Anda di halaman 1dari 81

USULAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN


MENGUNGKAPKAN PENDAPAT DENGAN MENGGUNAKAN
METODE KOPERATIF TIPE STAD PADA TEMA INDAHNYA
KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU BAGI
SISWA KELAS IV SD INPRES MAPURUJAYA
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

OLEH
HENDRIKUS ATAPEA
NIM : 20160111134211

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS CENDRAWASIH JAYAPURA
2018
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN


MENGUNGKAPKAN PENDAPAT DENGAN MENGGUNAKAN
METODE KOPERATIF TIPE STAD PADA TEMA INDAHNYA
KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU BAGI
SISWA KELAS IV SD INPRES MAPURUJAYA
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

OLEH :
HENDRIKUS ATAPEA
NIM : 20160111134211

Telah memenuhi persyaratan untuk dipertahankan


Di depan penguji dan di setujui
Di Timika, ........................................ 2018

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Dominggus Kuhuela, M. Pd Katemin, S. Pd, M. Si


NIP. 19661016 200605 1 001 NIP. 19670520 199702 1 006
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

A. JUDUL ................................................................................................

B. BIDANG KAJIAN ..............................................................................

C. LATAR BELAKANG MASALAH ....................................................

D. RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH ............

1. Perumusan .....................................................................................

2. Pemecahan Masalah ......................................................................

E. TUJUAN PENELITIAN .....................................................................

1. Tujuan Umum ...............................................................................

2. Tujuan Khusus ..............................................................................

F. MANFAAT PENELITIAN .................................................................

G. KAJIAN TEORI .................................................................................

1. Hakikat Matematika ......................................................................

2. Pengertian Belajar .........................................................................

3. Hasil Belajar ..................................................................................

4. Pengertian Model Pembelajaran ...................................................

5. Teori Belajar ..................................................................................

6. Pembelajaran Kooperatif ...............................................................

7. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ...........................


8. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ..........

9. Kerangka Berpikir .........................................................................

10. Hipotesis Tindakan ........................................................................

H. METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................

1. Setting Penelitian ..........................................................................

2. Subjek Penelitian ...........................................................................

3. Sumber Data ..................................................................................

4. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data ............................................

5. Analisis Data .................................................................................

6. Kriteria/Indikator Keberhasilan ....................................................

7. Prosedur/Langkah-Langkah Penelitian .........................................

8. Siklus Penelitian ............................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

LAMPIRAN ....................................................................................................
USULAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. JUDUL

Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat Dengan

Menggunakan Metode Koperatif Tipe Stad Pada Tema Indahnya Keberagaman

Budaya Bangsaku Bagi Siswa Kelas IV SD Inpres Mapurujaya Tahun Pelajaran

2018/2019.

B. BIDANG KAJIAN

Mata Pelajaran Matematika Pada Penelitian Perkalian Pecahan.

C. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan

mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebab tanpa

pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang.

Dengan bantuan pendidikan seorang mampu memahami dan

menginterprestasikan masalah yang dihadapi di lingkungannya. Seperti di

ungkapkan oleh Oemar Hamalik (2000:3) bahwa pendidikan adalah suatu

proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu

menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya.


Selain itu pendidikan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan

kualitas SDM baik fisik mental maupun spiritual. Pendidikan juga memberikan

kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Proses

pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman peserta didik

namun lebih di arahkan pada perkembangan sikap, perilaku dan kepribadian

peserta didik.

Proses pendidikan juga diarahkan pada upaya memanusiakan manusia

atau membantu proses hominisasi dan humanisasi, artinya proses pendidikan

diharapkan mampu membantu peserta didik agar menjadi manusia yang

berbudaya tinggi dan bernilai tinggi (bermoral, berwatak, bersosialitas, dan

bertanggung jawab). Sebagaimana tercantum dalam undang-undang Republik

Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional yang menyatakan

bahwa :

“Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan

bangsa”.

Menyadari hal tersebut pemerintah telah menetapkan wajib belajar

sembilan tahun. Hal ini berarti jenjang pendidikan dasar merupakan pendidikan

yang wajib diikuti oleh semua warga negara Indonesia. Oleh karena itu,

pendidikan formal melalui jalur sekolah ditujukan untuk memperisapkan

lulusannya agar dapat hidup dalam masyarakat.


Penetapan ini tentunya harus menjadi pertimbangan penting dalam

menentukan mata pelajaran yang harus diberikan pada jenjang pendidikan

dasar. Pada kurikulum pendidikan dasar memuat beberapa pelajaran yang salah

satunya adalah matematika. Seperti yang diungkapkan R. Soedjadi (200:3) :

“Kenyataan menunjukkan pelajaran Matematika diberikan disemua

sekolah baik dijenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah.

Matematika yang diberikan dijenjang persekolahan itu sekarang biasa disebut

sebagai matematika sekolah (School Mathematic). Sudah barang tentu

diharapkan agar pelajaran matematika yang diberikan disemua jenjang

persekolahan itu akan mempunyai kontribusi yang berarti bagi bangsa masa

depan sebagaimana tertera dalam mukadimah Undang-undang Dasar Republik

Indonesia”.

Matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern. Matematika mempunyai peranan penting

dalam berbagai disiplin ilmu. Matematika sebagai suatu pertanda

perkembangan intelegensi manusia, juga merupakan salah satu cara

mengembangkan cara berpikir yang diperlukan baik untuk kehidupan sehari-

hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK. Seperti yang diungkapkan

Hudojo (1990:4) bahwa matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan

cara berpikir.

Perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan

komunikasi dewasa ini menuntut perkembangan ilmu matematika pula. Hal ini

sependapat dengan Morris Kline yang mengatakan bahwa jatuh bangunnya


suatu negara dewasa ini tergantung dari kemajuan di bidang Matematika. Untuk

itu matematika perlu dibekalkan pada peserta didik usia dini.

Mengingat begitu pentingnya matematika, maka mata pelajaran

matematika diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar

untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analisis,

sistematis dan kritis. Dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP)

matematika disebutkan bahwa salah satu tujuan diberikannya matematika pada

jenjang pendidikan dasar adalah :

Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di

dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan

bertindak atas dasar pemikiran, logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan

efisien.

Pada tingkatan sekolah dasar disadari bahwa secara individual anak

didik memiliki kemampuan belajar, tingkat perkembangan intelektual dan

psikologis berbeda. Demikian pula dalam memahami konsep-konsep abstrak

akan dicapai melalui tingkatan-tingkatan belajar yang berbeda. Sifat abstrak ini

menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika.

Gejala menunjukkan bahwa matematika sebagai suatu mata pelajaran

yang sangat membosankan, menyeramkan dan menakutkan bagi siswa, dan

prestasi belajar siswa pada matematika selalu memprihatinkan dibandingkan

dengan pelajaran lain.

Ketidak senangan peserta didik terhadap pelajaran matematika ini bisa

disebabkan karena guru masih menggunakan paradigma pembelajaran yang


lama dalam arti komunikasi pembelajaran matematika cenderung satu arah

umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran sehingga

cenderung monoton. Akibatnya pelajaran bermakna yang diharapkan tidak

tercapai.

Oleh karena itu, dalam mengajarkan matematika hendaknya guru

mampu memilih pendekatan, strategi, metode dan model pembelajaran yang

sesuai agar siswa berminat dan semangat belajar serta mau terlibat aktif dalam

proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran sangat penting ketika

guru menerangkan proses pengajaran. “seperti yang diungkapkan Setiawan :

“Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan serta teknik

pengajaran diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing) atau

menghafal (ode learning) ke arah berfikir (thingking) dan pemahaman

(understanding) dari model ceramah ke pendekatan Discovery learning atau

inquiri learning, dari subjek centered ke clearer centered atau terkontruksinya

pengetahuan siswa”.

Berdasarkan pandangan di atas, maka permasalahan yang muncul

bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan

pendekatan yang tepat. Sudah saatnya guru matematika membuka paradigma

baru dalam pola pengajaran matematika di kelas. Salah satu pendekatan yang

dapat diterapkan adalah teori belajar kontruktivis. Teori ini merupakan teori

tentang cara pembelajaran yang diperkenalkan oleh ahli psikologi Jean Piaget

pada abad ke 20. Yang menyatakan bahwa manusia tidak dapat “diberi

informasi” yang kemudian secara tiba-tiba dapat memahami dan


menggunakannya, tetapi manusia harus “mengkontruksi” pengetahuan mereka

itu sendiri. “Teori belajar kontruktivis memandang anak sebagai makhluk aktif

dalam mengkontruksi ilmu-ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan

lingkungannya.

Pembelajaran matematika beraliran kontruktivisme adalah

pembelajaran yang melibatkan siswa aktif belajar memahami informasi baru

dan membangun pengetahuan matematika berdasarkan pengalaman sendiri.

Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada

pandangan kontruktivis adalah metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran

kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan

memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.

Metode pembelajaran kooperatif bukanlah hal baru bagi guru. Menurut

Johnson & Johnson pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran

yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam

sebuah kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada pembelajaran

kooperatif siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan

dengan tingkat kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang dan rendah).

Seperti yang diungkapkan Nur bahwa pembelajaran kooperatif

memiliki ciri-ciri :

1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar

sesuai kompetensi kelompok dasar yang akan dicapai.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-

beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin
anggota kelompok dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan

kesetaraan Gender.

3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada Masing-masing

individu.

terdapat beberapa variasi atau model dalam pembelajaran kooperatif

salah satunya adalah model Team Assisted Individualization atau tam

Accelerated Intruction (TAI). Pembelajaran kooperatif tipe TAI

mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran

individual. Dalam TAI para siswa memasuki sekuen individu berdasarkan tes

pengamatan dan kemudian melanjutkan dengan kemampuan mereka sendiri.

Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui proses belajar

mengajar selama melakukan PPL di kelas Vb di SD Negeri 5 Mimika, dirasakan

bahwa pada kelas tersebut mengalami kesulitan dalam mengerjakan materi yang

telah diajarkan karena kurangnya penguasaan konsep dan prinsip matematika.

