Anda di halaman 1dari 91

ABSTRAK

Nama : ANDI ODDANG


Nim : 10800108007
Judul : PENGARUH OWNERSHIP STRUCTURE TERHADAP LUAS
PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CSR
DISCLOSURE) (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN
PERTAMBANGAN YANG TERCATAT DI BEI TAHUN 2009 -
2011).

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)


menjadi salah satu komponen pengungkapan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Pengungkapan item-item biasanya dilakukan melalui laporan tahunan
(annual report) atau sustainability report. Secara umum CSR merupakan kontribusi
pembangunan berkelanjutan dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
ownership structure terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR
disclosure) pada perusahaan pertambangan yang tercatat di BEI tahun 2009 -2011.
Informasi dan data dalam penelitian ini meliputi data sekunder. Data sekunder
diperoleh dari laporan tahunan (annual report) perusahaan melalui Pusat Informasi
Pasar Modal (PIPM) perwakilan Makassar atau website resmi perusahaan dan website
resmi IDX.
Sampel penelitian adalah perusahaan pertambangan yang mengungkapkan
CSR pada periode 2009-2011. Jumlah sampel yang digunakan adalah 19 perusahaan.
luas pengungkapan CSR diukur dengan indek pengungkapan. Indek ini diukur dengan
item pengungkapan dalam Reporting Guidelines yang termuat dalam General
Reporting Initiatives (GRI). Pengujian hipotesis dengan alat analisis regresi berganda
dengan bantuan SPSS versi 19.0, dan menggunakan uji t untuk menganalisis keeratan
hubungan variabel secara individual, dan uji F untuk melihat hubungan secara
simultan.
Hasil pengujian gagal membuktikan pengaruh kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011. Kepemilikan asing
sebagai satu-satunya variabel yang berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2009-
2011.

Kata Kunci : Corporate Social Responsibility, Struktur Kepemilikan, General


Reporting Initiatives.

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Isu Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility

(CSR) semakin berkembang pesat seiring banyak kasus yang terjadi dimana

perusahaan tidak memberikan kontribusi positif secara langsung kepada masyarakat.


Pentingnya CSR, telah mendapat perhatian pemerintah dan perusahaan yang ada di

Indonesia. Sesuai dengan isi pasal 74 Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang

perseroan terbatas, Program CSR merupakan salah satu kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh perusahaan yang mengelola/memiliki dampak terhadap sumber daya

alam dan tidak dibatasi kontribusinya serta dimuat dalam laporan keuangan.1

Undang-undang No. 40 tahun 2007 tersebut mewajibkan industri atau

korporasi-korporasi yang mengelola/memiliki dampak terhadap sumber daya alam

untuk melaksanakan program CSR (Corporate Social Responsibility), mengingat

maraknya fenomena mengenai kurangnya perhatian perusahaan terhadap tanggung

jawab sosialnya. Seperti dikutip dalam media cetak bahwa:

usaha pertambangan di Indonesia sampai saat ini memicu beragam masalah,


dari pelanggaran hukum, konflik sosial, kerusakan lingkungan, hingga tindak
kekerasan. Usaha pertambangan itu pun belum banyak memberi kesejahteraan
nyata bagi masyarakat.2
Kasus berdarah di Pelabuhan Sape Bima NTB merupakan ekses sosial terkait

usaha pertambangan. Di Papua, masyarakat sekitar areal pertambangan justru disuguhi

ketimpangan soal kemewahan. Bila masyarat memprotes soal ketidakadilan, aparat

1
Dwi Kartini, Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep Sustainability
Management dan Implementasi di Indonesia (Cet. 1; Bandung: Refika Aditama, 2009), h. 128.
2
“Tambang Banyak Picu Masalah” (Liputan), Kompas, 20 Februari 2012.

2
membantu pengamanan di Freeport, menghadapinya dengan kekerasan. Dalam kasus

itu, aparat mendapat dana khusus dari perusahaan Amerika tersebut.


Kasus kerusakan lingkungan pun hampir sebagian besar mengait usaha
pertambangan. Penambangan batu bara di Kalimantan Timur secara masif,
yang meninggalkan lubang-lubang besar, tanpa perbaikan lingkungan yang
memadai, memicu banjir di kota itu, terutama saat musim hujan.3
Kasus perusahaan Lapindo Brantas misanya yang sampai sekarang dampak lumpur

Lapindo akibat kelalaian perusahaan pada saat aktivitas pengeboran masih dirasakan

masyarakat sekitar. Dari berbagai fenomena tersebut seharusnya perusahaan menyadari


pentingnya penerapan program CSR untuk jangka panjang perusahaan. kini dunia

usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single

bottom line), melainkan sudah meliputi aspek keuangan, sosial, dan lingkungan yang

biasa disebut sinergi tiga elemen (Triple bottom line) yang merupakan kunci dari

konsep pembangunan berkelanjutan.4 Karena kondisi keuangan tidaklah cukup untuk

merefleksikan nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).5

Walaupun CSR di Indonesia baru diwajibkan bagi perusahaan bidang tertentu

saja namun sudah bayak perusahaan yang mengungkapkan CSR secara sukarela pada

laporan tahunannya, sebagaimana menurut The European Commission:“For example,

regards CSR as a concept whereby companies decide voluntarily to contribute to a


better society and a cleaner environment.”6 Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial,

3
“Revitalisasi Pertambangan,”Situs Resmi Universitas Diponegoro. http://fe.undip.ac.id/
index.php/arsip-berita/61- dosen/551-prof-budi-s-revitalisasi-pertambangan (Diakses tanggal 24 Juni
2012) .
4
Bramantia Adhi Cahya, “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tanggung jawab
Sosial Perusahaan: Studi pada Bank di Indonesia Periode Tahun 2007-2008” (Skripsi Sarjana, Fakultas
Ekonomi Diponegoro, Semarang, 2010), h. 16.
5
Chaerul D. Djakman dan Novita, “Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Luas
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan: Studi Empiris pada
Perusahaan Publik yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2006,” Simposium Nasional Akuntansi:
h. 2.
6
Nazli A. Mohd Ghazali, “Ownersip structure and Corporate Social Responsibility Disclosure:
Some Malaysia Evidence,” Emerald Group Publshing Limited, Vol.7 No.3: h. 261.

3
dan ekonomi di dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk

mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi korporat kepada

investor dan stakeholders lainnya. Sehingga diharapkan perusahaan yang menerapkan

CSR akan direspons positif oleh para pelaku pasar.

Salah satu bentuk CSR misanya adalah kepedulian perusahaan terhadap

lingkungan dan masyarakat sekitar seperti pendirian sekolah sebagai salah satu upaya

untuk meningkatkan pendidikan masyarakat sekitar perusahaan. perusahaan dalam


mengeluarkan dana CSR memang beberapa program CSR tidak secara langsung

mendapatkan keuntungan melainkan keuntungan tersebut dapat dinikmati perusahaan

dalam jangka panjang. Sebagaimana Allah telah menjanjikan balasan berkali-kali lipat

atas harta yang dinafkahkan dijalan Allah dalam QS. Al- Baqarah: 261 :

  


   
   
   
   
    
  
Terjemahan :

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan


hartanya di jalan Allah[adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)
bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.7

7
Yusuf Mansur, An Introduction to The Miracle of Giving (Cet. 6; Jakarta: Zikrul Hakim, 2010),
h. 23.

4
Dalam al-qur’an sungguh sudah sangat jelas bahwa akan ada balasan lebih atas

harta yang dinafkahkan dijalan Allah. Melalui CSR inilah diharapkan perusahaan

menafkahkan sebagian dari profit yang didapatkan dari hasil aktivitas perusahaan.

Dalam sebuah hadis Rasulluhah SAW yang diriwayatkan oleh At-Tarmidzi, Rasulullah

bersabda: “tidak akan pernah berkurang harta yang disedekahkan kecuali ia bertambah,

bertambah, bertambah.”8

Para owners perusahaan seharusnya menyadari betapa pentingnya


Implementasi CSR perusahaan dalam upaya pengembangan perusahaan secara

berkelanjutan. Program CSR yang meliputi aspek lingkungan, energi, kesehatan dan

keselamatan tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan lain sebagainya akan

bermanfaat untuk jangka panjang perusahaan. sebagaimana firman Allah SWT dalam

QS. Al-Baqarah/2: 272:

   ...


    
   
   

Terjemahan :
... dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi
pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya
(dirugikan).9
Menafkahkan harta dijalan Allah misalnya perusahaan dengan implementasi

CSRnya, berdasarkan ayat di atas, jelas bahwa Allah tidak akan membuatnya rugi,

selain ganjaran pahala kepada para owners perusahaan “hal ini berguna untuk

8
Yusuf Mansur, op.cit., h.xi.
9
Teungku Muhammad Hasbi, Al-Islam 2 (Semarang: Pustaka Rezki Putra, 2007), h. 34.

5
membantu perusahaan dalam memperbaiki finansial performance dan meningkatkan

Corporate imagei.”10 Namun demikian kebijakan mengenai penerapan CSR tentunya

tidak terlepas dari siapa pemilik (owner) dan bagaimana struktur kepemilikan

(ownership structure ) dari perusahaan tersebut.

Sebagaimana menurut Ghazali, Struktur kepemilikan atau ownership structure

mempengaruhi cukup besar dalam jumlah kegiatan sosial yang diungkapkan dalam

laporan tahunan perusahaan sehingga peran dari para pemilik perusahaan menentukan
cekupan implementasi penerapan CSR dalam perusahaan.11 Hal ini sejalan dengan

kesimpulan yang diambil oleh Wong Yong Oh, Chank &Martinov yang menyimpulkan

bahwa: “We conclude that different owners have differential impacts on the firm’s CSR

engagement.”12 sehingga dengan demikian pemilik yang berbeda memiliki dampak

yang berbeda terhadap keterlibatan pengungkapan CSR.

