I. PENDAHULUAN
Teori belajar bersumber dari aliran-aliran psikologi. Landasan psikologis dalam
pembelajaran, terutama berkaitan dengan psikologi/teori belajar (psychology/teori of
learning) dan psikologi perkembangan (developmental psychology). Psikologi belajar
memberikan konstribusi dalam hal bagaimana kurikulum itu disampaikan kepada
peserta didik dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya. Dengan kata lain,
psikologi belajar berkenaan dengan penentuan strategi kurikulum. Sedangkan psikologi
perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan
kepada peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan taraf
perkembangan peserta didik tersebut. Psikologi belajar merupakan ilmu yang
mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji
tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu
lainnya dalam belajar yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Teori bisa merupakan pendapat sistematis untuk menerangkan dan menjelaskan
suatu fenomena serta memberi makna terhadap fenomena tersebut. Berdasarkan hal
ini teori belajar dapat diartikan sebagai pendapat sistematis untuk menerangkan dan
menjelaskan fenomena belajar itu. Artinya fenomena pembelajaran dapat dijelaskan
dan dimaknai oleh teori-teori belajar. Teori yang dikuasai atau dipahami seorang
guru/pendidik akan menjadi kerangka berpikir dalam mengambil suatu keputusan dalam
pembelajarannya.
1. Belajar
2. Pembelajaran
3. Evaluasi
4. Peserta didik
5. Pendidik
A. Aliran behavioristik.
Aliran behavioristik yang banyak digunakan dalam kegiatan pendidikan dan
pembelajaran selama ini kurang dapat menjawab masalah-masalah sosial.
Pendekatan ini banyak dianut dalam praktik¬praktik pendidikan dan pembelajaran
mulai dari pendidikan tingkat yang paling dini hingga pendidikan tinggi, namun
ternyata tidak mampu menjawab masalah-masalah dan tuntutan kehidupan global.
Hasil pendidikan tidak mampu menumbuhkembangkan anak-anak untuk
lebih menghargai perbedaan dalam konteks sosial budaya yang beragam. Mereka
kurang mampu berprkir kreatif, kritis dan produktif, tidak mampu mengambil
keputusan, memecahkan masalah, dan berkolaborasi, serta pengelolaan diri.
Artinya, behavioristik kurang mampu menjelaskan proses belajar yang komplek,
hasil belajar tidak hanya abervable, terlalu menyederhanakan masalah belajar yang
sesungguhnya. Tidak semua hasil belajar bisa diamati. Melupakan proses mental
peserta didik yang terjadi dalam proses pembelajaran. Peserta didik hanya pasif.
B. Aliran Kognitif-konstruktivisme
Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh
Piaget yang kemudian berkembang ke dalam aliran konstruktivistik juga masih
dirasakan kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang
dipandang dapat menimbulkan implikasi kotraproduktif dalam kegiatan
pembelajaran, karena lebih mencerminkan ideologi individualisme dan gaya belajar
sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya Barat. Pendekatan ini kurang sesuai
dengan tuntutan revolusi¬sosiokultural yang berkembang akhir-akhir ini.
C. Aliran humanistic
Aliran ini sangatcmenekankan pemahaman yang tepat terhadap karakteristik
peserta didik dan budayanya sebagai pijakan dalam pembelajaran. Aliran
humanistic hadir untuk memahami kegiatan belajar dari aspek kejiwaan peserta
didiknya. Tidak punya teori belajar yang spesifik, yang penting bagaimana siswa
belajar. Sukar dipraktekkan dalam kondisi kelas besar.Sukar diterapkan dalam
kontek praktis terlalu dekat dengan dunia filsafat, terlalu ideal untuk diterapkan
dalam praktek pendidikan di Indonesia.
D. Aliran Sibernetik
Aliran ini lebih menekankan bagaimana kegiatan pembelajaran menjadi menarik.
artinya mendapatkan perhatian dari peserta didik diperlukan alat bantu. Alat bantu
ini sejalan dengan perkembangan teknologi informasi. Dengan adanya alat bantu
yang bisa menarik perhatian peserta didik, diharapkan terjadi pengolahan
informasi. Ini merupakan aliran yang beru berkembang. Karena lebih menekankan
pada system informasi yang akan dipelajari kurang terhadap proses pembelajaran
yang sedang berlangsung. Sulit untuk dipaktekkan. Sangat berkaitan dengan alat
bantu/media untuk menarik perhatian peserta didik. Alat bantu digunakan
mempermudah pengolahan informasi dalam diri peserta didik. Jika pendidik salah
memilih alat bantu, maka peserta didik tidak akan memberikan perhatian terhadap
informasi yang terkandung dalam materi pelajaran.
IV. PENUTUP
DAFTAR BACAAN;
SENGAJA TIDAK DICANTUMKAN, SUMBER TULISAN ARTIKEL INI ADALAH DALAM: