
kebutuhan. d) Berikan kompres dingin.
Rasional: motivasi dapat Rasional: Vasokonstriksi pembuluh darah.
meningkatkan perasaan e) Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht.
klien untuk berusaha Rasional: Indikator lain perubahan volume darah.
memenuhi kebutuhan f) Kolaborasi untuk pemberian terapi astrigen.
ADL. Rasional: Untuk menciutkan pembuluh darah.

25
4) Resiko tinggi infeksi b.d. c) Kaji daerah operasi terhadap pembengkakan dan pengeluaran pus.
adanya luka operasi di Rasional: Merupakan tanda-tanda infeksi.
daerah anorektal. d) Ganti tampon setiap kali setelah BAB.
Kriteria Hasil: luka sembuh Rasional: Mencegah infeksi.
dengan baik, tanda-tanda e) Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotika.
vital dalam batas normal. Rasional: Membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.
Rencana tindakan:
a) Observasi tanda-tanda
vital.
Rasional: Peningkatan
nilai tanda-tanda vital
merupakan indikator dini
proses infeksi.
b) Berikan rendaman duduk
setiap kali setelah BAB
selama 1-2 minggu.
Rasional: Mematikan
kuman penyebab infeksi.

26
Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika..
Carpenito, L. J. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Chandrasoma, T. 2006. Ringkasan patologi anatomi. Edisi2. Jakarta: EGC.
Corwin, E. J. 2000. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges, M. E. 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. Hall, S. E. 1997. Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Jong, W. D. Syamsuhidayat, R. 2000. Buku ajar ilmu bedah, Editor: R. Syamsuhidajat, W. D.Jong,
Edisi revisi. Jakarta:EGC.
Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Media Aeskulapius.
Nanda. 2011. Pedoman diagnosa keperawatan, Alih Bahasa Budi Sentosa. Jakarta: Arima Medika.

3. Memperbaiki intoleransi otot


untuk latihan
Ada berbagai macam
DAFTAR PUSTAKA
gerakan ROM, yaitu:

27
1. lanjut. sendi
F yang bersangkutan.
leksi, yaitu berkurangnya sudut 4. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi
(yosefw.wordpres.com) persendian.
dari garis tengah tubuh. Manfaat
2. Rom:
E 5. Adduksi, yaitu gerakan
kstensi, yaitu bertambahnya mendekati
APA ITU ROM ?? 1. Memperbaiki tonus otot
sudu garis tengah tubuh.
t 2. Meningkatkan mobilisasi
pers 6. Rotasi, yaitu gerakan memutari
endi sendi pusat dari tulang.
an. 7. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak
ROM adalah gerakan dalam membentuk sudut persendian.
3.
8. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak
H
iperekstensi, yaitu ekstensi lebih membentuk sudut persendian.
keadaan normal dapat dilakukan 9. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan bergerak
oleh
ke bawah.

28
10.Supinasi, yaitu pergerakan Pelaksanaan gerakan ROM pada:
telapak tangan dimana Leher
permukaan tangan bergerak ke
atas. Wellnessunik.blogspot.com).

11.Oposisi, yaitu gerakan Pinggul

menyentuhkan ibu jari ke


setiap jari-jari tangan pada
(www.kaskus.co.id).
tangan yang Siku sama.
Bahu
(Wellnessunik.blogspot.com).

Lutut

(Wellnessunik.blogspot.com).

29
Kaki

(Wellnessunik.blogspot.com).

30
DOKUMENTASI

Gambar 1: Mengukur Tekanan darah pada Gambar 2: Mengukur Tekanan darah


Ny. A dengan Hasil 150/80 mmHg

Gambar 3: Melatih Ny. A untuk melakukan Gambar 4: Melihat kemampuan NyA


Latihan rentang gerak dan kemampuan untuk melakukan latihan gerak pada
Ny. A untuk berdiri. Bagian kaki kanan dan kiri Ny. A.

51
Gambar 5: Melatih dan mengajarkan Ny. A Gambar 6: Melihat bagaimana cara
Untuk mengangkat kakinya. Ny. A berjalan.

Gambar 7: Membantu Ny. A untuk kembali


Duduk.
52

Anda mungkin juga menyukai