Sehingga siswa hanya belajar menghafal mengingat beberapa konsep dan tidak

dapat menggunakan jika diberikan permasalahan yang lebih kompleks seperti

perkalian pecahan.

Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran Matematika guru masih

menerapkan model pembelajaran konvensial dengan mengandalkan ceramah

dan pemberian tugas. Komunikasi dalam pembelajaran matematika di SD

Negeri 5 Mimika masih monoton dan cenderung satu arah dari guru ke siswa.

Guru lebih kreatif dam mendominasi proses pembelajaran dan tidak memberi
kesempatan kepada siswa untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang

harus dipelajari sehingga pembelajaran Matematika terkesan membosankan dan

tidak disenangi banyak siswa. Hal ini berpengaruh pula terhadap hasil belajar

Matematika siswa kelas Vb yang rendah.

Untuk mengatasi persoalan tersebut maka sebagai upaya meningkatkan

hasil belajar Matematika peneliti menerapkan Tipe Team Assited

Individualization dan Team ACC Instrue karena pada pembelajaran kooperatif

model TAI ini setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran individual.

Anggota kelompok menggunakan lembar jawaban teman satu kelompok untuk

didiskusikan dan saling dibahas. Dan semua anggota kelompok bertanggung

jawab atas keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan seabgai tanggung jawab

bersama.

Team Assisted Individualization (TAI) merupakan model pendekatan

belajar kooperatif yang sederhana sehingga cocok diterapkan bagi siswa SD

Negeri 5 Mimika kelas Vb khususnya dalam mempelajari materi perkalian

pecahan. Seperti yang dikatakan Slavin bahwa TAI dirancang khusus untuk

mengajarkan matematika kepada siswa kelas 3-6.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menerapkan pembelajaran

kooperatif model TAI sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Pada Materi Perkalian dan Pembagian Pecahan bagi Siswa Kelas Vb di SD

Negeri 5 Mimika.
D. RUMUSAN MASALAH PEMECAHAN MASALAH

1. Perumusan Masalah

Sesuai latar belakang masalah, permasalahan yang di angkat dalam

penelitian ini adalah : apakah dengan menggunakan metode kooperatif tipe

TAI (Team Assistes Individualization) dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada perkalian pecahan di kelas Vb di SD Negeri 5 Mimika Papua ?

2. Pemecahan masalah

a. Faktor Penyebab Masalah

Berdasarkan hasil penelitian melalui proses mengajar selama

KKM pada bulan Maret 2016 faktor penyebab masalah rendahnya hasil

belajar sebagian besar siswa kelas Vb SD Negeri 5 Mimika Pada pokok

bahasan perkalian Pecahan adalah belum memahami tentang cara

menyelesaikan perkalian pecahan dengan tepat dan benar.

b. Pemecahan masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka di ambil tindakan

pemecahan dengan penerapan Kooperatif Tipe TAI yaitu dengan cara

siswa belajar di dalam kelompok dan mempelajari materi yang sedang

dipelajari, serta tiap anggota kelompok saling mendorong dan

membantu satu sama lain untuk menguasai materi yang sang dipelajari

akan embut siswa mudah memahami materi yang sedang di pelajar yaitu

tentang perkalian pecahan. Untuk sebagai nilai akhir guru memberi

evaluasi secara individu untuk mengetahui hasil dari tiap siswa.


E. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki hasil

belajar siswa sehingga masalah yang dihadapi siswa dapat terselesaikan atau

semua siswa mencapai KKM yang ditentukan.

Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian pecahan

di kelas SD Negeri 5 Mimika.

F. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Manfaat Bagi Siswa

a. Sebagai bahan acuan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar,

meningkatkan kreativitas siswa, mengembangkan jiwa kerja sama

saling menguntungkan, menghargai satu sama lain, membangun

kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika

serta sebagai metode yang dapat meningkatkan hasil belajar

matematika.

b. Pembelajaran Matematika tidak lagi membosankan

2. Manfaat Bagi Guru

a. Salah satu model dalam mendesain pembelajaran matematika,

meningkatkan kinerja dan profesinalisme guru dalam pembelajaran,


sehingga siswa antusias dalam belajar dan meningkatkan kualitas

belajar.

b. Guru lebih kreatif dalam merancang dan melaksanakan proses

pembelajaran serta dapat memudahkan guru dalam proses belajar

mengajar.

3. Manfaatkan Bagi Sekolah

a. Dapat memperbaiki pembelajaran Matematika di kelas Vb di SD Negeri

5 Mimika Papua.

b. Meningkatkan mutu anak didik agar mampu bersaing dengan sekolah

lain serta unggul dalam ujian.

c. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.

G. Kajian Teori

1. Hakikat Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan

kepada semua peserta didik sejak dari sekolah Dasar. Hal ini dimaksudkan

untuk membekali siswa kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis,

kritis, kreatif serat kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut

diperlukan siswa untuk memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu

berubah, tidak pasti, dan kompetitif pada era globalisasi ini. Mengingat

pentingnya matematika bagi kehidupan, perlu bagi kita untuk mengerti,


mengetahui, dan memahami tentang apa yang dimaksud dengan istilah atau

hakikat dari matematika.

Hingga saat ini belum ada kesepakatan yang bulat diantara para

matematikawan tentang apa yang disebut itu. Hal ini disebabkan karena

sasaran penelaahan matematika itu tidaklah konkret melainkan abstrak.

Oleh karena itu untuk mengetahui apa matematika itu, sejumlah tokoh

memberikan definisi atau komentar menurut pandangan mereka masing-

masing.

Istilah Mathematics berasal dari perkataan latin matematika, yang

mulanya diambil dari perkataan Yunani matematika. Perkataan itu

mempunyai akar kata “Mathema” yang berarti pengetahuan atau ilmu dan

“Mathemein” yang berarti belajar atau berfikir.

Johnson dan Rissy (1972) dalam bukunya menyatakan bahwa

matematika adalah :

Pola berpikir, pola pengorganisasian pembuktian yang logis,

matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan

dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dalam simbol yang padat

lebih berupa bahasa simbol mengenai Ida (gagasan) dari pada mengenai

bunyi.

Selain itu matematika juga dipandang sebagai suatu bahasa, struktur

logika, batang tubuh dari bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk

menarik kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia fisik sebagai aktivitas


intelektual. Dan juga matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak

dan terorganisir secara sistematik.

Dari berbagai pendapat yang dikemukakan diatas, secara singkat

matematika dapat diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan eksak dan

terorganisasi secara sistematik dengan penalaran yang logis untuk

menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan sehingga mampu menjadi

bahasa bagi ilmu lain.

Matematika sebagai cabang ilmu pengetahuan memiliki ciri-ciri dan

karakteristik yang khusus. Dengan mengenal karakteristik matematika,

diharapkan orang akan lebih memahami apa dan bagaimana matematika itu

sebenarnya. Sehingga mampu menumbuhkan kemampuan logis dan positif

yang berguna dalam mempelajari ilmu pengetahuan maupun dalam

penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Karakteristik yang dapat menerangkan matematika secara umum

antara lain adalah :

a. Memiliki obyek kajian abstrak.

b. Bertumpu pada kesepakatan.

c. Berpola pikir deduktif.

d. Memiliki simbol yang kurang dari arti.

e. Memperhatikan semesta pembicaraan.

f. Konsisten dalam sistem.

Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa matematika merupakan

disiplin ilmu yang mempunyai sifat khusus jika dibandingkan dengan


disiplin ilmu yang lain. Karena itu proses belajar dan mengajar matematika

sebaiknya tidak disamakan begitu saja dengan ilmu lain. Dari sini seorang

guru matematika dituntut untuk mampu menciptakan proses pembelajaran

yang efektif dan efisien sekaligus menyenangkan bagi siswa.

Belajar merupakan kegiatan setiap orang. Belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan

lingkungannya. Seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam

diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan

tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu memang tidak dapat diamati dan

berlaku dalam waktu relatif lama. Kegiatan atau usaha untuk mencapai

perubahan tingkah laku sendiri merupakan hasil belajar.

Belajar juga merupakan suatu proses perubahan di dalam

kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk

peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kecakapan daya pikir dan lain-lain

kemampuan. Belajar menghasilkan perubahan pada siswa yang bersifat

internal seperti pemahaman dan sikap serta yang bersifat eksternal seperti

keterampilan motorik.

Belajar adalah kunci paling vital dalam setiap pendidikan, sehingga

tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Belajar merupakan

suatu proses kegiatan aktif siswa dalam membantun makna atau

pemahaman. Artinya tanggung jawab belajar berada pada siswa dan guru

bertanggung jawab untuk menciptakan motivasi dan tanggung jawab siswa.


Proses belajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh siswa untuk

mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui atau sudah diketahui

tetapi belum menyeluruh tentang suatu hal.

Belajar seperti halnya perkembangan, berlangsung seumur hidup.

Artinya belajar adalah proses terus menerus yang tidak pernah berhenti dan

tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa

sepanjang kehidupannya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah

atau tujuan yang ingin dicapainya.

Belajar sepanjang hayat ini sejalan dengan empat pilar utama

pendidikan yang telah dirumuskan organisasi pendidikan sedunia

(UNESCO) yaitu learning do knot yang berarti juta laring do Lear, learning

to do, learning to De dan learning to Clive togheter. Keempat pilar tersebut

bukan merupakan suatu urutan melainkan saling melengkapi satu dengan

lainnya sehingga dalam pembelajaran di tiap jenjang pendidikan, guru dapat

menciptakan suasana belajar yang memuat keempat pilar tersebut.

