Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

PENGARUH LIDAH BUAYA (Aloe vera) TERHADAP KONSTIPASI

Oleh Kelompok 5 :

1. Made Ariani (15C11480)


2. Ni Wayan Devi Cristianti (15C11485)
3. Ni Wayan Dewi Sukma AmbaraWati (15C11489)
4. Ni Nyoman Sintaningsih (15C11523)
5. Putu Ayu Sintayani (15C11524)
6. NI Putu Sista Andriani (15C11526)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

TAHUN AJARAN 2019/2020


PENGARUH LIDAH BUAYA (Aloe vera)

TERHADAP KONSTIPASI

A. Konstipasi
Konstipasi adalah kondisi di mana feses mengeras sehingga susah
dikeluarkan melalui anus, dan menimbulkan rasa terganggu atau tidak
nyaman pada rektum (Brown, 2011). Konstipasi dapat terjadi pada semua
lapisan usia, yang pada umumnya ditandai dengan frekuensi buang air besar
yang rendah (kurang dari 3 kali dalam satu minggu).
Konstipasi masih sering dianggap remeh oleh masyarakat. Mereka
menganggap kesulitan buang air besar bukan masalah besar, hanya akibat dari
salah makan atau kurang minum air sehingga disepelekan dan dianggap akan
sembuh dengan sendirinya. Padahal, konstipasi dapat mengakibatkan kanker
usus besar (colon cancer) yang dapat berujung pada kematian (Brown, 2011).
Penanganan konstipasi dapat dilakukan dengan pemberian obat
pencahar atau laksansia seperti obat-obatan golongan bulk-forming laxatives,
laksatif osmotik, laksatif stimulan, dan enema. Akan tetapi bila obat-obatan
tersebut digunakan secara berlebihan dapat mengganggu absorpsi zat gizi
pada usus halus dan mencegah sintesis vitamin di usus besar. Oleh karena itu,
diperlukan penanganan alternatif yang aman dan efektif dengan efek samping
yang lebih rendah serta lebih ekonomis dibandingkan laksansia atau obat
pencahar sintesis. Salah satu terapi alternatif yang dapat digunakan untuk
mengatasi konstipasi yaitu dengan menggunakan lidah buaya (Aloe vera).

B. Pengertian Lidah Buaya


Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman yang dapat mengatasi
berbagai masalah kesehatan salah satunya gangguan pada sistem pencernaan.
Lidah buaya (Aloe vera) mengandung aloin (pencahar) dan asam amino
esensial. Lidah buaya memiliki efek pencahar (laksatif) yang disebabkan
kandungannya, berupa 1,8 dihidroksiantrasen glukosida, aloin A dan B
(barbaloin). Setelah penggunaan aloin A dan B secara oral maka akan
menghasilkan aloe-emodin9-antron (antrakinon) sebagai metabolit aktif.
Antrakinon pada saluran penceranaan memiliki fungsi sebagai stimulan dan
mengiritasi saluran pencernaan sehingga menimbulkan efek pencahar (Huda,
2016).

C. Pembahasan Jurna-Jurnal Ilmiah Tentang Lidah Buaya (Aloe vera)


terhadap Konstipasi.
1. Efektivitas Lidah Buaya (Aloe vera) terhadap Konstipasi, (2018).
Daging daun lidah buaya (Aloe vera) mengandung 96% air dan 4%
terdiri dari bahan aktif seperti minyak esensial, asam amino, mineral,
vitamin, enzim, glikoprotein, asam aspartat, serin, glutamin, treonin,
urosin, fenilanin, histidin, dan leusin, serta mineral seperti magnesium
kalium, natrium, seng, besi, dan kromium. Eksudat daun lidah buaya
(Aloe vera) yang merupakan getah yang keluar saat pemotongan daun
berbentuk cair, berwarna kuning, dan rasanya pahit. Zat yang terkandung
pada eksudat daun lidah buaya adalah glikosida Hydroxyanthraquinone
merupakan laksan yang poten, mempengaruhi motilitas usus besar
(penghambatan pompa Na+/K+dan kanal Cl pada membran kolon),
mengakibatkan percepatan waktu transit pada kolon, dan mempengaruhi
proses sekresi mukus dan klorida yang mengakibatkan peningkatan
volume cairan. Turunan glikosida Hydroxyanthraquinone yaitu Aloe-
emodinanthrone yang dapat digunakan sebagai obat pencahar. Aloe-
emodin-anthrone akan direduksi menjadi Anthrone atau Anthranol dan
akan merangsang sekresi mukosa kolon, menghambat absorpsi air dan
elektrolit sehingga feses menjadi lebih cair dan meningkatkan peristaltik
usus. Selain itu, Aloe-emodin berikatan dengan glukosa dan berkembang
menjadi molekul Barbaloin. Molekul tersebut menyebabkan pelepasan air
dan elektrolit ke dalam lumen kolon yang menyebabkan absorpsi air dan
elektrolit terhambat sehingga feses lebih cairdan volume di dalam rektum
bertambah dan akan memacu terjadinya peristaltik. Kedua zat tersebut
yaitu Aloeemodin-anthrone dan Barbaloin yang terkandung dalam daging
daun lidah buaya yang berkhasiat sebagai laksansia atau obat pencahar.
Efek laksan setelah penggunaan lidah buaya (Aloe vera) terjadi
sekitar 6-12 jam dikarenakan perlunya waktu transpor antraquinon ke
kolon dan di metabolisme menjadi senyawa aktif. Obat laksansia yang
memiliki mula kerja yang sama yaitu 6-12 jam setelah mengkonsumsi
obat laksansia yaitu laksansia golongan laksatif stimulan seperti derivat
diphenylmethane. Meskipun waktu terjadinya defekasi antara lidah buaya
(Aloe vera) dan laksansia golongan laksatif stimulan sama, tetapi
laksansia golongan laksatif stimulan memiliki efek samping seperti kram
perut, flatulens, dan rasa terbakar pada rektal dengan bentuk suppositoria.
Dapat disimpulkan bahwa lidah buaya (Aloe vera) mengandung
Aloe-emodinanthrone dan Barbaloin yang memiliki efek pencahar dimana
efek laksan lidah buaya (Aloe vera) lebih tinggi dibandingkan dengan
obat laksansia.

