Anda di halaman 1dari 113

KOORDINASI PROTEKSI PMT OUTGOING

DENGAN RECLOSER SYG10-52 DAN RECLOSER 4/K3-324F PADA


PENYULANG SYG 10 GARDU INDUK SAYUNG
DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA PENGATUR DISTRIBUSI
JATENG & DIY

Laporan Kerja Praktik


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Program Studi Diploma III Teknik Elektro

Oleh:
M. Aji Pradana
21060116083010
Bidang Teknik Elektro

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan di PT. PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY
DCC 1 Semarang yang telah dilaksanakan mulai tanggal 7 Januari 2019 sampai
dengan 29 Maret 2019, disusun oleh:

Nama : M. Aji Pradana


NIM : 21060116083010
Judul : KOORDINASI PROTEKSI PMT OUTGOING
DENGAN RECLOSER SYG10-52 DAN RECLOSER
4/K3-324F PADA PENYULANG SYG 10 GARDU
INDUK SAYUNG DI PT. PLN (PERSERO) UP2D
JATENG & DIY

Telah disetujui untuk diseminarkan sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Teknik Elektro Departemen
Teknologi Industri Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro pada:
Hari :
Tanggal :

Mengetahui, Menyetujui,
Manager Bagian Pemeliharaan Pembimbing Lapangan
UP2D Jateng & DIY

Agus Tri Yulianto Afid Ridho Aji


NIP. 8510848Z NIP. 9009126K
Manager PT. PLN (Persero)
UP2D Jateng & DIY

Hamsyah Trirohadi
NIP. 7803002D2

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan di PT. PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY
DCC 1 Semarang yang telah dilaksanakan mulai tanggal 7 Januari 2019 sampai
dengan 29 Maret 2019, disusun oleh:

Nama : M. Aji Pradana


NIM : 21060116083010
Judul : KOORDINASI PROTEKSI PMT OUTGOING
DENGAN RECLOSER SYG10-52 DAN RECLOSER
4/K3-324F PADA PENYULANG SYG 10 GARDU
INDUK SAYUNG DI PT. PLN (PERSERO) UNIT
PELAKSANA PENGATUR DISTRIBUSI JATENG
& DIY

Telah disetujui untuk diseminarkan sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Teknik Elektro Departemen
Teknologi Industri Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro pada:
Hari :
Tanggal :

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Prodi Teknik Elektro Dept. Dosen Pembimbing
Teknologi Industri SV Undip

Arkhan Subari, S.T., M. Kom. Drs. Heru Winarno, M. T.


NIP. 197710012001121002 NIP. 195710091983031003

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul “KOORDINASI
PROTEKSI PMT OUTGOING DENGAN RECLOSER SYG10-52 DAN
RECLOSER 4/K3-324F PADA PENYULANG SYG 10 GARDU INDUK
SAYUNG DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA PENGATUR
DISTRIBUSI JATENG & DIY” ini dengan baik. Penyusunan laporan ini
merupakan rangkaian kegiatan kerja praktik yang juga merupakan mata kuliah
wajib semester 6 dan diajukan guna memenuhi persyaratan meraih gelar Ahli
Madya di Program Studi Diploma III Teknik Elektro, Sekolah Vokasi, Universitas
Diponegoro.
Dalam melaksanakan praktik kerja lapangan penulis berusaha mendapatkan
pengalaman yang tidak didapatkan di bangku kuliah. Penulis menyadari bahwa
masih banyak yang perlu dipelajari dan dikembangkan untuk dapat terjun ke dunia
kerja sesungguhnya. Atas pengalaman dan bimbingan dari berbagai pihak yang
telah membantu penulis, maka penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan doa dan dukungan kepada
penulis untuk selalu semangat dalam melaksanakan kerja praktik.
2. Prof Dr. Ir. Budiyono, M. Si., selaku Dekan Sekolah Vokasi Universitas
Diponegoro.
3. Bapak Arkhan Subari, S.T., M. Kom., selaku Ketua Jurusan PSD III
Teknik Elektro Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro Semarang.
4. Bapak Drs. Eko Ariyanto, M.T., selaku dosen wali, yang telah membantu
penulis dalam pelaksanakan kerja praktik di PT. PLN (Persero).
5. Bapak Drs. Heru Winarno, M.T., selaku dosen pembimbing laporan
kerja praktik yang membantu penulis dalam penyelesaian laporan ini.

iv
6. Bapak Moses Allo, selaku eks Manager PT. PLN (Persero) UP2D Jateng
& DIY yang telah menerima penulis untuk dapat melaksanakan praktik
kerja lapangan di PT. PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY.
7. Bapak Hamsyah Trirohadi, selaku Manager PT. PLN (Persero) UP2D
Jateng & DIY.
8. Bapak Agus Tri Yulianto, selaku Manager Bagian Pemeliharaan PT.
PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY sekaligus mentor penulis.
9. Bapak Afid Ridho Aji, Supervisor Proteksi dan Meter dan Bapak Zainal,
Supervisor Pemeliharaan Elektromekanik yang telah memberikan
bimbingan, materi, dan ilmu baru kepada penulis.
10. Bapak Yusuf, Mas Jaka, Mas Dayat, Mas Akbar, Mbak Fani, Mas Yonas
Bapak Ammi, Bapak Mus, Mbak Isni, dan Mbak Desy yang telah
membimbing penulis selama melaksanakan kerja praktik di Bidang
Pemeliharaan PT. PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY DCC 1 Semarang.
11. Karyawan dan karyawati PT. PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY DCC
1 Semarang yang telah membantu pengumpulan data dan membantu
mempermudah pembuatan laporan kerja praktik.
12. Teman – teman PKL yang telah menemani hari-hari penulis selama
melakukan kerja praktik.
13. Teman-teman D3K PT PLN – Undip Angkatan 2016.
14. Teman-teman D3 Elektro Undip Angkatan 2016.
15. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan
kerja praktik ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar laporan kerja
praktik ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata penulis memohon maaf apabila ada
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan laporan ini. Semoga laporan kerja
praktik ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Semarang, 25 Maret 2019


Penulis

v
ABSTRAK

Suatu sistem proteksi diperlukan dalam jaringan distribusi guna menjaga jaringan
tersebut supaya tetap dalam keadaan baik dan handal. Tujuan peralatan proteksi
yaitu untuk meminimalisir kerusakan pada sistem. Dikarenakan gangguan tidak
dapat dihilangkan, maka sistem proteksi harus dapat mengisolir terjadinya
gangguan sehingga dapat mengurangi daerah padam. Pada pembahasan ini sistem
proteksi diperlukan dikarenakan akan terjadinya pelimpahan beban yang
menyebabkan nilai setting dari peralatan proteksi harus diperbarui.

Untuk meminimalisir terjadinya gangguan agar tidak semakin meluas maka


diperlukan suatu koordinasi antar peralatan proteksi. Salah satunya adalah
koordinasi antara PMT Outgoing dengan recloser yang memiliki wilayah kerjanya
masing-masing. Pada sisi Outgoing memiliki zona proteksi yaitu time delay, highset
I, dan highset II serta pada sisi recloser memiliki zona proteksi yaitu time delay,
high current trip, dan high current lockout. Proteksi ini bertujuan agar terjadi
koordinasi antar peralatan apabila terdapat arus hubung singkat yang terjadi pada
jaringan. Baik hubung singkat antar phasa atau hubung singkat phasa tanah.
Koordinasi pada PMT Outgoing dan recloser adalah penanganan hubung singkat
OCR dan GFR.

Hasil dari koordinasi ini berupa nilai setting yang telah diatur pada setiap peralatan
proteksi. Setiap peralatan proteksi memiliki nilai batasan maksimal yang
menentukan wilayah kerjanya. Pada koordinasi sistem proteksi antara PMT
Outgoing 20 kV pada penyulang SYG 10 dengan recloser SYG 10-52 dan recloser
4/K3-324F memiliki nilai setting yang saling terkoneksi dan baik. Sehingga
pengamanan pada jaringan dapat bekerja secara selektif sesuai fungsi kerjanya
masing-masing peralatan proteksi tersebut.

Kata kunci: PMT, recloser, OCR, GFR, koordinasi proteksi, arus hubung singkat

vi
ABSTRACT

A protection system is needed in the distribution network to keep the network in


good condition and reliable. The purpose of protection equipment is to minimize
damage to the system. Because the interference cannot be eliminated, the protection
system must be able to minimize the occurrence of interference so that it can reduce
the area outages. In this discussion the protection system is needed because of the
occurrence of load overload which causes the setting value of the protection
equipment to be updated.

To minimize the occurrence of disturbances so as not to expand, a coordination


between protection equipment is needed. One of them is coordination between
Outgoing PMT and reclosers who have their respective working areas. The
Outgoing side has a protection zone, there are time delay, highset I, and highset II,
and on the recloser side has a protection zone, there are time delay, high current
trip, and high current lockout. This protection aims to make coordination between
equipment when there is a short circuit that occurs on the network. Both inter-phase
short circuit or short-circuit ground phase. Coordination on Outgoing and
Recloser PMT is OCR and GFR short circuit handling.

The results of this coordination are in the setting value that has been set on each
protection device. Every protection equipment has a maximum limit value that
determines its working area. On the coordination of the protection system between
the 20 kV Outgoing PMT on the SYG 10 feeder with the recloser SYG 10-52 and
recloser 4 / K3-324F have a connection value that is interconnected and good. So
that security on the network can work selectively according to the work function of
each of the protection equipment.

Keywords: PMT, recloser, OCR, GFR, protection coordination, short circuit


current

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iv
ABSTRAK .................................................................................................................................. vi
ABSTRACT .............................................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktik ........................................................................ 2
1.2.1 Tujuan Kerja Praktik ............................................................................................. 2
1.2.2 Manfaat Kerja Praktik .......................................................................................... 2
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ............................................................................ 3
1.4 Batasan Permasalahan ............................................................................................... 4
1.5 Metode Pengumpulan Data ..................................................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan Laporan ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ............................................................. 7
2.1 PT. PLN (Persero) ...................................................................................................... 7
2.1.1 Visi, Misi, Motto dan Nilai ................................................................................. 7
2.1.2 Makna Lambang .................................................................................................... 9
2.1.3 Sejarah PT PLN (Persero) ................................................................................. 11
2.1.4 Unit Kerja PT. PLN (Persero).......................................................................... 17
2.2 PT. PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY ........................................................... 22
2.2.1 Profil PT. PLN UP2D Jateng & DIY ............................................................. 24
2.2.2 Visi dan Misi......................................................................................................... 24
2.2.3 Peran dan Tugas ................................................................................................... 25
2.2.4 Wilayah dan Wewenang Kerja ........................................................................ 25
2.2.5 Struktur Organisasi ............................................................................................. 27
BAB III LANDASAN TEORI .......................................................................................... 29
3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik ......................................................................... 29
3.1.1 Jaringan Distribusi Primer ................................................................................ 30

viii
3.1.2 Jaringan Distribusi Sekunder ........................................................................... 30
3.2 Gangguan Pada Sistem Distribusi ....................................................................... 30
3.2.1 Gangguan Temporer ........................................................................................... 31
3.2.2 Gangguan Permanen ........................................................................................... 31
3.3 Gangguan Hubung Singkat.................................................................................... 32
3.3.1 Arus Gangguan Hubung Singkat .................................................................... 32
3.3.2 Penyebab Gangguan Hubung Singkat ........................................................... 35
3.4 Sistem Proteksi .......................................................................................................... 36
3.4.1 Pengertian Proteksi ............................................................................................. 37
3.4.2 Prinsip Kerja Sistem Proteksi .......................................................................... 37
3.4.3 Tujuan Peralatan Proteksi ................................................................................. 38
3.4.4 Syarat Sistem Proteksi ....................................................................................... 38
3.5 Perangkat Proteksi 20 KV...................................................................................... 40
3.5.1 Current Transformer .......................................................................................... 41
3.5.2 Potensial Transformer ....................................................................................... 41
3.5.3 Pemutus Tenaga (PMT) ..................................................................................... 43
3.5.4 Over Current Relay (OCR)............................................................................... 43
3.5.5 Ground Fault Relay (GFR)............................................................................... 48
3.5.6 Catu Daya .............................................................................................................. 49
3.5.7 Pengawatan (Wiring) .......................................................................................... 49
3.6 Penutup Balik Otomatis (Recloser) ..................................................................... 50
3.6.1 Cara Kerja Recloser ............................................................................................ 51
3.6.2 Aplikasi Recloser................................................................................................. 53
3.7 Zona Proteksi ............................................................................................................. 53
3.8 Koordinasi Proteksi PMT Outgoing-Recloser ................................................. 54
3.9 Perhitungan Impedansi ........................................................................................... 55
3.9.1 Perhitungan Impedansi Sumber....................................................................... 55
3.9.2 Perhitungan Impedansi Penyulang ................................................................. 55
BAB IV KOORDINASI PROTEKSI ANTARA PMT OUTGOING DAN
RECLOSER ............................................................................................................ 58
4.1 Penyulang SYG 10 GI Sayung ............................................................................. 58
4.1.1 Single Line Diagram SYG 10 GI Sayung .................................................... 58
4.1.2 Data Penyulang SYG 10 .................................................................................... 58
4.1.3 Setelan PMT Outgoing SYG 10 ...................................................................... 60

ix
4.1.4 Setelan Recloser SYG10-52 ............................................................................. 60
4.1.5 Setelan Recloser 4/K3-324F............................................................................. 61
4.1.6 Arus Hubung Singkat Pada Penyulang SYG10 .......................................... 62
4.1.7 Koordinasi OCR Antara PMT Outgoing dengan Recloser SYG10-52
dan Recloser 4/K3-324F ................................................................................... 63
4.1.8 Koordinasi GFR Antara PMT Outgoing dengan Recloser SYG10-52
dan Recloser 4/K3-324F ................................................................................... 65
4.1.9 Setting Proteksi OCR GFR sisi PMT Outgoing SYG 10 dengan
Recloser SYG10-52 dan Recloser 4/K3-324F ........................................... 67
4.1.10 Pemeriksaan Waktu Kerja PMT Outgoing dan Recloser......................... 68
4.2 PMT SYG-10............................................................................................................. 69
4.2.1 Jaringan Dengan PMT Normal ........................................................................ 69
4.2.2 Daerah Kerja Setting PMT ............................................................................... 70
4.2.3 Jaringan Setelah PMT Gangguan ................................................................... 73
4.3 RECLOSER SYG 10................................................................................................ 74
4.3.1 Jaringan Dengan Recloser Normal ................................................................. 74
4.3.2 Daerah Kerja Setting Recloser......................................................................... 75
4.3.3 Jaringan Setelah Recloser Gangguan ............................................................. 80
4.4 Wilayah Kerja Proteksi Pada Jaringan di Sisi PMT Outgoing dan
Recloser ....................................................................................................................... 81
4.4.1 PMT Outgoing SYG 10 ..................................................................................... 81
4.4.2 Recloser SYG10-52 ............................................................................................ 81
4.4.3 Recloser 4/K3-324 .............................................................................................. 82
BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 83
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 83
5.2 Saran ............................................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 85
LAMPIRAN .............................................................................................................................. 86

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bentuk Lambang PLN ........................................................................ 9

Gambar 2.2 Bidang Persegi .................................................................................... 9

Gambar 2.3 Petir atau Kilat .................................................................................. 10

Gambar 2.4 Tiga Gelombang ............................................................................... 10

Gambar 2.5 Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY ................. 26

Gambar 2.6 Wewenang kerja UP2D Jateng & DIY ............................................. 27

Gambar 2.7 Struktur Ogranisasi UP2D Jateng-DIY ............................................ 28

Gambar 3.1 Proses Distribusi Tenaga Listrik....................................................... 29

Gambar 3.2 Penghantar phasa A terhubung singkat ............................................ 35

Gambar 3.3 Peralatan Proteksi Penyulang 20 kV pada Gardu Induk................... 40

Gambar 3.4 Curent Transformator pada Gardu Induk ......................................... 41

Gambar 3.5 PT dan Rangkaian Ekivalen PT ........................................................ 42

Gambar 3.6 PMT 20 kV ....................................................................................... 43

Gambar 3.7 Pengaman Arus Lebih OCR ............................................................. 44

Gambar 3.8 Karakteristik Waktu Kerja dengan Arus Kerja Seketika .................. 45

Gambar 3.9 Karakteristik Waktu Kerja dengan Tunda Waktu Tertentu .............. 45

Gambar 3.10 Karakteristik Waktu Kerja Inverse Time Relay .............................. 46

Gambar 3.11 Karakteristik Waktu Kerja Inverse ................................................. 47

Gambar 3.12 Karakteristik Relai Arus Lebih Inverse Kombinasi dengan


Momen............................................................................................ 48

Gambar 3.13 Pengaman Arus Lebih GFR............................................................ 49

xi
Gambar 3.14 Wiring diagram Recloser ................................................................ 50

Gambar 3.15 Recloser .......................................................................................... 50

Gambar 3.16 Wiring Koordinasi antara PMT dengan OCR GFR ....................... 51

Gambar 3.17 Alur Kerja Recloser Saat Terjadi Gangguan .................................. 52

Gambar 3.18 Wilayah Kerja PMT Outgoing ....................................................... 54

Gambar 3.19 Zona Proteksi PMT Outgoing ........................................................ 54

Gambar 4.1 Single Line Diagram SYG 10 GI Sayung ........................................ 58

Gambar 4.2 Kurva Koordinasi Arus dan Waktu OCR ......................................... 64

Gambar 4.3 Kurva Koordinasi Arus dan Waktu GFR ......................................... 66

Gambar 4.4 Jaringan dengan PMT normal........................................................... 69

Gambar 4.5 Daerah Kerja Setting PMT ............................................................... 70

Gambar 4.6 Jaringan saat PMT open ................................................................... 73

Gambar 4.7 Jaringan saat PMT close ................................................................... 73

Gambar 4.8 Jaringan saat PMT Trip .................................................................... 74

Gambar 4.9 Jaringan dengan recloser normal ...................................................... 74

Gambar 4.10 Jaringan dengan recloser gangguan ............................................... 75

Gambar 4.11 Jaringan saat recloser open ............................................................ 80

Gambar 4.12 Jaringan saat recloser close ............................................................ 80

Gambar 4.13 Jaringan saat recloser trip ............................................................... 80

Gambar 4.14 Wilayah Kerja Proteksi Pada Jaringan di Sisi PMT Outgoing dan
Recloser .......................................................................................... 81

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Nilai Impedansi Tahanan (R) dan reaktansi (XL) .............................. 59

Tabel 4.2 Setelan PMT Outgoing SYG 10 ......................................................... 60

Tabel 4.3 Setelan Recloser SYG10-52................................................................ 60

Tabel 4.4 Setelan Recloser4/K3-324F................................................................ 61

Tabel 4.5 Arus Hubung Singkat Pada Penyulang SYG10 ................................. 62

Tabel 4.6 Koordinasi OCR Antara PMT Outgoing dengan Recloser SYG10-52
dan Recloser 4/K3-324F..................................................................... 63

Tabel 4.7 Koordinasi GFR Antara PMT Outgoing dengan Recloser SYG10-52
dan Recloser 4/K3-324F…................................................................. 65

Tabel 4.8 Setting Proteksi OCR GFR sisi PMT Outgoing SYG 10 dengan
Recloser SYG10-52 dan Recloser 4/K3-324F ................................... 67

Tabel 4.9 Pemeriksaan Waktu Kerja PMT Outgoing dan Recloser ................... 68

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Kerja Praktik

Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik

Lampiran 3. Absensi Harian

Lampiran 4. Laporan Harian Praktik Kerja Lapangan

Lampiran 5. Lembar Penilaian Kerja Praktik

Lampiran 6. Single Line Diagram GI Sayung Trafo 03

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebutuhan akan listrik pada saat ini sudah menjadi kebutuhan primer,
sehingga dapat dipastikan bahwa konsumen tenaga listrik mengharapkan
adanya kehandalan pasokan tenaga listrik. Perkembangan pemakaian tenaga
listrik yang semakin meningkat menjadikan kehandalan dan keamanan
merupakan faktor yang harus diperhatikan. Selain handal maka sistem tenaga
listrik harus cepat dalam hal pemulihan apabila terjadi gangguan.
Dari beberapa faktor tersebut, PT. PLN (Persero) sebagai perusahaan
BUMN yang memiliki kewenangan akan kelistrikan terus berupaya untuk
selalu menjaga kontinuitas keberlangsungan aliran listrik, supaya konsumen
dapat selalu menikmati akan hadirnya listrik untuk kehidupan yang lebih
baik. Untuk memenuhi kehandalan dapat dipenuhi dengan pemasangan
sistem proteksi. Sistem proteksi berguna untuk mengamankan area-area
penyaluran tenaga listrik dari gangguan-gangguan yang timbul selama
penyaluran daya listrik. Tanpa sistem proteksi, tenaga listrik yang disalurkan
dari sumber tidak akan dapat disalurkan kepada beban dengan kualitas dan
kehandalan yang tinggi.
Pemasangan peralatan proteksi bertujuan untuk memperkecil daerah
yang padam yang disebabkan adanya gangguan pada jaringan distribusi serta
mengamankan peralatan maupun lingkungan. Komponen proteksi di bagian
distribusi yang penting diantaranya relay (OCR & GFR) dan recloser.
Sebelum sistem proteksi diimplementasikan, diperlukan perhitungan
dan analisis agar setting relay dapat bekerja dengan baik. Apabila nantinya
terjadi gangguan, sebagai contoh overload atau beban lebih, hubung singkat
antar fasa dengan fasa, hubung singkat antar fasa dengan tanah maka sistem
proteksi akan bekerja sesuai fungsinya sebagai pengaman.
Agar diperoleh kinerja recloser yang maksimal maka relai OCR dan
GFR pada recloser perlu dikoordinasikan dengan relai OCR GFR pada sisi

1
2

outgoing di Gardu Induk. Berdasarkan permasalahn tersebut maka laporan


Kerja Praktik ini mengambil judul: “KOORDINASI PROTEKSI PMT
OUTGOING DENGAN RECLOSER SYG10-52 DAN RECLOSER 4/K3-
324F PADA PENYULANG SYG 10 GARDU INDUK SAYUNG DI PT.
PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA PENGATUR DISTRIBUSI
JATENG & DIY”

1.2 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktik


1.2.1 Tujuan Kerja Praktik
1 Memperoleh pengalaman dan wawasan baru di dunia kerja
yang tidak didapatkan saat di bangku kuliah.
2 Mengetahui sistem proteksi yang digunakan di gardu induk dan
pada jaringan distribusi 20 kV serta mengetahui pemeliharaan
rutin tahunan pada penyulang sisi outgoing gardu induk.
3 Mengetahui bagaimana koordinasi proteksi antara PMT
Outgoing dengan recloser.
4 Mengetahui nilai setting pada setiap wilayah kerja baik di sisi
outgoing maupun recloser pada salah satu penyulang.
5 Dapat memahami fungsi kerja proteksi PMT Outgoing dan
recloser pada saat terjadi gangguan.

1.2.2 Manfaat Kerja Praktik


a. Bagi Mahasiswa
1. Memperoleh pengalaman nyata mengenai dunia kerja dan
iklim kerja di PT. PLN (Persero) UP2D Jateng DIY DCC
1 Semarang.
2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya dan menyelesaikan studi pada jurusan PSD III
Teknik Elektro Departemen Teknologi Industri Sekolah
Vokasi Universitas Diponegoro
3

3. Mengetahui bagaimana operasi jaringan listrik khususnya


di bidang distribusi dengan baik dan jelas.
b. Bagi Perguruan Tinggi Universitas Diponegoro
1. Menjalin kerjasama yang baik antara perguruan tinggi
dengan perusahaan, dalam hal ini PT. PLN (Persero).
2. Memperoleh gambaran tentang perusahaan sebagai bahan
informasi untuk mengembangkan pendidikan.
3. Mensinkronkan ilmu pengetahuan dari universitas untuk
dapat diterapkan dalam dunia kerja.
4. Merupakan salah satu wujud dari Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro guna membantu mahasiswa agar
lebih mengenal bidang kelistrikan yang sesungguhnya.
c. Bagi PT. PLN (Persero) UP2D Jateng DIY
1. Merupakan perwujudan nyata perusahaan dalam
mendukung dan memajukan dunia pendidikan.
2. Dapat mendidik generasi muda yang nantinya akan dapat
bekerja di PT. PLN (Persero).
3. Mengenalkan perusahaan kepada masyarakat melalui
kerjasama antara pihak perusahaan dengan perguruan
tinggi.
4. Membantu program pemerintah dalam menyiapkan
sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan
berkompeten.

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kerja praktik ini dilaksanakan selama tiga bulan, dengan rincian:
Tempat : PT. PLN (Persero) UP2D Jateng dan DIY DCC 1 Semarang
(Jl. Gatot Subroto No.5, Purwoyoso, Ngaliyan, Kota Semarang,
Jawa Tengah 50184)
Waktu : 7 Januari – 29 Maret 2019
4

1.4 Batasan Permasalahan


Untuk menjaga agar pembahasan dalam penulisan ini tidak meluas dan
menyimpang dari pokok permasalahan, Batasan masalah yang diberikan
dalam laporan kerja praktik ini antara lain:
1. Bagaimana koordinasi antara PMT Outgoing dengan recloser bisa
berjalan dengan baik dengan nilai setting yang telah ada agar
menjadi sistem proteksi yang baik.
2. Mengetahui daerah kerja proteksi antara PMT Outgoing dengan
recloser.
3. Mengetahui waktu kerja peralatan proteksi PMT Outgoing dan
recloser apabila terdapat gangguan di wilayah sisi penyulang pada
jaringan 20 kV.
Pembatasan masalah ini diharapkan dapat mempermudah para
pembaca dalam memahami dan menerima isi dari laporan ini.

1.5 Metode Pengumpulan Data


Dalam pembuatan laporan, agar mempermudah penulis dalam memperoleh
data yang diinginkan, maka digunakan metode pengumpulan data yang
diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a. Metode Interview
Metode interview merupakan salah satu cara pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pembimbing dan
berkonsultasi terkait penyusunan laporan kepada supervisor, maupun
kepada pegawai bidang di wilayah kerja tempat kerja praktik.
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah salah satu cara pengumpulan data dengan
pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti. Untuk
itu penulis melakukan pengamatan langsung di tempat pelaksanaan
kerja praktik yang berhubungan dengan laporan kerja praktik baik
peralatan maupun fasilitas yang ada untuk mendukung praktik kerja
5

c. Metode Studi Literatur


Metode studi literatur merupakan suatu cara pengumpulan data dengan
mempelajari data, sumber-sumber literatur, atau buku dari berbagai
perpustakaan maupun internet sebagai referensi untuk menyusun
laporan.
d. Metode Bimbingan
Metode Bimbingan adalah melakukan konsultasi dan bimbingan dalam
mendokumentasikan bidang keilmuan yang diperoleh selama Kerja
Praktik di lapangan. Bimbingan diberikan oleh para pembimbing baik
pembimbing dari PT. PLN (Persero) APD JATENG-DIY dan juga dosen
pembimbing dari PSD III Teknik Elektro.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan


Dalam Penulisan laporan kerja praktik menggunakan sistematika untuk
memperjelas pemahaman terhadap materi yang diajakin objek pelaksanaan
kerja praktik. Adapun sistematika Penulisan adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan dan manfaat kerja praktik,
tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktik, batasan
permasalahan, metode pengumpulan data, serta
sistematika Penulisan laporan.
BAB II : TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Berisi tentang pengenalan PT. PLN (Persero), makna
lambang, organisasi PT. PLN (Persero), sejarah
singkat terbentukanya PT. PLN (Persero), PT. PLN
(Persero) UP2D Jateng & DIY, wilayah kerja PT. PLN
(Persero) UP2D Jateng & DIY, struktur oraganisasi
PT. PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY, serta visi PT.
PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY.
6

BAB III : LANDASAN TEORI


Berisi tentang pengertian sistem distribusi tenaga
listrik, sistem proteksi tenaga listrik, kubikel 20 kV
pada Gardu Induk, arus hubung singkat, dan recloser.
BAB IV : KOORDINASI PROTEKSI ANTARA PMT
OUTGOING DAN RECLOSER
Menjelaskan tentang bagaimana koordinasi proteksi
yang dilakuan antara PMT Outgoing di kubikel 20KV
dengan recloser yang ada pada penyulang.
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan yang dapat ditarik dari
kerja praktik yang telah dilaksanakan dan saran untuk
PT. PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY sebagai
tempat kerja praktik.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 PT. PLN (Persero)


2.1.1 Visi, Misi, Motto dan Nilai
a. Visi PT. PLN (Persero)
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh
kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi
insansi.
b. Misi PT. PLN (Persero)
1. Menjadikan bisnis dan kelistrikan dan bidang lain yang
terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota
perusahaan, dan pemegang saham
2. Menjadikan bisnis dan kelistrikan dan bidang lain yang
terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota
perusahaan, dan pemegang saham.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong
kegiatan ekonomi.
4. Menjadikan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
c. Motto PT. PLN (Persero)
“Listrik untuk kehidupan yang lebih baik (electricity for better
life”
d. Nilai – Nilai PT. PLN (Persero)
Nilai – nilai perusahaan PT. PLN (Persero) yang dapat
digunakan sebagai prinsip dalam menjalankan roda organisasi
antara lain:
1. Saling percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar.
2. Peka-tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.
3. Senantiasa berusaha untuk tetap memberikan pelayanan yang
dapat memuaskan kebutuhan pelanggan secara cepat, tepat,
dan sesuai penghargaan pada harkat dan martabat manusia

7
8

4. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dengan


segala kelebihan dan kekurangannya serta mengakui dan
melindungi hak-hak asasi dalam menjalankan bisnis.
5. Integritas menjunjung tinggi nilai kejujuran, integritas dan
obyektifitas dalam pengelolaan bisnis
6. Kualitas produk.
7. Meningkatkan kualitas dan keandalan produk secara terus-
menerus dan terukur serta menjaga kualitas lingkungan
dalam menjalankan perusahaan.
8. Peluang untuk maju.
9. Memberikan peluang yang sama dan seluas-luasnya kepada
setiap anggota perusahaan untuk berprestasi dan menduduki
posisi sesuai dengan kompetensi jabatan yang ditentukan.
10. Bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan factor
anggota perusahaan, menumbuhkan rasa ingin tahu serta
menghargai ide dan karya inovatif.
11. Mengutamakan kepentingan perusahaan, konsisten untuk
mencegah terjadinya benturan kepentingan dan menjamin di
dalam setiap keputusan yang diambil ditujukan demi
kepentingan perusahaan.
12. Pemegang saham dalam pengambilan keputusan bisnis akan
berorientasi pada upaya meningkatkan nilai investasi
pemegang saham.
9

2.1.2 Makna Lambang

Gambar 2.1 Bentuk Lambang PLN

Bentuk warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang


digunakan adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat
Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No.:
031/DIR/76 Tanggal: 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang
Perusahaan Umum Listrik Negara.

Elemen Dasar Lambang meliputi:


1. Bidang Persegi

Gambar 2.2 Bidang Persegi


Menjadi bidang dasar bagi elemen - elemen lambang
lainnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan
wadah atau organisasi yang terorganisir dengan sempurna.
Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti
yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan
pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga
10

melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap


insan yang berkarya di perusahaan ini.

2. Petir atau Kilat

Gambar 2.3 Petir atau Kilat


Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di
dalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh
perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat dan
tepat para insane PT. PLN (Persero) dalam memberikan solusi
terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah
melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik
pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan
beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam
menghadapi tantangan perkembangan jaman.

c. Tiga Gelombang

Gambar 2.4 Tiga Gelombang


Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh
tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu
pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang seiring sejalan
dengan kerja keras para insan PT. PLN (Persero) guna
memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna
biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap)
11

seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan


manusia. Di samping itu biru juga melambangkan keandalan
yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan
layanan terbaik bagi para pelanggannya.

2.1.3 Sejarah PT PLN (Persero)


PLN telah mengalami banyak perkembangan dari awal
berdirinya hingga saat ini. Perkembangan PLN tersebut akan
dijelaskan dalam beberapa periode:

a. Periode Sebelum Tahun 1943


Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai ketika
beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga
listrik untuk keperluan sendiri pada akhir abad ke-19. Pada tahun
1927 Pemerintah Belanda membentuk s’Landss Waterkracht
badrijvan (LBW), perusahaan tersebut bergerak di bidang
ketenagalistrikan namun dimanfaatkan untuk umum dengan
perluasan usaha yang semula hanya bergerak di bidang gas, kini
diperluas dalam bidang listrik yang mengelola PLTA Plengan,
PLTA Lamajan, PLTA Bangkok Dago, PLTA Ubrug dan
Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun, PLTA Tes di
Bengkulu, PLTA Tonasa Lama di Sulawesi Utara, dan PLTU di
Jakarta. Selain itu di beberapa kota praja dibentuk perusahaan-
perusahaan listrik Kotapraja, sehingga bermunculan
perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda, seperti: NV.
ANIEM, NV. GEBEO, NV. OGEM Dan beberapa perusahaan
listrik yang bersifat lokal di tingkat Kotapraja.
b. Periode Tahun 1943 – 1945
Perusahaan swasta tersebut kemudian dikuasai secara
keseluruhan oleh Jepang pada waktu pendudukan Jepang.
Perusahaan tersebut dikelola menurut situasi dan kondisi daerah-
12

daerah tertentu seperti Perusahaan Listrik Jawa Barat, Jawa


Tengah, Jawa Timur, Sumatera, dan lain-lain.
c. Periode Tahun 1945 – 1950
Pada tanggal 27 Oktober 1945, Perusahaan Listrik dan Gas
diambil alih oleh Pemerintah RI. Kemudian melalui ketetapan
Presiden RI No.1/S.D/1945, dibentuk Jawatan Listrik dan Gas
yang berkedudukan di Yogyakarta. Untuk pertama kalinya di
dalam sejarah Indonesia terdapat satu kesatuan Perusahaan
Listrik Seluruh Indonesia sehingga pada tanggal 27 Oktober
1945 dijadikan sebagai Hari Listrik.
Pada masa agresi Militer Belanda I pada tanggal 19
Desember 1948, perusahaan-perusahaan listrik yang dibentuk
dengan ketetapan Presiden tersebut, dikuasai kembali oleh
pemiliknya semula. Pada Agresi Militer Belanda II, sebagian
besar kantor-kantor Jawatan Listrik dan Gas direbut oleh
Pemerintah Koloni Belanda kecuali daerah Aceh.
Tahun 1950, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi
Jawatan Listrik milik Pemerintah Koloni Belanda. Sedangkan
milik swasta diserahkan kepada pemiliknya semula sesuai hasil
Konferensi Meja Bundar (KMB).
d. Periode Tahun 1951 – 1966
Jawatan Tenaga membawahi Perusahaan Negara untuk
Pembangkitan Tenaga Listrik (PENUPETEL) dan diperluas
dengan membawahi juga Perusahaan Negara untuk Distribusi
Tenaga Listrik (PENUDITEL) pada tahun 1952. Berdasarkan
Keputusan Presiden No.163 tanggal 3 Oktober 1953 tentang
“Nasionalisme Perusahaan Listrik milik Bangsa Belanda” dan
berlaku sejak 3 Desember 1957, yaitu konsensi pengusahaannya
telah berakhir, maka beberapa perusahaan listrik milik swasta
tersebut diambil alih dan digabungkan ke Jawatan Tenaga.
13

Kemudian pada tahun 1958, Dewan perwakilan rakyat


(DPR) dan Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan:
1. Undang-Undang tentang Nasionalisasi semua perusahaan
Belanda.
2. Peraturan Pemerintah RI (PP RI) No. 18 tentang
Nasionalisasi Perusahaan Listrik dan Gas milik Belanda.

Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, semua


perusahaan milik Belanda diambil alih termasuk Perusahaan
Listrik dan Gas seluruh Indonesia. Jawatan Tenaga diubah
menjadi Perusahaan Listrik Negara melalui Surat Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga No. P/25/45/17 tanggal
23 September 1958, sedangkan P3LG dibubarkan pada tahun
1959 setelah Dewan Direktur Perusahaan Listrik Negara (DD
PLN) tersebut.
Berdasarkan Undang-Undang No. 19 tahun 1960 tentang
Perusahaan Negara dan melalui Peraturan Pemerintah No. 67
tahun 1961 dibentuklah Badan Pimpinan Umum Perusahaan
Listrik Negara (BPU PLN), yang mengelola semua Perusahaan
Listrik Negara dan Gas berada dalam satu wadah Organisasi.
Untuk mewujudkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
tersebut Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga pada saat itu
menerbitkan Surat Keputusan Menteri PUT No. Ment.16/20
tanggal 20 Mei 1961 yang memuat arahan sebagai berikut:
BPU adalah suatu Perusahaan Negara yang diserahi tugas
mengurus perusahaan-perusahaan Listrik dan Gas yang
berbentuk Badan hukum. Di daerah dibentuk daerah eksploitasi
yang terdiri atas:
1. Sepuluh daerah eksploitasi listrik umum (Pembangkitan dan
Distribusi).
2. Organisasi BPU-PLN dipimpin oleh Direksi.
14

3. Satu daerah eksploitasi khusus Pembangkit Listrik.


4. Tiga belas PLN eksploitasi proyek-proyek kelistrikan.
5. Daerah eksploitasi khusus Distribusi dibagi lebih lanjut
menjadi Cabang.
6. Daerah eksploitasi khusus pembangkit dibagi lebih lanjut
menjadi Sektor.
e. Periode Tahun 1967 – 1985
Dalam Kabinet Pembangunan I, Dirjen Tenaga Listrik
(Dirjen Gatrik) PLN dan Lembaga Masalah Kelistrikan (LMK)
dialihkan ke Departemen Pekerjaan Umum Tenaga Listrik
(PUTL). LMK ditetapkan dalam pengolahan PLN melalui
Peraturan Menteri PUTL No.6/PRT/1970. Tahun 1972, PLN
ditetapkan sebagai Perusahaan Umum melalui Peraturan
Pemerintah No.18, pemerintah juga memberikan tugas-tugas
pemerintah di bidang kelistrikan kepada PLN untuk mengatur,
membina, mengawasi dan melaksanakan perencanaan umum di
bidang Kelistrikan Nasional di samping tugas-tugas sebagai
perusahaan.
Mengingat kebijakan energi dipandang perlu untuk
ditetapkan secara nasional, maka pada Kabinet Pembangunan III
dibentuk Departemen Pertambangan dan Energi, dan
Perusahaan Listrik Negara (PLN) serta Perusahaan Gas Negara
(PGN) berpindah lingkungan dari Departemen PUTL ke
Departemen di bidang ketenagaan selanjutnya ditangani oleh
Direktorat Jenderal Ketenagaan (1981). Dalam Kabinet
Pembangunan IV, Dirjen Ketenagaan diubah menjadi Dirjen
Listrik dan Energi Baru (LEB), perubahan nama ini bertujuan
untuk memperjelas tugas dan fungsinya, yaitu:
1. Pembinaan program kelistrikan
2. Pembinaan pengusahaan
3. Pengembangan energi baru
15

f. Periode Tahun 1985 – 1990


Mengingat tenaga kerja sangat penting bagi peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara umum serta untuk
mendorong peningkatan kegiatan ekonomi, oleh karena itu
usaha penyediaan tenaga lsitrik, pemanfaatannya dan
pengelolaannya perlu ditingkatkan agar tersedia tenaga listrik
dalam jumlah yang cukup merata dengan mutu pelayanan yang
baik. Kemudian dalam rangka peningkatan pembangunan yang
berkesinambungan di bidang ketenagalistrikan diperlukan upaya
secara optimal sehingga penyediaan tenaga listrik terjamin.

Untuk mencapai maksud tersebut, Pemerintah Republik


Indonesia menganggap bahwa ketentuan dan Perundang-
Undangan yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan keadaan dan kebutuhan pembangunan di bidang
kelistrikan, maka bersama-sama dengan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) Indonesia menetapkan Undang-Undang No.15
tahun 1985 tentang kelistrkan. Kemudian sebagai
pengejawantahan undang-undang tersebut Pemerintah Republik
Indonesia pada tahun 1989 membuat peraturan tentang
penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik. Berdasarkan
undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut ditetapkan
bahwa PLN merupakan Pemegang kuasa Usaha
Ketenagalistrikan.

g. Periode Tahun 1990 - Sekarang


Tahun 1990 pemerintah mengubah status pendirian PLN
dengan PP No. 18 tahun 1990. Periode Juli 1994 sampai
sekarang sesuai dengan PP No. 23 tahun 1994, maka PLN
dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan perseroan (Persero).
Seperti disebutkan dalam PP No. 23 tahun 1994 sebagai PP yang
16

terbaru dalam Bab III dijelaskan bahwa maksud dan tujuan


Persero adalah sebagai berikut:
a) Menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan
sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan perusahaan.
b) Mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan
mutu yang memadai dengan tujuan untuk:
1. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
secara adil dan merata serta mendorong peningkatan
kegiatan ekonomi.
2. Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai
pengembangan penyediaan tenaga listrik untuk
melayani kebutuhan masyarakat.
3. Merintis kegiatan-kegiatan usaha penyediaan tenaga
listrik.
4. Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang menunjang
usaha penyediaan tenaga listrik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dengan dialihkan bentuk umum PLN menjadi PT PLN
(Persero), sehingga Perusahaan Umum Listrik Negara
dinyatakan bubar pada saat pendirian perseroan dengan
ketentuan bahwa hak dan kewajiban beralih pada perusahaan
persero yang bersangkutan. Berhubungan dengan itu, maka agar
di dalam pelaksanaan operasional sebagai pemegang kuasa
usaha ketenagalistrikan sesuai dengan makna yang terkandung
dalam undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut di atas.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 tahun 1990
tentang Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara dinyatakan
tidak berlaku. Latar belakang perubahan PERUM menjadi
PERSERO adalah bahwa selama lima pelita (25 tahun) PLN
hidup dan beroperasi atas bantuan anggaran pemerintah
17

(APBN). Sehingga ketergantungan sektor tenaga listrik pada


APBN dan danadana lunak dari pinjaman Bank Dunia dan
sebagainya sangat besar. (Wicaksana, Pandu: 2017)
Maksud dan tujuan perubahan bentuk PERUM menjadi
PERSERO antara lain sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha
menyediakan tenaga listrik.
2. Agar perusahaan dapat meningkatkan pelayanannya kepada
masyarakat.
3. Agar perusahaan dapat bergerak lebih lincah dan luwes agar
dapat memobilisasi dana-dana dari masyarakat (swasta)
selain dana-dana tradisional yang selama ini diperoleh.

2.1.4 Unit Kerja PT. PLN (Persero)


Sejalan dengan perkembangan pembangunan di segala
bidang dan semakin banyaknya kebutuhan pemakaian listrik di
negara kita serta untuk mengklasifikasikan penggolongan daerah
kerjanya, maka untuk dapat melayani masyarakat dan industri dalam
pengadaan dan penyediaan tenaga listrik kemudian PLN dibagi
menjadi beberapa unit, wilayah, dan penyaluran. Berikut pembagian
daerah kerjanya:
a. Kelompok Unit Induk Distribusi
1. Unit Induk Distribusi Jakarta Raya, berkedudukan di Jakarta
2. Unit Induk Distribusi Jawa Barat, berkedudukan di Bandung
3. Unit Induk Distribusi Banten, berkedudukan di Serang
4. Unit Induk Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta,
berkedudukan di Semarang
5. Unit Induk Distribusi Jawa Timur, berkedudukan di Surabaya
6. Unit Induk Distribusi Bali, berkedudukan di Denpasar
7. Unit Induk Distribusi Lampung, berkedudukan di Bandar
Lampung
18

Unit di bawah Unit Induk Distribusi

1) Unit Pelayanan Pengaturan Distribusi (UP2D): sub-unit


untuk pengaturan pembebanan di sisi Distribusi ke pelanggan
2) Unit Pelayanan Pelanggan (UP3) : Setara dengan UP2D, yaitu
sub-unit untuk pelayanan pelanggan dan pelayanan Jaringan
listrik Distribusi
3) Unit Layanan Pelanggan (ULP): Sub-unit di bawah UP3 yang
membantu pengurusan pelayanan pelanggan dan Pelayanan
Jaringan Listrik Distribusi lebih dekat dengan ruang lingkup
wilayah lebih kecil.
4) Posko (KP): Sub-unit di bawah rayon yang langsung turun
jika ada gangguan karena dekat.

b. Kelompok Unit Induk Transmisi


1. Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Barat, berkedudukan di
Depok
2. Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Tengah, Berkedudukan di
Bandung
3. Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali,
berkedudukan di Sidoarjo

Unit di bawah Unit Induk Transmisi

1) Unit Pelayanan Transmisi (UPT): Sub-Unit untuk melakukan


pemeliharaan peralatan Penyaluran Energi Listrik
(Transmisi)
2) Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG): Sub-Unit
di bawah UPT
3) Transmisi dan Gardu Induk: Gardu Induk ada di bawah UPT
sebagai tempat mentransformasikan energi listrik atau sub-
station listrik dari pembangkitan untuk sampai ke pelanggan.
19

c. Kelompok Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengaturan


Beban
1. Unit Induk Pusat Pengatur Beban (UIP2B), berkedudukan di
Gandul, Jakarta (Jawa-Bali Control Center/ JCC)
2. Unit Induk Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera
(UIP3B Sumatera), berkedudukan di Pekanbaru

Unit di bawah PLN Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali

1) Area Pengaturan Beban (APB): Sub-unit untuk melakukan


pengaturan beban secara keseluruhan dari Pembangkitan,
Transmisi dan sampai ke konsumen dengan komunikasi
dengan APD dan Gardu Induk. ada 5 wilayah di bawah P2B
JB yaitu:
2) Unit Pelayanan Pengaturan Beban (UP2B) Jakarta dan
Banten, berkedudukan di Cawang, Jakarta (Region Control
Center / RCC Cawang)
3) Unit Pelayanan Pengaturan Beban (UP2B) Jawa Barat,
berkedudukan di Bandung (Region Control Center / RCC
Cigereleng)
4) Unit Pelayanan Pengaturan Beban (UP2B) Jawa Tengah dan
DIY, berkedudukan di Semarang (Region Control Center /
RCC Ungaran)
5) Unit Pelayanan Pengaturan Beban (UP2B) Jawa Timur,
berkedudukan di Sidoarjo (Region Control Center / RCC
Waru)
6) Unit Pelayanan Pengaturan Beban (UP2B) Bali,
berkedudukan di Denpasar (Region Control Center / RCC
Bali)
d. Kelompok Unit Induk Pembangkitan
1. Unit Induk Pembangkitan Sumatera Bagian Utara,
berkedudukan di Medan
20

2. Unit Induk Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan,


berkedudukan di Palembang
3. Unit Induk Pembangkitan Jawa Bali, berkedudukan di
Yogyakarta
4. Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B, berkedudukan di
Jepara
5. Unit Induk Pembangkitan Lontar, berkedudukan di Semarang
6. Unit Induk Pembangkitan Minahasa, berkedudukan di
Tondano

e. Kelompok Unit Induk Wilayah


1. Unit Induk Wilayah Aceh, berkedudukan di Banda Aceh
2. Unit Induk Wilayah Sumatera Utara, berkedudukan di
Medan
3. Unit Induk Wilayah Sumatera Barat, berkedudukan di
Padang
4. Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau,
berkedudukan di Pekanbaru
5. Unit Induk Wilayah Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu,
berkedudukan di Palembang
6. Unit Induk Wilayah Bangka Belitung, berkedudukan di
Pangkalpinang
7. Unit Induk Wilayah Kalimantan Barat, berkedudukan di
Pontianak
8. Unit Induk Wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah, berkedudukan di Banjar Baru
9. Unit Induk Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan
Utara berkedudukan di Balikpapan
10. Unit Induk Wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan
Gorontalo, berkedudukan di Manado
21

11. Unit Induk Wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara


dan Sulawesi Barat, berkedudukan di Makasar
12. Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat, berkedudukan di
Mataram
13. Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur, berkedudukan di
Kupang
14. Unit Induk Maluku dan Maluku Utara, berkedudukan di
Ambon
15. Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat, berkedudukan
di Jayapura

f. Kelompok Unit Induk Proyek


1. Unit Induk Proyek Pembangkitan Sumatera, berkedudukan di
Medan
2. Unit Induk Proyek Sumatera Bagian Utara, berkedudukan di
Medan
3. Unit Induk Proyek Sumatera Bagian Tengah, berkedudukan
di Pekanbaru
4. Unit Induk Proyek Sumatera Bagian Selatan, berkedudukan
di Palembang
5. Unit Induk Proyek Interkoneksi Sumatera Jawa,
berkedudukan di Jakarta
6. Unit Induk Proyek Jawa Bagian Barat, berkedudukan di
Jakarta
7. Unit Induk Proyek Jawa Bagian Tengah I, berkedudukan di
Bandung
8. Unit Induk Proyek Jawa Bagian Tengah II, berkedudukan di
Yogyakarta
9. Unit Induk Proyek Jawa Bagian Timur dan Bali I,
berkedudukan di Surabaya
22

10. Unit Induk Proyek Jawa Bagian Timur dan Bali II,
berkedudukan di Surabaya
11. Unit Induk Proyek Kalimantan Bagian Timur, berkedudukan
di Balikpapan
12. Unit Induk Proyek Kalimantan Bagian Tengah,
berkedudukan di Banjarbaru
13. Unit Induk Proyek Kalimantan Bagian Barat, berkedudukan
di Pontianak
14. Unit Induk Proyek Nusa Tenggara, berkedudukan di Mataram
15. Unit Induk Proyek Sulawesi Bagian Utara, berkedudukan di
Manado
16. Unit Induk Proyek Sulawesi Bagian Selatan, berkedudukan di
Makassar
17. Unit Induk Proyek Maluku, berkedudukan di Ambon
18. Unit Induk Proyek Papua, berkedudukan di Papua

g. Kelompok Unit Pusat-Pusat


1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan, berkedudukan di Jakarta
2. Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan, berkedudukan di Jakarta
3. Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan, berkedudukan di
Bandung
4. Pusat Penelitian dan Pengembangan, berkedudukan di Jakarta
5. Pusat Manajemen Konstruksi, berkedudukan di Semarang
6. Pusat Sertifikasi, berkedudukan di Jakarta

2.2 PT. PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY


Unit Pelaksana Pengatur Distribusi Jawa Tengah Dan DIY didirikan
sesuai Surat Keputusan General Manager PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa
Tengah dan DIY No. 119.K/GM DJTY/2007. Bahwa untuk meningkatkan
kemampuan manajemen operasi dan keandalan sistem serta perbaikan
kualitas jaringan distribusi wilayah kerja PT.PLN (Persero) Jawa Tengah dan
23

DIY serta berdasarkan Keputusan Direksi PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa


Tengah dan DIY tanggal 2 Agustus 2007, maka dipandang perlu menetapkan
Organisasi PT.PLN (Persero) Area Pengatur Distribusi (APD) Semarang,
yang kini bernama Unit Pelaksana Pengatur Distribusi (UP2D) mulai
beroperasi pada tanggal 6 Mei 2008.
Kantor PT.PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengatur Distribusi Jawa
Tengah dan DIY berkedudukan di Jalan Gatot Subroto No.5 Semarang dan
mempunyai wilayah kerja di seluruh wilayah kerja PT.PLN (Persero)
Distribusi Jawa Tengah dan DIY serta melakukan pemeliharaan Gardu Induk
untuk mencegah terjadinya pemadaman. UP2D dipimpin oleh seorang
Manager Unit Pelaksana Pengatur Distribusi (MUPD). Dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab, Manager Unit Pelaksana Pengatur Distribusi
(MUPD) dibantu oleh Asisten Manager Tenaga Fungsional serta bertangung
jawab kepada General Manager PT.PLN (Persero) Unit Induk Distribusi
Jawa Tengah dan DIY.

Mulai bulan Juni 2008 PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan
D.I.Y membuka cabang baru yaitu PT PLN (Persero) Area Pengatur
Distribusi Jateng-DIY sesuai dengan SK Direksi PLN Nomor
260.K/DIR/2007 tentang Organisasi PT PLN (Persero) APD Jateng-DIY
pada PT PLN Distribusi Jateng & DIY. Sekarang APD (Area Pengatur
Distribusi) berubah nama menjadi UP2D (Unit Pelaksana Pengatur
Distribusi).

PLN Distribusi Jawa Tengah dan DIY dibagi menjadi beberapa Area
Pelayanan Pelanggan, yang kini berubah nama menjadi UP3 (Unit Pelaksana
Pengatur Pelanggan) yaitu:

1. PT PLN (Persero) UP3 Surakarta


2. PT PLN (Persero) UP3 Tegal
3. PT PLN (Persero) UP3 Purwokerto
4. PT PLN (Persero) UP3 Magelang
24

5. PT PLN (Persero) UP3 Kudus


6. PT PLN (Persero) UP3 Salatiga
7. PT PLN (Persero) UP3 Klaten
8. PT PLN (Persero) UP3 Pekalongan
9. PT PLN (Persero) UP3 Cilacap
10. PT PLN (Persero) UP3 Yogyakarta
11. PT PLN (Persero) UP3 Semarang
12. PT PLN (Persero) UP3 Demak

2.2.1 Profil PT. PLN UP2D Jateng & DIY


Nama : PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengatur
Distribusi
Alamat : Jl. Gatot Subroto No. 5 Semarang, Jateng
Telepon : (024) 7602195
Berdiri : Tahun 2008
Bisnis Inti : Pengatur Distribusi Semarang
Wilayah Usaha : Sistem Jawa Tengah & DIY. Terbagi
menjadi 3 wilayah kerja/ DCC (Distribution
Control Centre), yaitu: DCC 1 berletak di
Semarang, DCC 2 berletak di Yogyakarta,
DCC 3 berletak di Purwokerto.