Penelitian Novita & Djakman mengenai ownership structure dibagi menjadi

dua yaitu kepemilikan asing dan kepemilikan institusional sedangkan penelitian Wong

Yong Oh, Chank &Martinov, ownership structure diklasifikasikan menjadi

kepemilikan asing, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial.

Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang di anggap Concern


terhadap pengungkapan CSR. “Seperti diketahui Eropa dan United State merupakan

negara yang sangat memperhatikan isu-isu lingkungan.”13 Sruktur kepemilikan yang

lain adalah kepemilikan institusional,

10
Nurdisal M. Rachaman, Asep Efendi, dan Emir Wicaksana, Panduan Lengkap Perencanaan
CSR (Cet. 1; Jakarta: Penebar Swadaya, 2011), h. 16.
11
Nazli A. Mohd Ghazali, op. cit., h. 261.
12
Wong Yong Oh dan Young Kyung Chan, “The Effect of Ownership Structure on Corporate
Social Responsibility: Empirical Evidence from Korea,” Journal International Springer Science &
Business Media, No. 104 (2011): h. 285.
13
Chaerul D. Djakman dan Novita, op. cit., h. 6.

6
semakin besar kepemilikan institusional semakin efektif pemanfaatan aktiva
perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegah terhadap
pemborosan yang dilakukan oleh manajer14

Struktur kepemilikan yang ketiga adalah kepemilikan manajerial, “manajer

adalah agen pemilik perusahaan 'yang tidak menanggung semua konsekuensi dari

keputusan mereka sendiri.”15 diharapkan dengan keterlibatan manajer dalam

kepemilikan perusahaan, manajer akan lebih peduli untuk kelangsungan perusahaan di

masa yang akan datang sehingga kepedulian akan lingkungan sosial perusahaan juga
meningkat.

Berdasarkan beberapa uraian di atas penulis melakukan penelitian mengenai

bagaimanakah pengaruh ownership structure terhadap luas pengungkapan tanggung

jawab sosial perusahaan khususnya di Indonesia sebagaimana penelitan serupa telah

dilakaukan di beberapa negara seperti Korea yang dilakukan oleh Won Yong Oh dkk,

Malaysia oleh Mohd Ghazali dan beberapa negara di Eropa . di Indonesia penelitian

serupa telah dilakukan oleh Novita & Djakman namun ownership structure hanya

dikalsifikasikan menjadi kepemilikan asing dan kepemilikan institusional. letak

perbedaan dari penelitian Novita & Djakman (2008) yaitu klasifikasi ownership

structure dalam penelitian ini dikalsifikasikan menjadi kepemilikan asing,

institusional, dan manajerial. Selain itu periode pengamatan juga berbeda.


B. RUMUSAN MASALAH

Masih sedikitnya penelitian di Indonesia mengenai ownership structure

terhadap luas pengungkapan tanggung jawaban sosial dalam annual report, padahal

menurut Oh, Chang dan Martynov, kepemilikan yang berbeda akan memiliki dampak

14
Ibid., h. 7.
15
Wong Yong Oh dan Young Kyung Chan, op. Cit., h. 284.

7
yang berbeda terhadap keterlibatan pengungkapan CSR.16 Berdasarkan hasil

penelitian-penelitian sebelumnya juga masih menunjukkan ketidakkonsistenan

pengaruh struktur kepemilikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawaban sosial

perusahaan. Hal tersebut, mendorong untuk dilakukan penelitian mengenai ownership

structure terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial. Berdasarkan uraian di

atas, masalah yang akan diteliti selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi CSR di perusahaan pertambangan yang terdaftar di


BEI tahun 2009 – 2011?

2. Apakah ownership structure berpengaruh terhadap luas pengungkapan

tanggung jawab sosisal (CSR Disclosure) dalam laporan tahunan pada

perusahaan pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tahun 2009 -2011 ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui bahwa ownership structure berpengaruh terhadap luas pengungkapan

CSR di perusahaan publik yang yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tahun 2009 -2011.

2. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

a. Manfaat Teoritis

16
Ibid., h. 40.

8
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi yang

berarti dalam pengembangan teori akuntansi di Indonesia khususnya

kepemilikan perusahaan dan akuntansi sosial.

b. Manfaat Praktis

Penelitan ini dapat menjadikan perusahaan di Indonesia lebih aware

terhadap pengungkapan CSR di masa mendatang. Seperti halnya

pengungkapan CSR yang dilakukan di negara-negara Eropa dan Unitet


Stated sebagai salah satu informasi yang penting.

c. Kebijakan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi yang

berarti terhadap pemerintah untuk mengetahui sampai sejauh mana

pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang telah dilakukan

perusahaan. Sehingga pemerintah dapat mempertimbangkan suatu standar

pelaporan CSR yang sesuai dengan kondisi Indonesia.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 bab dengan menggunakan sistematika

penulisan sebagai berikut :


BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan teori-teori, penelitian-penelitian terdahulu, hipotesis

penelitian, dan kerangka pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN

9
Bab ini memuat tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan

sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan

definisi variabel operasional.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan gambaran umum perusahaan, pembahasan hasil penelitian,

dan keterbatasan penelitian.

BAB V PENUTUP
Bab menjelaskan mengenai kesimpulan atas hasil dan saran-saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

10
Terdapat beberapa definisi CSR. Menurut Lingkar studi CSR Indonesia, CSR

adalah :
Upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis untuk meminimalkan dampak negatif
dan memaksimalkan dampak posistif operasinya terhadap seluruh pemangku
kepentingan dalam rana ekonomi, sosial, dan lingkungan agar mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan.17

Sedangkan menurut Darwin mengatakan bahwa:


CSR adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela
mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam
operasinya dan interaksinya dengan stakeholder, yang melebihi tanggung jawab
organisasi di bidang hukum.18
Sedangkan Menurut The Word Business Council for Sustainable Development

(WBCSD ), definisi CSR adalah:


Komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan,
masyarakat setempat dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.19

Adapun rumusan CSR dari The Global Reporting Initiative (GRI), dimensi sosial dari

sustainability yang menyebabkan diperlukannya pelaksanaan CSR meliputi berbagai

dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas organisasi terhadap masyarakat, termasuk di

dalamnya karyawan, konsumen, komunikasi, lokal, rantai pasokan serta rekan bisnis.20

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa CSR adalah suatu

bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap dampak sosial, lingkungan, dimana


perusahaan tersebut melakukan aktivitas bisnisnya sehingga mampu memaksimalkan

dampak positif kepada para pemangku kepentingan untuk masa sekarang dan di masa

yang akan datang. Sehingga dengan CSR ini diharapkan perusahaan lebih

17
Nurdisal M. Rachaman, Asep Efendi, dan Emir Wicaksana,op.cit., h. 15.
18
Reni Retno Anggriani, “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial 9dalam Laporan Keuangan Tahunan,” Simposium
Nasional Akuntansi 9, (2006): h. 14.
19
Mohammad Nasir dan Darwin Warisi, “Pengaruh Good Corporate governace dalam
Mewujudkan Corporate Social Responsibility,” Jurnal Akuntansi Keuangan dan Perpajakan, No 1
(2008): h. 40..
20
Dwi Kartini, op. cit., h. 4.

11
meminimalkan dampak negatif dari operasi perusahaannya, terutama pada perusahaan

pertambangan yang mana aktivitas operasinya bergerak secara langsung mengelola

sumber daya alam yang jika tidak dikendalikan dengan baik bisa saja mengakibatkan

eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, pencemaran lingkungan, dan tidak

memperhatikan kelestarian lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Rum/ 30: 41-42 :

  


  
  
  
  
    
  
    
   

Terjemahan :
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu
adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."21
Pada ayat ini sudah jelas bahwa Allah telah memperingatkan tentang kerusakan

yang terjadi di dunia ini, baik di darat, laut maupun udara adalah akibat ulah perbuatan

manusia itu sendiri. Kerusakan di darat seperti hutan, pencemaran oleh limba industri

21
Mohammad Noor, et al., Al Qur’an Al Karim dan Terjemahannya Departemen Agama RI,
Semarang: Toha Putra, 1416H, juz 30, h.326.

12
dan lain sebagainya. Allah memperingatkan itu, karena dampak negatifnya akan

dirasakan manusia itu sendiri. Tidak sepantasnya alam ini dirusak karena ini

merupakan salah satu karunia tuhan, untuk itu seharusnya pemilik perusahaan (owners)

harus memperhatikan tanggung jawab sosial dan dampak dari aktivitas bisnis

perusahaannya.

B. STRUKTUR KEPEMILIKAN (OWNERSIP STRUCTURE)

Sebagaimana pandangan Friedman mengenai tanggung jawab perusahaan,


mengatakan bahwa: “tanggung jawab sosial perusahaan adalah menjalankan bisnis

sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan (owners).”22 Pemilik perusahaan memiliki

peran penting dalam pengambilan keputusan perusahaan sehingga keputusan mengenai

pelaksanaan program CSR oleh perusahaan tidak terlepas dari keputusan yang diambil

oleh para pemilik perusahaan. sebagaimana menurut Hoskisson menyatakan bahwa

“Since different owners may have different objectives and decision-making

horizons.”23 (pemilik yang berbenda memiliki tujuan yang berbeda dalam pengambilan

keputusan), Senada dengan itu penelitian Alakent & Ahsan juga mengungkapkan

bahwa: “We argue that different categories of owners may differ in terms of firms’

decisions on corporate political strategies”.24 jadi pemilik yang berbeda dapat


mungkin memiliki tujuan yang berbeda dan keputusan yang berbeda sehingga

keputusan mengenai partisipasi perusahaan dalam CSR dapat berbeda pula akibat

kepemilikan yang berbeda.