Dengan merujuk pada hakikat matematika dan keempat Pilar

pendidikan di atas maka harapan terhadap siswa pada pendidikan dasar dan

menengah dalam matematika dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Learning to knot mengandung pengertian bahwa belajar itu pada

dasarnya tidak hanya berorientasi pada hasil belajar, tetapi juga harus

berorientasi pada proses belajar. Melalui proses ini secara umum siswa

diharapkan memiliki pemahaman dan penalaran terhadap hasil dan

proses matematika (apa, bagaimana dan mengapa) yang memadahi


sebagai bekal melanjutkan studi atau menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari. Misalnya dalam matematika ditanamkan kemampuan

memberikan alasan dan menjelaskan serta memberikan prediksi

terhadap suatu permasalahan.

b. Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya

sekedar mendengar dan melihat, tetapi belajar untuk berbuat dengan

tujuan akhir penguasaan kompetensi. Dengan proses ini diharapkan

memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki keterampilan dan

mendorong siswa mau melaksanakan proses matematika dalam bentuk

doing math yang memadahi dan mengacu peningkatan perkembangan

intelektualnya. Dalam kaitan dengan learning to do siswa didorong

melaksanakan proses matematika, diharapkan siswa dapat

melaksanakan kegiatan matematika yang meliputi keterampilan

perhitungan rutin dan non rutin serta berpikir tingkat tinggi yang

melibatkan aspek pemecahan masalah dan penalaran matematika.

Karena pada dasarnya matematika merupakan proses yang aktif secara

fisik maupun mental.

c. Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah

membentuk manusia yang menjadi dirinya sendiri. Siswa diharapkan

dapat memahami, menghargai atau mempunyai apresiasi terhadap nilai-

nilai dan keindahan akan hasil dan proses matematika yang di tunjukkan

melalui sikap yang ulet, bekerja keras, sabar disiplin dan percaya diri.
d. Learning to Live together adalah belajar untuk bekerja sama. Penciptaan

suasana belajar yang demikian memberikan kesempatan kepada siswa

untuk dapat belajar dan bekerja sama, saling menghargai pendapat orang

lain, menerima pendapat yang berbeda, mengemukakan belajar

mengemukakan pendapat atau bersedia sharing ideal dengan orang lain

dalam melaksanakan tugas-tugas matematika, khususnya tugas-tugas

lain yang lebih luas. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat

diterapkan adalah pendekatan kooperatif. Secara kooperatif akan

memperkaya cara berpikir siswa dan menolong peserta belajar tentang

hakikat timbulnya pengetahuan yang tentatif dan berusaha menghargai

penjelasan.

Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu

didasari pada apa yang telah diketahui orang karena matematika merupakan

ide-ide yang abstrak yang diberi simbol-simbol maka konsep-konsep

matematika harus dipahami lebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-

simbol itu. Karena itu untuk mempelajari suatu materi yang baru,

pengalaman belajar yang lalu akan mempengaruhi proses belajar materi

selanjutnya. Sebagai contoh, untuk dapat memahami arti perkalian dengan

demikian apabila belajar, karena itu proses belajar matematika akan lancar

jika dilakukan secara kontinu.

Dalam proses belajar matematika terjadi proses berpikir. Seseorang

dikatakan berpikir bila melakukan kegiatan mental dan orang yang belajar
matematika selalu melakukan kegiatan mental. Dalam proses itu juga

melibatkan bagaimana bentuk kegiatan mengajarnya.

Mengajar adalah suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan

pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik. Tujuan

mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami

peserta didik, sehingga mengajar bisa dikatakan baik, apabila hasil belajar,

peserta didik juga baik. Apabila terjadi proses belajar mengajar itu baik pula.

Dengan demikian siswa sebagai subyek akan dapat memahami matematika,

selanjutnya mampu mengaplikasikan pada situasi yang baru, seperti

masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian diatas diharapkan guru matematika mampu

memilih pendekatan, strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik

pokok bahasan. Sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis

dan sikap positif siswa terhadap matematika yang pada akhirnya dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Pengertian belajar

Belajar merupakan satu proses yang dilakukan oleh seseorang agar

dapat mencapai kompetensi yang diinginkan. Melalui proses belajar

seorang akan memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap lebih baik.

Proses belajar dapat disebut sukses bila menemui sebagai berikut yakni

siswa melakukan interaksi dengan sumber belajar secara intensif,

melakukan latihan untuk penugasan kompetensi memperoleh umpan balik


segera setelah melakukan proses belajar. Menerapkan kemampuan dalam

proses nyata, dan melakukan interaksi dalam memperoleh pengetahuan dan

keterampilan (Beny A. Pribadi, 2009:6).

Menurut Dimyati dan Mudjiono, 2006:7 belajar adalah aktivitas

peserta didik peserta didik sebagai pembelajaran akan secara langsung

mengalami, menghayati dan melakukan proses interaksi yang bertujuan

untuk meningkatkan perkembangan mental menuju kemandirian.

Menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:10) belajar

merupakan kegiatan kompleks. Setelah belajar orang memiliki,

keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Belajar merupakan interaksi

antara keadaan internal dan kognitif siswa dengan simulasi dari lingkungan.

Selanjutnya Piaget (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:10), mengatakan

bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan

interaksi terus-menerus dengan lingkungannya.

Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang terjadi

melalui pengalaman atau latihan (Maharuddin Pangewa, 2010:23)

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh atau dikuasai

setelah melakukan proses belajar. Menurut Syaodih hasil belajar merupakan

realisasi atau pemekaran kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas

yang dimiliki seseorang. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari

penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempunya (Matematika).


setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh

hasil belajar yang dicapai siswa.

Seperti halnya kecerdasan bakat, hasil belajar juga dapat diukur. Alat

untuk mengukur hasil belajar disebut tes hasil belajar tes prestasi belajar.

Tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang banyak digunakan untuk

menentukan keberhasilan siswa dalam suatu proses belajar mengajar.

Hasil belajar di katakan meningkat jika terjadi adanya peningkatan

kemampuan yang dikuasai terhadap pelajaran. Hal ini bisa dilakukan

dengan melihat hasil tes kuis yang cenderung mengalami peningkatan.

Berdasarkan hal inilah maka dalam penelitian ini, hasil belajar dilihat dari

hasil peningkatan nilai tes atau kuis di akhir proses pembelajaran.

4. Pengertian Model Pembelajaran

Model Pembelajaran suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum

dan lain-lain (Maharudin Pangewa, 2010:97).

Joice ( 1992:4) menyatakan bahwa setiap model pembelajaran

mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta

didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.


Hanafia dan Suhana (2009:41) mengatakan bahwa model

pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka menyiasati

perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif.

Dengan demikian model pembelajaran sangat penting bagi pengajar

untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model pembelajaran

yang telah diketahui. Dan dengan menguasai beberapa model pembelajaran

seseorang guru akan merasakan adanya keindahan di dalam pelaksanaan

pembelajaran di kelas sehingga tujuan pembelajaran yang hendak di capai

dalam proses pembelajaran tercapai dan tuntas sesuai yang diharapkan.

5. Teori-Teori Belajar

Berdasarkan teori stimulus-respon, thorndike menyatakan bahwa

cara belajar dengan binatang pada dasarnya sama, karena belajar pada

dasarnya terjadi melalui pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons.

Menurut pandangan B. F. Skinner (1958), belajar merupakan suatu

proses atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara Progresif.

Jean Piaget, Psikologi-Kognitif dari Swiss ini, berpendapat bahwa

proses berpikir manusia merupakan suatu perkembangan bertahap dari

berpikir intelektual kongkrit ke abstrak secara berurutan.

a. Teori Belajar Kontruksitivisme Dalam Pembelajaran Matematika

Teori Kontruksivisme dikembangkan oleh Pieget pada

pertengahan abad 20. Pieget adalah salah satu Pioneer yang

menggunakan filsafat konstruktivis dalam proses belajar. Piaget


menyatakan bahwa anak membangun konsep-konsep melalui

pengalaman-pengalamannya. Teori belajar ini memandang anak sebagai

makhluk aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan melalui

interaksi dengan lingkungannya.

Menurut teori ini pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu

saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya siswa harus aktif secara

mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan

kognitif yang dimilikinya. Karena setiap anak mempunyai skema

sendiri tentang apa yang diketahuinya.

Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa

dalam pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan.

Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka,

bukannya guru atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab

terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu

dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka

untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.

Belajar lebih diarahkan pada experiental learning yaitu

merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkret di

laboratorium, diskusi dengan teman sejawat, yang kemudian

dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru.

Karenannya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada

si pendidik melainkan pada pelajar. Belajar seperti ini selain berkenaan

dengan hasilnya juga memperhatikan prosesnya dalam konteks tertentu.


Pengetahuan yang ditransformasikan diciptakan dan dirumuskan

kembali, bukan sesuatu yang berdiri sendiri. Bentuknya bisa obyektif

maupun subjektif, berorientasi pada penggunaan fungsi konvergen dan

divergen otak manusia. Siswa akan menjadi orang yang kritis

menganalisis sesuatu hal karena mereka berpikir bukan meniru.

Pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya

melibatkan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan

dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkunganya.

Mengajar menurut pandangan kontruktivis bukanlah kegiatan

memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu

kegiatan yang memungkinkan siswa-siswi untuk membangun

pengetahuannya.

Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun

pengetahuan mereka sendiri, orak siswa sebagai mediator yaitu

memproses masukan dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka

pelajar. Siswa diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri

sendiri dalam belajar sedang guru yang membimbing dan membantu

agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Guru memegang

peranan penting yaitu memberi dukungan dan membantu siswa

menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri bukan

memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan

pembelajaran konstruktivis, yaitu : (1) mengutamakan pembelajaran


yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, (2) mengutamakan

proses, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman

sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi

pengalaman.

Proses pembelajaran yang terjadi menurut pandangan

konstruktivisme menekankan pada kualitas dari keaktifan siswa dalam

menginterpresesntasikan dan membangun pengetahuannya. Prinsip-

prinsip konstuktivisme yang banyak digunakan dalam pembelajaran

sains dan matematika. adalah (1) pengetahuan dibangun oleh siswa

sendiri, baik secara personal maupun sosial, (2) pengetahuan tidak dapat

dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa

sendiri untuk menalar, (3) murid aktif mengkonstruksi terus-menerus,

sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih

rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah, (4) guru sekedar

membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa

berjalan mulus.

Menurut prinsip kontruktivis, seorang pengajar atau guru

berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu siswa agar

proses berjalan dengan baik. Agar peran dan tugas tersebut berjalan

dengan optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan

dan juga beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh pengajar.

1) Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti

apa yang sudah mereka ketahui dan pikiran.