2.2.2 Visi dan Misi


a) Visi
Menjadi pengatur distibusi tenaga listrik yang efisien, andal
dan berkualitas dengan pelayanan ekselen
b) Misi
1. Melaksanakan pengaturan operasi system distibusi dan
kualitas tegangan yang optimal
2. Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan operasi dan
otomasi jaringan distibusi modern
25

3. Sebagai implementor monitor efisien energy menuju


system Smart Grid
4. Membangun SDM berdasarkan nilai kulaitas dan integritas

2.2.3 Peran dan Tugas


PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengatur Distribusi
Jateng & DIY berkomitmen menjalankan bisnis kelistrikan yang
berorientasi kepada kepuasan pelanggan dan bertekad untuk unggul
dalam usaha menyalurkan tenaga listrik dan terus berusaha
memenuhi kepuasan pelanggan dan peraturan yang berlaku
berkaitan dengan kontinuitas distribusi serta terus menerus
memperbaiki keefektifan dengan:
1. Menjalankan bisnis ketenaga listrikan sesuai dengan visi dan
misi perusahaan.
2. Menjamin kontinuitas penyaluran tenaga listrik yang memenuhi
aspek keamanan, keandalan dan efisiensi.
3. Menyediakan dan meningkatkan kompetensi tenaga listrik
Sumber Daya Manusia dalam operasional perusahaan.
4. Melakukan proses bisnis distribusi sesuai peraturan dan undang-
undang yang berlaku.
5. Menetapkan dan meninjau Sasaran Mutu berdasarkan kontrak
kinerja dan Unju Kerja Pegawai.

Kebijakan mutu ini dikomunikasikan di PT PLN (Persero)


Area Pengatur Distribusi Jateng & DIY untuk dipahami oleh
segenap jajaran organisasi serta senantiasa melakukan perbaikan
dan evaluasi berkesinambungan untuk meningkatkan efektivitas.

2.2.4 Wilayah dan Wewenang Kerja


Wilayah kerja PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengatur
Distribusi Jawa Tengah dan DIY secara geografis meliputi dua
provinsi yaitu Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
26

Wilayah kerja UP2D Jawa Tengah dan DIY ditunjukkan oleh


Gambar 2.5 berikut.

Gambar 2.5 Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY

Wilayah kerja PT PLN (Persero) UP2D Jawa Tengah dan


DIY saat ini terdiri dari 12 Area dan 76 Gardu Induk dan akan
berkembang kearah jaringan distribusi. Seluruh penyulang di
wilayah PT PLN (Persero) UP2D Jawa Tengah dan DIY telah
dilengkapi fasilitas SCADA dengan 1 sistem Master SCADA yaitu
Survalent. Selanjutnya tugas besar PT PLN (Persero) UP2D Jawa
Tengah dan DIY adalah melakukan integrasi seluruh peralatan di
site dengan menggunakan satu Master Station yang bertujuan untuk
mengoptimalkan pelayanan kepada UP3 dalam pengoperasian sitem
20 kV sebagai implementasi Dispatcher Excellent.
Jumlah total trafo tenaga di wilayah Distribusi Jawa Tengah
dan DIY saat ini sebanyak 173 unit. Jumlah total penyulang yang
dioperasikan PT PLN (Persero) UP2D Jawa Tengah dan DIY
sampai dengan tahun 2017 adalah sebanyak 743 buah.
Sedangkan untuk wewenang kerja yang ditanggung oleh PT
PLN (Persero) UP2D Jawa Tengah dan DIY ialah dari outgoing
27

kubikel 20 kV hingga Recloser/ Pemutus Balik Otomatis (PBO)


yang ditunjukkan oleh Gambar 2.6 berikut :

Gambar 2.6 Wewenang kerja UP2D Jateng & DIY

2.2.5 Struktur Organisasi


Struktur organisasi PT PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY
ditampilkan pada Gambar 2.7 UP2D Jateng & DIY terdiri dari 5
bidang yang berada langsung di bawah manager, yaitu Perencanaan,
Fasilitas Operasi, Operasi Sistem Distribusi, Pemeliharaan 20 kV,
serta Administrasi dan Keuangan.
Dalam struktur organisasi dibawah ini terdiri dari Manager
UP2D, Asisten Manager atau selanjutnya dapat disebut Manager
Bagian , Supervisor atau selanjutnya dapat disebut Spv yang berada
langsung dibawah Manager Bagian setiap bagian.
28

Manager UP2D

KINERJA REN TURDIS

PEJABAT
PELAKSANAAN PEJABAT K3L
PENGADAAN

MB
MB MB FASILITAS MB OPERASI MB ADMIN DAN
PEMELIHARAAN 20
PERENCANAAN OPERASI SISTEM DISTRIBUSI KEUANGAN
KV

PERENCANAAN SCADA & PROTEKSI DAN KEUANGAN &


LOLADATA & G
SCADA TELEKOMONIKASI METER AKUNTASI

PEMELIHARAAN
SDM &
RENEV OPHAR RTU & P1 OPERASI 1 ELEKTROMEKANIK
ADMINISTRASI
1

PEMELIHARAAN
RTU & P2 OPERASI 2 ELEKTROMEKANIK
2

PEMELIHARAAN
RTU & P3 OPERASI 3 ELEKTROMEKANIK
3

Gambar 2.7 Struktur Ogranisasi UP2D Jateng-DIY


BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke
konsumen (beban), merupakan hal penting untuk dipelajari. Mengingat
penyaluran tenaga listrik ini, prosesnya melalui beberapa tahap, yaitu
dari pembangkit tenaga listrik penghasil energi listrik, disalurankan ke
jaringan transmisi (SUTET) langsung ke gardu induk. Dari gardu induk
tenaga listrik disalurkan ke jaringan distribusi primer (SUTM), dan
melalui gardu distribusi langsung ke jaringan distribusi sekunder
(SUTR), tenaga listrik dialirkan ke konsumen. Dengan demikian sistem
distribusi tenaga listrik berfungsi membagikan tenaga listrik kepada
pihak pemakai melalui jaringan tegangan rendah (SUTR).
Gambar 3.1 Proses Distribusi Tenaga Listrik

Jaringan distribusi berdasarkan letak jaringan terhadap posisi gardu


distribusi, dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

29
30

3.1.1 Jaringan Distribusi Primer (Jaringan Distribusi Tegangan


Menengah)

Jaringan distribusi primer (JDTM) merupakan suatu jaringan


yang letaknya sebelum gardu ditribusi yang berfungsi menyalurkan
tenaga listrik bertegangan menengah (20 kV). Penghantar dapat
berupa kabel dalam tanah atau saluran/kawat udara yang
menghubungkan gardu induk (sekunder trafo 150 kV) dengan gardu
distribusi atau gardu hubung (sisi primer trafo distribusi).
Gardu distribusi sendiri adalah suatu tempat/sarana, dimana
terdapat transformator step down yaitu transformator yang
menurunkan tegangan dari tegangan menengah menjadi tegangan
rendah (sesuai kebutuhan konsumen).

3.1.2 Jaringan Distribusi Sekunder (Jaringan Distribusi Tegangan


Rendah)

Jaringan distribusi sekunder (JDTR) merupakan suatu


jaringan yang letaknya setelah gardu distribusi yang berfungsi
menyalurkan tenaga listrik bertagangan rendah (misalnya 220 V/380
V). Penghantar berupa kabel tanah atau kawat udara yang
menghubungkan dari gardu distribusi (sisi sekunder trafo distribusi)
ke tempat konsumen atau pemakai (misalnya industri atau rumah-
rumah).

3.2 Gangguan Pada Sistem Distribusi


Saluran udara tegangan menengah maupun tegangan rendah
dengan kawat terbuka (SUTM dan SUTR telanjang) merupakan saluran
yang paling rawan terhadap gangguan eksternal, yaitu gangguan yang
diakibatkan dari luar sistem itu sendiri.
Gangguan pada sistem distribusi dibedakan menjadi dua
berdasarkan sifatnya, yaitu gangguan temporer dan permanen.
31

3.2.1 Gangguan Temporer


Gangguan temporer merupakan gangguan sementara
karena dapat hilang dengan sendirinya dengan cara memutuskan
bagian yang terganggu sesaat, kemudian menutup balik kembali,
baik secara otomatis (autorecloser) maupun secara manual oleh
operator. Biasanya terjadi pada kawat penghantar yang tidak
berisolasi, gangguannya bersifat sementara jadi setelah gangguan
itu hilang peralatan bisa bekerja kembali. Biasanya disebabkan
oleh beberapa hal, antara lain:
1. Pada daerah yang terbuka biasanya sering terjadi karena
sambaran petir yang menyebabkan flashover antara isolator
dengan traves atau crossarm.
2. Bisa juga terjadi pada daerah yang banyak pepohonan,
biasanya jika terjadi angin kencang ranting pohon yang
bergerak dapat bersentuhan dengan kabel penghantar yang
menyebabkan hubung singkat antara fasa dengan tanah.
3. Bersentuhannya antar kabel penghantar, angin kencang juga
bisa menyebabkan kabel penghantar bersentuhan biasanya
akibat andongan yang tarikannya kurang kuat atau sudah
kendor

3.2.2 Gangguan Permanen


Gangguan permanen biasanya terjadi jika ada peralatan
rusak, kabel putus, dll. Pada gangguan permanen peralatan baru
bisa dioperasikan kembali apabila bagian yang rusak atau
peralatan yang terganggu sudah diperbaiki maupun sudah diganti.
Dari dua jenis sifat hubung singkat diatas semuanya dapat
menimbulkan kerusakan pada perlatan. Gangguan hubung
singkat tiga fasa, dua fasa, maupun fasa ke tanah dapat
menimbulkan kerusakan. Gangguan hubung singkat dapat
merusak peralatan, yaitu secara thermis dan secara mekanis
32

3.3 Gangguan Hubung Singkat


Short circuit (hubung singkat) adalah terhubungnya fasa dan netral,
atau antar fasa dengan pentanahan. Koneksi antar-keduanya kemungkinan
memilki resistansi yang rendah, dan arus yang mengalir akan menjadi
ratusan/ ribuan kali lebih tinggi dalam sistem.
Pada prinsipnya setiap gangguan hubung singkat adalah gangguan
yang terjadi akibat adanya hubungan langsung antar fasa (fasa R-S, fasa R-
T, fasa S-T, fasa R-S-T) atau juga bisa terjadi akibat adanya hubungan fasa-
tanah yang ada pada jaringan, gardu induk, maupun pusat pembangkit.
Besarnya arus hubung singkat dan sudut fasanya tergantung pada
jenis gangguan, besarnya sistem pembangkitan, impedansi sumber sampai
dengan titik gangguan serta impedansi gangguan itu sendiri.

3.3.1 Arus Gangguan Hubung Singkat

Hampir pada setiap gangguan hubung singkat baik 3


phasa, 2 phasa ataupun 1 phasa ketanah tetap melalui suatu nilai
tahanan gangguan yang terbentuk oleh arching (R arc) ataupun
oleh tahanan kontak (dahan pohon). Tetapi dalam analisa hubung
singkat perhitungan arus gangguan hubung singkat selalu
dianggap bahwa tahanan gangguan = 0 (nol).
Arus gangguan hubung singkat dihitung dengan
menggunakan rumus Hukum Ohm yaitu:
𝑉
𝐼=𝑍

Dimana :
I = Arus yang mengalir pada Impedansi Z (AMP)
V = Tegangan sumber (VOLT)
Z = Impedansi jaringan yaitu nilai ekivalen dari seluruh
impedansi di dalam jaringan mulai dari sumber
tegangan sampai ke titik gangguan (OHM)
33

Dengan mengetahui besarnya tegangan sumber dan nilai


impedansi tiap komponen jaringan serta bentuk konfigurasinya
didalam system maka besarnya arus gangguan hubung singkat
dapat dihitung dengan rumus diatas.
Lebih lanjut lagi, arus gangguan yang mengalir pada tiap
komponen jaringan juga dapat dihitung dengan bantuan rumus
tersebut diatas. Yang membedakan antara gangguan hubung
singkat 3 phasa , 2 phasa dan 1 phasa ke tanah adalah impedansi
yang terbentuk sesuai dengan macam gangguan hubung singkat
itu sendiri.
Z untuk gangguan 3 phasa Z = Z1

Z untuk gangguan 2 phasa Z = Z1 + Z2

Z untuk gangguan 1 phasa ke tanah Z = Z 1 + Z2 + Zo

Dimana :
Z1 = Impedansi urutan positip
Z2 = Impedansi urtutan negatip
Z0 = Impedansi urutan nol

a. Arus Gangguan Hubung Singkat 3 Phasa


Pada perhitungan arus hubung singkat 3 phasa,
dikenal 3 macam Impedansi yaitu :
• Impedansi urutan positip (Z1)
• Impedansi Urutan Negatip (Z2)
• Impedansi Urutan Nol (Zo)
Arus gangguannya dihitung dengan menggunakan
rumus :
𝐸 𝑝ℎ𝑎𝑠𝑎
I f 3 phasa =
𝑍1
Dimana :
34

I f 3 phasa = Besar arus yang mengalir pada setiap phasa


sewaktu terjadi gangguan hubung singkat di
suatu titik didalam sistem (Amp)
E phasa = Besar tegangan tiap phasa terhadap netral
sistem (Volt)
Z1 = Impedansi ekivalen urutan positip (dikatakan
ekivalen karena impedansi ini mewakili
seluruh impedansi didalam sistem yang
terhubung seri atau paralel mulai dari sumber
sampai titik gangguan

b. Arus Gangguan Hubung Singkat 2 Phasa

Arus gangguan 2 phasa dihitung dengan menggunakan


rumus:
𝐸𝑎𝑏
I 2 phasa = 𝑍1+𝑍2

Atau :
√3 × 𝐸𝑎
I 2 phasa =
𝑍1 + 𝑍2
Impedansi Z1 dan Z2 adalah impedansi urutan positip
dan urutan negatip dari seluruh impedansi masing-masing
urutan didalam sistem baik yang tersambung seri maupun
paralel yang disederhanakan menjadi impedansi ekivalen
urutan positip dan impedansi ekivalen urutan negatip.
𝐸𝑎
Karena Z1 = Z2 dan I 3 phasa = 𝑍1

Maka rumus diatas menjadi:


√3 × 𝐼 3 𝑝ℎ𝑎𝑠𝑎
I 2 phasa =
2

c. Arus Gangguan Hubung Singkat 1 Phasa

Perhatikan gambar berikut ini:


35

Ea I = I1 + I2 + Io

Eb Ec

. I=3Io

Gambar 3.2 Penghantar phasa A terhubung singkat


Pada phasa A mengalir arus urutan positip, negatip dan
nol tetapi pada phasa B dan C tidak ada arus (Io , I1 dan I2 saling
meniadakan ).
Arus di phasa A semuanya searah sehingga masing-
masing urutan dapat dihitung dengan rumus:
𝐸𝑎
Io = I1 = I2 =
Z1 + Z2 + Zo
Sedangkan I 1 phasa = Io + I1 + I2 , sehingga :

3×𝐸𝑎
I 1 phasa =
𝑍1 +𝑍2+𝑍0

3.3.2 Penyebab Gangguan Hubung Singkat


Gangguan hubung singkat terjadi karena banyak faktor,
berikut ini beberapa faktor yang sering terjadi di lapangan yang
mengakibatkan gangguan hubung singkat:
a) Angin kencang, angin kencang dapat menjadi ancaman yang
besar bagi jaringan. Ranting pohon yang bergesekan dengan
kabel konduktor akibat tiupan dari angin bisa mengakibatkan
gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah. Bisa juga
36

mengakibatkan gangguan antar fasa apabila andongannya


kendor bisa meneyebabkan kabel antar fasa bersentuhan.
b) Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar, anak-anak kecil
biasanya bermain layang-layang di dekat jaringan. Apabila
layang-layang tersebut mengenai jaringan juga bisa
mengakibatkan gangguan, bisa juga akibat pemasangan antenna
televisi yang terlalu dekat jaringan.
c) Akibat Hewan merupakan salah satu penyebab gangguan yang
sering terjadi dilapangan. Sebagai contoh burung yang hinggap
di jaringan distribusi dapat menyebabkan gangguan hubung
singkat apabila burung tersebut mengenai lebih dari satu
penghantar.
d) Kualitas peralatan atau material yang kurang baik, misalnya:
pada JTR yang memakai Twisteed Cable dengan mutu yang
kurang baik, sehingga isolasinya mempunyai tegangan tembus
yang rendah, mudah mengelupas dan tidak tahan panas. Hal ini
juga akan menyebabkan hubung singkat antar fasa.
e) Hujan dan petir, di daerah-daerah tertentu yang memiliki curah
hujan tinggi dan intensitas petir yang tinggi dapat menyebabkan
gangguan pada SUTM. Hal ini sangat susah dihindari karena
merupakan gangguan dari alam yang tidak bisa diprediksi
keberadaannya.