22
Ismail Solihin, Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability, (Cet. 1;
Jakarta: Salemba Empat, 2008), h. 6.
23
Robert Hoskisson, “Conflicting Voices: The Effects of Institusional Ownersip Heterogeneity
and Internal Governance on Corporate innovation Strategis,” In Press AMJ. h.12.
24
M.Ozon E Alakent dan M Ahsan, “Institutional Ownership and Corporate Political
Strategies: Does Heterogeneity of institutional Owners Matter,” Strategic Management Review, No 4.
h. 67.

13
Secara khusus, para pemilik (misalnya, pemilik institusional, pemilik asing,

pemilik manajerial) dapat memutuskan untuk berinvestasi atau tidak berinvestasi

dengan mengusulkan dan pemungutan suara terhadap keputusan strategis perusahaan.

Jadi, mengingat bahwa tindakan sosial perusahaan dapat dilihat sebagai bentuk

investasi, sehingga tidak mengherankan bahwa pemilik mungkin terlibat dalam

keputusan strategis perusahaan tentang investasi sosial.

1. Kepemilikan Asing (Foreign Ownership)


Kepemilikan asing merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh

perusahaan multinasional. “Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak

yang dianggap concern terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial

perusahaan.”25 Kepemilikan asing merupakan porsi outstanding share yang

dimiliki oleh investor atau pemodal asing (foreign investors). Kepemilikan asing

akan mempengaruhi tingkat pengungkapan sosial perusahaan. hal ini sesuai dengan

bukti empiris yang dikemukakan dalam Wong Yong Oh, Chank &Martinov. Lebih

jauh dikatakan bahwa “globalisasi telah mempengaruhi CSR disclosure di negara

asia.”26

Namun walaupun kecenderungan CSR Disclosure di Negara Asia telah banyak


dipengaruhi oleh gaya barat tidak semua investor asing mendukung invesatasi

sosial.
Banyak perusahaan investor Amerika dan Eropa yang berperilaku anti sosial.
Oleh karena itu dalam rangka menegaskan pengaruh positif kepemilikan asing
perlu mengidentifikasi investor asing dari segi orientasi investasinya.27

25
Ririn Dwi Anggriani, “Pengungkapan Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Asing
Terhadap Pengungkapan pertanggungjawaban Sosial Perusahaan dalam Annual Report (Studi Empiris
pada Perusahaan Non Keuangan yang Tercatat di BEI tahun 2008-2009” (Skripsi Sarjana, Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, 2010), h. 12.
26
Wong Yong Oh dan Young Kyung Chan, op. Cit., h. 8.
27
Ibid., h. 7.

14
2. Kepemilikan Institusional (institusional ownership)

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang

mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank,

perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain).

Kepemilikan institusional dapat meningkatkan tekanan pada manajer. Selain itu

apabila “kepemilikan institusional merupakan pemegang saham terbesar dapat

merupakan sarana untuk memonitor manajemen.”28


Wong Yong dkk mengemukakah bahwa “Many scholars suggest that

institutional owners have significant influence on organizational decisions”.29

Selian itu tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha

pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat

menghlangi perilaku opertunistic manajer. “Perusahaan dengan kepemilikan

institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk

memonitor manajemen.”30

3. Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership)

Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham yang berasal dari pihak

manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan


(Direktur dan Komisaris).31 Guna mengurangi konflik kepentingan antara prinsipal

dan agen dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial dalam

suatu perusahaan. Diharapakan dengan keterlibatan manajer dalam kepemilikan

perusahaan, manajer akan lebih peduli untuk kelangsungan perusahaan di masa

28
Ririn Dwi Anggriani, op. cit,. h.20.
29
Wong Yong Oh dan Young Kyung Chan, op. cit., h. 8.
30
Chaerul D. Djakman dan Novita, op.cit., h. 13.
31
Sunarto, “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Return
On Asset Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio: Studi Kasus Pada Saham LQ45
di Bursa Efek Jakarta,” (Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2004), h. 4.

15
yang akan datang sehingga kepedulian akan lingkungan sosial perusahaan juga

meningkat.

C. TEORI STAKEHOLDERS

Teori ini mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para

stakeholders. perusahaan berusaha mencari pembenaran dari para stakeholders dalam

menjalankan operasi perusahaannya. Sehingga akan berakibat terhadap semakin besar

pula kecenderungan perusahaan mengadaptasi diri terhadap keinginan para


stakeholders-nya. Teori ini menekankan bahwa perusahaan mempunyai tanggung

jawab sosial yang menentukan dia harus mempertimbangkan semua kepentingan

berbagai pihak yang terkena pengaruh dari tindakannya. Acuan pertimbangan para

manajer dalam mengambil keputusan dan tindakan bukan semata-mata para pemegang

saham, melainkan juga pihak lain mana pun yang terkena pengaruhnya.

Stakeholders diartikan sebagai pemangku kepentingan atau kelompok yang

berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap eksistensi atau

aktivitas perusahaan, dan karenanya kelompok tersebut mempengaruhi dan/atau

dipengaruhi oleh perusahaan. Definisi lain dilontarkan oleh Rhenald Kasali

menyatakan bahwa yang dimaksud para pihak berkepentingan adalah setiap kelompok
yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam

menentukan keberhasilan perusahaan.

D. TEORI LIGITIMASI

Menurut Tilling, “Legitimacy theory has become one of the most cited theories

within the social and environmental accounting area.”32 Memang teori legitimasi telah

menjadi teori paling sering dikutip terkait mengenai akuntansi sosial mengingat

32
Matthew Tilling, “Refinements to Legitimacy Theory in Social and Enviromental
Accounting.” Commerce Research Paper Series, no. 04-6. h.5.

16
perusahaan adalah bagian dari masyarakat. Posisi perusahaan sebagai bagian dari

masyarakat ini akan berimbas kepada operasi perusahaan yang sering kali

mempengaruhi masyarakat sekitarnya.

Menurut Novita & Djakman, Kesadaran antara tindakan perusahaan dan nilai-

nilai masyarakat tidak selamanya seperti yang diharapkan. Tidak jarang akan terjadi

perbedaan potensial antara perusahaan dan nilai-nilai sosial yang dapat mengancam

legitimasi perusahaan. hal ini dapat menghancurkan legitimasi organisasi berujung


pada berakhirnya eksistensi perusahaan.33 Suchman, mendefinisikan legitimacy

sebagai berikut :
Legitimacy is a generalized perception or assumption that the actions of an entity
are desirable, proper, or appropriate within some socially constructed system of
norms, values, beliefs, and definitions.34

Jadi Tindakan yang dilakukan entitas harus sesuai dengan nilai – nilai sosial mengingat

keyakinan masyarakat diperlukan agar mendapatkan legitimasi yang pada akhirnya

berdampak pada keberlangsungan suatu entitas. Pengungkapan informasi CSR dalam

laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun,

mempertahan-kan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomis dan

politis.35 Selain itu juga, CSR Disclosure dapat memberikan informasi mengenai
sejauh mana organisasi atau perusahaan memberikan kontri-busi positif maupun

negatif terhadap kualitas hidup manusia dan lingkungannya.

E. TEORI KEAGENAN (AGENCY THEORY)

33
Novita & Chaerul D. Djadman, “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Luas
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan Studi
Empiris padaPerusahaanPublik yang Tercatat di BEI tahun 2006.” Simposium Nasional Akuntansi 11.
(2008): h. 4.
34
Matthew Tilling, “Refinements to Legitimacy Theory in Social and Enviromental
Accounting.” Commerce Research Paper Series, no. 04-6. h.5.
35
Megawati Chank & Yulius Jogi Christiwan, “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility terhadap Abnormal Return, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 13, no.1. h. 13.

17
Manajer adalah agen pemilik perusahaan tidak menanggung semua

konsekuensi dari keputusan mereka sendiri. Berdasarkan teori keagenan, diketahui

bahwa kepentingan manajer selaku pengelola perusahaan akan dapat berbeda dengan

kepentingan pemegang saham.36 Keterlibatan perusahaan dalam CSR yang merupakan

hasil dari pengambilan kutusan dapat dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan

antara pihak manajer sebagai pengelola dengan pemegang saham.

F. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian mengenai pengaruh ownership structure terhadap luas

pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR diclosure) perusahaan sebelumnya telah

dilakukan di beberapa negara seperti Korea yang dilakukan oleh Won Yong Oh dkk

(2011), Malaysia oleh Mohd Ghazali (2007) dan beberapa negara di Eropa . di

Indonesia penelitian serupa telah dilakukan oleh Novita & Djakman (2008) namun

ownership structure hanya dikalsifikasikan menjadi kepemilikan asing dan

kepemilikan institusional. letak perbedaan dari penelitian ini dengan Novita &

Djakman yaitu klasifikasi ownership structure dalam penelitian ini dikalsifikasikan

menjadi kepemilikan asing, institusional, dan manajerial sedangkan penelitian Novita

& Djakman hanya mengklasifikasikan ownership structure menjadi kepemilikan asing


dan kepemilikan institusional. Selain itu Penelitian ini dilakukan karena berdasarkan

penelitian di Indonesia sebelumnya, masih menunjukkan bahwa kepemilikan

institusional dan kepemilikan asing tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan

terhadap aktivitas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Tabel 2.1
Daftar Penelitian Terdahulu

36
Sunarto, “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Return
On Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Kasus pada Saham LQ45 di
Bursa Efek Indonesia). Tesis. H. 21.

