Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

“GERAK REFLEKS”

OLEH

KELOMPOK 6

ADE HANNA NATALIA (3415106799)

AHMAD JAHID SAJID (3415106776)

EUNIKE SEPTIANA (3415106784)

JUWITA CANDRA DEWI (3415106774)

SHARAS PURBAYA (341511)

YOLANDA HOLINDA SARI (341511)

PENDIDIKAN BIOLOGI BILINGUAL


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan
penghantaran impuls oleh saraf.Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun,
ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan
sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk
selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan,
dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks merupakan gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon
segera setelah adanya rangsang. Gerak refleks akan berhubungan dengan saraf-saraf
yang ada dalam tubuh. Secara normal seseorang pasti akan mengalami gerak reflkes,
jika tidak,maka seseorang itu mengalami gangguan pada sistem sarafnya. Jadi jika
orang tidak mengalami gerak refleks karena adanya rangsang yang tiba-tiba, maka
pada tubuh terjadi patologis pada sistem sarafnya. Gerak refleks berjalan sangat cepat
dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan
kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak
atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin,
atau batuk.
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi.
Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf
mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan
efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi
mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor
adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya
otot dan kelenjar. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf
adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.
Saraf merupakan hal yang penting dalam tubuh karena merupakan pusat koordinasi
kegiatan tubuh. Sel saraf menurut jenis rangsangannya meliputi sel saraf (sel ganglion)
dan serabut saraf (neurit) atau akson. neuron terdiri dari gerigi yang disebut dendrite
dan alat penghubung disebut neuron. Neurit atau akson merupakan bagian utama
serabut saraf, yang disebut sumbu torak, dan bagian tengah disebut benang saraf.
Sistem saraf memiliki dua macam gerakan, yaitu gerakan yang didasari dan gerakan
refleks. Gerak refleks merupakan respon otomatis yang sederhana terhadap suatu
rangsangan yang hanya melibatkan beberapa neuron yang semuanya dihubungkan
dengan tingkat yang sama dalam sistem saraf pusat. Sejumlah gerakan refleks
melibatkan hubungan antara banyak interneuron dalam sumsum tulang belakang.
Sumsum tulang belakang tidak hanya berfungsi dalam menyalurkan impuls dari dan
ke otak tetapi juga berperan penting dalam memadukan gerak refleks (Villee et al.,
1988).
Refleks merupakan sebagian kecil dari perilaku hewan tingkat tinggi, tetapi memegang
peranan penting dalam perilaku hewan tingkat tinggi. Refleks biasanya menghasilkan
respon jika bagian distal sumsum tulang belakang memiliki bagian yang lengkap dan
mengisolasi ke bagian pusat yang lebih tinggi. Tetapi kekuatan dan jangka waktu
menunjukan keadaan sifat involuntari yang meningkat bersama dengan waktu
(Madhusoodanan, 2007).

HASIL PENGAMATAN
1. Gerak Refleks
Tabel 1. Hasil pengamatan gerak refleks

Lama timbulnya refleks (detik)


Perlakuan
Rusak Otak Rusak Sum-Sum
Cubit  Kaki kiri bagian atas :  Kaki kiri : tangan kanan ke
Tangan kanan ke angkat, 3 angkat, 6 detik dan tangan
detik kiri terangkat, 4 detik.
 Kaki kanan bagian atas : Jari
sebelah kiri digerakkan, 17
detik
 Kaki kiri bagian bawah :
Kedua tangan dan kaki
bagian kiri digerakkan, 5
detik
 Kaki kanan bagian bawah :
Kedua tangan dan jari
bergerak, 3 detik.