3.4 Sistem Proteksi

Proteksi Sistem Tenaga Listrik adalah sistem proteksi yang dipasang


pada peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya
generator transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal
operasi sistem itu sendiri.
37

3.4.1 Pengertian Proteksi

Proteksi distribusi merupakan perlindungan yang


terpasang di sistem distribusi tenaga listrik, bertujuan untuk
mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan dan
peralatannya serta untuk keselamatan umum. (Sarimun N, 2012:
26)
Sistem proteksi adalah susunan perangkat proteksi secara
lengkap yang terdiri dari perangkat utama dan perangkat-
perangkat lain yang dibutuhkan untuk melakukan fungsi tertentu
berdasarkan prinsip-prinsip proteksi. (Pandjaitan, Bonar, 2013:
hal 4)
Sistem proteksi sangat penting peranannya dalam upaya
untuk meningkatkan pelayanan listrik ke konsumen. Dengan sistem
proteksi yang baik, maka kualitas pelayanan listrik kepada
pelanggan juga lebih baik. Sistem distribusi tenaga listrik memiliki
keamanan dalam mengatasi gangguan, sehingga saat terjadi
gangguan tidak membahayakan lingkungan di sekitar jaringan
tersebut. Selain itu juga kontinuitas pelayanan energi listrik terus
terjaga di wilayah yang jauh dari gangguan tersebut

3.4.2 Prinsip Kerja Sistem Proteksi


Prinsip Kerja dari Sistem Proteksi adalah untuk:
1. Melakukan koordinasi dengan tegangan sistem tegangan
tinggi (GI, Transmisi, Pembangkitan)
2. Mengamankan peralatan dari kerusakan dan gangguan
3. Menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan
4. Melokalisir gangguan
5. Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan
(manuver)
6. Mengurangi frekwensi pemutusan
38

3.4.3 Tujuan Peralatan Proteksi

Peralatan proteksi dipasang untuk menjalankan fungsi


dan tujuan untuk keamanan pelayanan distribusi tenaga listrik
kepada pelanggan. Ada beberapa penjelasan mengenai tujuan
dari pemasangan peralatan proteksi distribusi, yaitu:
1. Untuk meminimalisir kerusakan peralatan akibat adanya
gangguan, terutama peralatan yang penting dalam
penyaluran tenaga listrik. Hal itu disebabkan peralatan
seperti trafo, dan PMT sangat vital dalam distribusi tenaga
listrik, sehingga proteksi peralatan tersebut juga saling
berkoordinasi.
2. Untuk meminimalisir daerah gangguan padam, sehingga
peralatan lain yang jauh dari daerah gangguan dibebaskan
dari gangguan tersebut.
3. Untuk memberikan pelayanan listrik yang handal, aman,
dan memiliki mutu yang baik kepada konsumen.
4. Untuk memberikan keamanan bagi manusia, makhluk
hidup, atau benda lain yang berada di sekitar peralatan
listrik.

3.4.4 Syarat Sistem Proteksi


Sistem proteksi harus memiliki syarat dalam menjalankan
fungsinya sebagai pengaman peralatan distribusi tenaga listrik.
Syarat tersebut harus dipenuhi oleh setiap peralatan proteksi,
sehingga sistem proteksi akan berjalan baik sesuai dengan
fungsinya. Beberapa persyaratan sistem proteksi yang harus
dipenuhi adalah sebagai berikut:
Setiap peralatan proteksi tentunya memiliki persyaratan
yang harus dipenuhi agar dapat mengamankan peralatan yang
dilindunginya. Adapun persyaratannya adalah sebagai berikut:
39

a. Kepekaan (Sensitivity)

Prinsipnya peralatan proteksi harus dapat mendeteksi


gangguan dengan rangsangan minimum dari sumber
gangguan. Misalnya adalah gangguan hubung singkat fasa
dengan tanah, dimana kawat penghantar putus dan mengenai
pohon atau rumah. Pohon dan rumah memiliki tahanan yang
cukup besar, sehingga arus gangguan satu fasa-tanah yang
dirasakan oleh relay kecil.

b. Keandalan (Reability)

Sistem proteksi harus dapat diandalkan selama mungkin,


sehingga ketika terjadi gangguan atau kondisi yang tidak
normal maka sistem proteksi tersebut dapat bekerja sewaktu-
waktu untuk melindungi peralatan distribusi. Keandalan
sistem proteksi dari awal setting harus terjaga untuk jangka
waktu selama mungkin.
c. Selektifitas (Selectivity)
Peralatan proteksi harus selektif bekerja pada system yang
terkena gangguan, sehingga sistem yang tidak terkena gangguan
tidak terpengaruhi oleh sistem proteksi tersebut. Selain itu
proteksi juga dapat membedakan apakah gangguan terdapat di
daerah pengaman utama atau pengaman cadangan, dan proteksi
harus bekerja secara instant atau dengan delay waktu.
d. Kecepatan (Speed)
Untuk memeperkecil/meminimalisir kerugian akibat gangguan,
maka bagian yang terganggu harus dipisahkan secepat mungkin,
sehingga peralatan proteksi juga harus bekerja secara cepat
untuk membebaskan bagian yang terganggu. Keterlambatan
kerja peralatan proteksi dapat mengganggu sistem atau merusak
peralatan secara thermal stress.
40

3.5 Perangkat Proteksi 20 KV


Sistem proteksi 20 KV merupakan kumpulan dari perangkat-
perangkat proteksi jaringan distribusi yang bekerja dalam satu kesatuan
utuh yang untuk melindungi peralatan penyulang 20 kV. Peralatan proteksi
penyulang 20 kV yang terletak di Gardu Induk antara lain adalah CT
(Current Transformer), PT (Potensial Transformer), PMT (Pemutus
Tenaga), OCR, GFR, Catu Daya, dan Pengawatan.

Gambar 3.3 Peralatan Proteksi Penyulang 20 kV pada Gardu Induk

Semua peralatan proteksi harus memiliki unjuk kerja yang bagus,


baik secara individu maupun koordinasi antar peralatan tersebut. Tidak
hanya relay nya saja, tetapi semua peralatan yang mendukung sistem
proteksi berjalan dengan baik.
41

3.5.1 Current Transformer

Gambar 3.4 Curent Transformator pada Gardu Induk


Trafo arus yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan
pengukuran besaran arus pada instalasi tenaga listrik di sisi primer
(TET, TT, dan TM) yang berskala besar dengan melakukan
transformasi dari besaran arus yang besar menjadi besaran arus yang
kecil secara akurat dan teliti untuk keperluan pengukuran dan
proteksi.
Trafo arus berfungsi untuk menurunkan arus besar/tinggi
pada tegangan tinggi/menengah menjadi arus kecil pada tegangan
rendah yang biasanya disebut arus sekunder.
Arus dari tegangan menengah diturunkan untuk masukkan
peralatan proteksi dan meter, karena peralatan proteksi dan meter
tidak dapat mendeteksi arus yang besar. Selain itu CT juga berfungsi
sebagai isolasi atau pemisah peralatan HV (High Voltage) dan
perealatan LV (Low Voltage).

3.5.2 Potensial Transformer

PT (Potensial Transformer) adalah trafo yang digunakan


untuk mentrasformasikan tegangan menengah ke tegangan
rendah, dimana tegangan sisi sekundernya tersebut sebagai input
peralatan proteksi dan pengukuran. Berbeda dengan trafo tenaga,
42

PT dibutuhkan tingkat ketelitian dan tegangan yang sesuai


dengan peralatan di sisi sekundernya, sedangkan trafo tenaga
dibutuhkan tegangan dan kemampuan daya trafo tersebut.
Tegangan sekunder dari PT dugunakan sebagai pengukuran di
kWh meter kubikel, dan sistem proteksi untuk relai UFR (Under
Frekuensi Relay).
Adapun perbedaan kerja dari transformator potensial dan
transformator arus adalah:
a) Pada transformator potensial, arus primer sangat tergantung
beban sekunder, sedangkan pada transformator arus, arus
primer tidak tergantung kondisi rangkaian sekunder
b) Pada transformator potensial, tegangan jaringan dipengaruhi
terminal-terminalnya sedangkan transformator arus
dihubung seri dengan satu jaringan dan tegangan kecil
berada pada terminal-terminalnya. Namun transformator
arus mengalirkan semua arus jaringan.
c) Pada kondisi kerja normal tegangan jaringan hampir konstan
dan karena itu kerapatan fluks serta arus penguat dari
transformator potensial hanya berubah di atas batas larangan
sedangkan arus primer dan arus penguatan dari transformator
arus berubah di atas batas kerja normal.

Gambar 3.5 PT dan Rangkaian Ekivalen PT


43

3.5.3 Pemutus Tenaga (PMT)


Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar/
switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan
memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu
menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan
memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan
seperti kondisi short circuit / hubung singkat. Fungsi utamanya
adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik
dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup
saat terjadi arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau
peralatan lain.

Gambar 3.6 PMT 20 kV

3.5.4 Over Current Relay (OCR)


Relay arus lebih atau OCR adalah relay pengaman yang
bekerja berdasarkan kenaikan arus diatas batas setting relay
tersebut. Kenaikan arus dapat disebabkan oleh gangguan hubung
singkat antar fasa, hubung singkat fasa-tanah, dan beban lebih.
OCR yang dipasang di recloser digunakan sebagai pengaman
utama untuk jaringan SUTM/SKTM 20 KV dan OCR pada PMT
digunakan sebagai pengaman cadangannya.
44

Gambar 3.7 Pengaman Arus Lebih OCR

Prinsip kerja arus lebih mendeteksi arus yang melalui


SUTM/SKTM dimana sebelum masuk ke relai arus tersebut
ditransformasikan terlebih dahulu oleh trafo arus. I sekunder dari
trafo arus yang masuk ke relai, pada saat terjadi gangguan Iprimer
pada trafo arus besar, begitu pula dengan Isekunder trafo yang
menyebabkan arus melewati batas setting relai arus lebih,
sehingga relai akan mengirimkan indikasi trip pada tripping coil
relai untuk bekerja membuka peralatan seperti recloser atau
PMT.
Arus yang bekerja pada relai terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Arus pick-up (Ip) adalah nilai arus minimum yang dapat
menyebabkan rele bekerja dan menutup kontaknya. Arus ini
biasa disebut sebagai arus kerja.
2. Arus drop-off (Id) adalah nilai arus maksimum yang
menyebabkan rele berhenti bekerja sehingga kontaknya
membuka kembali. Arus ini biasa disebut sebagai arus
kembali. (Firdaus dalam Utami, 2014: 25)
45

Karakterisitik kerja relai arus lebih dibagi menjadi empat, yaitu:


a. Karakteristik relai arus lebih seketika / instantaneous
Jangka waktu relai mulai pick up, sampai selesainya
kerja relai sangat pendek (40 s/d 80 mili detik)
karakterisitik relai ini bekerja pada arus gangguan yang
terjadi didekat gardu induk yang merupakan arus gangguan
maksimum.

Gambar 3.8 Karakteristik Waktu Kerja dengan Arus Kerja


Seketika

b. Relai arus lebih tunda waktu tertentu (definite time OCR)


Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat
terjadi gangguan hubung singkat dan besarnya arus gangguan
melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai
pick up sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu
tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay, lihat
gambar dibawah ini.

Gambar 3.9 Karakteristik Waktu Kerja dengan Waktu Tunda


tertentu
46

c. Relai arus lebih waktu berbanding terbalik (inverse time OCR)


Jangka waktu relai mulai pick up sampai selesai kerja
relai, diperpanjang dengan waktu yang berbanding terbalik
dengan besarnya arus yang menggerakannya (arus gangguan).

Gambar 3.10 Karakteristik Waktu Kerja Inverse Time Relay

Relai arus lebih inverse dapat dibagi menjadi:


 normal / standart inverse
 very inverse
 extremely inverse
 long time inverse
47

Gambar 3.11 Karakteristik Waktu Kerja Inverse

d. Relai arus lebih waktu tertentu maupun relai arus lebih


inverse biasanya dikombinasi dengan moment /
instantaneous
Bila arus yang menggerakan relai lebih besar dari arus
setting tunda waktu dan lebih kecil dari setting arus seketika
maka relai akan bekerja dengan tunda waktu. Bila arus lebih
besar dari setting seketika maka relai akan bekerja tanpa tunda
waktu. Relai tunda waktu biasanya digunakan untuk koordinasi
dengan pengaman lain untuk mendapatkan selektivitas.
48

Gambar 3.12 Karakteristik Relai Arus Lebih Inverse


Kombinasi dengan Momen

3.5.5 Ground Fault Relay (GFR)

Cara koordinasi relai arus lebih gangguan tanah, pada


prinsipnya sama dengan cara koordinasi OCR, tetapi perlu
dipahami proses mendeteksi arus gangguan tanah, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Arus gangguan tanah selalu masuk ke relai gangguan
tanah (GFR), baik yang diperoleh dari resultante ketiga
arus fasa maupun dari current transformer (CT) netral.
2. Besarnya nilai arus gangguan tanah tergantung pada
tahanan pentanahan netral.
3. Bila tahanan pentanahan mempunyai nilai yang besar
kurva arus pada karakteristik inverse akan landai dan
tidak memberikan waktu yang lebih cepat. Bila terdapat
hal seperti ini setelan relai dipilih karakteristik invers
yang sesuai dengan kurva arus.
4. Dengan pentanahan langsung, kurva arus gangguan
menjadi curam, setelan relai dengan mempergunakan
karakteristik inverse, dapat menekan komulasi waktu dan
49

relai gangguan fasa dapat mengamankan untuk gangguan


tanah.

Gambar 3.13 Pengaman Arus Lebih GFR

3.5.6 Catu Daya

Berupa baterai yang berfungsi untuk memberi suplai kepada


relai dan rangkaian kontrol / proteksi. Batere harus mempunyai
tegangan yang cukup untuk menghidupkan relai dan peralatan
lainnya seperti tripping coil, relai bantu dan lain lain. Batere juga
harus mempunyai kapasitas ampere-hour (Ah) yang cukup sehingga
dalam hal tidak ada suplai dari rectifier, batere masih mampu bekerja
beberapa saat.

3.5.7 Pengawatan (Wiring)

Wiring merupakan komponen penunjang berupa


rangkaian pengawatan yang menghubungkan semua peralatan
proteksi, baik rangkaian catu daya, arus dan tegangan, rangkaian
proteksi, serta rangkaian kontrol. Skema rangkaian biasa
digambarkan dalam suatu wiring diagram dengan menggunakan
simbol-simbol standar yang umum digunakan
50

Gambar 3.14 Wiring diagram Recloser

3.6 Penutup Balik Otomatis (Recloser)

Gambar 3.15 Recloser


Recloser yaitu suatu peralatan proteksi listrik jaringan distribusi
20 kV yang dapat bekerja dengan prinsip menutup kembali atau lock out
trip bila merasakan gangguan arus berlebih yang telat di setting
sebelumnya. Peralatan proteksi ini dipergunakan untuk mengamankan
peralatan listrik/ jaringan tegangan menengah bila terjadi gangguan
hubung singkat temporer atau permanen. Gangguan temporer yang
menyebabkan recloser bekerja seperti:
51

1. Terhubungnya antar konduktor karena tarikan kurang kencang dan


tertiup angin.
2. Karena tersambar petir.
3. Tersentuh cabang pepohonan.
4. Binatang yang melinasi konduktor yang menyebabkan hubung
singkat (burung, tikus dll).
Pengaman jenis ini dapat disetting cepat untuk gangguan yang
temporer dan lambat untuk gangguan yang permanen, dengan kata lain
disetting delay atau instan. Setelan lambat perlu dikoordinasikan dengan
pengaman lain seperti OCR, GFR pada outgoing.
Dimisalkan jaringan udara tersentuh pohon yang sesaat karena
tertiup angin dan pohon tersebut hanya beberapa detik menyentuh pohon
maka settingan delay yang bekerja dan recloser buka/ tutup sesuai
settingan dan lamnaya waktu untuk delay.
Recloser juga bisa menjadi instan ketika arus gangguan hubung
singkatnya melebihi arus settingan instan pada recloser. Settingan ini
sesuai keinginan petugas yang mensetting recloser tersebut tentunya ada
juga faktor yang mempengaruhi besarnya settingan tersebut.

Gambar 3.16 Wiring Koordinasi antara PMT dengan OCR GFR

3.6.1 Cara Kerja Recloser

Prinsip kerja dari recloser saat terjadi gangguan adalah


sebagai berikut:
52

1. Kondisi normal Switch S menutup. Bila terjadi gangguan fasa


tanah maka rele akan bekerja dan memberikan perintah trip ke
PMT. Pada saat itu juga recloser mulai bekerja (saat mendapat
tegangan positip dari rele), elemen yang start adalah elemen
dead time (DT) dan block time (BT).
2. Setelah beberapa waktu (sesuai setting) elemen DT
menutup kontaknya dan memberi perintah PMT untuk
masuk (reclose), bersamaan itu juga meng-energize elemen
BT.
3. Elemen BT ini segera membuka rangkaian closing coil
PMT sehingga PMT tidak akan bisa reclose lagi.
4. Setelah waktu elemen BT terlampaui sesuai settingnya
maka elemen BT akan reset kembali. Selanjutnya recloser
siap kembali untuk melakukan reclose PMT bila terjadi
gangguan baru. Secara umum setelan DT adalah 1 detik dan
BT adalah 40 detik.

Gambar 3.17 Alur Kerja Recloser Saat Terjadi Gangguan


Keterangan:
1. Dead Time (Waktu Interval Recloser)
53

Ukuran setting secara waktu dari PMT trip sampai masuk


kembali, fungsinya untuk memberikan waktu apabila
gangguan tersebut adalah gangguan permanen.
2. Reclaim Time
Reclaim time adalah rentang waktu tertentu diantara PMT
reclose dengan siklus penuh relay reset kembali. Gangguan
yang terjadi di dalam reclaim time akan dianggap sebagai
gangguan permanen.

3.6.2 Aplikasi Recloser


Pada suatu gangguan permanen, recloser berfungsi
memisahkan daerah atau jaringan yang terganggu sistemnya
secara cepat sehingga dapat memperkecil daerah yang terganggu
pada gangguan sesaat, recloser akan memisahkan daerah
gangguan secara sesaat sampai gangguan tersebut akan dianggap
hilang, dengan demikian recloser akan masuk kembali sesuai
settingannya sehingga jaringan akan aktif kembali secara
otomatis. Oleh karena itu beberapa pengaplikasian dari recloser
di antaranya adalah:
1. Dipasang pada Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM),
karena SUTM sering mengalami gangguan hubung singkat
fasa-fasa atau fasa ke tanah yang bersifat temporer.
2. Berfungsi menormalkan kembali SUTM atau memperkecil
pemadaman tetap oleh gangguan temporer.
3. Sebagai pengaman seksi dalam SUTM sehingga dapat
membatasi / melokalisir daerah yang terganggu.