18
Tahun Peneliti dan Judul PenelitianCSR Hasil Penelitian
Measures
2007 Nazli A. Mohd Ghazali GRI Ownership Structure berpengaruh
Ownership Structure and (Global signifikan terhadap CSR Disclosure
Corporate Social Reporting pada laporan tahunan perusahaan.
Responsibility Dsiclosure: Initiative)
Some Malaysian Evidence

2008 Novita Machmud & Chaerul GRI a. Kepemilikan Institusional tidak


D Djakman (Global berpengaruh terhadap CSR
Pengaruh Struktur Reporting Dislcosure dalam laporan
Kepemilikan Terhadap Luas Initiative) tahunnya.
Pengungkapan Tanggung b. Kepemilikan Asing tidak
Jawab Sosial (CSR berpengaruh terhadap CSR
Diclosure) pada Laporan Disclosure dalam laporan
Tahunan Perusahaan: Studi tahunannya.
Empiris pada Perusahaan
Publik yang Tercatat di
Bursa Efek Indonesia Tahun
2006.
2011 Wong Yong Oh, Young KEJI a. Institusional Ownership
Kyung Chang and Aleksey Index berpengaruh positif terhadap
Martynov tingkat CSR di perusahaan.
The Effect of OWnership b. Foreign Ownership berpengaruh
Structure on Corporate positif terhadap tingkat CSR di
Social Responsibility: perusahaan.
Empirial Evidence from c. Managerial Ownership
Korea berpengaruh negatif terhadap
tingkat CSR diprusahaan.
2011 Ririn Dwi Aggriani GRI a. Kepemilikan Institusional tidak
Pengaruh Kepemilikan (Global berpengaruh terhadap CSR
Institusional dan Reporting Disclosure
Kepemilikan Asing Initiative) b. Kepemilikan Asing Berpengaruh
Terhadap Pengungkapan terhadap CSR Disclosure.
Pertanggungjawabaan
Sosial Perusahaan dalam
Annual Report (Studi

19
Empiris pada Perusahaan
Non Keuangan yang
Tercatat di BEI Tahun 2008-
2009).

G. HIPOTESIS

H 1a: Kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

tanggung jawab sosial (CSR Disclosure)

H 1b : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

tanggung jawab sosial (CSR Disclosure)

H 1c : Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

tanggung jawab sosial (CSR Disclosure)

H2 : Struktur kepemilikan secara simultan berpengaruh positif terhadap luas

pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR Disclosure)

H. RERANGKA PIKIR

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti Ownership Structure yang diperkirakan

mempengaruhi secara parsial maupun simultan luas pengungkapan tanggung jawab

sosial (CSR Disclosure) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode

tahun 2009 - 2011. Ownership Structure tersebut meliputi : Kepemilikan Asing

(Foreign Ownership), Kepemilikan Institusional (Institusional Ownership),

Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership). Kerangka pikir teoritis yang

menggambarkan hubungan antar variabel dalam penelitian ini, dapat digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 2.1

Rerangka Pikir
Kepemilikan
Asing

Kepemilikan CSR Disclosure


Institusional 20

Kepemilikan
Keterangan :

Berpengaruh secara parsial

Berpengaruh secara simultan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif atau

disebut juga dengan paradigma tradisional (tradisional), positivis (positivist),

eksperimental (eksperimental), atau empirisis (empiricist), dimana dalam penelitian

21
kuantitatif pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan

analisis data dengan prosedur statistik.37

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Tempat penelitian adalah pada Pusat Informasi Pasar Modal Makassar (PIPM)

yang berlokasi di Makassar. Dan waktu penelitian berlangsung tanggal 1 Juli sampai

dengan 20 Juni 2012.

C. POPULASI DAN SAMPEL


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambang

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 - 2011. Pemilihan perusahaan

dari satu kelompok industri yaitu industri pertambangan sebagai sampel dimaksudkan

untuk menghindari adanya bias yang disebabkan oleh efek industri (industrial effect).38

Alasan lainnya adalah perusahaan pertambangan memiliki kontribusi terbesar dalam

memunculkan masalah-masalah sosial seperti berbagai macam polusi dan kerusakan

terhadap lingkungan alam, keselamatan dan kesejahteraan tenaga kerja, serta konflik

sosial dengan masyarakat sekitar lokasi pertambangan. Selain itu, peneliti mengambil

periode penelitian selama 3 tahun, yakni dari tahun 2009 – 2011 dimaksudkan untuk

lebih mendapatkan hasil akurat karena CSR merupakan suatu kegiatan yang sifatnya
berkelanjutan (sustainability), sehingga pengaruh ownership structure terhadap luas

pengungkapan CSR harus dilihat dalam jangka waktu yang cukup lama atau jangka

panjang.39 20

37
Nur Idrianto dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi &
Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2009), h.12.
38
Andi Fitriyana Zulkifli, “Anlisis Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Respondibility
Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia” (Skripsi
Sarjana, Fakultas Ekonomi UNHAS, Makassar, 2011), h.40.
39
Ibid., h.40.

22
Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pemilihan sampel nonprobabilitas yaitu dengan pemilihan sampel berdasarkan

pertimbangan (purposive judgement sampling). Menurut Indrianto & Supomo Purpose

Judment Sampling yaitu “tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya

diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu.”40 Adapun kriteria pemilihan

sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Perusahaan memiliki laporan tahunan (annual report) tahun 2009 - 2011,

memiliki data keuangan dan data pasar yang lengkap.

2. Sampel tidak mengalami delisting selama priode penelitian

3. Perusahaan pertambangan yang mengungkapkan CSR di dalam annual report

selama periode penelitian.

D. JENIS DAN SUMBER DATA

Jenis data dalam penelitian ini adalah data dokumenter (documentary data).

Data dokumenter adalah jenis data penelitian baik berupa jurnal maupun dalam bentuk

laporan.41 Data dokumenter dalam penelitian ini berupa laporan keuangan tahunan

perusahaan publik yang tercatat di BEI tahun 2009-2011. Penelitian ini juga

menggunakan data panel (pooled data) karena memiliki beberapa objek dan beberapa
periode waktu. Berdasarkan Sumber data, penelitian ini menggunakan data sekunder

(secondary data). Menurut Indrianto dan supomo, “data sekunder merupakan sumber

data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media

perantara,”42 dalam hal ini peneliti memperoleh laporan tahunan perusahaan tambang

40
Nur Idrianto dan Bambang Supomo, op. cit., h. 131.
41
Ibid., h.146.
42
Ibid., h. 147.

23
melalui Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) perwakilan Makassar dan melalui website

resmi http://www.idx.co.id serta website resmi masing-masing perusahaan.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk memperoleh informasi dan data sebagai bahan penulisan ini, maka

metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelusuran data sekunder, yaitu

penggunaan data yang berasal dari dokumen-dokumen yang sudah ada berupa laporan

kuangankan perusahaan.43 hal ini dilakukan dengan cara melakukan penelusuran data-
data yang diperlukan dari Bursa Efek Indonesia melalui kantor perwakilan yaitu Pusat

Informasi Pasar Modal (PIPM) Makassar.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah kembali dianalisis dengan

alat statistik sebagai berikut:

1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Keempat asumsi

klasik yang dianalisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20.

a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali “Uji formalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.”44

Jika datanya ternyata tidak berdistribusi normal, analisis nonparametrik dapat

digunakan. Jika datanya berdistribusi normal, analisis parametrik termasuk

model-model regresi dapat digunakan. Pengujian normalitas dilakukan dengan

43
Ibid., h. 151.
44
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Cet. 4; Semarang,
2009), h. 147.

24
uji Kolmogorov Smirnov. Data yang normal diperoleh apabila nilai signifikasi

pengujian berada di atas 0,05.

b. Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali, Uji multikolonireritas bertujuan untuk :


Menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal
adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol.45

Pengujian multikolinieritas diuji dengan menggunakan nilai VIF dari model

regresi. Suatu model regresi menunjukkan adanya multikolinearitas jika:

1. Nilai Tolerance < 0,10, atau

2. Nilai VIF > 10.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variable

independen.46

c. Uji Heteroskedastisitas

Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan deviasi standar nilai variabel dependen pada setiap variabel

independen. “Pengujian ini juga bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan lain.”47 Pengujian heteroskedastitas dilakukan dengan

menggunakan Uji Glajser dengan meregresikan nilai mutlak residual dengan

variabel-variabel bebasnya.48

45
Ibid., h. 95.
46
Ibid.,
47
Ibid., h. 125.
48
Ibid.,

25
d. Uji Autokorelasi

Bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode – t dengan kesalahan pada periode

t-1. Autokorelasi juga dapat diartikan bahwa terdapat korelasi antar anggota

sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Sehingga konsekuensi adanya

autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians sampel tidak dapat

menggambarkan varians populasinnya.49 Jika terjadi korelasi, maka dinamakan


ada problem autokorelasi. Menurut Algifari “untuk mendeteksi adanya

autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan Pengujian terhadap nilai uji

Durbin – Watson (DW test).”50

2. Uji Hipotesis

Parametrik digunakan jika distribusi data yang digunakan normal. Sedangkan

non parametrik digunakan jika distribusi data yang digunakan tidak normal.51 Salah

satu jenis dari uji parametrik adalah uji regresi dan untuk menguji hipotesis yang

diajukan peneliti maka akan dilakukan dengan uji koefisien determinasi, uji

pengaruh simultan (F test), dan uji parsial (t test).

a. Analisis Regresi Berganda

Penelitian ini akan diuji menggunakan metode regresi berganda karena

terdiri dari satu variabel dependen dan beberapa variabel independen, Regresi

berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh antar variabel independen

49
Algifari, Analisis Regresi Teori,Kasus, dan Solusi (Cet. 3; Yogyakarta: BPFE, 2011), h.88.
50
Ibid., h. 89.
51
Nur Idrianto dan Bambang Supomo, op. cit., h. 167.

