Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

RESPIRASI
(Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah Kacang Hijau
(Vigna radiata))

Oleh:

Lia Agustina NIM 17030204067

Pendidikan Biologi 2017 B

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHIAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI

2019
A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam percobaan ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang hijau
(Vigna radiata) ?
B. Tujuan Percobaan
Tujuan yang hendak dicapai dalam percobaan ini adalah
1. Untuk mengamati pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang
hijau (Vigna radiata).
C. Hipotesis

H1 : terdapat pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang hijau


(Vigna radiata).

H0 : tidak terdapat pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang


hijau (Vigna radiata).

D. Kajian Pustaka
1. Respirasi tumbuhan
Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan
melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Prose keseluruha dari respirasi merupakan reaksi
oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2, sedangkan O2 yang diserap direduksi
dan membentuk H2O. pati, fruktan,sukrosa, atau gula lainnya, lemak, asam organic, dan
keadaan tertentu bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi. Respirasi umum
glukosa, misalnya dapat ditulis sebagai berikut:
C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 6 H2O + ENERGI
Sebagian besar energy yang dilepaskan selama respirasi kira-kira 2870 kJ atau 686 kcal/mol
glukosa berupa bahang. Bila sehu rendah, bahang ini dapat merangsang metabolisme dan
menguntungkan beberapa spesies tertentu, tapi biasanya bahang tersebut dilepas ke atmosfer
atau ke tanah, dan berpengaruh kecil terhadap tumbuhan, yang lebih penting dari bahang
adalah energy yang terhimpun dalam ATP karena senyawa ini digunakan untuk berbagai
proses esensial dalam kehidupan misalnya pertumbuhan dan penimbunan ion (Salisbury dan
Ross,1995).
Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu :
a. Respirasi Aerobik (aerob)
Respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen oksigen bebas untuk
mendapatkan energi. Persamaan reaksi proses respirasi aerob secara sederhana dapat
dituliskan:
C6H12O6 + 6H2O → 6H2O + 6CO2 + 675 kal

Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan yang terjadi dari
awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi itu dapat dibedakan menjadi 3 tahapan yaitu
glikolosis, siklus krebs dan transport elektron (syamsuri, 1980).

b. Respirasi Anaerobik (Anaerob)

Respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan


energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi anaerobik menggunakan senyawa tertentu
misalnya asam fosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat hidrogen dan
membentuk asam laktat atau alcohol. Respirasi anaerobik terjadi pada jaringan yang
kekurangan oksigen, akan tumbuhan yang terendam air, biji – biji yang kulit tebal yang sulit
ditembus oksigen, sel – sel ragi dan bakteri anaerobik. Bahan baku respirasi anaerobik pada
peragian adalah glukosa. Selain glukosa, bahan baku seperti fruktosa, galaktosa dan malosa
juga dapat diubah menjadi alkohol. Hasil akhirnya adalah alcohol, karbon dioksida dan
energi. Glukosa tidak terurai lengkap menjadi air dan karbondioksida, energi yang dihasilkan
lebih kecil dibandingkan respirasi aerobik. Reaksinya :
ragi
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 ∆G⁰= 21Kal
Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan. Bahkan bakteri
anaerobik seperti klostidrium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat hidup jika berhubungan
dengan udara bebas. Infeksi tetanus dapat terjadi jika luka tertutup sehingga member
kemungkinan bakteri tambah subur (Syamsuri, 1980).