3.7 Zona Proteksi

Nilai setting OCR penyulang 20 kV atau PMT outgoing terbagi


menjadi 3 level atau zona, yaitu Time Delay (TD), High Set 1 (HS1), dan
High Set 2 (HS2). Hal ini bertujuan untuk pembagian wilayah dan waktu
kerja peralatan proteksi pada penyulang. Pada PMT outgoing, wilayah kerja
54

TD dan HS1 merupakan back up protection bagi peralatan proteksi utama


di jaringan. HS1 wilayah kerjanya adalah dari gardu induk sampai recloser
kedua. OCR yang di-setting pada level HS1 bekerja dengan karakteristik
definite time relay. Time Delay wilayah kerjanya dari gardu induk sampai
dengan ujung penyulang, OCR yang di-setting pada level TD bekerja
dengan karakteristik standard inverse. Sedangkan HS2 merupakan main
protection untuk penyulang dari gardu induk sampai dengan recloser
pertama. OCR yang di-setting pada level HS2 bekerja dengan karakteristik
instaneous relay.

Gambar 3.18 Wilayah Kerja PMT Outgoing

3.8 Koordinasi Proteksi PMT Outgoing-Recloser

Gambar 3.19 Zona Proteksi PMT Outgoing

Koordinasi proteksi OCR pada PMT outgoing dengan recloser


salah satunya adalah perbedaan waktu kerja ketika terjadi gangguan
hubung singkat pada jaringan distribusi. Recloser sebagai pengaman
utama pada jaringan memiliki waktu kerja yang lebih cepat daripada
PMT outgoing, sehingga ketika terjadi hubung singkat di penyulang
55

recloser yang akan trip bukan PMT. Apabila terdapat gangguan hubung
singkat di belakang recloser maka recloser akan trip terlebih dahulu
daripada PMT outgoing. Sedangkan apabila terjadi gangguan terjadi di
zona antar PMT outgoing dan recloser maka PMT yang akan trip. Namun
apabila ada gangguan di belakang recloser namun PMT outgoing ikut
trip maka terjadi kegagalan koordinasi proteksi.

3.9 Perhitungan Impedansi

3.9.1 Perhitungan Impedansi Sumber


Arus gangguan hubung singkat yang akan dihitung adalah
gangguan hubung singkat di sisi 20 kV (sebagai dasar perhitungan
dalam perhitungan satuan listrik pada tegangan 20 kV), maka
impedansi sumber dari sisi 150 kV harus dikonversikan ke dalam
sisi 20 kV, sehingga perhitungan arus gangguan hubung singkatnya
nanti sudah mempergunakan tegangan 20 kV.
𝐾𝑉 2
𝑋𝑠𝑐 =
𝑀𝑉𝐴𝑠𝑐

Perhitungan Reaktansi Transformator Tenaga


 Reaktansi urutan positif dan reaktansi urutan negative
(XT1,XT2)
Transformator 3 GI Sayung menggunakan belitan YnYn tanpa
belitan delta dimana pada belitan tersebut XT1=XT2
𝑘𝑉 2
XT1 = X T2 = Impedansi (%)𝑥
𝑀𝑉𝐴
 Reaktansi urutan nol (XT0)
Dikarenakan trafo tidak memiliki belitan delta, yaitu
menggunakan belitan YnYn maka XT1=XT2= XT0
3.9.2 Perhitungan Impedansi Penyulang

Impedansi penyulang yang akan dihitung tergantung dari


besarnya impedansi per km (ohm/km) dari penyulang yang dihitung,
56

dimana nilainya ditentukan dari jenis penghantar, luas penampang


dan panjang SUTM atau jaringan SKTM. Pada penyulang SYG 10
menggunakan jenis penghantar AAAC 240 mm2 dan AAAC 150
mm2 dengan panjang = 20 km.
 Impedansi urutan positif dan negatif (AAAC 240 mm2)
𝑍1 = 𝑍2 = (0,1344 + 𝑗0,3158) ohm/km
Misal panjang jaringan 10 km
𝑍1 = 𝑍2 = (0,1344 + 𝑗0,3158)ohm/km x 10 km
𝑍1 = 𝑍2 = (1,344 + 𝑗3,158) ohm

 Impedansi urutan nol (AAAC 150 mm2)


𝑍0 = (0,3631 + 𝑗1,618) ohm/ km
Misal panjang jaringan 10 km
𝑍0 = (0,3631 + 𝑗1,618)ohm/km x 10 km
𝑍0 = (3,631 + 𝑗16,18) ohm

Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat


 Arus hubung singkat 3 fasa
𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎 − 𝑙𝑖𝑛𝑒
If3ϕ =
𝑍1 + 𝑍𝑓
𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎 − 𝑙𝑖𝑛𝑒
If3ϕ =
(%𝑅1𝑗𝑎𝑟 + 𝑗(𝑋𝑠𝑐 + 𝑋𝑡 + (%𝑋1𝑗𝑎𝑟 )))

 Arus hubung singkat 2 fasa


𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎−𝑓𝑎𝑠𝑎
If2ϕ =
2𝑍1 + 𝑍𝑓

𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎 − 𝑓𝑎𝑠𝑎
If2ϕ =
(2%𝑅1𝑗𝑎𝑟 + 𝑗 (2𝑋𝑠𝑐 + 2𝑋𝑡 + (2%𝑋1𝑗𝑎𝑟 )))
57

 Arus hubung singkat 1 fasa


3 𝑥 𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎−𝑙𝑖𝑛𝑒
If1ϕ =
𝑍1 + 𝑍2 + 𝑍0 + 𝑍𝑓

𝐸𝑓𝑎𝑠𝑎 − 𝑓𝑎𝑠𝑎
If1ϕ =
((3𝑅𝑁 +3𝑅𝑓 +2%𝑅1𝑗𝑎𝑟 +%𝑅0𝑗𝑎𝑟 )+𝑗(2𝑋𝑠𝑐 +2𝑋𝑡 +𝑋0𝑡 +(2%𝑋1𝑗𝑎𝑟 )+(%𝑋0𝑗𝑎𝑟 )))

Pada perhitungan arus gangguan hubung singkat 1


fasa diketahui Rf=52 Ω.
BAB IV
KOORDINASI PMT OUTGOING DAN RECLOSER

4.1 Penyulang SYG 10 GI Sayung

4.1.1 Single Line Diagram SYG 10 GI Sayung

Gambar 4.1 Single Line Diagram SYG 10 GI Sayung

4.1.2 Data Penyulang SYG 10


 Gardu Induk : Sayung
 Penyulang : SYG 10 TRAFO 3
 Data Trafo:
o Kapasitas : 60 MVA
o Impedansi Trafo : 12 %
o Rasio Tegangan : 150/20 KV
o Belitan delta : YNynO (d11)
o I nominal : 1732 A

58
59

o Rasio CT (2OKV) : 1000 : 1


o Pentanahan 20 KV : 0,2 Ω
 Data Jaringan:
o Panjang Jaringan : 20 KM
o Jenis Penghantar:
 Impedansi Positif : R=0,1344Ω/KM, X=0.3158Ω/KM
(A3C 240 nm2)
 Impedansi Negatif : R=0,1344Ω/KM, X=0.3158Ω/KM
(A3C 240 nm2)
 Impedansi Nol : R=0,3631Ω/KM, X=1,6180Ω/KM
(A3C 150 nm2)
 Data Recloser:
o Jarak Recloser (SYG10-52) dengan GI : 2,6 km
o Jarak Recloser (4/K3-324F) dengan GI : 9 km

Nilai Impedansi Tahanan (R) dan reaktansi (XL) penghantar


AAAC tegangan 20 kV (SPLN 64: 1985)

Luas Jari2mm Urat GMR Impedansi urutan Impedansi urutan Nol


Penampang (mm) positif (Ohm / km) (Ohm / km)
(mm2)
16 2,2563 7 1,6380 2,0161 + j 0,4036 2,1641 + j 1,6911
25 2,8203 7 2,0475 1,2903 + j 0,3895 1,4384 + j 1,6770
35 3,3371 7 2,4227 0,9217 + j 0,3790 1,0697 + j 1,6665
50 3,9886 7 2,8957 0,6452 + j 0,3678 0,7932 + j 1,6553
70 4,7193 7 3,4262 0,4608 + j 03572 0,6088 + j 1,6447
95 5,4979 19 4,1674 0,3096 + j 0,3449 0,4876 + j 1,6324
120 6,1791 19 4,6837 0,2688 + j 0,3376 0,4168 + j 1,6324
150 6,9084 19 5,2365 0,2162 + j 0,3305 0,3631 + j 1,6180
185 7,6722 19 5,8155 0,1744 + j 0,3239 0,3224 + j 1,6114
240 8,7386 19 6,6238 0,1344 + j 0,3158 0,2824 + j 1,6034

Tabel 4.1 Nilai Impedansi Tahanan (R) dan reaktansi (XL)


60

4.1.3 Setelan PMT Outgoing SYG 10

Relay O.C/ G.F di Outgoing 20 KV


Karakteristik Relay
C.T
Ratio Inverse
I> t set tms I>> t >> I >> t>>

600 1 0.80 0.5 0.22 5.7 0.3 12.1 Inst


OCR
480 3440 7280
0.33 0.5 0.30 4.3 0.3 8.0 Inst
GFR
200 2560 4800
Tabel 4.2 Setelan PMT Outgoing SYG 10

4.1.4 Setelan Recloser SYG10-52

Relay O.C/ G.F di Recloser I Penyulang 20 KV


Karakteristik Relay
C.T
Ratio Inverse
I> t set tms I >> t >> I >>> t >>>

1000 1 0.40 0.25 0.10 2,41 Inst 3,066 Inst


OCR
400 2410 3066
0.12 0.3 0.16 1,166 Inst 1,526 Inst
GFR
120 1166 1526
Tabel 4.3 Setelan Recloser SYG10-52
Data recloser SYG10-52:
 Type : ADVC set VUE
 Merk : Schneider
 Ratio : 1000/1
Reclose : 1 kali
Ketika terjadi gangguan maka recloser akan trip dan akan
kembali reclose 1 kali dengan waktu tunda 10 detik, ketika masih
terdapat gangguan maka akan lockout karena dianggap sebagai
gangguan permanen.
61

4.1.5 Setelan Recloser 4/K3-324F

Relay O.C/ G.F di Recloser II Penyulang 20 KV


Karakteristik Relay
C.T
Ratio Inverse
I> t set tms I >> t >> I >>> t >>>

1000 1 0.32 0.19 0.06 1.61 Inst 1,87 Inst


OCR
320 1606 1874
0.10 0.3 0.10 0.75 Inst 0,88 Inst
GFR
100 752 887

Tabel 4.4 Setelan Recloser 4/K3-324F


Data recloser 4/K3-324F:
 Type : ADVC set VUE
 Merk : Scheneider
 Ratio : 1000/1
Reclose: 1 kali
Ketika terjadi gangguan maka recloser akan trip dan akan
kembali reclose 1 kali dengan waktu tunda 10 detik, ketika masih
terdapat gangguan maka akan lockout karena dianggap sebagai
gangguan permanen.
Karekteristik inverse yang dipakai adalah Standart Inverse,
sehingga dapat dilihat hubungan arus gangguan hubung singkat dan
waktu kerja relai pada table dibawah ini.
62

4.1.6 Arus Hubung Singkat Pada Penyulang SYG10

Jarak
Lokasi Gangguan 3 Fasa 2 fasa 1 fasa
(KM)
0 0% Panjang Saluran 13301 11519 13291

1 5% Panjang Saluran 9691 8392 7010

2.2 11% Panjang Saluran 7275 6300 4486

3 15% Panjang Saluran 6209 5377 3603

4 20% Panjang Saluran 5253 4549 2899

5 25% Panjang Saluran 4550 3941 2425

6 30% Panjang Saluran 4012 3474 2084

7.4 37% Panjang Saluran 3441 2980 1741

8.6 43% Panjang Saluran 3066 2655 1526

10 50% Panjang Saluran 2720 2356 1334

11 55% Panjang Saluran 2517 2180 1224

11.6 58% Panjang Saluran 2410 2087 1166

13 65% Panjang Saluran 2190 1897 1050

14 70% Panjang Saluran 2057 1781 981

15.6 78% Panjang Saluran 1874 1623 887

16 80% Panjang Saluran 1833 1587 866

17 85% Panjang Saluran 1738 1506 818

18 90% Panjang Saluran 1653 1432 776

18.6 93% Panjang Saluran 1606 1391 752

20 100% Panjang Saluran 1505 1304 702

Tabel 4.5 Arus Hubung Singkat Pada Penyulang SYG10

Terlihat pada tabel nilai arus gangguan hubung singkat 3


phasa, 2 phasa, 1 phasa penyulang SYG10. Arus gangguan yang
terjadi pada tiap km panjang jaringan dengan panjang jaringan total
20 km.
63

4.1.7 Koordinasi OCR Antara PMT Outgoing dengan Recloser


SYG10-52 dan Recloser 4/K3-324F

Tabel 4.6 Koordinasi OCR Antara PMT Outgoing dengan


Recloser SYG10-52 dan Recloser 4/K3-324F

Terlihat pada tabel Arus Gangguan serta waktu OCR antara


PMT Outgoing dengan Recloser SYG10-52 dan Recloser 4/K3-
324F
64

Koordinasi OCR PMT dengan Recloser SYG10-52 dan


Recloser 4/K3-324F
100.00
PMT Ougoing

10.00 Recloser II

1.00
Waktu

0.10

0.01 Recloser I

0.00
100 1000 Arus 10000 100000

Gambar 4.2 Kurva Koordinasi Arus dan Waktu OCR

Keterangan :
OCR PMT Outgoing : Kurva Merah
Recloser I (SYG10-52) : Kurva Kuning
Recloser II (4/K3-324F) : Kurva Coklat

Kurva koordinasi arus dan waktu kerja relai diatas adalah


koordinasi relai OCR yang masih eksis saat ini antara PMT
Outgoing SYG 10 dengan recloser SYG10-52 dan recloser 4/K3-
324F. Dilihat dari bentuk grafik yang terlihat pada kurva
menunjukkan grading time yang cukup berselisih. Tidak adanya
kurva yang berimpit pada koordinasi relai OCR di atas, maka
koordinasi OCR dapat dikatakan selektif dan berkoordinasi dengan
65

baik dalam mengamankan jaringan dari gangguan-gangung hubung


singkat 3 fasa.

4.1.8 Koordinasi GFR Antara PMT Outgoing dengan Recloser


SYG10-52 dan Recloser 4/K3-324F

SETTING OG EXIST R1 USUL R2 USUL


GFR GFR SYG10-52 4/K3-324F
Ar us 200 A 120 A 100 A
Kurva 14 14 14
Tms 0.30 0.16 0.10
I highset 1 2560 A I >> 1166 A I >> 752 A
Standard
X Iset No I highset 2 4800 A HCL 1166 A HCL 752 A
IEC SI Arus Waktu Arus Waktu Arus Waktu

1.1 2 73.374 220 22.012 132 11.443 110 7.106


1.2 3 38.324 240 11.497 144 5.977 120 3.711
1.5 4 17.194 300 5.158 180 2.682 150 1.665
2.0 5 10.029 400 3.009 240 1.564 200 0.971
2.5 6 7.570 500 2.271 300 1.181 250 0.733
3.0 7 6.302 600 1.891 360 0.983 300 0.610
3.5 8 5.518 700 1.655 420 0.861 350 0.534
4.0 9 4.980 800 1.494 480 0.777 400 0.482
5.0 10 4.280 1000 1.284 600 0.667 500 0.414
6.0 11 3.837 1200 1.151 720 0.598 600 0.372
7.0 12 3.528 1400 1.058 840 0.550 700 0.342
8.0 13 3.297 1600 0.989 960 0.514 800 0.100
9.0 14 3.116 1800 0.935 1080 0.486 900 0.100
10.0 15 2.971 2000 0.891 1200 0.100 1000 0.100
11.0 16 2.850 2200 0.855 1320 0.100 1100 0.100
12.0 17 2.748 2400 0.824 1440 0.100 1200 0.100
13.0 18 2.660 2600 0.300 1560 0.100 1300 0.100
14.0 19 2.583 2800 0.300 1680 0.100 1400 0.100
15.0 20 2.516 3000 0.300 1800 0.100 1500 0.100
17.0 21 2.401 3400 0.300 2040 0.100 1700 0.100
19.0 22 2.308 3800 0.300 2280 0.100 1900 0.100
21.0 23 2.230 4200 0.300 2520 0.100 2100 0.100
23.0 24 2.163 4600 0.300 2760 0.100 2300 0.100
25.0 25 2.105 5000 0.100 3000 0.100 2500 0.100
27.0 26 2.055 5400 0.100 3240 0.100 2700 0.100

Tabel 4.7 Koordinasi GFR Antara PMT Outgoing dengan Recloser SYG10-52
dan Recloser 4/K3-324F
66

Terlihat pada tabel Arus Gangguan serta waktu GFR antara


PMT Outgoing dengan Recloser SYG10-52 dan Recloser 4/K3-
324F

Koordinasi GFR PMT dengan Recloser SYG10-52 dan


Recloser 4/K3-324F
100.00
PMT Ougoing

Recloser II
10.00

1.00
Waktu

0.10

Recloser I
0.01

0.00
100 1000 10000 100000
Arus

Gambar 4.3 Kurva Koordinasi Arus dan Waktu GFR

Keterangan :
GFR PMT Outgoing : Kurva Merah
Recloser I (SYG10-52) : Kurva Kuning
Recloser II (4/K3-324F) : Kurva Coklat
67

Kurva koordinasi arus dan waktu kerja relai diatas adalah


koordinasi relai GFR yang masih eksis saat ini antara PMT Outgoing
SYG 10 dengan recloser SYG10-52 dan recloser 4/K3-324F.
Dilihat dari bentuk grafik yang terlihat pada kurva menunjukkan
grading time yang cukup berselisih. Tidak adanya kurva yang
berimpit pada koordinasi relai GFR di atas, maka koordinasi GFR
dapat dikatakan selektif dan berkoordinasi dengan baik dalam
mengamankan jaringan dari gangguan-gangung hubung singkat 1
fasa.