26
maupun dependen.52 Metode statistik digunakan dengan tingkat taraf

signifikansi α = 0,05 artinya derajat kesalahan sebesar 5%. Regresi berganda

digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen yang diukur

dengan kepemilikan institusional, kepemilikan asing, dan kepemilikan

manajerial mempengaruhi luas pengungkapan CSR perusahaan. persamaan

Regresi dirumuskan sebagai berikut :

CSRDI = β0 + β1 ASING + β2 INST ++ β3 MNJR + e

Dimana;

CSRDI = Corporate social responsibility disclosure index

ASING = Persentase kepemilikan asing

INST = Persentase kepemilikan institusional

MNJR = Persentase kepemilikan menejerial

β0 = Intercept

β1,..., β5 = Koefisien regresi

e = Error

b. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam


menerangkan variabel independen. Nilai R2 pada umumnya terletak diantara 0

dan 1. Jika nilai adjusted R2 makin mendekati angka 1 berarti variabel-variable

independen semakin baik dalam memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen dan begitupun

sebaliknya. Sedangkan nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

52
Imam Ghozali, op. cit. h.142.

27
independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Model yang

baik akan mendekati 1.53

c. Uji Pengaruh Simultan (F test)

Menurut Ghozali, F test pada dasarnya menunjukkan bahwa semua variabel

independen yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara

simultan terhadap variabel dependen.54 Dalam uji F kesimpulan yang diambil

adalah dengan melihat signifikansi (α) dengan ketentuan jika F hitung lebih kecil
dari pada F tabel artinya secara statistik dapat dibuktikan bahwa semua variabel

independen tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai variabel independen.

Sebaliknya jika jika F hitung lebih besarl dari pada F tabel artinya secara statistik

dapat dibuktikan bahwa semua variabel independen berpengaruh terhadap

perubahan nilai variabel independen.55

d. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pengambilan keputusan

dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing-masing koefisien

regresi dengan t tabel sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan. Jika t
hitung koefisien regresi lebih kecil dari t tabel, maka variabel independen

secara individu tersebut tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, artinya

hipotesis ditolak. Sebaliknya jika t hitung lebih besar dari t tabel, maka variabel

independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen, artinya

hipotesis diterima.56

53
Algifari, op.cit. h. 46.
54
Iman Ghozali, op. cit. h. 128.
55
Algifari, op. cit. h. 73.
56
Ibid., h. 74.

28
G. DEFINISI VARIABLE OPERASIONAL

1. Variabel Dependen; CSR Disclosure

CSR Disclosure diukur dengan proksi CSRDI (corporate social responsibility

disclosure index) berdasarkan indikator GRI (global reporting initiatives).57

Indikator GRI yang digunakan sebagaimana menurut menurut Reverte, “GRI

Performance Indicators section related to: economic performance, environmental

performance, social performance.”58 Hal serupa diungkapkan Nurkhim, menyatakan

bahwa:
Indikator GRI terdiri dari 3 fokus pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan,
dan sosial sebagai dasar sustainability reporting. Indikator GRI ini dipilih
karena merupakan aturan internasional yang telah diakui oleh perusahaan di
dunia. Content analysis adalah salah satu metode pengukuran CSRDI yang
sudah banyak digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya.59
Pendekatan ini pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap

item CSR dalam instrument penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0

jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk

memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan

CSRDI adalah sebagai berikut:


ΣX ij
CSRDI j = ∑𝑆𝑀
Keterangan:

CSRDI : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j,

Xij : dummy variable: 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak

diungkapkan.

57
Chaerul D. Djakman dan Novita, op. cit., h. 6.
58
Cermelo Reverte, “Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure Ratings by
Spanish listed firms,” Journal of Business Ethics, (2009): h. 4.
59
Ahmad Nurkrim, “Corporate Governance dan Profitabilitas; Pengaruhnya Terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Social Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia)” (Tesis ), h. 39.

29
∑SM : Jumlah skor maksimal.

Dengan demikian, 0 ≤ CSRDI ≤ 1.

2. Variabel Independen

a. Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki

oleh pihak investor asing. Kepemilikan asing dalam penelitian ini

menggunakan persentase kepemilikan saham asing (>5%) yang dilihat


dalam laporan tahunan perusahaan untuk tahun 2009 – 2011. Kepemilikan

manajerial dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


jumlah saham asing x 100%
Kepemilikan asing =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

b. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang

dimiliki oleh pihak institusi lain baik kepemilikan perusahaan atau lembaga

lain. dalam penelitian ini menggunakan persentase kepemilikan saham

institusional (>5%) yang dilihat dalam laporan tahunan perusahaan untuk

tahun 2009 – 2011. Kepemilikan institusional dapat dihitung dengan


menggunakan rumus sebagai berikut :
jumlah saham institusional x 100%
Kepemilikan Institusional =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
c. Kepemilikan manajerial

Kepemilikan manajerial, diukur sesuai dengan proporsi kepemilikan saham

yang dimiliki oleh manajerial.60 Kepemilikan manajerial dalam penelitian

60
Sunarto, “Analisis Pengaruh KepemilikanManajerial, Investment Opportunity Set, Return
On Asset Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Kasus Pada Saham LQ45
di Bursa Efek Jakarta)” (Tesis), h. 54.

30
ini menggunakan persentase kepemilikan saham manajer /direksi (>5%)

yang dilihat dalam laporan tahunan perusahaan untuk tahun 2009 – 2010.

Kepemilikan manajerial dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :
jumlah saham Manajerial x 100%
Kepemilikan Manajerial =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

1. Profil Perusahaan PT Andro Energi Tbk

31
PT Adaro Indonesia, operasi penambangan batubara Adaro Energy dilakukan

oleh PT Adaro Indonesia di wilayah konsesi batubara perusahaan di Kalimantan

Selatan sejak tahun 1992. Tambang batubara tunggal terbesar di belahan Selatan

katulistiwa yang terintegrasi secara vertikal berlokasi di Kecamatan Tabalong dan

Balangan, Kalimantan Selatan Adaro Indonesia beroperasi di bawah generasi

pertama dari PKP2B (Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara)

(Coal Cooperation Agreement – CCA) yang ditandatangani dengan pemerintah


Indonesia dengan masa berlaku sampai tahun 2022 dimana perjanjian ini dapat

diperpanjang atas kesepakatan bersama. Nisbah kupas (stripping ratio) yang

direncanakan untuk tambang Tutupan adalah 5,0 bcm/ton sedangkan untuk Wara

adalah sekitar 1-2 bcm/ton. Grup Adaro dikenal sebagai salah satu produsen dengan

biaya terendah di dunia, yang menduduki posisi di antara lima eksportir batubara

termal terbesar, dan merupakan pemasok batubara termal ke pasar domestik yang

terbesar berdasarkan tonase pengiriman.

Sebagai bukti dari keahlian dan pengalaman dari para anggota manajemen yang

telah bertugas sejak awal sejarah Adaro, yaitu Alastair Grant (pemasaran) and Chia

Ah Hoo (operasional) yang terus menjalankan kegiatan inti dari operasional Adaro
Indonesia, Adaro Indonesia secara konsisten meningkatkan produksi setiap

tahunnya sejak operasi komersial dimulai di tahun 1992. Sekitar 85% dari EBITDA

Adaro Energy saat ini berasal dari Adaro Indonesia. Tetapi, kontribusi dari anak

perusahaan yang lain juga akan meningkat seiring pertumbuhan dan peningkatan
30
labanya.

2. Profil Perusahaan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk

32
Antam merupakan perusahaan pertambangan yang terdiversifikasi dan

terintegrasi secara vertikal yang berorientasi ekspor. Melalui wilayah operasi yang

tersebar di seluruh Indonesia yang kaya akan bahan mineral, kegiatan Antam

mencakup eksplorasi, penambangan, pengolahan serta pemasaran dari sumber daya

mineral yang dimiliki. Antam memiliki konsumen jangka panjang yang loyal di

Eropa dan Asia. Mengingat luasnya lahan konsesi pertambangan dan besarnya

jumlah cadangan dan sumber daya yang dimiliki, Antam membentuk beberapa
usaha patungan dengan mitra internasional untuk dapat memanfaatkan cadangan

yang ada menjadi tambang yang menghasilkan keuntungan.

Antam memiliki arus kas yang solid dan manajemen keuangan yang berhati-

hati. Antam didirikan sebagai Badan Usaha Milik Negara pada tahun 1968 melalui

merjer beberapa perusahaan pertambangan nasional yang memproduksi komoditas

tunggal. Untuk mendukung pendanaan proyek ekspansi feronikel, pada tahun 1997

Antam menawarkan 35% sahamnya ke publik dan mencatatkannya di Bursa Efek

Indonesia. Pada tahun 1999, Antam mencatatkan sahamnya di Australia dengan

status foreign exempt entity dan pada tahun 2002 status ini ditingkatkan menjadi

ASX Listing yang memiliki ketentuan lebih ketat.


Tujuan perusahaan saat ini berfokus pada peningkatan nilai pemegang saham.

Hal ini dilakukan melalui penurunan biaya seiring usaha bertumbuh guna

menciptakan keuntungan yang berkelanjutan. Strategi perusahaan adalah berfokus

pada komoditas inti nikel, emas, dan bauksit melalui peningkatan output produksi

untuk meningkatkan pendapatan serta menurunkan biaya per unit. Antam

berencana untuk mempertahankan pertumbuhan melalui proyek ekspansi

terpercaya, aliansi strategis, peningkatan kualitas cadangan, serta peningkatan nilai

33
melalui pengembangan bisnis hilir. Antam juga akan mempertahankan kekuatan

finansial perusahaan. Melalui perolehan kas sebanyak-banyaknya, perusahaan

memastikan akan memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kewajiban,

mendanai pertumbuhan, dan membayar dividen. Untuk menurunkan biaya,

perusahaan harus beroperasi lebih efisien dan produktif serta meningkatkan

kapasitas untuk memanfaatkan adanya skala ekonomis.

3. Profil Perusahaan PT ATPK Resources Tbk


PT ATPK Resources Tbk adalah perusahaan energi unggulan berbasis

batubara, minyak & gas bumi, energi terbarukan. Perseroan didirikan pada tahun

1988 di Medan dengan nama PT Anugrah Tambak Perkasindo. Pada tahun 2002,

Perseroan melakukan Penawaran Umum Saham Perdana dan selanjutnya

mencatatkan seluruh saham yang telah dikeluarkan dan disetor penuh pada Bursa

Efek Jakarta (Company Listing) pada tanggal 17 April 2002.