2) Tujuan dan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya dibicarakan

bersama sehingga siswa sungguh terlibat.

3) Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai

dengan kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi

sebagai pelajar juga di tengah pelajar.

4) Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan

kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka dapat belajar.

5) Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat

mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa

berpikir berdasarkan pegadaian yang tidak diterima guru.

Grows menyatakan bahwa pembelajaran matematika dalam

pandangan konstruktivis adalah membantu siswa untuk membangun

konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan

kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi, sehingga konsep

atau prinsip tersebut terbangun kembali. Pembelajaran matematika

secara konstruktivis merupakan rangkaian strategi kegiatan belajar

mengajar matematika di kelas melalui tiga fase yang diawali dari fase

eksplorasi, kemudian fase pengenalan konsep, dan fase aplikasi konsep.

Dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan

konstruktivis perlu diperhatikan materi prasarat atau persepsi yang

dimiliki siswa sehubungan dengan materi dipelajari. Karena persepsi

yang dimiliki siswa mempengaruhi pembentukan persepsi baru siswa

menginterpretasi pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru


berdasarkan realitas yang telah dibentuk di dalam pikiran. Untuk itu

guru harus mengetahui dan mengetahui apa yang telah diketahui dan

diyakini siswa sebelum memulai materi baru.

6. Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa

yang nantinya akan berdampak pada hasil yang dicapai siswa dalam belajar.

Oleh karena itu suasana pembelajaran yang menyenangkan akan

mendukung siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Salah satu metode

pembelajaran yang dapat mendukung aktivitas belajar siswa adalah

pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran

yang berdasarkan faham kontruktivis. Posamentier (1999,12) secara

sederhana menyebutkan cooperativ learning atau belajar secara kooperatif

adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan

mereka sebuah atau beberapa tugas.

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih

mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling

berdiskusi dengan temannya. Paget mengansumsi bahwa seluruh siswa

tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun

pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu

harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri

dari individu-individu ke kelompok-kelompok kecil siswa daripada


aktivitas dalam bentuk klasikal. Hal ini sesuai dengan pendekatan

konstruktivis dalam menerapkan pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan,

materi ini sering digunakan oleh beberapa guru untuk tujuan-tujuan tertentu,

seperti tugas-tugas atau laporan kelompok tertentu. Di dalam pembelajaran

kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang

saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri

dari empat atau enam siswa yang mempunyai tingkat kemampuan yang

berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah) dan jika memungkinkan anggota

kelompok berasal dari ras,suku,budaya dan agama berbeda serta

memperhatikan kesetaraan gender. Hakikat sosial dan penggunaan

kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Dalam kelas kooperatif, diharapkan para siswa saling berinteraksi,

berdiskusi, menyampaikan pendapat, belajar kritis, dan berargumentasi

untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup

kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Interaksi sosial yang

terjadi di kelas dipandang sebagai aktivitas yang mendukung belajar siswa

dalam mengkonstruksi pengetahuan. Interaksi sosial ini dapat berbentuk

saling tukar pendapat atau diskusi antar siswa, atau kegiatan belajar lainnya

yang menjadikan terjadinya komunikasi lisan maupun tertulis antar siswa

atau antar guru dan siswa. Dalam interaksi sosial ini kemungkinan terjadi

siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar terbantu oleh teman atau

gurunya. Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua anggota


kelompok dapat menguasai materi pembelajaran pada tingkat yang relatif

sejajar.

Ada banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif

dikembangkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jhonson and Johnson

(1984) menunjukan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif,

di antara adalah sebagai berikut :

a. Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati

b. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan

egosentris

c. Meningkatkan keyakinan terhadap ide atau gagasan sendiri

d. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain dirasa lebih baik.

e. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etis, kelas, sosial, agama,

dan orientasi tugas.

f. Mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga

perasaan.

g. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong oyong

h. Meningkatkan sikap tenggang rasa.

i. Meningkatkan hubungan positif antara siswa dengan guru dan personil

sekolah.

j. Meningkatkan pandangan siswa terhadap guru yang bukan hanya

pengajar tetapi juga pendidik.


Berdasarkan keunggulan-keunggulan yang telah ditemukan di atas,

maka sudah selayaknya kalau pembelajaran kooperatif ini diterapkan dalam

proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran kooperatif memberi

kebebasan kepada pelajar untuk berpikir secara analisis,kritis dan kreatif.

Ada beberapa unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif

diantaranya sebagai berikut :

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau

berenang bersama.”

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta

didik yang lain dalam kelompok, selaian tanggung jawab terhadap diri

sendiri dalam mempelajari materi yang dihadap.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa merak semua memiliki tujuan

yang sama.

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para

anggota kelompok.

e. Para siswa diberikan islah satu evaluasi penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam bentuk kelompok kooperatif.


Lebih lanjut Roger dan David Jhonson menjelaskan ada lima unsur

dalam pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan agar mencapai

maksimal, yaitu sebagai berikut :

a. Saling ketergantungan positif

Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka salin bekerja

sama untuk mencapai satu sama lain. Seseorang siswa tidak akan sukses

kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa

bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai

adil terhadap suksesnya kelompok.

b. Tanggung jawab perseorangan

Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa

tanggung jawab siswa dalam hal ; (a) membantu siswa yang

membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar

“membonceng” pada hasil kerja teman.

c. Tatap muka

Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan

kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi. Tujuan adalah agar siswa

bisa saling menghargai perbedaan, saling mengenal, memanfaatkan

kelebihan, dan mengisi kekurangan satu sama lain.

d. Komunikasi antara anggota

Cara berkomunikasi yang baik antara siswa tanpa harus menyinggung

perasaan orang lain perlu diajarkan, karena tidak semua siswa

menguasainya. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada


kesediaan para anggotanya untuk mendengarkan dan kemampuan

mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

e. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi proses kelompok diperlukan agar siswa bisa bekerja sama

dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali

ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu

setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran

Kooperatif Learning.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran

kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin yaitu penghargaan

kelompok, pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk

berhasil.

a. Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok

untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok

diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang di tentukan.

Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai

saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.

b. Pertanggung jawab individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu

dari semua anggota kelompok. Pertanggung jawaban tersebut menitik

beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam


belajar. Adanya pertanggung jawaban secara individu juga menjadikan

setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara

mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang

mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang

diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode

skorsing ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau

tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan

melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok

tradisional yang menerapkan sistem kompetensi, di mana keberhasilan

individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Pembelajaran kooperatif

disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa,

memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat

keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan siswa untuk

berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar

belakangnya.

Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik,

penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.


a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan

sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik

penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul

dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para

pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur

penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada

belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil

belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil

belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada

siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama

menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan

secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya,

kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran

kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan

kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas

akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar

saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,

mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.


Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab

saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Terkait dengan model pembelajaran ini, Ismail menyebutkan 6 (enam)

langkah dalam pembelajaran kooperatif, seperti terlihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel : 1.1 Sintak Pembelajaran Kooperatif


Fase Ke- Indikator Tingkah Laku Guru
Guru menyampaikan semua
Menyampaikan tujuan tujuan pelajaran yang ingin
1
dan memotivasi siswa dicapai pada pelajaran tersebut
dan memotivasi siswa belajar
Guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan jalan
2 Menyajikan informasi
demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasikan
bagaimana caranya membentuk
siswa ke dalam
3 kelompok belajar dan membantu
kelompok-kelompok
setiap kelompok agar melakukan
belajar
transisi secara efisien
Membimbing Guru membimbing kelompok-
4 kelompok bekerja dan kelompok belajar pada saat
belajar mereka mengerjakan tugas
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah
5 Evaluasi dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya
Guru mencari cara-cara untuk
Memberikan menghargai upaya atau hasil
6
penghargaan belajar individu maupun
kelompok
Terdapat enam langkah utama di dalam kegiatan pembelajaran

yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran di mulai dengan

guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk

belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk

teks bukan verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan dalam tim-tim

belajar. Kemudian di bawah bimbingan guru siswa bekerja bersama-

sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang saling tergantung. Fase

terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil kerja

kelompok, atau mengevaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan

memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangan:

a. Kelebihan:

1) Melatih siswa mengungkapkan / menyampaikan gagasan / idenya

2) Dapat menumbuhkan sifat-sifat positif dalam diri seperti kerjasama,

toleransi, bisa menerima pendapat orang lain dan lain-lain

3) Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak hanya semata-mata dari

guru tetapi melalui konstruksi oleh siswa

4) Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial

5) Menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar

b. Kekurangan

1) Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok


2) Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai seperti Kendala

teknis masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung

untuk diatur kegiatan kelompok

3) Bagi pengajar pemula maka model ini membutuhkan waktu yang

banyak

4) Dapat menimbulkan suasana gaduh di kelas

5) Siswa terbiasa belajar dengan adanya hadiah

7. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

TAI termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran

kooperatif TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4

sampai 5 siswa) yang heterogen selanjutnya diikuti dengan pemberian

bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Sebelum

dibentuk kelompok, siswa di ajarkan bagaimana bekerja saat dalam suatu

kelompok. Siswa di ajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan

penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain

untuk bekerja sama menghargai pendapat teman lain dan sebagainya.

Pembelajaran kooperatif model ini dikembangkan oleh Slavin.

Model ini menggabungkan pembelajaran koperatif dengan pengajaran yang

individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa

secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran lebih banyak

digunakan untuk pemecahan masalah. Slavin mengatakan bahwa TAI

dirancang khusus untuk mengajarkan matematika kepada siswa kelas 3-6.


Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara

karena pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat

diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu

temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian siswa yang

pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya,

sedangkan yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang

diselesaikan dalam kelompok tersebut (Suyitno, 2002:9).

Model pembelajaran TAI memiliki delapan komponen (Suyitno,

2009:9). Kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut :

a. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4

sampai 6 siswa.

b. Placement Test, yakni pemberian tes kepada siswa atau melihat rata-rata

nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa dalam bidang

tertentu.

c. Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan

menciptakan situasi dimana keberhasilan individu di tentukan atau

dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

d. Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan

oleh kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap

kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

e. Teaching Group, yaitu pemberian materi secara singkat dari guru

menjelang pemberian tugas kelompok.


f. Fact Test, yaitu pelaksanaan tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh

siswa.

g. Whole Class Units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir

waktu pembelajaran dari strategi pemecahan masalah.

Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam Team Assisted

Individualization (Robert E, Slavin:1995) adalah sebagai berikut :

a. Team (Kelompok)

Peserta didik dikelompok dalam 4 sampai 5 orang peserta didik

dengan kemampuannya yang berbeda menjadi 1 kelompok.

b. Tes Penempatan

Peserta didik diberi pre Test di awal pertemuan, kemudian

peserta didik ditempatkan sesuai dengan nilai yang didapatkan dalam

tes, sehingga didapatkan anggota kelompok yang heterogen (memiliki

kemampuan yang berbeda) dalam kelompok.

c. Langkah-langkah pembelajaran

1) Diawali dengan pengenalan konsep oleh guru dalam mengajar

secara kelompok (diskusi singkat) dan memberi langkah-langkah

menyelesaikan masalah atau soal.

2) Pemberian tes keterampilan yang terdiri dari 10 soal.

3) Pemberian tes A dan formatif tes B masing-masing terdiri 8 soal.

4) Pemberian tes keseluruhan yang terdiri 10 soal.


5) Pembahasan untuk tes keterampilan, tes formatif dan tes

keseluruhan.

d. Belajar Kelompok

Berdasarkan tes penempatan, guru mengajarkan pelajaran

pertama, kemudian peserta didik bekerja pada kelompok mereka

masing-masing. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

1) Peserta didik berpasangan dengan anggota kelompok mereka.

2) Peserta didik diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) pembelajaran yang

disiapkan guru untuk diskusi sebagai pemahaman konsep materi

yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan bertanya

kepada teman sekelompok atau guru untuk meminta bantuan jika

mengalami kesulitan. Selanjutnya dimulai dari tes pertama yaitu tes

keterampilan.

3) Masing-masing peserta didik dengan kemampuannya sendiri

mengerjakan 3 soal tes keterampilan yang pertama, bila sudah

selesai baru melanjutkan 4 soal terakhir. Peserta didik yang

mengalami kesulitan bisa meminta bantuan teman sekelompoknya

sebelum meminta bantuan guru.

4) Apabila sudah bisa menyelesaikan soal tes keterampilan dengan

benar, peserta didik bisa melanjutkan mengerjakan 6 soal dengan

benar, guru merespon dan menampung semua masalah yang dimiliki

peserta didik. Guru boleh menyuruh peserta didik untuk bekerja

kembali pada nomor-nomor soal tes keterampilan dan kemudi


mengambil soal tes formatif B, yaitu 8 soal kedua yang isi dan

tingkat kesulitanya sebanding tes formatif A. Selanjutnya peserta

didik boleh melanjutkan ke tes keseluruhan. Peserta didik tidak

boleh mengambil soal tes keseluruhan sebelum dia menyelesaikan

tes formatif dengan kelompoknya.

5) Peserta didik kemudian mengikuti tes keseluruhan. Tes ini

merupakan tes terakhir dalam model pembelajaran Kooperatif Team

Assisted Individualization (TAI) yang terdiri dari 10. Di sini peserta

didik juga bekerja secara individu dulu sampai selesai. Setelah

selesai baru bisa berdiskusi dengan kelompoknya. Setelah tes

keseluruhan ini selesai kemudian dilakukan pembahasan dan

penilaian bersama antara guru dan peserta didik.

6) Penilaian Kelompok.

Pada akhir pertemuan, guru menghitung nilai dari masing-

masing kelompok. Nilai ini berdasarkan pada jumlah rata-rata dari

anggota masing-masing kelompok dan ketelitian dari tes

keseluruhan. Kriteria pemberian predikat berdasarkan kemampuan

kelompok, kelompok dengan kemampuan bagus diberi predikat

super tam, kelompok dengan kemampuan sedang diberi predikat

Great Team,

Kelompok dengan kemampuan kurang diberi predikat

Good Team. Pemberian predikat ini bertujuan untuk memotivasi dan

memberi semangat kepada masing-masing kelompok agar


pembelajaran selanjutnya mau berusaha untuk melakukan yang

lebih baik lagi.

7) Mengajar kelompok

Setiap pertemuan guru mengajar 10 sampai 15 menit untuk

dua atau tiga kelompok yang mempunyai nilai yang sama guru

menggunakan konsep belajar yang diprogramkan atau dirancang

sebelumnya. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan konsep

utama pada peserta didik. Pembelajaran ini di buat untuk membantu

peserta didik agar mengerti dan memahami hubungan antara

matematika yang mereka pelajar dengan masalah kehidupan nyata.

Ketika guru sedang mengajar dalam suatu kelompok, peserta didik

lain melanjutkan bekerja dalam kelompok mereka sendiri dengan

kemampuan individu masing-masing.

Adapun keuntungan pembelajaran tipe (TAI) adalah :

a. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya.

b. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan

keterampilannya.

c. Adanya tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan

permasalahannya.

d. Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok.

Sedangkan kelemahan pembelajaran TAI adalah :

a. Tidak ada persaingan antar kelompok.


b. Siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang

pandai.

8. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif TAI

a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Pada fase ini guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi belajar.

b. Menyajikan atau menyampaikan informasi

Pada fase ini guna menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan

mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

c. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar terwujud

setelah guru menyajikan dan menyampaikan pelajaran. Siswa kemudian

dibagi ke dalam kelompok-kelompok belajar. Pengorganisasian siswa

ke dalam kelompok-kelompok belajar didasarkan atas jumlah anggota

tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen yang merupakan

campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku.

d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan

tugas yang diberikan.

e. Kuis

Pemberian kuis dilakukan pada akhir pembelajaran. Kuis dikerjakan

siswa secara mandiri tanpa bantuan dari teman. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui apa saya yang diperoleh siswa selama belajar dalam

kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu

dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.

f. Memerikan penghargaan

Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai

perkembangan individu dalam kelompoknya.

9. Kerangka Berpikir

Dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran Matematika di Sekolah

Dasar Negeri 5 Mimika, guru harus secara tepat memilih model

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik,

apabila dapat memperdayakan potensi peserta dik, yang berorientasi pada

kinerja dan relevan dengan aplikasi keteknikan yang menjadi disiplin ilmu

mereka.

Dalam latar belakang masalah telah diuraikan dan dipaparkan data

tentang rendahnya daya serap peserta didik dalam pembelajaran

matematika. menurut penulis terhadap proses pembelajaran matematika

khususnya di Sekolah Dasar Negeri 5 Mimika yang terjadi selama ini, masih

didominasi peran guru yang sangat besar. Hal ini telah menyebabkan belum

optimalnya aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran

matematika, sehingga kinerja dan hasil belajarnya dapat maksimal.

Ada model pembelajaran yang diduga kuat dapat memperbaiki hasil belajar

matematika, yaitu pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assited


Individualization) di harapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik terutama pada mata pelajaran matematika. untuk memperjelas uraian

diatas, perhatikan urutan dibawah ini :

a. Keadaan awal siswa : kualitas proses pembelajaran, hasil belajar

Matematika masih rendah, maka perlu adanya evaluasi (Pretes).

b. Dalam tindakan ada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

dalam pembelajaran matematika, maka diadakan evaluasi efek (kuis)

c. Hasil (Out Put) bahwa hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran

matematika meningkat maka perlu diadakan evaluasi akhir (Postes)

10. Hipotesis Tindakan

Bertolak dari kerangka berpikir di atas, maka dapat ditentukan

hipotesis dalam penelitian ini adalah “Penggunaan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TAI (Team Assited Individualization) dapat meningkatkan

Hasil Belajar Matematika pada materi perkalian dan pembagian pecahan

bagi siswa kelas Vb di SD Negeri 5 Mimika Papua Tahun 2018/2019.

H. METODOLOGI PENELITAN

1. Setting Penelitian

a. Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada semester pada semester II

tahun Pelajaran 2018/2019. Lamanya kurang lebih 4 bulan yaitu bulan

Maret sampai dengan Juni 2019.


b. Tempat Penelitian

Lokasi Peneltian adalah SD Negeri 5 Mimika Jl. Cenderawasih

SP 2 Timika-Papua.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas Vb tahun pelajaran

2018/2019 berjumlah 22 orang, yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 15

orang putri yang persentase KKM hasil belajarnya masih kurang dari 60%

dari jumlah total keseluruhan siswa di kelas Vb pada mata pelajaran

Matematika.

3. Sumber Data

Siswa kelas Vb SD Negeri 5 Mimika Semester II Tahun Pelajaran

2018/2019.

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data

1) Tes

Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang

pemahaman siswa terhadap materi perkalian pecahan dengan begitu

dapat dilihat prestasi belajar siswa pada materi tersebut (tes awal),

dan pembelajaran akhir tindakan tes awal (pre-test) dilakukan


sebelum tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa yang berhubungan dengan materi perkalian

pecahan atau materi prasyarat untuk memilih subyek wawancara dan

sebagai pedoman pembentukan kelompok.

Tes Akhir (Post-tes) berupa soal kuis dilakukan setelah

pemberian tindakan untuk melihat peningkatan pemahaman dan

hasil belajar siswa pada perkalian pecahan dalam mengikuti

pembelajaran, dan refleksi untuk tindakan berikutnya.

2) Observasi

Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan

mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku

dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara

langsung. Observasi dilakukan untuk mengamati seluruh kegiatan

pembelajaran yang lebih difokuskan pada pengamatan mengenai

aktivitas guru dan siswa yang dilakukan oleh partisipan yang ikut

aktif dalam proses pelaksanaan tindakan.

Jenis observasi yang dilakukan adalah observasi yang

restruktur, yaitu observasi yang menggunakan instrumen observasi

yang restruktur dan siap pakai, sehingga pengamat tinggal mengisi

lembar observasi pada tempat disediakan. Terhadap dua macam

lembar observasi yaitu lembar observasi peneliti (pemberi

tindakan/guru), dan lembar observasi siswa.