4.1.9 Setting Proteksi OCR GFR sisi PMT Outgoing SYG 10 dengan
Recloser SYG10-52 dan Recloser 4/K3-324F

Relay PMT OUTGOING RECLOSER I RECLOSER II


Invers OCR GFR OCR GFR OCR GFR
I> 480 A 200 A 400 A 120 A 320 A 100 A
T set 0,5 s 0,5 s 0,25 s 0,3 s 0,19 s 0,3 s
I >> 3440 A 2560 A 2410 A 1166 A 1606 A 752 A
T >> 0,3 s 0,3 s Inst Inst Inst Inst
I >>> 7280 A 4800 A 3066 A 1526 A 1874 A 887 A
T >>> Inst Inst Inst Inst Inst Inst
TMS 0,22 s 0,3 s 0,1 s 0,16 s 0,06 s 0,1 s

Tabel 4.8 Setting Proteksi OCR GFR sisi PMT Outgoing SYG 10 dengan
Recloser SYG10-52 dan Recloser 4/K3-324F
68

4.1.10 Pemeriksaan Waktu Kerja PMT Outgoing dan Recloser

Tipe Waktu Kerja (detik)


Arus (A)
Gangguan Outgoing Recloser I Recloser II

500 37,709 3,229 0,896


1000 2.083 0.781 0.348

1500 1.336 0.539 0.256

2000 1.064 0.441 0.100


OCR
3000 0.825 0.100 0.100

4000 0.300 0.100 0.100

6000 0.300 0.100 0.100


8000 0.100 0.100 0.100
400 3.009 0.896 0.482
500 2.271 0.754 0.414
1000 1.284 0.504 0.100

GFR 1500 1.021 0.100 0.100

2000 0.891 0.100 0.100

3000 0.300 0.100 0.100


4000 0.300 0.100 0.100
5000 0.100 0.100 0.100

Tabel 4.9 Pemeriksaan Waktu Kerja PMT Outgoing dan Recloser


69

4.2 PMT SYG-10


4.2.1 Jaringan Dengan PMT Normal

PMT
SYG 10
R1 R2

Gambar 4.4 Jaringan dengan PMT normal

Dalam keadadaan normal, PMT outgoing akan bertegangan


dari trafo tenaga yang menurunkan tegangan dari 150 kV menjadi
20 kV dan tempatnya berada pada ruang kubikel Gardu Induk. Suatu
trafo tenaga dapat mengeluarkan beberapa penyulang dan penyulang
tersebut harus dipasang PMT Outgoing 20 kV sebagai pengaman
trafo tenaga itu sendiri. PMT Outgoing juga dapat di pantau melalui
sistem scada yang berada di UP3 ataupun dari UP2D. Dalam
keadaan normal ini PMT dapat dipantau tegangan dan arus yang
yang sedang mengalir dalam penyulang tersebut.
PMT harus selalu di kontrol tegangannya agar kontinyu
sehingga pelanggan tidak mengalami drop tegangan yang bisa
menyebabkan peralatan pada pelanggan tidak bisa bekerja ataupun
rusak peralatannya. Terutama untuk pelanggan pabrik yang besar
akan sangat terasa dampaknya apabila terjadi drop tegangan. Selain
memperhatikan tegangannya, peredam busur api yang berada pada
PMT juga harus diperhatikan, agar saat terjadi gangguan dan
mengharuskan PMT reclose atau trip, busur api yang keluar bisa di
redam oleh peredam busur api tersebut.
70

4.2.2 Daerah Kerja Setting PMT

PMT
SYG 10
R1 R2
z

HS 2
0 – 2,2 KM

HS 1
0 – 7,4 KM

TIME DELAY
0 – 20 KM

Gambar 4.5 Daerah Kerja Setting PMT

Gangguan pada PMT dapat menyebabkan PMT menjadi


reclose, trip ataupun lockout. Untuk mengamankan gangguan pada
PMT Outgooing agar gangguan tidak berlanjut pada PMT Incoming
dari trafo tenaga, maka dilakukan penyetingan batas arus dan batas
waktu reclose atau trip ataupun lockout dari PMT Outgoing tersebut.
Karena berbagai macam tipe pengamanan proteksi pada PMT
tersebut maka proteksi pada PMT pun dibagi dalam berbagai macam
zona atau daerah. Pada PMT terdapat 3 macam zona atau daerah
yang diterapkan yaitu HighSet 1 (HS1), HighSet 2 (HS 2) dan juga
daerah dimana melebihi batas arus normal yang dapat mengalir di
PMT atau biasa disebut dengan Time Delay (TD).

a) Daerah Kerja Time Delay


Arus gangguan yang berada pada Time Delay (TD)
adalah arus gangguan hubung singkat yang terjadi pada jarak ±
7,4 km hingga ke ujung dari penyulang SYG 10 tersebut. Arus
71

gangguan yang terjadi akan dihitung dengan nilai waktu tms


pada PMT sebelum PMT tersebut trip.
Arus gangguan yang termasuk dalam zona TD ini adalah
arus gangguan yang berada di atas batas normal arus yang
ditoleransi dari suatu PMT atau pick up dan di bawah dari batas
HS 1. Arus gangguan yang berada pada TD sudah di back up
dengan adanya recloser, sehingga arus gangguan yang berada
pada TD akan masuk pada HCT pada recloser. Sehingga
sebelum PMT trip karena waktu delay dari setting proteksi PMT
maka recloser akan trip terlebih dahulu karena masuk waktu
kerja dari HCT di recloser. Proses kerja inilah yang dinamakan
Koordinasi antara PMT SYG 10 dengan dengan recloser
SYG10-52 dan recloser 4/K3-324F.

b) Daerah Kerja HS 1
Pada HS 1 PMT gangguan berada pada jarak ± 2,2 km
hingga ± 7,4 km atau berada di atas settingan dari HS 1 dan
dibawah dari settingan HS 2. Pada zona ini Proteksi PMT akan
bersifat definit, atau akan open dalam waktu 0,3 s. Apabila
gangguan berada pada HS 1 dari settingan PMT, maka ada
beberapa kemungkinan yang bisa terjadi.
Yang pertama PMT bisa reclose, keadaan ini terjadi
apabila arus gangguan melebihi settingan dari HS 1 dan masih
di bawah settingan dari HS 2 dari PMT SYG 10. Jadi PMT akan
berubah ke posisi open saat gangguan tersebut berlangsung
dalam 0,3 s kemudian PMT tersebut akan kembali lagi ke
keadaan semula yaitu close. Proteksi ini dapat bekerja apabila
gangguan yang terjadi adalah gangguan sementara atau
gangguan temporer, sehingga setelah PMT trip dan gangguan
tersebut hilang maka PMT akan reclose.
72

Lamanya PMT reclose dan banyaknya PMT reclose


tergantung dari settingan yang berada pada PMT tersebut.
Tetapi, pada distribusi di Jawa Tengah-DIY fungsi reclose pada
PMT dimatikan atau di non aktifkan karena berbagai macam
alasan berbeda dengan daerah distribusi lain yang di aktifkan.
Yang kedua yaitu PMT bisa lockout. Lockoutnya PMT
ini terjadi karena arus gangguan yang melebihi settingan HS 1
dan masih di bawah dari settingan HS 2. Settingan dari PMT
dibuat lockout setelah jeda definite 0,3s karena settingan
recloser pada PMT dimatikan, biasanya mencegah agar PMT
tidak reclose. Settingan pada penyulang di Jawa Tengah-DIY
biasanya dimatikan fungsi autoreclose sehingga langsung
lockout.
Yang ketiga yaitu PMT bisa reclose dan dilanjutkan
dengan trip. Kejadian ini bisa terjadi karena adanya gangguan
yang bersifat permanen, sehingga menyebabkan PMT
melakukan reclose kemudian dilanjutkan dengan trip dalam
keadaan normalnya.

c) Daerah Kerja HS 2
Apabila gangguan berada pada HS 2 dari settingan PMT,
maka arus gangguan hubung singkat tersebut berada pada jarak
antara kabel power pada outgoing SYG 10 tersebut sampai
dengan ± 2,2 km dari penyulang SYG 10 tersebut. Apabila
gangguan terjadi pada zona ini maka yang terjadi adalah PMT
akan langsung trip atau berada pada posisi open.
Hal ini terjadi karena adanya arus gangguan yang
melebihi settingan HS 2 pada PMT sehingga PMT tersebut
langsung trip secara langsung atau instant. Arus gangguan yang
melebihi HS 2 dari PMT tidak ada delay waktu untuk trip atau
instan, karena apabila diberi waktu delay dengan arus gangguan
73

yang besar maka arus gangguan tersebut bisa langsung menuju


ke PMT incoming dari trafo tenaga dan apabila arus gangguan
tersebut sangatlah besar maka akan menyebabkan trafo
incoming tersebut trip, sehingga menyebabkan matinya
penyulang-penyulang lain yang satu trafo dengan penyulang
yang terjadi gangguan tadi. Selain itu apabila PMT tidak instant
untuk trip juga akam merusak perlengkapan-perlengkapan lain
yang ada pada kubikel 20 KV.

4.2.3 Jaringan Setelah PMT Gangguan

 RECLOSE

PMT
SYG 10
R1 R2

Gambar 4.6 Jaringan saat PMT open

PMT R1 R2
SYG 10

Gambar 4.7 Jaringan saat PMT close

Saat jaringan mengalami gangguan yang mengharuskan


PMT reclose, maka yang terjadi seperti gambar diatas. Pada saat
posisi open, maka jaringan tersebut tidak bertegangan, sehingga
menyebabkan black out pada penyulang tersebut. Setelah beberapa
saat kemudian posisi PMT akan kembali lagi menjadi close,
sehingga jaringan tersebut bertegangan lagi. Sehingga perlu dicari
gangguan apa yang bisa menyebabkan gangguan tersebut.
74

 Trip

PMT
SYG 10
R1 R2

Gambar 4.8 Jaringan saat PMT Trip


Saat jaringan mengalami gangguan yang mengharuskan
PMT trip, maka yang terjadi seperti gambar diatas. PMT akan
berada pada posisi open, maka jaringan tersebut tidak bertegangan,
sehingga menyebabkan black out pada penyulang tersebut. Sehingga
harus dicari apa penyebabnya yang membuat PMT tersebut trip
sebelum di normalkan lagi ke kondisi close.

4.3 RECLOSER SYG 10


4.3.1 Jaringan Dengan Recloser Normal

PMT
SYG 10 R1 R2

Gambar 4.9 Jaringan dengan recloser normal


Dalam keadaan normal, recloser akan bertegangan dan
burfungsi sebagai penyalur tegangan dari zona pertama ke zona
kedua. Recloeer dapat dipantau tegangan, dan arus yang yang
sedang mengalir dalam penyulang tersebut dalam scada dan di
dalam panel recloser. Arus yang dapat dibaca dari recloser adalah
arus yang berada pada zona kedua dari penyulang tersebut. Fungsi
dari recloser ini untuk mengamankan arus gangguan yang berada
pada zona kedua agar tidak menuju kezona pertama yang bisa
menyebabkan PMT outgoing dari penyulang tersebut sehingga
menyebabkan PMT tersebut reclose atau trip.
Recloser harus selalu di kontrol arus yang mengalir di
recloser tersebut. Sehingga kita bisa memantau agar arus yang
mengalir pada recloser tersebut tidak melebihi batas arus normal
75

yang telah di setting di recloser tersebut. Terutama untuk daerah


yang ada pelanggan besar seperti pabrik, keandalan dari recloser
harus benar-benar diperhatikan agar tidak merugikan pelanggan
besar tersebut. Selain memperhatikan arusnya, peredam busur api
yang berada pada recloser juga harus diperhatikan, agar saat terjadi
gangguan dan mengharuskan recloser reclose atau trip, busur api
yang keluar bisa diredam oleh peredam busur api tersebut.
4.3.2 Daerah Kerja Setting Recloser

PMT
SYG 10 R1 R2
z

HCL
2,6 – 8,6 KM

HCT
2,6 – 11,6 KM

TIME DELAY
2,6 – 20 KM

HCL
11,6 – 15,6 KM

HCT
11,6 – 18,6 KM

TIME DELAY
11,6 – 20 KM
Gambar 4.10 Daerah Kerja Setting Recloser
76

Gangguan yang bisa menyebabkan recloser reclose atau trip


biasanya terdapat pada zona kedua suatu jaringan. Zona kedua
terdapat pada daerah setelah recloser. Untuk mengamankan
gangguan pada zona kedua agar gangguan tidak berlanjut pada PMT
outgoing, maka di lakukan penyettingan batas arus gangguan dan
waktu reclose atau waktu trip terhadap recloser. Penyettingan
tersebut terbagi menjadi 3 bagian yaitu, penyettingan gangguan pada
High Current Lockout (HCL), High Current Trip (HCT), dan Time
Delay (TD) batas arus normal yang bisa mengalir pada recloser atau
arus pick up recloser
A. Daerah Kerja HCL
Apabila gangguan berada pada daerah HCL dari
settingan recloser, maka yang terjadi adalah recloser akan
langsung lockout atau berada pada posisi open dan tidak
dimungkinkan untuk terjadi reclose. Hal ini terjadi karena
adanya arus gangguan yang bersifat temporer atau pun permanen
yang arusnya melebihi dari settingan HCL recloser, sehingga
recloser tersebut langsung trip secara langsung atau instant.
Arus gangguan yang melebihi HCL dari recloser tidak
ada delay waktu untuk trip, karena apabila di beri waktu delay
dengan arus gangguan yang besar maka arus gangguan tersebut
bisa langsung menuju PMT outgoing. Apabila gangguan
tersebut sampai ke PMT outgoing dan arus gangguannya
melebihi HS 1 atau HS 2 dari PMT outgoing akan
mengakibatkan PMT outgoing reclose atau trip. Apabila hal ini
terjadi maka koordinasi PMT SYG 10 dengan dengan recloser
SYG10-52 dan recloser 4/K3-324 akan gagal, sehingga fungsi
recloser tersebut menjadi sia-sia.
Fungsi lain dari HCL selain untuk mengamankan PMT
agar tidak menjadi trip adalah untuk dijadikan pedoman sebagai
77

lokalisir lokasi gangguan. Apabila gangguan hubung singkat


terjadi dan membuat recloser SYG10-52 dalam keadaan lockout
maka dapat dipastikan lokasi gangguan yang terjadi berada pada
wilayah antara recloser SYG10-52 sampai dengan ± 6 km dari
recloser tersebut.
Apabila gangguan hubung singkat terjadi dan membuat
recloser 4/K3-324 dalam keadaan lockout maka dapat dipastikan
lokasi gangguan yang terjadi berada pada wilayah antara
recloser 4/K3-324 sampai dengan ± 7 km dari recloser tersebut.
Sehingga mempermudah serta mempercepat pencarian lokasi
dari gangguan tersebut.

B. Daerah Kerja HCT


Apabila gangguan berada pada HCT dari settingan
recloser SYG10-52, maka gangguan tersebut berada di daerah
±8,6 km sampai dengan ±11,6 km. Serta apabila gangguan
berada pada HCT dari settingan recloser 4/K3-324, maka
gangguan tersebut berada di daerah ±15,6 km sampai dengan
±18, 6 km. Pada daerah HCT recloser memungkinkan 2 kondisi
yaitu trip atau reclose. Entah pada posisi trip ataupun pada
kondisi reclose keduanya tidak ada delay untuk open atau dapat
dikatakan instan saat membuka recloser.
Yang pertama yaitu recloser pada kondisi trip. Trip pada
recloser ini tidak memiliki delay waktu atau instant. Trip
recloser ini terjadi pada arus gangguan tersebut melebihi
settingan HCT dari recloser SYG10-52 ataupun recloser 4/K3-
324 tetapi masih di bawah settingan HCL pada recloser tersebut.
Trip pada saat kondisi ini tidak memungkinkan untuk reclose
karena gangguan yang terjadi adalah gangguan permanen,
sehingga recloser akan trip dan menunjukkan arus gangguan di
range HCT. Pembagian arus gangguan HCT ini berfungsi untuk
78

mempermudah dan mempercepat lokalisir dari penyebab


gangguan. Apabila pada recloser terbaca arus gangguan yang
dalam daerah HCT dan recloser trip secara instant maka dapat
dipastikan bahwa lokasi gangguan hubung singkat tersebut
berada pada jarak area dari HCT.

Kedua recloser akan trip secara langsung tanpa delay


waktu (instant) tetapi masih memungkinkan untuk terjadinya
reclose, keadaan ini apabila arus gangguan melebihi settingan
arus HCT tetapi masih di bawah settingan arus HCL. Keadaan
reclose pada recloser di daerah HCT dapat terjadi apabila
gangguan yang terjadi adalah gangguan temporer atau gangguan
sementara, sehingga saat reclose trip secara instant dan
merasakan bahwa gangguan tersebut adalah gangguan temporer
atau sementara maka recloser akan melakukan reclose saat
gangguan tersebut telah hilang dan close seterusnya, tetapi bila
gangguan tersebut belum hilang maka recloser akan kembali trip
dan akan open untuk seterusnya.
Setting waktu dan berapa kali reclose pada recloser
sesuai dengan settingan pada HCT tersebut. Settingan pada HCT
di recloser SYG10-52 juga berkoordinasi dengan recloser 4/K3-
324 dan PMT SYG 10. Sehingga pada saat arus terbaca pada HS
1 di PMT SYG 10 dan juga terbaca sebagai arus gangguan pada
daerah HCT pada recloser SYG10-52 maka yang terlebih dahulu
akan trip adalah recloser SYG10-52. Karena waktu kerja
recloser SYG10-52 lebih cepat daripada PMT Outgoing. Dari
hal ini menyebabkan PMT terlindungi dan mempersempit
daerah padam.
Ketika terjadi gangguan di daerah HCT pada recloser
4/K3-324 dan juga terbaca sebagai arus gangguan pada daerah
Time Delay pada recloser SYG10-52 maka yang terlebih dahulu
79

akan trip adalah recloser 4/K3-324. Dari hal ini menyebabkan


recloser SYG10-52 terlindungi dan mempersempit daerah
padam.
Keadaan inilah yang disebut sebagai koordinasi PMT
SYG 10 dengan recloser SYG10-52 dan recloser 4/K3-324.