Keputusan RUPSLB Perseroan yang diselenggarakan pada tanggal 7 Juni 2006

menyetujui perubahan nama Perseroan semula dari PT Anugrah Tambak

Perkasindo Tbk. menjadi PT ATPK Resources Tbk., perubahan domisili Perseroan

dari Medan ke Jakarta, dan diversifikasi bidang usaha Perseroan ke bidang usaha
pertambangan umum dan pembangunan infrastruktur. Keputusan RUPSLB

Perseroan yang diselenggarakan pada tanggal 30 Nopember 2006 menyetujui

penambahan kegiatan usaha utama Perseroan ke bidang pertambangan batu bara,

pertambangan minyak dan gas bumi dan bidang industri pembangkit tenaga listrik

swasta sebagai usaha turunannya.

4. Profil Perusahaan PT. Bumi Resources Tbk

34
PT. Bumi Resources Tbk adalah perusahaan yang bergerak dibidang tambang

minyak dan gas alam, batu bara dan timah. Pada tahun 1990 PT. Bumi Resources

Tbk yang selanjutnya disingkat Bumi melakukan penawaran umum perdana saham

yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Pada tanggal 31 Agustus 1998,

melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) luar biasa diputuskan untuk

mengubah bisnis utama perseroan dari bidang perhotelan dari pariwisata menjadi

bidang minyak, gas alam dan pertambangan.


Pada bulan November 2001, Perusahaan mengakuisisi 80% saham PT

Arutmin Indonesia (Arutmin) dari BHP Minerals Exploration Inc Pada saat

akuisisi, Arutmin merupakan produsen batubara terbesar keempat di Indonesia

dengan empat open-cut tambang batubara, Senakin, Satui, Asam -asam dan

Batulicin keduanya berlokasi di Kalimantan Selatan. Tahun 2008, setelah

penawaran yang kompetitif intens, BUMI mengakuisisi Herald Resources Ltd dari

Australia untuk Aus $ 552.000.000. Seng, timah dan operasi emas terletak di

Sumatera Utara.

5. Profil Perusahaan PT Bayan Resources Tbk

Pendiri The Dato Tuck Kwong memulai bisnis di Indonesia pada tahun 1973.
Setelah itu pada bulan November 1997, Dato 'Low mengakuisisi konsesi

pertambangan pertamanya melalui PT. Gunungbayan Pratamacoal dan PT

Dermaga Perkasapratama yang memiliki dan mengoperasikan terminal batu bara

Balikpapan pada tahun 1998.

Bayan Group terlibat dalam penambangan terbuka dari berbagai batubara dari

tambang yang terletak terutama di Timur dan Kalimantan Selatan. Menjadi

produsen batubara terintegrasi di Indonesia Grup Bayan melalui berbagai tambang,

35
menghasilkan batubara mulai dari semi-soft coking coal untuk ramah lingkungan

sulfur rendah, sub-bituminous. Grup Bayan, melalui berbagai perusahaan,

memiliki hak eksklusif untuk menambang di bawah Kontrak Batubara lima

Pekerjaan dan tiga Kuasa Pertambangan (KP) yang diberikan oleh Pemerintah

Indonesia atas konsesi total dari 81.265 Ha.

Sumber daya Grup Bayan berupa batubara dan cadangan telah diverifikasi

secara independen dan bersertifikat dengan standar JORC internasional dengan


ketiga Partai pertambangan konsultan. Grup Bayan terus berinvestasi dalam

eksplorasi di lokasi tambang yang ada sementara juga menjelajahi akuisisi

potensial aset batubara baru dan ekspansi sarana infrastruktur untuk melengkapi

portofolio yang sudah ada.

6. Profil Perusahaan PT Cita Mineral Investindo Tbk

PT Cita Mineral Investindo Tbk adalah sebuah perusahaan yang berbasis di

Indonesia yang terlibat dalam kegiatan penambangan bauksit. Perusahaan

mengoperasikan konsesi pertambangan di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat

melalui anak perusahaannya, PT Harta Prima Abadi Mineral dan PT Karya Utama

Tambang Jaya. Didirikan pada tahun 1992 melakukan penawaran umum perdana
pada 20 Maret 2002. Pada Juni 2007 melakukan penawaran umum terbatas 1, dan

pada tahun 2010 melakukan penawaran umum terbatas 2 dengan mengakuisisi PT

KUDJ (pertambangan bauksit).

7. Profil Perusahaan PT Citatah Industri Marmer Tbk

PT Citatah adalah perusahaan swasta pertama yang mengembangkan sumber

daya marmer di Indonesia dan telah melakukan penambangan serta pengolahan

marmer selama lebih dari tiga puluh tahun. Perusahaan yang didirikan tahun 1974

36
mulai menambang batu marmer putih gading (beige marble) dari lokasi

penambangannya dekat Bandung, dan berkat produknya Perusahaan kemudian

menempati posisi terkemuka di pasar Indonesia.

Pada bulan Januari 1996, Perusahaan mengakuisisi 90% kepemilikan saham PT

Quarindah Ekamaju Marmer, sebuah perusahaan marmer yang mempunyai

tambang dan pabrik pengolahan modern di Pangkep, Sulawesi Selatan. Setelah

pelaksanaan akuisisi ini, pada bulan Juli 1996, Citatah mencatatkan sahamnya di
Bursa Efek Jakarta dan menghimpun dana sebesar Rp 104,5 miliar melalui emisi

saham baru untuk membiayai pengembangan fasilitas pengolahannya di Pangkep,

yang lokasinya berdekatan dengan lokasi penambangan Citatah, dan untuk

membangun sebuah Sentra Proyek Khusus baru di Karawang, yang terletak 70 km

di sebelah timur kota Jakarta. Selama masa reorganisasi antara 1998 dan 2002,

Citatah mendivestasikan kepemilikan saham strategisnya dalam beberapa anak

perusahaannya di Malaysia dan Amerika Serikat, dan melaksanakan program

restrukturisasi yang bertujuan merampingkan semua aspek operasional Perusahaan

untuk meningkatkan produktivitas dan pelayanannya.

Sejak 2009, Perusahaan telah mengembangkan penjualan domestiknya untuk


mengikut-sertakan serangkaian besar produk penutup permukaan impor guna

memenuhi kebutuhan pasar konstruksi yang sedang berkembang di Indonesia. Saat

ini, Perusahaan adalah penghasil marmer terbesar di Indonesia, dan merupakan

agen tunggal serangkaian produk penutup permukaan ternama internasional

termasuk Bisazza, Caesarstone dan Priante.

8. Profil Perusahaan PT Elnusa Tbk

37
Perseroan didirikan di Jakarta dengan nama PT Electronika Nusantara

berdasarkan Akta Pendirian No. 18 tanggal 25 Januari 1969 jo Akta Perubahan

Anggaran Dasar No.10 tanggal 13 Februari 1969 di hadapan Notaris Tan Thong

Kie SH, yang kemudian diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.

35, Tambahan No. 58 tanggal 2 Mei 1969. Perseroan mengawali kiprahnya sebagai

pendukung operasi perusahaan induk, yaitu PT Pertamina (Persero), terutama

dalam memberikan pelayanan–termasuk pemeliharaan dan perbaikan, di bidang


peralatan komunikasi elektronik, peralatan navigasi dan sistem radar yang

digunakan oleh kapal-kapal milik Pertamina maupun kapal-kapal minyak asing

yang memiliki perjanjian kerjasama dengan BUMN Migas.

Dalam rangka meningkatkan nilai Perseroan serta memperkuat usaha yang

berkelanjutan, Perseroan masuk ke asset based dengan mengakuisisi lapangan

eksplorasi gas di Bangkanai, Kalimantan pada tahun 2003. 4 tahun kemudian,

Perseroan kembali mengakuisisi lapangan produksi migas di Ramba, Sumatra.

Sehingga pada akhir tahun 2006, Perseroan secara total memiliki 14 anak

perusahaan dan 2 perusahaan afiliasi. Sejalan dengan strategi untuk

mengoptimalisasikan struktur bisnis dan kinerja Perseroan, pada tahun 2007


Perseroan melakukan restrukturisasi korporasi dan aktivitas bisnis dengan tujuan

memposisikan diri sebagai perusahaan Migas pertama di Indonesia yang mampu

menawarkan Jasa Hulu Migas Terintegrasi (Integrated Oil & Gas Services) dengan

konsep “one-stop services” di bidang pelayanan jasa hulu Migas (integrated

upstream services) sebagai bisnis inti dari Perseroan.

Empat anak perusahaan yang menjadi tulang punggung bisnis jasa migas

digabung ke dalam induk, disamping penggabungan horisontal yang mengukuhkan

38
penunjang bisnis utama. Kini, Perseroan memimpin industri jasa terintegrasi di

bidang hulu migas, dengan layanan terbaik bagi pelanggannya yaitu perusahaan-

perusahaan migas nasional dan multinasional.

9. Profil Perusahaan PT Energi Mega Persada Tbk

Energi Mega Persada didirikan dan dikenal sebagai perusahaan produsen,

pengembang dan eksplorasi dalam sektor hulu minyak dan gas bumi. Mengakuisisi

RHI Corporation (RHI), pemilik Kondur Petroleum S.A. (Kondur), operator KKS
Malacca Strait dan menguasai 34,46% working interest atas Malacca Strait. Pada

Februari 2004, mengakuisisi PT Imbang Tata Alam (ITA) yang mengusai 26,03%

working interest di KKS Malacca Strait. Kondur dan ITA bersama-sama memiliki

60,49% working interest di KKS Malacca Strait. Pada Maret 2004, mengakuisisi

Kalila Energy Ltd. (KEL) dan Pan Asia Enterprise Ltd. (PAN), menjadi pemilik

langsung 100% Lapindo Brantas Inc. (“Lapindo”). Lapind memiliki 50% working

interest dan merupakan operator KKS Brantas. Tercatat di Bursa Efek Jakarta

dengan kode saham ENRG. Pada Agustus 2004, Mengakuisisi KKS Tonga senilai

US$11,8 juta.