2. Effects Aloe vera On Constipation, (2017).


Lidah buaya juga memiliki peran penting dalam menyembuhkan
konstipasi. Aloe vera memproduksi 2 substansi yang digunakan sebagai
obat diantaranya: gel yang terdapat di dalam daun dan getah yang
diperoleh terdapat di bawah kulit daun. Biasanya Aloe vera digunakan
untuk sembelit dalam bentuk jus, kapsul lunak atau kapsul. Getah Aloe
vera mengandung pencahar untuk konstipasi. Getah lidah buaya dapat
diminum sebagai pencahar yang membantu mmengosongkan usus secara
alami. Penggunaan getah Aloe vera sebagai pencahar telah diteliti dengan
baik: anthraquinones yang di dalam getah merupakan pencahar yang baik
dalam meningkatkan peristaltik usus.
Hasil yang didapat yaitu, dari 20 responden dengan konstipasi
sebelum meminum getah lidah buaya, dari 20 responden ada 14
responden yang mengejan saat buang air besar, 12 responden mempunyai
pendaharan rectum, 12 responden mempunyai prolapse rectum, dan 18
responden mengalami nyeri saat BAB. Tetapi setelah setelah meminum
getah lidah buaya hanya 5 responden yang mengejan saat buang air besar,
6 responden mempunyai pendaharan rektum, 4 responden mempunyai
prolapse rektum, dan 4 responden mengalami nyeri saat BAB. Beberapa
responden tidak memiliki respon terhadap getah Aloe vera dan konstipasi
masih sama dengan yang sebelumnya. Mungkin karena adanya infeksi
parasit.
Aloe vera membantu pencernaan dalam mengatasi konstipasi dan
membantu mengatur pergerakan usus. Tanaman ini cenderung digunakan
dalam pengobatan tradisional. Jadi dari hasil penelitian ini menunjukan
bahwa penggunaan getah lidah buaya bersamaan dengan obat-obat
konvensional tampaknya menjadi pengobatan yang efektif, murah dan
aman dalam mengatasi konstipasi. Getah Aloe vera merupakan obat alami
yang baik dalam mengatasi konstipasi, dan dapat meningkatkan cairan
usus dalam melunakan feses. Pencahar stimulan dari getah ini dapat
merangsang otot usus dalam meningkatkan pergerakan usus.

3. An Evidence-Based Systematic Review of Aloe vera by the Natural


Standard Research Collaboration, 2008.
Untuk konstipasi: dosis yang sering direkomendasikan dalam
jumlah minimum menjaga feses tetap lunak, biasanya 0,04-0,17 gram jus
kering (sesuai dengan 10-30 mg hidroksianthraquion). Sebagai alternatif
dapat dikombinasikan dengan celandine (300 mg) dan psyllium (50 mg),
150 mg/hari jus lidah buaya kering teah terbukti efektif sebagai pencahar.
Efek samping yang ditimbulkan dalam penggunaan getah lidah
buaya yaitu, kram perut dan diare dalam penggunaan oral. Penggunaan
obat pencahar seperti getah Aloe vera selama lebih dari 7 hari berturut-
turut dapat memperburuk konstipasi dan menyebabkan ketergantungan.
Penyalahgunaan obat pencahar yang mengandung anthranoid selama lebih
dari 1 tahun dapat meningkatkan resiko kanker kolonrektal dengan relatif
3,04 dibandingkan dengan nonanthranoid (3x lipat beresiko).
Mekanisme dari aksi getah lidah getah buaya: getah Aloe vera
mengandung anthraquinone glycosides (aloin, aloee modin, dan
barbaloin) yang beraksi sebagai pencahar stimulant yang kuat. Glikosida
yang larut dalam air ini dibagi oleh bakteri usus menjadi aglikon, yang
diyakini memberi efek pencahar yang lebih kuat dari herbal yang lain
seperti senna, cascara dan akar rhubarb. Salah satu senyawa yaitu aloe-
emodin-9-antrone, telah terbukti meningkatkan kandungan air dalam usus
besar tikus.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, J. E., Isaacs, J.S., Krinke, U.B., Lechtenberg, E., Murtaugh, M.A.,
Sharbaugh, C., Splett, P.L., Stang, J., Wooldridge, N.H.(2011). Nutrition
Through the Life Cycle. 4th edition. USA: Wadsworth Cengage Learning

Rahma, E & Oktafany., (2018). Efektivitas Lidah Buaya (Aloe vera) terhadap
Konstipasi., Jurna Agromedicine., 5(1)., 427-432.

Shebi, S & Preetha, S., (2017). Effects of Aloe vera On Constipation.,


International Journal of Current Advanced Research., 6(4)., 3300-3302.

Ulbricht, C et al., 2008. An Evidence-Based Systematic Review of Aloe vera by


the Natural Standard Research Collaboration. Journal of Herbal
Pharmacotherapy., 7(3-4)., 276-323.

Anda mungkin juga menyukai