C. Daerah Kerja Time Delay


Arus gangguan yang berada pada Time Delay (TD)
adalah arus gangguan hubung singkat yang terjadi pada jarak ±
18,6 km dari recloser terujung (recloser 4/K3-324) hingga ke
ujung dari penyulang SYG 10 tersebut. Arus gangguan yang
terjadi akan dihitung dengan nilai waktu tms pada recloser
sebelum recloser tersebut trip. Arus gangguan yang termasuk
dalam zona TD ini adalah arus gangguan yang berada di atas
batas normal arus yang ditoleransi dari suatu recloser atau pick
up dan di bawah dari batas HCT.
Ketika terjadi gangguan di daerah Time Delay recloser
akan trip sesuai dengan waktu kerja pada arus gangguan
tersebut. Arus gangguan yang berada pada TD sudah di back up
dengan adanya recloser ke 2, sehingga arus gangguan yang
berada pada TD akan masuk pada HCT atau HCL pada recloser
ke 2 dan dapat menyebabkan recloser 2 trip apabila gangguan
tidak hilang selama waktu kerja yang mendeteksi arus gangguan
di wilayah time delay tersebut.
.
80

4.3.3 Jaringan Setelah Recloser Gangguan


 Reclose

PMT R1 R2

Gambar 4.11 Jaringan saat recloser I open

PMT R1 R2

Gambar 4.12 Jaringan saat recloser I close

Saat jaringan mengalami gangguan yang mengharuskan


recloser menjadi reclose, maka yang terjadi seperti gambar diatas.
Pada saat posisi open, maka jaringan tersebut tidak bertegangan,
sehingga menyebabkan black out pada zona kedua dari penyulang
tersebut. Setelah beberapa saat kemudian posisi recloser akan
kembali lagi menjadi close, sehingga jaringan tersebut bertegangan
lagi. Sehingga perlu dicari gangguan apa yang bisa menyebabkan
gangguan tersebut.

 Trip

PMT R1 R2

Gambar 4.13 Jaringan saat recloser I trip

Saat jaringan mengalami gangguan yang mengharuskan


recloser trip, maka yang terjadi seperti gambar di atas. recloser akan
berada pada posisi open, maka jaringan tersebut tidak bertegangan,
sehingga menyebabkan black out pada zona kedua dari penyulang
tersebut. Sehingga harus dicari apa penyebabnya yang membuat
recloser tersebut trip sebelum di normalkan lagi ke kondisi close.
81

4.4 Wilayah Kerja Proteksi Pada Jaringan di Sisi PMT Outgoing dan
Recloser

Gambar 4.14 Wilayah Kerja Proteksi Pada Jaringan di Sisi PMT Outgoing
dan Recloser

4.4.1 PMT Outgoing SYG 10


Wilayah Proteksi :
a. Highset 2 ; 0 – 2,2 KM (7280 A)
Ketika terjadi gangguan di wilayah ini, maka PMT akan trip
secara lockout dan instant (tanpa tunda waktu).

b. Highset 1 : 2,2 – 7,4 KM (3440 A)


Ketika terjadi gangguan di wilayah ini, maka PMT akan trip
dengan tunda waktu 0,3 s (definite time).

c. Time Delay : 7,4 – 20 KM (480 A)


Ketika terjadi gangguan di wilayah ini, maka PMT akan trip
dengan tunda waktu sesuai arus gangguan yang terjadi dan akan
dihitung dengan nilai waktu tms pada PMT sebelum PMT trip.

4.4.2 Recloser SYG10-52


Wilayah Proteksi :
a. High Current Lockout : 2,6 - 8,6 KM (6694 A)
82

Ketika terjadi gangguan di wilayah ini, maka recloser akan


langsung lockout dan tidak dimungkinkan untuk terjadi reclose.

b. High Current Trip : 8,6 – 11,6 KM (2410 A)


Ketika terjadi gangguan di wilayah ini, maka recloser akan
trip secara langsung tanpa delay waktu (instant) tetapi masih
memungkinkan untuk terjadinya reclose.

c. Time Delay : 11,6 – 20 KM (400 A)


Ketika terjadi gangguan di wilayah ini, maka recloser akan
trip dengan tunda waktu sesuai arus gangguan yang terjadi dan akan
dihitung dengan nilai waktu tms pada recloser sebelum recloser
tersebut trip.

4.4.3 Recloser 4/K3-324


Wilayah Proteksi :
a. High Current Lockout : 11,6 - 15,6 KM (1874 A)
Ketika terjadi gangguan di wilayah ini, maka recloser akan
langsung lockout dan tidak dimungkinkan untuk terjadi reclose.

b. High Current Trip : 15,6 – 18,6 KM (1606 A)


Ketika terjadi gangguan di wilayah ini, maka recloser akan
trip secara langsung tanpa delay waktu (instant) tetapi masih
memungkinkan untuk terjadinya reclose.

c. Time Delay : 18,6 – 20 KM (320 A)


Ketika terjadi gangguan di wilayah ini, maka recloser akan
trip dengan tunda waktu sesuai arus gangguan yang terjadi dan akan
dihitung dengan nilai waktu tms pada recloser sebelum recloser
tersebut trip.
83

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat saya ambil dari kerja praktik yang saya
laksanakan di PT PLN (Persero) UP2D Jateng-DIY DCC I Semarang
tepatnya di bidang HAR 20 kV bagian pemeliharan dan proteksi distribusi
20 kV adalah:
1. Sistem proteksi yang handal sangat diperlukan pada JTM, karena dengan
proteksi yang handal dapat mengurangi daerah padam. Salah satunya
dengan koordinasi antara PMT Outgoing dan recloser yang harus benar-
benar saling berkesinambungan dengan baik. Dinyatakan baik ketika
grafik waktu kerja antara PMT Outgoing, Recloser I, Recloser II tidak
saling bersinggungan ataupun berpotongan.
2. Recloser harus dapat mengamakan daerah gangguan terlebih dahulu
daripada PMT Outgoing apabila gangguan tersebut berada setelah
recloser guna mengisolir daerah gangguan.
3. Recloser II memiliki nilai setting arus yang lebih kecil daripada Recloser
I, dan Recloser I memiliki nilai setting arus yang lebih kecil daripada
Outgoing. (Iset Recloser II < Iset Recloser I < Iset Outgoing )
4. Recloser II memiliki nilai waktu kerja yang lebih cepat daripada Recloser
I, dan Recloser I memiliki nilai waktu kerja yang lebih cepat daripada
Outgoing. (waktu kerja Recloser II < waktu kerja Recloser I < waktu
kerja Outgoing )
5. Pada sisi Outgoing memiliki zona proteksi yaitu Time Delay, High Set I,
dan High Set II. Sedangkan pada sisi Recloser memiliki zona proteksi
yaitu Time Delay, High Current Trip, dan High Current Lockout.
6. Nilai setting Over Current Relay (OCR) pada sisi Outgoing adalah OCR
= 480A, Tms = 0,22s, HS 1 = 3440A, HS 2 = 7280 A. Sedangkan pada
Recloser I adalah OCR = 400A, Tms = 0,1s, HCT = 2410A, HCL =
3066A. Serta pada Recloser II adalah OCR = 320A, Tms = 0,06s, HCT =
1606A, HCL = 1874A.
84

7. Nilai setting Ground Fault Relay (GFR) pada sisi Outgoing adalah GFR
= 200A, Tms = 0,30s, HS 1 = 2560A, HS 2 = 4800A. Sedangkan pada
Recloser I adalah GFR = 120A, Tms = 0,16s, HCT = 1166A, HCL =
1526A. Serta pada Recloser II adalah GFR = 100A, Tms = 0,1s, HCT =
752A, HCL = 887A.
8. Beban aman maksimal pada suatu penyulang yaitu batasan pada sisi time
delay outgoing. Apabila beban melewati nilai setting time delay, maka
outgoing akan bekerja sesuai dengan nilai tms yang ada.
5.2 Saran
Selama mengikuti kerja praktik di PT. PLN (Persero) UP2D Jateng-
DIY DCC I Semarang, saya dapat memberikan sedikit saran sebagai berikut:
1. Beban disetiap penyulang harus selalu dipantau agar tidak melebihi nilai
setting beban maksimal yang ada guna keandalan suatu jaringan.
2. Nilai settingan pada setiap zona proteksi lebih baik selalu diperhitungkan
dengan cermat. Supaya koordinasi waktu kerja setiap peralatan proteksi
dapat bekerja sesuai dengan fungsi kerjanya.
Akhirnya saya hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada PT.
PLN (Persero) UP2D Jateng-DIY khususnya Bidang Pemeliharaan bagian
Proteksi karena telah membimbing saya dan memberikan kesempatan untuk
melaksanakan Kerja Praktik.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2008. Perhitungan Setelan OCR & GFR Penyulang 20 kV. Semarang:
PT.PLN (Persero) Ditribusi Jateng & DIY APD Semarang

Anonimus. 2012. Kesepakatan Bersama Pengelolaan Sistem Proteksi Trafo -


Penyulang 20 kV. Jakarta: PT. PLN (Persero).

Pandjaitan, Bonar. 2012. Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta. Andi Offset

Rama, Destiara. 2018. Koordinasi Proteksi PMT Outgoing dengan Recloser pada
Penyulang RDT 04 di GIS Randu Garut 150 kV (Laporan Kerja Praktik
D3 Elektro Tidak Diterbitkan). Universitas Diponegoro: Semarang

Sarimun, Wahyudi. 2005. Proteksi Sistem Distribusi. Jakarta.

Setiono, Iman. 2018. Pedoman Penulisan. Semarang: Penerbit dan Percetakan


Undip Press.

85
LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Kerja Praktik


Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik
Lampiran 3 Absensi Harian
Lampiran 4 Laporan Harian Praktk Kerja Lapangan

LOG BOOK PRAKTIK KERJA LAPANGAN


7 JANUARI 2019 – 29 MARET 2019
PT PLN (PERSERO) UP2D JATENG – DIY

HARI ,
NO KEGIATAN LOKASI
TANGGAL
Pengarahan dan Pengenalan Lingkungan
Senin, 7 UP2D Jateng
1 UP2D Jateng DIY oleh Manager Bagian
Januari 2019 DIY
Perencanaan
Pemberian materi mengenai Sistem
Selasa, 8 UP2D Jateng
2 Proteksi dan Kubikel 20 Kv oleh
Januari 2019 DIY
Supervisor Proteksi dan Supervisor Harlek
Rabu, 9 Pemberian materi mengenai PMT, UP2D Jateng
3
Januari 2019 Recloser dan LBS oleh Supervisor Proteksi DIY
Download event pada penyulang di GI
Kamis, 10 GI Ungaran, GI
4 Ungaran, GI Tambak Lorok, dan Recloser
Januari 2019 Tambak Lorok
TBL-16
Jum’at , 11 GIS
5 Pemasangan Dopper Pada Kubikel SPL 07
Januari 2019 Simpanglima
Minggu, 13 Pemeliharaan dan Pengujian Tahunan
6 GI Kaliwungu
Januari 2019 Kubikel 20 Kv GI Kaliwungu Trafo 01
Senin, 14 UP2D Jateng
Belajar di ruang dispatcher
7 Januari 2019 DIY
Selasa, 15 UP2D Jateng
8 Belajar di ruang dispatcher
Januari 2019 DIY
Rabu, 16 GIS
9 Penggantian Relay pada Kubikel SPL 07
Januari 2019 Simpanglima
Kamis, 17 Pemberian Materi mengenai zona proteksi UP2D Jateng
10
Januari 2019 PMT Outgoing dan Recloser DIY
Jum’at , 18 UP2D Jateng
11 Belajar tentang proteksi di JTM 20 Kv
Januari 2019 DIY
Senin, 21 UP2D Jateng
12 Belajar di bagian SCADA
Januari 2019 DIY
Selasa, 22 UP2D Jateng
13 Belajar di bagian SCADA
Januari 2019 DIY
Update penamaan recloser di setiap
Rabu, 23 UP2D Jateng
14 Keypoint guna mempermudah kerja
Januari 2019 DIY
Dispatcher
Kamis, 24 Resetting Recloser pada keypoint SYG 07 Wilayah
15
Januari 2019 dan SYG 10 Sayung, Demak

Jum’at , 25 UP2D Jateng


16 Belajar menganai setting Recloser
Januari 2019 DIY

Senin, 28 UP2D Jateng


17 Mendalami materi yang pernah diajarkan
Januari 2019 DIY
Selasa, 29 UP2D Jateng
18 Mengetahui SOP Pemeliharaan 20 kV
Januari 2019 DIY
Perekapan hasil Pemeliharaan Kubikel,
Rabu, 30 UP2D Jateng
19 Busbar PMT, dan Kabel Power di GI
Januari 2019 DIY
Rembang
Kamis, 31 UP2D Jateng
20 Mengenal peralatan proteksi di Workshop
Januari 2019 DIY

Jum’at , 1 Belajar tentang kesepakatan setting UP2D Jateng


21
Februari 2019 proteksi DIY

Senin, 4 Belajar teori tentang mencari arus hubung UP2D Jateng


22
Februari 2019 singkat pada outgoing dan jaringan DIY
Rabu, 6 Wilayah
23 Penggantian dan komisioning Recloser
Februari 2019 Bringin,Salatiga
Kamis, 7 GI Gejayan
24 Komisioning kopel baru GI Gejayan
Februari 2019 (Yogyakarta)
Jum’at , 8 Update nama, type, seri, merk Keypoint se- UP2D Jateng
25
Februari 2019 Jateng DIY DIY
Senin,11
26 Izin KP karena sakit Rumah
Februari 2019
Selasa, 12
27 Izin KP karena sakit Rumah Sakit
Februari 2019
Rabu, 13
28 Izin KP karena sakit Rumah Sakit
Februari 2019
Kamis, 14
29 Izin KP karena sakit Rumah Sakit
Februari 2019
Jum’at, 15
30 Izin KP karena sakit Rumah Sakit
Februari 2019
Senin, 18
31 Izin KP karena sakit Rumah
Februari 2019
Selasa, 19
32 Izin KP karena sakit Rumah
Februari 2019
Rabu, 20
33 Izin KP karena sakit Rumah
Februari 2019
Kamis, 21
34 Izin KP karena sakit Rumah
Februari 2019
Jum’at, 22 Belajar mengenai materi yang telah UP2D Jateng
35
Februari 2019 diberikan di hari sebelumnya DIY
Pemberian Materi tentang perhitungan
Senin, 25 UP2D Jateng
36 Arus hubung singkat oleh supervisor
Februari 2019 DIY
Proteksi
Selasa, 26 Pemberian Materi mengenai OCR dan UP2D Jateng
37
Februari 2019 GFR DIY
Rabu, 27 UP2D Jateng
38 Pengerjaan tugas tentang OCR dan GFR
Februari 2019 DIY
Kamis, 28 Belajar di Bagian Opsidis mengenai virtual UP2D Jateng
39
Februari 2019 SLD DIY
Jum’at, 1 UP2D Jateng
40 Belajar di Bagian Opsidis
Maret 2019 DIY
Senin, 4 Meminta data settingan Outgoing dan UP2D Jateng
41
Maret 2019 Recloser SYG 10 DIY
Selasa, 5 UP2D Jateng
42 Meminta data GI Sayung dan SLD SYG10
Maret 2019 DIY
Rabu, 6 Maret GI Tambak
43 Pengujian Relay OCR GFR sisi Outgoing
2019 Lorok
Kamis, 7 Mengecek kondisi peralatan proteksi Gudang UP2D
44
Maret 2019 (recloser) Mangkang
Jum’at, 8 Pengujian HVTS pada kabel SKTM pada
45 Wilayah Jepara
Maret 2019 Keypoint JP11-123 dan JP11-129
Senin, 11 Ijin ke kampus untuk konsultasi dengan
46 Kampus Undip
Maret 2019 dosen pembimbing
Selasa, 12 UP2D Jateng
47 Membuat Laporan Kerja Praktik
Maret 2019 DIY
Rabu, 13 UP2D Jateng
48 Membuat Laporan Kerja Praktik
Maret 2019 DIY
Kamis, 14 Penggantian Relay pada Kubikel PDP 02 GI Pudak
49
Maret 2019 dan PDP 07 Payung
Jum’at, 15 Pemberian materi mengenai penataan UP2D Jateng
50 Maret 2019 Keypoint oleh Supervisor Proteksi DIY
Senin, 18 Belajar pengoperasian maneuver jaringan UP2D Jateng
51
Maret 2019 di dispatcher DIY
Selasa, 19 UP2D Jateng
52 Membuat Laporan Kerja Praktik
Maret 2019 DIY
Rabu, 20 UP2D Jateng
53 Membuat Laporan Kerja Praktik
Maret 2019 DIY
Perekapan hasil Pemeliharaan Kubikel,
Kamis, 21 UP2D Jateng
54 Busbar PMT, dan Kabel Power di GI
Maret 2019 DIY
Sayung
Jum’at, 22 UP2D Jateng
55 Konsultasi Laporan KP dengan staf PLN
Maret 2019 DIY
Senin, 25 UP2D Jateng
56 Membuat Presentasi Seminar Kerja Praktk
Maret 2019 DIY
Selasa, 26 UP2D Jateng
57 Konsultasi mengenai isi dan materi PPT
Maret 2019 DIY
Rabu, 27 UP2D Jateng
58 Belajar dan memahami isi PPT
Maret 2019 DIY
Kamis, 28 UP2D Jateng
59 Belajar dan memahami isi PPT
Maret 2019 DIY
Presentasi hasil KP dengan manager,
Jum’at, 29 UP2D Jateng
60 supervisor, dan staf PT PLN. Sekaligus
Maret 2019 DIY
perpisahan berakhirnya kegiatan PKL.
Lampiran 5 Lembar Penilaian Kerja Praktik
Lampiran 6 Single Line Diagram GI Sayung Trafo 03

Anda mungkin juga menyukai