KKS Tonga diperkirakan memiliki cadangan hingga 90 juta barel ekuivalen


minyak. Blok yang berlokasi di Sumatera Utara telah menghasilkan 850 barrel

minyak per hari dari 1 sumur di Tonga. Perseroan berhasil melaksanakan

Penawaran Umum Terbatas II yang menghasilkan Rp4,84 triliun (sekitar US$519

juta). Perolehan ini digunakan untuk membayar sebagian besar pinjaman (US$250

juta) dan untuk mengamankan akuisisi 10% kepemilikan KKS Masela dari INPEX.

Setelah pembayaran pinjaman, rasio Hutang terhadap Modal dalam laporan

keuangan perseroan membaik dari 3,2 kali (2009) menjadi 0,6 kali (2010).

39
Perseroan menyelesaikan transaksi akuisisi 10% KKS Masela dari INPEX. Dengan

transaksi ini, maka cadangan 2P bersih Perseroan meningkat sebanyak 138%

menjadi 531 juta barrel ekuivalen minyak. Pada 2007 Mengakuisisi 18,73% porsi

efektif pada KKS ONWJ senilai US$2,4 / barel yang meningkatkan cadangan

Perusahaan sebesar 10% dan meningkatkan produksi bersih Perusahaan sebesar

72%.red 18

10. Profil Perusahaan PT Internasional Nickel Indonesia Tbk


PT Vale Indonesia Tbk (Vale Indonesia)sebelumnya dikenal sebagai PT

International Nickel Indonesia, Tbk (PTI), adalah sebuah perusahaan penanaman

modal asing (PMA) yang mendapatkan izin usaha dari pemerintah Indonesia untuk

melakukan eksplorasi, kegiatan penambangan, pengolahan dan produksi nikel.

Perusahaan ini didirikan pada Juli 1968. Saat ini kami beroperasi di Pulau Sulawesi

di bawah perjanjian Kontrak Karya (KK) dengan pemerintah Indonesia.

Perusahaan menandatangani perjanjian KK pertama dengan pemerintah pada 27

Juli 1968. Lalu pada 15 Januari 1996, menandatangani perjanjian modifikasi dan

perpanjangan kontrak awal KK, yang berlaku mulai 1 April 2008 sampai 28

Desember 2025.
Pada awalnya, luas area konsesi awal perusahaan kami sebesar 218,528 hektar:

118,387 hektar di Sorowako, Sulawesi Selatan; 63,506 hektar di Pomalaa, Sulawesi

Tenggara; dan 36,635 hektar di Bahodopi, Sulawesi Tengah. Namun demikian,

pemerintah menyetujui pelepasan area KK dari total sekitar 28,000 hektar, atau

sekitar 12.8 persen dari luas total KK pada 2010. Setelah pelepasan lahan tersebut,

luas total area KK kami saat ini meliputi 190,000 hektar. Tahapan operasional kami

mencakup kegiatan penambangan dan pengolahan bijih nikel menjadi nikel dalam

40
matte tingkat menengah, yang mengandung rata-rata 78 persen nikel dan 20 persen

sulfur/belerang, Seluruh produksi Vale Indonesia dikirim ke Jepang yang dilakukan

di bawah kontrak jangka panjang kami.

Vale Canada (sebelumnya Vale Inco Limited), anak perusahaan dari Vale –

bisnis logam dasar dan produsen nikel kedua terbesar di dunia, merupakan

pemegang saham mayoritas (58.73 persen) Vale Indonesia. Sisanya dimiliki oleh

Sumitomo Metal Mining Co. Ltd. (20.09 persen), publik dan lainnya (21.18
persen). Vale Indonesia, telah siap menjadi salah satu produsen nikel utama di

dunia, dengan menciptakan manfaat jangka panjang melalui nilai-nilai keunggulan

dan semangat kerja yang tinggi bagi manusia dan Bumi.

11. Profil Perusahaan PT Indo Tambang Raya Mega Tbk

Didirikan pada tahun 1988, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITM) adalah

perusahaan pemasok batubara terkemuka Indonesia untuk pasar energi

dunia. Sejak berdiri, ITM telah dikenal sebagai produsen utama batubara dan telah

membangun basis pelanggan yang beraneka ragam. Indo Tambangraya Megah

berdiri pada tahun 1988 sebagai Perseroan Terbatas, kemudian pada tahun 2007

diakuisisi oleh Grup Banpu Thailand dan selanjutnya pada bulan Desember 2007
menjadi perusahaan terbuka. Banpu melalui PT Centralink Wisesa International

memiliki 77,60% saham, PT Sigma Buana Cemerlang 2,40% dan selebihnya

merupakan saham masyarakat.

Pada tahun 2008, saham PT Centralink Wisesa International dialihkan ke

Banpu Minerals (Singapore) Pte. Ltd. Sebesar 73,72% dan porsi saham publik

menjadi 26,28%. Pada tahun 2010, Banpu Minerals (Singapore) PTe. Ltd. Menjual

sahamnya sebesar 8,72% kepada publik dan mempertahankan kepemilikan

41
mayoritas sebesar 65% dan selebihnya dimiliki masyarakat dengan jumlah rendah

lebih dari 5% masing-masing.

12. Profil Perusahaan PT. Medco Energi Internasional Tbk

Pada Juni 1980, Medco Energi didirikan oleh seorang pengusaha muda

Indonesia setempat, Pak Arifin Panigoro. Medco Energi mulai dengan pengeboran

minyak dan gas. Produksi dimulai ketika Medco Energi mengakuisisi eksplorasi

dan produksi Tesoro kontrak di Kalimantan Timur (TAC dan PSC) pada tahun
1992 dan 100% saham PT Stanvac Indonesia dari Exxon dan Mobil Oil pada tahun

1995. Selanjutnya, seiring dengan masuknya Mr John Sadrak Karamoy pada tahun

1992.

Penawaran Umum Perdana (IPO) pada tahun 1994 didukung Medco Energi

untuk memperluas bisnis ke industri kimia yang digunakan cadangan gas dari Blok

Tarakan. Sebuah Manajemen Perjanjian Kerjasama Operasi dengan Pertamina

untuk mengoperasikan pabrik methanol Pertamina di Bunyu pulau, Kalimantan

Timur kemudian ditandatangani pada tahun 1997.

Sekarang Medco Energi telah mengubah dirinya menjadi perusahaan energi

terintegrasi dengan keterlibatan bisnis dalam eksplorasi minyak dan gas dan
produksi, jasa pengeboran, produksi metanol dan yang paling baru-baru ini,

produksi LPG dan pembangkit tenaga listrik.

13. Profil Perusahaan PT Mitra Investindo Tbk

Perseroan didirikan pada tanggal 16 September 1993 dengan nama PT Minsuco

International Finance sebagai perusahaan pembiayaan dengan kegiatan usaha

utama di bidang sewa guna usaha, anjak piutang dan pembiayaan konsumen.

Memulai usaha komersialnya sejak Februari 1994. Melalui merger antara

42
Perseroan dengan PT Caraka Berkat Sarana pada tahun 2006, Perseroan melakukan

transformasi usaha menjadi perusahaan jasa pertambangan.

Adapun perjalanan Perseroan semenjak didirikan sampai dengan saat ini adalah

sebagai berikut: tahun 1993, Pendirian perusahaan dengan nama PT Minsuco

International Finance. Tahun 2006, Penggabungan Usaha dengan PT Caraka Berkat

Sarana dan berganti nama menjadi PT Mitra Investindo Tbk. Tahun 2008,

Perubahan seluruh ketentuan Anggaran Dasar Perseroan disesuaikan dengan UU


No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Tahun 2009, Perubahan Anggaran

Dasar Perseroan disesuaikan dengan Peraturan Bapepam LK No. IX.J.1.

14. Profil perusahaan PT Perdana Karya Pearkasa Tbk

Pada 1983 PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) didirikan terutama adalah

untuk menunjang pengoperasian blok-blok migas tersebut oleh PT Vico Indonesia,

Total E&P Indonesie, dan pelanggan baru PKPK sejak 2011 adalah Salamander

Energy Ltd. Beberapa kurun waktu sesudahnya, PKPK juga mengembangkan

operasi usahanya di wilayah lain, seperti di blok Kangean dan Pagerungan untuk

PT EMP Kangean, serta yang terbaru di wilayah Sampang (Madura) untuk Santos

Energy Ltd, namun pada dasarnya wilayah usaha utama PKPK adalah Kalimantan
Timur – sedemikian rupa pengembangan usaha PKPK di sektor lainnya di

kemudian hari dilakukan di wilayah Kalimantan Timur.

Pengembangan usaha penting PKPK di sektor lain adalah angkutan batubara

untuk PT Pamapersada Nusantara di Bontang pada akhir 1990an, selanjutnya

pertambangan batubara dan sektor penunjang perkebunan pada 2005.

Pengembangan usaha di sektor batubara tersebut sekaligus menandai

pengembangan manajemen, karena bersamaan dengan PKPK melaksanakan

43
Penawaran Umum 20,83% kepada masyarakat, dan mencatatkan saham- sahamnya

pada Bursa Efek Indonesia pada Juli 2007. Sektor-sektor usaha terkini yang

dioperasikan PKPK adalah jasa konstruksi penunjang migas untuk PT Vico

Indonesia, Total E&P Indonesie, Salamander Energy Ltd, dan Santos Energy Ltd,

jasa perkebunan untuk grup perusahaan Smart, pertambangan batubara, serta sewa

alat berat sebagai sektor penunjang bagi sektorsektor usaha utama tersebut.