3) Catatan Lapangan

Catatan lapangan yaitu memuat segala bentuk perbuatan

peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang

tidak terdapat dalam lembar observasi. Hasil catatan lapangan

digunakan untuk mendokumentasikan secara tertulis. Dilakukan

pencatatan pada buku penelitian dan pengamat, yaitu segala

peristiwa selama pembelajaran berlangsung yang membuat

deskripsi tentang aktivitas-aktivitas peneliti, dan siswa saat

pembelajaran kooperatif.

b. Alat Pengumpulan Data

1) Lembar tes tertulis (terlampir)

2) Lembar observasi siswa (terlampir)

3) Lembar observasi guru (terlampir)

5. Analisa Data

a. Dianalisis dengan membandingkan hasil tes evaluasi dengan KKM mata

pelajaran matematika kelas Vb SD Negeri 5 Mimika. Setelah

membandingkan nilai siswa dengan KKM maka ditentukan presentasi

siswa yang mencapai KKM dan presentasi siswa yang belum mencapai

KKM. Dari hasil evaluasi pembelajaran di hitung rata-rata siswa tiap

siklus peneliti.
b. Dari hasil evaluasi pembelajaran terhitung rata-rata siswa tiap siklus

penelitian.

Tabel 1.2 Presentase nilai dalam KKm (Kriteria Ketuntasan Minimum)

untuk menarik sesuatu kesimpulan

Tes Awal Siklus I Siklus II


Nilai Jumlah Jumlah Jumlah Ket
% % %
Siswa Siswa Siswa
≥ 60 4 18%
< 60 18 82%

6. Kriteria/Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah mengacu

pada tingkat ketuntasan mengajar yaitu ketuntasan diatas KKM 80% siswa

kelas Vb SD Negeri 5 Mimika mendapatkan nilai ketuntasan belajar lebih

individual sebesar ≥ 60 dalam pelajaran Matematika. Dimana KKM yang

ditentukan di kelas Vb SD Negeri 5 Mimika untuk mata pelajaran

Matematika adalah 60.

7. Prosedur / langkah-langkah PTK

a. Prosedur dan langkah-langkah PTK

Dalam pelaksanaan PTK ini menggunakan 2 siklus, jika pada

siklus kedua KKM siswa sudah tuntas 80% maka siklus ini di

berhentikan pada siklus ketiga. Adapun rancangan (desain) PTK ini

dugunakan model Prof. Suharsimi Arikunto model pelaksanaan

tindakan dalam PTK meliputi empat jalur (langkah) : (1) Perencanaan

(Plan); (2) Pelaksanaan (act) ; observasi (Observe) ; dan refleksi


(reflect), Pertama alur (langkah) perencanaan tindakan yang dimaksud

yaitu jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua setelah rencana

disusun secara matang barulah tindakan dilakukan. Ketiga bersama

dengan dilaksanakan tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan

tindakan itu sendiri akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan

hasil pengamatan tersebut peneliti, dan observe kemudian melakukan

refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika refleksi menunjuk

perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan, maka

rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang

dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah

diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai mencapai hasil

yang diinginkan (ketuntasan 80%).

b. Alur Kerja PTK

Rangkaian Kerja PTK dari awal sampai akhir, desersi dengan

bagan alur sebagai berikut :

Siswa :  Hasil belajar siswa pada


Kondisi Sebagian besar siswa
Akibat
perkalian pecahan
belum memahami  82% siswa belum
Awal mencapai KKM
perkalian pecahan

Siklus I
Guru :
Tindakan Menerapkan kooperatif Menggunakan model TAI dengan
Tipe TAI menerapkan Fase-fase
pembelajaran Tipe TAI

Kondisi Hasil Belajar siswa pada


Siklus II
Akhir perkalian pecahan
meningkat
Merefleksi Siklus I dan
menggunakan model TAI dengan
menerapkan fase-fase
pembelajaran kooperatif tipe TAI

Bagan Alur Pikir Dalam PTK


Keterangan :

Kondisi awal, pada pelajaran bidang studi Matematika sebagian besar

siswa belum memahami perkalian pecahan. Akibatnya hasil belajar

siswa pada perkalian pecahan rendah, yaitu 82% siswa belum mencapai

KKM. Sehingga peneliti memberikan tindakan dengan penerapan

kooperatif tipe TAI siswa belajar dalam kelompok, setiap anggota

kelompok mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai

materi yang dipelajari. Selain itu ada 3 konsep penting dalam kooperatif

tipe TAI yaitu, tanggung jawab perseorangan, kesempatan yang sama

untuk memperoleh keberhasilan dan adanya penghargaan kelompok.

Dalam memberikan tindakan peneliti menggunakan 2 siklus. Siklus I

menggunakan tipe TAI dengan menerapkan fase-fase pembelajaran

kooperatif tipe TAI. Siklus II merefleksi siklus I dan menggunakan tipe

TAI dengan menerapkan pembelajaran kooperatif fase-fase tipe TAI.

Setelah peneliti memberikan tindakan dengan menerapkan kooperatif

tipe TAI yang terdiri atas 2 siklus, kondisi akhir, hasil belajar siswa

pada perkalian dan pembagian pecahan meningkat.

8. Siklus Penelitian

Penjelasan Siklus I

a. Perencanaan (Plan)

Pada tahap ini masalah yang akan dituntaskan adalah penyelesaian

perkalian pecahan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TAI.


Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan seperti pembuatan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menentukan metode, alat dan

sumber pembelajaran.

Dalam tahap ini menetapkan seluruhan rencana tindakan yang akan

dilakukan untuk memperbaiki praktek pembelajaran mengenai

perkalian dan pembagian pecahan yaitu dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe TAI. Adapun langkah-langkah

perencanaan yaitu :

1) Membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2) Menyiapkan soal dan lembar kerja siswa.

3) Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan dalam

penelitian

b. Pelaksanaan (act) dan Observasi (observe)

1) Pelaksanaan (act)

Dalam tahap ini dilakukan dengan melaksanakan perencanaan yang

telah di buat sebelumnya yakni melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TAI yaitu :

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi

siswa.

b) Penyajian materi

c) Mengorganisasikan kelompok belajar

d) Membimbing kelompok belajar

e) Memberikan tes
f) Pemberian penghargaan kelompok

2) Observasi (observe)

Pada tahap ini pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas

siswa dalam cara mengajar guru pada saat pelaksanaan tindakan

berlangsung. Observasi dilakukan oleh supervisor dengan

mengamati aktivitas siswa dengan cara mengajar guru dalam

pelajaran matematika mengenai perkalian dan pembagian pecahan

dari awal kegiatan pembelajaran sampai kegiatan akhir

pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

aktivitas siswa dengan cara mengajar guru sudah sesuai dengan apa

yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak. Sehingga hasil

observasi dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.

c. Refleksi (reflect)

Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh saat

observasi. Refleksi berguna untuk memberikan makna terhadap proses

dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan. Hasil refleksi yang ada

dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan

dalam siklus berikutnya sampai pembelajaran dinyatakan berhasil.

Beberapa tahap dalam refleksi sebagai berikut :

1) Mengevaluasi

2) Menganalisa hasil pembelajaran

3) Mencatat kekurangan-kekurangan pada siklus I


4) Membuat kesimpulan

5) Menyususn siklus yaitu siklus II yang dirumuskan dalam RPP

dengan berdasarkan pada analisa data dari siklus I

Penjelasan Siklus II

a. Perencanaan (Alan)

Pada tahap ini masalah yang akan dituntaskan adalah penguasaan

perkalian pecahan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif

learning tipe TAI. Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan

seperti pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

kedua, menyiapkan dan menambah media pembelajaran, alat dan

sumber pembelajaran serta merencanakan pada langkah-langkah dan

tindakan apa yang akan dilakukan.

Dalam tahap ini peneliti menetapkan seluruh rencana tindakan untuk

memperbaiki praktek pembelajaran mengenai perkalian pecahan yaitu

dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TAI. Adapun

langkah-langkah perencanaan yaitu :

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang baru

(untuk siklus II)

2) Memadukan hasil refleksi I agar siklus II lebih efektif

3) Menyiapkan lembar observasi dan evaluasi


b. Pelaksanaan (act) dan Observasi (Observe)

1) Pelaksanaan (act)

Dalam tahapan ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan

mengacu pada perencanaan yang telah dibuat yakni melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

TAI. Dalam tahap pelaksanaan ini peneliti melaksanakan

pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi siklus

I yaitu :

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa

b) Penyajian materi

c) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar

d) Memberikan tes

e) Pemberian penghargaan kelompok

2) Observasi (Observe)

Pada tahap ini terdiri pengumpulan data serta mencatat setiap

aktivitas siswa dan cara mengajar guru pada saat pelaksanaan

tindakan berlangsung. Observasi dilakukan kolaborasi dengan

mengamati aktivitas siswa dan cara guru mengajar dalam

pembelajaran matematika tentang perkalian dan pembagian pecahan

dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir pembelajaran. Hal ini

maksudnya untuk mengetahui aktivitas siswa dan cara mengajar

guru sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar

observasi atau tidak.


c. Refleksi (refleck)

Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh dari

observasi saat mengamati peneliti melaksanakan siklus II. Refleksi

berguna untuk memberikan makna terhadap proses dan hasil

(perubahan) yang telah dilakukan. Hasil refleksi yang ada dijadikan

bahan pertimbangan untuk melanjutkan siklus atau berhenti.