Air Ledeng Menggerakkan kaki kiri saat kaki -


kanan dimasukan pada air ledeng,
31 detik
Asam Cuka Bergerak dengan menyeret kaki Menggerakkan kaki kanan secara
kirinya, <1 detik lambat, 3 detik

PEMBAHASAN
1. Gerak Refleks
Pada Praktikum bertujuan mengetahui gerak refleks katak. Refleks merupakan suatu
respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar terhadap
suatu stimulus tertentu.Refleks pada amphibia merupakan konsep dari suatu ritme yang
melekat dalam sistem syaraf pusat yang telah ditentukan selama perkembangan (Ganong,
2008). Berdasarkan hasil pengamatan gerak refleks, rangsang yang diberikan terhadap katak
adalah cubit, dimasukkan pada air ledeng, serta pemberian asam cuka. Perlakuan pertama
dilihat gerak refles yang terjadi pada katak ketika dirusak otaknya dan dirusak sum-sum
tulang belakangnya serta dilihat perbedaan respon yang terbentuk pada masing-masing katak
tersebut..
Menurut (Wulandari, 2009) bahwa gerak refleks disebabkan oleh rangsang tertentu
yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan.Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang
diterima oleh saraf sensori langsung disampaiakan oleh neuron perantara (interneuron).
Dalam gerak refleks ada komponen-komponen dasar yang sangat penting, antara lain:
organ sensorik, contohnya kulit; saraf atau serabut-serabut sensorik, yang secara umum
berfungsi mentransduksiberbagaienergi lingkungan, atauadanyabahan kimialingkungan yang
masuk ke dalam sel yang secara langsung atau tidak langsung menimbulkan potensial aksi di
neuron sensori sinaps di sistem saraf pusat (CNS). Serabut saraf, tersebut yang
mengahantarkan impuls-impuls tersebut menuju sel-sel dalam ganglion radix posterior, dan
selanjutnya serabut sel-sel itu akan meneruskan impuls itu menuju substansi kelabu pada
kornu posterior medulla spinalis; Sum-sum tulang belakang, dimana serabut-serabut saraf
penghubung menghantarkan impuls-impuls menuju kornu anterior medulla spinalis; sel saraf
motorik, dalam korun anterior medulla spinalis yang menerima dan mengalihkan impuls
tersbut melalui serabut saraf motorik; organ motorik, yang melaksanakan gerakan karena
dirangsang oleh impuls saraf motorik. (Pearce, 2000).
Selanjutnya katak tersebut diberikan perlakuan dengan merusak otak dan sum-sum
tulang belakangnya. Setelah katak dicubit dan dimasukkan ke dalam air ledeng, selanjutnya
katak diberikan asam cuka. Saat diberikan asam cuka, katak memberi respon sangat cepat
dengan waktu kurang dari 1 detik. Saat kaki bagian kiri katak dimasukkan ke dalam asam
cuka, katak langsung memberi tanggapan dengan mengangkat kaki kirinya dengan cepat.
Hal ini dikarenakan oleh adanya perusakan otak sehingga menyebabkan otak akan
terjadi gangguan dalam kerja. Jika input dari otak ke spinal cord (sum-sum tulang belakang)
terganggu maka refleks dalam daerah spinal cordnya itu menjadi terganggu pula
(Cunningham,2007).

KESIMPULAN
 Katak memberikan respon yang sangat cepat saat diberi asam cuka, yaitu dengan
mengangkat kaki kirinya dalam waktu kurang dari 1 detik.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., Jane B. Reece dan Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima
Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Cuuningham, James G. and Klein, Bradley G. 2007.Textbook of Veterinary of Physiology.
China: Saunders Elseviers
Duellman, William Edward. 1986. Biology of Amphibians. USA: McGrawHill
Ganong, W.F. 2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran
Pearce, Evelyn.C. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia: Jakarta
Sloan, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Buku Kedokteran EGC:Jakarta
Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia. Alih bahasa: Santoso BI. Ed. ke-2.Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Wulandari, Ika Puspita.2009. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia Berbasis
Mikrokontroler. Jurnal Neutrino.Vol.1 No.2 April.
Ville, C. A., W. F Walker, R. D Barnes. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.
Madhusoodanan, M. G. P. 2007. Continence Issues in the Patient with Neurotrauma. Senior
Consultant Surgery, Armed Forces Medical Services ‘M’ Block, Ministry of Defence, DHQ,
New Delhi. Indian Journal of Neurotrauma (IJNT) 2007, Vol. 4(2): 75-78.

Anda mungkin juga menyukai