2. Faktor yang mempengaruhi respirasi tumbuhan


a. Ketersediaan substrat
Respirasi bergntung pada ketersediaan substrat, tumbuhan yang kekurangan
kandungan pati, fruktan, atau gula, maka dia akan melakukan laju respirasi yang rendah. Laju
respirasi pada saat kadar gula tinggi yang dilakukan malam hari lebih tinggi dari pada pada
saat kadar gula rendah dan dilakukan pada saat siang hari. Daun bagian bawah dan ternaungi
biasanya berespirasi lebih rendah dari pada daun sebelah atas yang terkena cahaya matahari
lebih banyak. Perbedaan kandungan pati dan gula akibat tak berimbangnya laju fotosintesis
yang mungkin mengakibatkan laju respirasi yang lebih rendah pada daun yang ternaungi.
(Salisbury dan Ross,1995).
Jika kekurangan substrat makin parah , bahkan protein pun dapat
direspirasikan.protein tersebut pertama-tama dihidrolisis menjadi subunit asam amino.
Kemudian dirombak oleh reaksi glikolisis dan daur krebs. Dalam hal asam glutamate dan
aspartate, hubungannya dengan daur krebs sangat jelas karena kedua asam amino tersebut
diubah menjadi asam α-ketoglutarat dan oksaloasetat(Salisbury dan Ross,1995).
b. Ketersediaan oksigen
Pasokan oksigen juga mempengaruhi respirasi, tapi peranannya sangat berbeda,
bergantung pada jenis tumbuhan dan bahan bagian tumbuhan. Keragaman normal
kandungan O2 udara terlalu kecil untuk mempengaruhi respirasi sebagian besar daun dan
batang. Lagi pula laju penetrasi O2 ke dalam daun, batang, dan akar biasaya cukup unuk
mempertahankan tingkat pengambilan normal O2 oleh mitokondria, terutama karena
sitokrom oksidase memiliki afinitas yang tinggi terhadap oksigen sehingga akan tetepa
berfungsi walaupun konsentrasi O2 di udara hanya sekitar 0,05% ( Drew, 1979 dalam
Salisbury dan Ross,1995).
c. Suhu
Bagi sebagian besar tumbuha, Q10 espirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5
dan 25 oC. Bila suhu meningkat lebih jauh 30 atau 35 oC,laju respirasi tetap meningkat, tapi
lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun. Pada peningkatan suhu suhu sampai 40 oC atau lebih
laju respirasi malahan menurun khususnya bila tumbuhan berada pada keadaan ini dalam
jangka waktu yang lama. Nampakya enzim tyang diperlukan mulai mengalami denaturasi
dengan cepat pada suhu tinggi mencegah peningkatan metabolic yang semestinya terjadi
(Salisbury dan Ross,1995)..
d. Jenis dan umur tumbuhan
Jenis tumbuhan mempengaruhi laju respirasi. Setiap tummbuhan memilki perbedaan
metabolism. Pada umumnya bakteri, fungi, dan ganggang berespirasi lebih cepat berespirasi
lebih cepat dibandingkan dengan tumbuhan berbiji . berbagai organ dan jaringan
menampakkan keragaman laju yang besar. Umur tumbuhan juga empengaruhi respirasinya
sampai derajat tertentu. Laju dinyatakan dalam jumlah CO2 yang dilepas per bobot kering
awal. Respirasi tetap tinggi selama janga waktu pertumbuhan vegetative yang pesat
kemudian menurun saat mulai pembungaan. Pada contoh ini dan contoh lainnya, sebagian
besar respirasi pada tumbuhan deasa dilakukan oleh daun dan akar muda dan bunga yang
sdang tumbuh.
3. Kecambah kacang hijau
Kecambah adalah tumbuhan kecil yang baru tumbuh dari biji kacang-kacangan
yang disemaikan. Sedangkan perkecambahan adalah serangkaian peristiwa penting
yang terjadi sejak biji dorman sampai menjadi bibit yang sedang tumbuh (Copeland,
1976). Kecambah yang berasal dari biji kacang hijau disebut taoge. Perkecambahan
secara umum dapat meningkatkan karakteristik fungsional dan nilai nutrisi dari kacang-
kacangan (Vanderstoep, 1981).

E. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi : suhu
2. Variabel kontrol : kecambah kacang hijau, volume larutan BaCl2 dan NaOH,
larutan Phenolftalin 2 tetes, waktu perlakuan
3. Variabel respon : titrasi HCl, CO2 hasil respirasi, dan laju respirasi

F. Definisi Operasional variable

1. Variabel manipulasi adalah variabel yang memengaruhi dan yang menyebabkan


timbulnya atau berubahnya variabel respon. Variabel manipulasi yang digunakan
dalam praktikum ini adalah suhu, suhu yang digunakan yaitu suhu 30 oC dan suhu 37
o
C
4. Variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dibuat sama sebagai acuan untuk
perbandingan variabel respon. Variabel ini berfungsi untuk memengaruhi variabel respon
serta memperjelas hubungan antara variabel manipulasi dengan variabel respon. Variabel
kontrol yang digunakan pada praktikum ini adalah kecambah kacang hijau, volume
larutan BaCl2 dan NaOH yaitu 5 ml untuk NaOH dan 2,5 ml untuk BaCl2, larutan
Phenolftalin 2 tetes, waktu perlakuan yatitu selama 24 jam.
2. Variabel respon adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel manipulasi dan
merupakan hasil dari variabel manipulasi dan variabel kontrol. Variabel respon dalam
praktikum ini adalah titrasi HCl, CO2 hasil respirasi, laju respirasi.

G. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam percobaan ini Erlenmeyer 250 ml sebanyak 6 buah,
timbangan, buret 9 beserta statif dan klem), dan pipet. Sedangkan bahan yang dibutuhkan
untuk percobaan ini antara lain kecambah kacang hijau umur 2 hari, larutan NaOH 0,5 M;
HCl 0,5 N; larutan BaCl2 0,2 N; larutan Phenolftalin (PP); kain kasa; benang; dan plastic.

H. Rancangan Percobaan

c 250 ml
6 Erlenmeyer 5 gram kecambah

- Diisi dengan 30 ml NaOH 0,5 M - Dibungkus dengan kain kas


- Diikat dengan seutas tali
- Masing-masing 2 sampel untuk suh
ruangan dan sampel untuk suhu di
dalam incubator

- Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer


- Digantungkan bungkusan kecambah tersebut diatas larutan NAOH dengan
bantuan talinya, kemudian tutup rapat-rapat botol plastic tersebut dengan
plastic
- Disimpan 2 botol berisi kecambah dan 1 botol tanpa kecambah (kontrol)
masing-masing di dalam ruang dengan suhu ruangan dan yang lain di dalam
incubator bersuhu 37 oC
- Setelah 24 jam dilakukan titrasi untuk mengetahui jumlah gas CO2 yang
dilepaskan selama respirasi kecambah
- Ambil 2,5 ml BaCl2 dan ditetesi dengan 2 tetes larutan PP sehingga larutan
berwarna merah. Selanjutnya larutan tersebut dititrasi dengan HCl 0,5 N. titrasi
dihentikan ketika warna merah tepat hilang.

Dihitung Dihitung
Volume titrasi HCl CO2 hasil respirasi Laju respirasi

I. Langkah Kerja
1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan,
2. Siapkan 6 erlenmeyer kemudian isilah masing-masing dengan 30 ml larutan NaOH
0,5 M,
3. Timbang 5 gram kecambah yang disediakan kemudian bungkus dengan kain kasa
dan ikat dengan seutas tali.masing-masing 2 sampel untuk suhu ruangan dan 2
sampel untuk suhu di dalam ruang incubator,
4. Masukkan ke dalam Erlenmeyer dan gatungkan bungkusan kecambah tersebut di
atas larutan NaOH denganbantuan talinya, kemudian tutup rapat-rapat botol
tersebut dengan plastic.
5. Simpanlah 2 botol berisi kecambah dan 1 botol tanpa kecambaj (kontrol) masing-
masing di dalam ruang dengan suhu ruangan dan yang lain di dalam incubator
bersuhu 37oC
6. setelah 24 jam lakukan titrasi untuk mengetahui jumlah gas CO2 yang dilepaskan
selama respirasi kecambah.
7. Ambil 5 ml larutan NaOH dalam botol, masukkan dalam Erlenmeyer. Kemudiam
tambahkan 2,5 ml BaCl dan tetesi 2 tetes PP sehingga larutan berwarna merah.
Selanjutnya larutan tersebut dititrasi dengan HCl 0,5 N. titrasi dihentikan setelah
warna merah tepat hilang.