Beberapa tahap di dalam refleksi sebagai berikut :

1) Menganalisa data

2) Mencatat kekurangan-kekurangan pada siklus II

3) Membuat kesimpulan berhenti/lanjut siklus berikutnya


DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie, Cooperative Learning, Memperaktekan Coperative Learning Di Ruang

Kelas, (Jakarta: Grasindo:2002)

Amie Fajar, Portofolio Dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004)

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreativitas

Dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2007)

Herman Suherman, Dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,

(Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas

Pendidikan Indonesia, 2003)

Ipung Yono, Pembelajaran Matematika Secara Membumi, (Malang: UNM FMIPA

Jurusan Matematika, 2010)

Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika,

(Malang: 4 April 1998)

Http://Zainudin.Files.Wordpress.Com/2007/11/J61-Pembelajaran-

Kooperatif.Pdf, Diakses Tanggal 08 Juli 2016

Http://Zainudin.Files.Wordpress.Com/2007/11/Ppp-Pembelajaran-

Kooperatif.Pdf, Diakses Tanggal 11 Juli 2016

Edy J. Moleong, Metodologi Penelitian (Bandung: Rosdakarta, 2002)

Lisnawati Simanjuntak, Dkk, Metode Mengajar Matematika, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1993)

Muhidin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004)


Maharuddin Pangewa, Perencanaan Pembelajaran : Suatu Standar Kompetensi

Pedagogi Bagi Guru, (Makassar: UNM, 2010)

Muhammad Nur, Dkk Teori Belajar, (Surabaya: University Press, 1999)

Muslimin Ibrahim, Dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: UNESA, 2000)

Nana Syaodih S, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2005)

Ana Sudjana, Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 2004)

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2002)

Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000)

Paul Supomo, Filsafat Konstruktifis Dalam Pendidikan, (Jogjakarta: Kandis, 1997)

Prof. Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara,

2006)

R. Sodejadi, Kiat Pendidikan Matematika Indonesia ; Instansi Keadaan Masa Kini

Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi,

2003)

Robert E. Slavin, Cooperative Learning ; Teori Riset Dan Praktisi, (Bandung :

Nusa Media, 2008)

Rachmadi, Model Pembelajaran Matematika SMP Jenjang Dasar, (Jogjakarta: 10-

23 Oktober 2004), Hal. 13

Russefendi, Pengajaran Matematika Modern Masa Kini Untuk Guru PGSD D2

Seri Kelima, (Bandung: Tarsinto, 1990), Hal. 11


R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Indonesia ; Instansi Keadaan Masa Kini

Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Dierjen Pendidikan Tinggi,

2003)

Robert E. Slavin, Cooperative Learning ; Teori Riset Dan Praktisi, (Bandung: Nusa

Media, 2008)

Sardiman, Interaktif Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Raja Grasindo,

2004)

Trianto, Model Model Pembelajaran Inovatif Dan Berorientasi Konstruktivistik ;

Konsep, Landasan Teori-Praktis Dan Implementasinya, (Jakarta:

Prestasi Pusaka, 2007)

Thussan Hakim, Belanja Secara Efektif ; Paduan Merumuskan Teknik Belajar

Memilih Jurusan Dan Menentukan Cita-Cita, (Jakarta: Puspa Swara,

2000)

W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996)

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Proses Pendidikan, (Jakarta:

Lencana, 2007)
LAMPIRAN – LAMPIRAN

1. Tabel Kriteria Ketuntasan Minimal SD Neferi 5 Mimika

2. Tabel Daftar Hasil Tes Awal Siswa Pada Perkalian Pecahan

3. RPP Siklus I

4. Lembar Pengamatan Aktifitas Guru

5. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Afektif/Sikap) Dalam Proses

Pelaksanaan Pembelajaran

6. Lembar Butir Soal Tes Untuk Mengambil Data Awal

7. Tabel Kelompok Siswa Kelas Vb SD Negeri 5 Mimika


Lampiran 1

Kriteria Ketuntasan Minimal Per-Kelas SD Negeri 5 Mimika

Tahun Pelajaran 2018-2019

Kriteria Ketuntasan Minimal


No Mata Pelajaran
I II III IV V VI
Pendidikan Agama
a. Kristen Protestan 65 67 68 68 68 68
1
b. Islam 68 68 68 68 68 68
c. Katolik 65 65 65 68 68 68
2 Pendidikan Kewarganegaraan 60 66 60 60 60 60
3 Bahasa Indonesia 60 63 60 63 60 60
4 Matematika 60 60 60 60 60 60
5 Ilmu Pengetahuan Alam 62 61 60 64 65 63
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 62 63 60 60 60 60
7 Seni Budaya dan Keterampilan 65 65 67 65 70 70
8 Penjas dan Orkes 65 70 65 65 70 70
Muatan Lokal
9 a. Bahasa Inggris - - - - - -
b. Budaya Daerah Papua 65 65 70 70 65 70
Pengembangan Diri
10 a. Ekstrakurikuler B B B B B B
b. Pembiasaan B B B B B B

Sumber : Kurikulum SD Negeri 5 Mimika Papua

Timika, .............................2018
Kepala SD Negeri 5 Mimika

Marsellus Orowipuku, A.Md.Pd


NIP. 19641212 198410 1 008
Lampiran 2

Data Hasil Tes Awal Siswa Pada Pokok Bahasan Perkalian Pecahan
SD Negeri 5 Mimika Papua

Keterangan
No Nama Siswa P/L Nilai Belum
Tuntas
Tuntas
1 Abriasty Setia Ninggrum P 70 √
2 Alpo P 60 √
3 Amelia R P 40 √
4 Anna Maria Stevani
P 40 √
Manullang
5 Aulia Rahmadani P 20 √
6 Charistian Hendrik L 20 √
7 Darma P 40 √
8 Dwi April P 40 √
9 Groces M P 40 √
10 Hermina P 80 √
11 Jeni S. Mano P 20 √
12 Maikel Tinus Leisubun L 20 √
13 Moreh Kawati L 40 √
14 Nabila Waris P 40 √
15 Nur Jannah P 40 √
16 Putra Rano Werimon L 40 √
17 Retno Rahmia Dewi P 40 √
18 Soli Ance P 60 √
19 Vanessa Natsya Syukri P 20 √
20 Vania Cristian Paluruan P 40 √
21 Yohanes Kemong L 40 √
22 Yoseph L 20 √

4
Presentasi siswa yang tuntas = 22
𝑥 100 = 18%

18
Presentasi siswa yang belum tuntas = 𝑥 100 = 82%
22

Timika, .............................2018
Guru Pamong

Mudiyono, S.Pd.I
NIP. 196607051992031020
Lampiran 3

SIKLUS I
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Nama Sekolah : SD Negeri 5 Mimika
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : Vb/II
Alokasi Waktu : 2 X 35 Menit

I. Standar Kompetensi
Menggunakan Pecahan dalam pemecachan masalah

II. Kompetensi Dasar


Mengalikan dan membagikan berbagai bentuk pecahan

III. Indikator
 Siswa dapat menjelaskan kegunaan perkalian dalam kehidupan sehari-hari
 Siswa dapat menyelesaikan perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa

IV. Tujuan Pembelajaran


 Tanpa membuka buku siswa dapat menjelaskan kegunaan perkalian dalam
kehidupan sehari-hari
 Tanpa membuka buku siswa dapat menyelesaikan perkalian pecahan biasa
dengan pecahan biasa

V. Materi Pembelajaran
Operasi Perkalian Pecahan
VI. Metode dan Model Pembelajaran
Metode Pembelajaran : diskusi kelompok, tanya jawab dan pemecahan
masalah
Model Pembelajaran : Cooperatif Learning Tipe TAI

VII. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


 Pendahuluan
 Berdoa (Conoth nilai yang ditanamkan : takut akan Tuhan
 Mengecek kehadiran siswa (Contoh nilai yang ditanamkan :
disiplin).
 Menanyakan kabar siswa dengan fokus kepada mereka yang tidak
datang (contoh nilai yang ditanamkan : Empat)
 Apersepsi
 Motivasi
 Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
 Kegiatan inti
 Setiap peserta didik diberi tes program
 Guru didik dibagi dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari
4-5 orang
 Setiap siswa diberi lembar kerja dengan catatan bahwa siswa
membaca halaman dan meminta teman satu tim untuk membantu
bila diperlukan
 Setiap siswa di tugaskan untuk memulai lembar kerja dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Mengerjakan sendiri empat soal pertama (lihat kunci jawaban)
 Bila benar semua, maka melanjutkan lembar kerja selanjutnya
sampai lembar terakhir
 Bila ada yang salah, diminta mengerjakan kembali dengan
meminta bantuan tim terlebih dahulu kemudian kepada guru
 Apabila tim sudah dapat menyelesaikan keempat soal dengan benar
pada lembar kerja terakhir, maka seluruh siswa dalam satu tim
mengerjakan sendiri latihan soal pertama, dengan ketentuan siswa
tersebut dapat mengerjakan delapan soal atau lebih dengan benar,
teman satu tim menandatangani hasil latihan soal tanda bahwa
siswa tersebut dapat mengikuti tes unit perkalian pecahan. Bila
siswa tersebut tidak dapat mengerjakan delapan soal dengan benar
maka guru membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa
tersebut dan siswa tersebut mengerjakan latihan soal yang kedua
atau langsung mengerjakan unit perkailan pecahan.
 Ketua tim melaporkan hasil latihan soalnya.
 Setelah latihan soal selesai, maka siswa mengerjakan tes unit
perkalian pecahan. Setelah selesai, hasil tersebut diperiksa oleh tim
lain dan diberi skor.
 Guru menghitung rata-rata skor tim dan memberi penghargaan

(contoh nilai-nilai yang dapat ditanamkan melalui kegiatan-kegiatan


di atas adalah kerja sama, cermat/teliti, tanggung jawab, percaya diri,
jujur, adil).

 Penutup
 Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.
 Refleksi : peserta didik mengungkapkan kesan terhadap pentingnya
mempelajari perkalian pecahan.
 Guru menginformasikan kepada peserta didik bahwa pertemuan
berikutnya adalah pembagian pecahan

VIII. Media, alat dan bahan


Media : Papan tulis
Alat : LKS

IX. Evaluasi
Teknik Penilaian : Tes tertulis
Bentuk Tes : Essay
a. Soal !
4 2
1. x = .......
5 3
8 6
2. x = .......
7 9
13 7
3. x = .......
10 9
16 12
4. x = .......
7 10

b. Kunci jawaban :
8
1.
15
54
2.
63
91
3.
90
192
4.
70

c. Prosedur penilaian :
Tiap soal jika dijawab dengan benar diberi skor 25
Skor keseluruhan = 25 + 25 + 25 + 25 = 100
Jumlah skor yang diperoleh
Nilai siswa = x 100
Jumlah skor keseluruhan

d. Kriteria keberhasilan
Siswa dinyatakan tuntas (berhasil) jika memperoleh skor ≥ 60%
Timika, ................................. 2018
Guru Pamong Guru Praktek

Mudiyono, S.Pd.I Hendrikus Atapea


NIP. 196607051992031020 NIM. 20160111134211

Mengetahui,
Kepala Sekolah SD Negeri 5 Mimika

Marsellus Orowipuku, A.Md.Pd


NIP. 19641212 198410 1 008
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Siklus I
Mata Pelajaran : Matematika Ketua : .....................
Materi Ajar : Perkalian Pecahan Anggota : 1.
Kelas/Semester : Vb/II 2.
Hari/Tanggal : ............................. 2018 3.
Kelompok : ............................. 4.
5.
Selesaikanlah perkalian di bawah ini !

1 1
1. x = .......
2 3
8 7
2. x = .......
6 5
4 7
3. x = .......
5 8
6 5
4. x = .......
7 9
2 2
5. x = .......
2 3
8 7
6. x = .......
5 3
3 7
7. x = .......
5 4
2 5
8. x = .......
7 4
3 2
9. x = .......
4 4
2 3
10. x = .......
5 4

Kunci jawaban :
1 56
1. 6.
6 15
48 21
2. 7.
30 20
28 10
3. 8.
40 28
30 6
4. 9.
63 16
4 6
5. 10.
6 20
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru

Pertemuan Siklus I

Nama Mahasiswa : Hendrikus Atapea

Nama Sekolah : SD Negeri 5 Mimika

Kelas/Semester : IV/II (Genap)

Konsep : Perkalian Pecahan

Hari/Tanggal :

Petunjuk : Berilah tanda (√) pada kolom tingkat kemampuan

yang sesuai dengan indikator pengamatan !

Jumlah
No Indikator Keterangan
Skor
1 Membuat RPP 1 2 3 4
2 Menyiapkan Lembar Observasi untuk Guru dan Siswa
3 Melaksanakan Apersepsi
4 Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
5 Menyajikan Materi Pembelajaran
6 Mengajukan Pertanyaan
7 Membuat Kelompok Belajar
8 Membimbing Kelompok Belajar
9 Mengelola Kelas
10 Mengamati Aktivitas Siswa
11 Mengerjakan Soal – Soal LKS dengan Bimbingan Guru
12 Membimbing dalam melaporkan hasil diskusi kelompok
13 Memberi tes/kuis
14 Melaksanakan refleksi
15 Memberi pengalaman
Jumlah
Keterangan :

 Skor 1 : Kurang

 Skor 2 : Cukup

 Skor 3 : Baik

 Skor 4 : Sangat Baik

 Rumus :

Jumlah Skor Peroleha


Nilai = x 100
Jumlah Skor maksimal

60
Nilai = x 100
60

Timika, .............................2018
Guru Pamong

Mudiyono, S.Pd.I
NIP. 196607051992031020
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru

Pertemuan Siklus II

Nama Mahasiswa : Hendrikus Atapea

Nama Sekolah : SD Negeri 5 Mimika

Kelas/Semester : IV/II (Genap)

Konsep : Perkalian Pecahan

Hari/Tanggal :

Petunjuk : Berilah tanda (√) pada kolom tingkat kemampuan

yang sesuai dengan indikator pengamatan !

Jumlah
No Indikator Keterangan
Skor
1 Membuat RPP 1 2 3 4
2 Menyiapkan Lembar Observasi untuk Guru dan Siswa
3 Melaksanakan Apersepsi
4 Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
5 Menyajikan Materi Pembelajaran
6 Mengajukan Pertanyaan
7 Membuat Kelompok Belajar
8 Membimbing Kelompok Belajar
9 Mengelola Kelas
10 Mengamati Aktivitas Siswa
11 Mengerjakan Soal – Soal LKS dengan Bimbingan Guru
12 Membimbing dalam melaporkan hasil diskusi kelompok
13 Memberi tes/kuis
14 Melaksanakan refleksi
15 Memberi pengalaman
Jumlah
Keterangan :

 Skor 1 : Kurang

 Skor 2 : Cukup

 Skor 3 : Baik

 Skor 4 : Sangat Baik

 Rumus :

Jumlah Skor Peroleha


Nilai = x 100
Jumlah Skor maksimal

60
Nilai = x 100
60

Timika, .............................2018
Guru Pamong

Mudiyono, S.Pd.I
NIP. 196607051992031020
Keterangan Indikator Aktivitas (Aspek/Sikap) Siswa

Siklus I

No Indikator Ya Tidak

Memperhatikan Tidak memperhatikan


1 Perhatian Siswa
penjelasan guru penjelasan guru
Tidak aktif/malas pada
Aktif pada saat proses
2 Keaktifan saat proses belajar
belajar mengajar
mengajar
Tidak Bermain Konsentrasi pada materi
3 Main sendiri
Saat Belajar pelajaran
Tidak mengerjakan tugas
yang diberikan guru,
Menyelesaikan Mengerjakan tugas yang
4 melainkan bermain
Tugas diberikan guru
sendiri, dan mengganggu
teman yang lain
Melaksanakan Mengerjakan LKS sesuai Mengerjakan LKS tidak
5
Petunjuk Guru petunjuk guru sesuai petunjuk guru
Keterangan Indikator Aktivitas (Aspek/Sikap) Siswa

Siklus II

No Indikator Ya Tidak

Memperhatikan Tidak memperhatikan


1 Perhatian Siswa
penjelasan guru penjelasan guru
Tidak aktif/malas pada
Aktif pada saat proses
2 Keaktifan saat proses belajar
belajar mengajar
mengajar
Tidak Bermain Konsentrasi pada materi
3 Main sendiri
Saat Belajar pelajaran
Tidak mengerjakan tugas
yang diberikan guru,
Menyelesaikan Mengerjakan tugas yang
4 melainkan bermain
Tugas diberikan guru
sendiri, dan mengganggu
teman yang lain
Melaksanakan Mengerjakan LKS sesuai Mengerjakan LKS tidak
5
Petunjuk Guru petunjuk guru sesuai petunjuk guru
Lembar Penilaian Pengamatan Aktivitas Siswa (Afektif/Sikap) Dalam Proses
Pelaksanaan Siklus I Siswa Kelas Vb SD Negeri 5 Mimika
Tahun Ajaran 2018/2019

Keterangan
Menyelesa
Tidak
ikan Tugas Melaksana
Perhatian Bermain
No Nama Siswa Keaktifan Yang kan
Siswa Saat
Diberikan Petunjuk
Belajar
Guru
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
1 Abriasty Setia Ninggrum
2 Alpo
3 Amelia R
4 Anna Maria Stevani Manullang
5 Aulia Rahmadani
6 Charistian Hendrik
7 Darma
8 Dwi April
9 Groces M
10 Hermina
11 Jeni S. Mano
12 Maikel Tinus Leisubun
13 Moreh Kawati
14 Nabila Waris
15 Nur Jannah
16 Putra Rano Werimon
17 Retno Rahmia Dewi
18 Soli Ance
19 Vanessa Natsya Syukri
20 Vania Cristian Paluruan
21 Yohanes Kemong
22 Yoseph
Jumlah
Presentasi %
Lembar Penilaian Pengamatan Aktivitas Siswa (Afektif/Sikap) Dalam Proses
Pelaksanaan Siklus II Siswa Kelas Vb SD Negeri 5 Mimika
Tahun Ajaran 2018/2019

Keterangan
Menyelesa
Tidak
ikan Tugas Melaksana
Perhatian Bermain
No Nama Siswa Keaktifan Yang kan
Siswa Saat
Diberikan Petunjuk
Belajar
Guru
Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
1 Abriasty Setia Ninggrum
2 Alpo
3 Amelia R
4 Anna Maria Stevani Manullang
5 Aulia Rahmadani
6 Charistian Hendrik
7 Darma
8 Dwi April
9 Groces M
10 Hermina
11 Jeni S. Mano
12 Maikel Tinus Leisubun
13 Moreh Kawati
14 Nabila Waris
15 Nur Jannah
16 Putra Rano Werimon
17 Retno Rahmia Dewi
18 Soli Ance
19 Vanessa Natsya Syukri
20 Vania Cristian Paluruan
21 Yohanes Kemong
22 Yoseph
Jumlah
Presentasi %
Lampiran 6

Soal Tes Mengambil Data Awal

Nama Sekolah : SD Negeri 5 Mimika


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : Vb/II
Pokok Bahasan : Perkalian Pecahan
Alokasi Waktu : 2 X 35 Menit
Hari/Tanggal : Kamis, 10 Maret 2018

Nama Siswa : .......................................


Soal !
6 4
1. x = ................ (bobot 20)
3 10
7 3
2. x = ................ (bobot 20)
12 4
10 5
3. x = ................ (bobot 20)
6 2
13 10
4. x = ................ (bobot 20)
16 9
16 17
5. x = ................ (bobot 20)
18 14
Tabel Kelompok Siswa Kelas Vb SD Negeri 5 Mimika Papua

No Nama Siswa P/L Rangking Nilai Kelompok

Kelompok A
1 Hermina P 1 80 A
2 Dwi April P 8 40 A
3 Groces M P 9 40 A
4 Yohanes Kemong L 16 40 A
5 Aulia Rahmadani P 17 20 A
Kelompok B
1 Abriasty Setia Ninggrum P 2 70 B
2 Darma P 7 40 B
3 Moreh Kawati L 10 40 B
4 Vania Cristian Paluruan P 15 40 B
5 Charistian Hendrik L 18 20 B
Kelompok C
1 Alpo P 3 60 C
2 Anna Maria Stevani M P 6 40 C
3 Retno Rahmia Dewi P 14 40 C
4 Nabila Waris P 11 40 C
5 Yoseph L 22 20 C
6 Jeni S. Mano P 19 20 C
Kelompok D
1 Soli Ance P 4 60 D
2 Amelia R P 5 40 D
3 Nur Jannah P 12 40 D
4 Putra Rano Werimon L 13 40 D
5 Maikel Tinus Leisubun L 20 20 D
6 Vanessa Natasya Syukri P 21 20 D

Anda mungkin juga menyukai