8. Rancangan Tabel Pengamatan

Tabel 1. Tabel hasil pengamatan pengaruh suhu terhadap laju respirasi kecambah kacang
hijau (Vigna radiata).

V CO2 terikat ( CO2 hasil laju respirasi


suhu erlenmeyer V HCl (ml)
ml) respirasi (ml) (ml/jam)
Suhu kontrol 1.7 19.8
ruang ( A 1.3 22.2 1.5 0.0625
30oC) B 1.6 20.4

Suhu kontrol 2.5 15


inkubator A 1.6 20.4 4.8 0.2
(37oC) B 1.8 19.2
laju respirasi (ml/jam)
0.25

0.2
Laju Respirasi (ml/jam)

0.15

0.1

0.05

0
Suhu Suhu
ruang(30oC) inkubator
(37 oC)
SUHU

Gambar 1. Diagram batang pengaruh suhu terhadap laju respirasi kecambah kacang hijau
(Vigna radiata)

9. Rencana Analisis Data


Tabel menunjukkan bahwa volume HCl yang digunakan untuk titrasi pada suhu
ruang (30oC) yang terdapat pada Erlenmeyer kontrol adalah 1,7 ml, pada erlenmeyer A
adalah 1,3 ml, dan pada erlenmeyer B adalah 1,6 ml. sedangkan volume HCl yang
digunakan untuk titrasi pada suhu incubator (37oC) yang terdapat pada Erlenmeyer kontrol
adalah 2,5 ml, pada erlenmeyer A adalah 1,6 ml, dan pada erlenmeyer B adalah 1,6 ml.
Volume CO2 terikat pada suhu ruang (30oC) yang terdapat pada Erlenmeyer kontrol adalah
19,8 ml, pada erlenmeyer A adalah 22,2 ml, dan pada erlenmeyer B adalah 20,4 ml.
sedangkan Volume CO2 terikat pada suhu inkubator (37oC) yang terdapat pada Erlenmeyer
kontrol adalah 15 ml, pada erlenmeyer A adalah 20,4 ml, dan pada erlenmeyer B adalah
19,2 ml. dari data diatas diperoleh CO2 hasil respirasi pada suhu euang ( 30oC) sebesar 1,5
ml sedangkan pada suhu inkubator sebesar 4,8 ml. sehingga diperoleh nilai laju respirasi
pada suhu ruang ( 30oC) sebesar 0,0625 ml/jam dan pada suhu inkubator (37oC) sebesar
0,2. Pada grafik terlihat bahwa laju respirasi Erlenmeyer yang diletakkan pada suhu ruang
lebih kecil dari pada laju respirasi Erlenmeyer yang diletakkan pada suhu inkubator.
10. Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan bahwa suhu mempengaruhi respirasi
tumbuhan. terlihat pada histogram bahwa laju respirasi pada suhu ruangan lebih kecil dari
pada respirasi dengan suhu pada inkubator menurut Salisbury dan Ross (1995), suhu
berpengaruh pada respirasi tumbuhan.

Pada praktikum ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan
respirasi kecambah kacang hijau (Vigna radiat L). Dipilihnya kecambah kacang hijau yang
berumur 2 hari karena kecambah muda masih aktif melakukan metabolisme yang
menghasilkan energi. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi
dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa
pertumbuhan. (I Komang Jaya Santika Yasa, 2009).

Kecambah yang nantinya akan di uji di gantung di atas larutan NaOH yang berfungsi
mengikat CO2 hasil respirasi kecambah dan di tempatkan pada suhu yang berbeda selama 24
jam. Setelah 24 jam NaOH di reaksikan dengan BaCl2 dan dititrasi dengan HCl untuk
mengetahui banyaknya CO2 yang dibebaskan. NaOH yang tidak mengikat CO2 tidak
semuanya bereaksi dengan BaCl2 dan menghasilkan Ba(OH)2 yang berwarna bening.
Kemudian Ba(OH)2 tersebut diuji dengan PP, terjadi perubahan warna menjadi merah. Warna
merah menunjukkan bahwa Ba(OH)2 bersifat basa. Ketika Ba(OH)2 sebanyak 5 ml dititrasi
dengan HCl maka menghasilkan garam BaCl2 dengan indikasi perubahan warna Ba(OH)2
yang asalnya merah berubah menjadi bening (warna merah tepat hilang). Pada saat warna
merah tepat hilang itulah dihitung volume HCl yang dibutuhkan untuk menetrasi Ba(OH)2.
Volume HCl tersebut sebanding dengan volume NaOH yang tidak mengikat CO2, sehingga
dari volume HCl dapat diketahui volume NaOH yang mengikat CO2.

Berdasarkan analisis data diatas dapat diketahui bahwa besarnya suhu dapat
mempengaruhi kecepatan respirasi. Semakin besar suhu maka kecepatan respirasinya
meningkat. Pada suhu inkubator 37°C Volume CO2 respirasi yang dihasilkan sebesar 4,8 ml
sehingga didapatkan kecepatan respirasi sebesar 0,2 ml/jam. Hal ini terjadi karena suhu
inkubator, keadaan suhunya dibuat konstan (stabil), pada suhu yang konstan (stabil) kerja
enzim akan lebih optimal tanpa mengalami kerusakan. Proses respirasi melibatkan kerja
berbagai enzim. Sehingga enzim tidak mengalami kerusakan maka enzim akan mempercepat
pengubahan glukosa menjadi karbon dioksida. Oleh karena itu, CO2 yang dilepaskan dari
respirasi kecambah lebih besar. Selain itu, pada suhu yang lebih tinggi volume CO2 akan
lebih banyak diikat oleh NaOH sehingga kadar CO2- yang dilepaskan makin besar.

Sedangkan pada suhu ruangan 30°C respirasinya justru menurun. Volume CO2 respirasi
yang dihasilkan sebesar 1,5 ml sehingga didapatkan kecepatan respirasi sebesar 0,0625
ml/jam. Hal ini dikarenakan pada suhu yang lebih rendah, kerja enzim tidak optimal
sehingga mengakibatkan reaksi pengubahan glukosa menjadi CO2 lebih lambat sehingga
volume CO2 yang dilepaskan dari proses respirasi lebih sedikit. Selain itu, pada suhu yang
lebih rendah, volume CO2 akan lebih sedikit diikat oleh NaOH sehingga CO2 yang dilepaskan
dari proses respirasi lebih kecil.

Pada erlenmeyer kontrol yaitu hanya berisi NaOH tanpa kecambah kecepatan
respirasinya menunjukkan nilai respirasi yang lebih rendah. Hal ini terjadi diduga adanya
mikroorganisme lain yang berada di air sehingga melakukan respirasi, karena selama
melakukan praktikum semua alat yang digunakan tidak disterilkan. Faktor lain mengapa
respirasi pada NaOH ada kecambah lebih cepat respirasinya dan CO2 yang dihasilkan lebih
banyak dibanding dengan respirasi pada NaOH saja, hal ini dikarenakan respirasi juga
dipengaruhi oleh substrat untuk oksidasi dalam metabolisme respiratoris. Sedangkan tabung
erlenmeyer yang hanya berisi NaOH saja respirasinya lambat dan CO2 yang dihasilkan
sedikit. Hal ini karena tidak dipengaruhi oleh enzim.

11. Kesimpulan
Simpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
A. Suhu berpengaruh terhadap prases respirasi pada kecambah kacang hijau, pada suhu
37 oC respirasi berlangsung lebih cepat dari pada pada suhu 30 oC.

12. Daftar Pustaka

Salisbury, F. B dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Penerbit ITB: Bandung

Syamsuri, I. 1980. Biologi. Erlangga: Jakarta

Vanderstoep, J.1981. Effect of germination on the nutritive value of legume. Journal of


Food Technology. 25:83-85
Copeland, L.D. 1976. Principles of seed science and technology. Buegess Pub. Co.
Minneapolis: Minesota
Yasa, I Komang Jaya Santika. 2009. Respirasi Dipengaruhi oleh Beberapa Faktor. (Online),
(http://www.idonbiu.com, diakses tanggal 26 Maret 2017).

Anda mungkin juga menyukai