15. Profil Perusahaan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk


PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk adalah perusahaan yang bergerak

bidang pengembangan bahan-bahan galian, terutama pertambangan batubara

Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman kolonial

Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan terbuka (open pit

mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di Tambang Air Laya.

Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan bawah tanah

(underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk kepentingan

komersial dimulai pada 1938. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial

Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut

perubahan status tambang menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah


RI kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang

Bukit Asam (PN TABA).

Pada 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas

dengan nama PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), yang selanjutnya

disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan industry batubara

di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang

Batubara dengan Perseroan. Sesuai dengan program pengembangan ketahanan

44
energi nasional, pada 1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk

mengembangkan usaha briket batubara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan

mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode

“PTBA.”

16. Profil Perusahaan PT Petrosea Tbk

Petrosea kini Berkat pengalaman selama 40 tahun di sektor ini, Perusahaan

diakui sebagai salah satu kontraktor jasa penambangan batubara terkemuka di


Indonesia. Daya saing kami terletak pada kemampuan Perusahaan untuk

menyediakan solusi penambangan lengkap pit-to-port, didukung oleh kecakapan

terpadu di bidang rekayasa dan konstruksi, serta layanan logistik. Perusahaan

didirikan pada tahun 1972 berdasarkan Akta Perseroan Terbatas No. 75 tanggal 21

Februari 1972 Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali

perubahan dan yang terakhir dengan Akta No. 93 tanggal 16 Februari 2012. Pada

tahun 1990 saham perusahaan dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek

Surabaya (kini Bursa Efek Indonesia) dengan kode perdagangan PTRO, dan nama

perusahaan diganti menjadi PT Petrosea Tbk. Tahun 2009 Indika Energy

mengakuisisi perusahaan, dan pada akhir tahun ini saham Indika di perusahaan
mencapai 98,55%.

17. Profil Perusahaan PT Resource Alam Indonesia Tbk

Sebagai perusahaan Indonesia, PT Resource Alam Indonesia Tbk (RAIN) telah

melihat pertumbuhan superlatif dalam produksi batubara dan penjualan ke pasar

energi dunia. Didirikan pada tahun 1981 di bawah PT Kurnia Kapuas Utama Glue

Industries (KKGI) untuk memproduksi perekat kayu. Tahun 1991 perusahaan

melakukan penawaran umum perdana. Pada tahun 2004 perusahaan mengubah

45
nama menjadi PT Resource Alam Indonesia Tbk dan mulai proses diversifikasi ke

pertambangan batubara.

Pada tahun 2006, Perseroan telah mengoperasikan lokasi pertambangan tiga,

yaitu Simpang Pasir, Gunung Pinang dan Bayur. Dalam klasifikasi industri 2008

perusahaan ini di BEI berubah dari kimia untuk pertambangan batubara Pada tahun

2010 lokasi pertambangan Gunung Pinang, Simpang Pasir, Purwajaya, Tanjung

Barokah, Tegal Anyar dengan total produksi diperkirakan pada tahun 2010 dari 2,2
juta ton.

18. Profil Perusahaan PT Radiant Utama Interinsco Tbk

Didirikan pada tanggal 22 Agustus 1984, PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS)

telah memiliki pengalaman dalam industri Minyak dan Gas Indonesia selama lebih

dari 35 tahun dalam menyediakan jasa teknis penunjang untuk sektor minyak dan

gas dari hulu sampai hilir, serta industri terkait lainnya. Dalam perjalanannya,

RUIS membuktikan keunggulannya melalui komitmen untuk selalu memberikan

pelayanan yang terbaik.

Pada tahun 2006, saham Perseroan pertama kali ditawarkan kepada masyarakat

dan efektif tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 12 Juli 2006 dengan jumlah
saham yang tercatat sebanyak 770,000,000 lembar saham. Pada tahun 2008,

perusahaan memasuki bisnis hulu migas dengan mengakuisisi 100% kepemilikan

pada Radiant Bukit Barisan yang memiliki 51% kepemilikan atas blok migas South

West Bukit Barisan di Sumatera Barat. Pada tahun 2011, perusahaan telah

mengakuisisi asset berupa Mobile Offshore Production Unit (MOPU) dari Maleo

MOPU Producer Inc. senilai US$ 35 juta.

19. Profil Perusahaan PT Timah (Persero) Tbk

46
PT Timah (Persero) Tbk adalah perusahaan milik negara (BUMN) yang

bergerak dibidang pertambangan timah. Sekitar 35% dari kepemilikannya dimiliki

oleh publik yang menjadikan perseroan ini go public. Hal ini sejalan dengan tujuan

pemerintah untuk membuat perusahaan ini mandiri dan transparan dalam

pengoperasiannya. Sebagai perusahaan penambangan timah terbesar di Indonesia

dan juga sekaligus eksportir timah terbesar dunia, PT Timah (Persero) Tbk

menguasai hak penambangan timah seluas 513.042 hektar dengan 117 Izin Usaha
Pertambangan (IUP) baik di darat (Onshore) maupun di laut (Offshore) dengan

wilayah operasi yang meliputi provinsi Bangka Belitung dan Provinsi Kepulauan

Riau yang dikenal sebagaiIndonesian Tin Belt.

Sekilas perjalanan PT Timah, Pada tahun 1976, PN Tambang Timah diubah

menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dengan nama PT Tambang Timah

(Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Tahun

1995, PT Tambang Timah (Persero) melakukan penawaran saham umum perdana

dan sejak saat itu 35 % saham perusahaan dimiliki oleh publik dan 65 % sahamnya

masih dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.

B. KARAKTERISTIK OBJEK PENELITIAN


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal

(PIPM) perwakilan kota Makassar diketahui bahwa jumlah perusahaan pertambangan

yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai dengan bulan Desember tahun 2011

sebanyak 31 perusahaan. berdasarkan kriteria dari teknik pemilihan sampel yang telah

ditentukan, ternyata hanya terdapat 19 dari 31 perusahaan pertambangan yang listing

di BEI yang memenuhi syarat dari metode purposive sampling.

Tabel 4.1

47
Daftar Perusahaan Pertambangan yang Menjadi Sampel
KODE
No. NAMA PERUSAHAAN
PERUSAHAAN
1. ADRO PT Andro Energi Tbk
2. ANTM PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
3. ATPK PT Atpk Resources Tbk
4. BUMI PT Bumi Resources Tbk
5. BYAN PT Bayan Resources Tbk
6. CITA PT. Cita Mineral Investindo Tbk
7. CTTH PT. Citatah Industri Marmer Tbk
8. ELSA PT. Elnusa Tbk
9. ENRG PT. Energi Mega Persada Tbk
10. INCO PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk
11. ITMG PT. Indo Tambang Raya Mega Tbk
12. MEDC PT. Medco Energi Internasional Tbk
13. MITI PT. Mitra Investindo Tbk
14. PKPK PT. Perdana Karya Perkasa Tbk
15. PTBA PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
16. PTRO PT. Petrosea Tbk
17. KKGI PT. Resource Alam Indonesia Tbk
18. RUIS PT. Radiant Utama Interinsco Tbk
19. TINS PT. Timah (Persero) Tbk

(Sumber : Factbook IDX 2009 – 2011, data diolah kembali)

Terdapat 12 perusahaan pertambangan yang tidak dapat dijadikan sampel

dalam penelitian ini karena tidak memenuhi syarat dari metode purposive sampling

yaitu terdapat 2 perusahaan yang mengalami delisting selama periode pengamatan.

48
Perusahaan tersebut adalah: PT Apexindo Pratama Duta Tbk (delisting di tahun 2010)

dan PT Central Korporindo Internasional Tbk (delisting di tahun 2010).

Selain itu, ada pula 10 perusahaan pertambangan yang baru listing (terdaftar)

di BEI misalnya yang baru terdaftar di tahun 2010 adalah: PT Darma Henwa tbk, PT

Garda Tuju Buana Tbk, PT Ratu Prabu Energi Tbk. Dan perusahaan yang baru terdaftar

di tahun 2011 adalah: PT Berau Coul Energi Tbk, PT Borneo Lumbung Energi dan

Metal Tbk, PT Harun Energi Tbk, PT Delta Dunia Makmur Tbk, PT Benakat
Pertrolium Energi Tbk, PT Central Omega Resources Tbk, PT. Exploitasi Energi

Indonesia Tbk. Berdasarkan kriteria dan teknik pemilihan sampel yang telah

ditentukan, ternyata hanya terdapat 19 dari 31 perusahaan pertambangan yang listing

di BEI yang memenuhi syarat dari metode purposive sampling.

C. CSR PADA PERUSAHAAN SAMPEL

CSR adalah Upaya sungguh-sungguh dari entitas bisnis untuk meminimalkan

dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif operasinya terhadap seluruh

pemangku kepentingan dalam rana ekonomi, sosial, dan lingkungan agar mencapai

tujuan pembangunan berkelanjutan. Informasi mengenai kegiatan CSR yang

diungkapkan oleh perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini disajikan
dalam laporan tahunan (annual report) selama tiga tahun berturut – turut yakni tahun

2009 – 2011. Pengungkapan informasi CSR perusahaan tersebut diungkapkan dalam

bentuk penjelasan kualitatif. Berikut ini merupakan gambaran secara umum yang

memuat mengenai konsep atau komitmen CSR perusahaan, jenis kegiatan CSR, dan

biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan kegiatan CSR tersebut yang disajikan secara

lebih ringkas.

1. Implementasi kegiatan CSR PT Andro Energi Tbk

49
Sebagai perusahaan penambangan dan energi publik, Adaro Energy

menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, yang berjalan seiring dengan

tanggung jawab sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility - CSR). Sejak

dulu, Perusahaan telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam mendukung

masyarakat setempat dan melestarikan lingkungan operasionalnya, dan hal ini akan

terus menjadi panduan bagi praktek dan metode bisnis Adaro Energy.

Pada tahun 2011, program CSR dan lingkungan Adaro Energy memperoleh
pengakuan baik nasional maupun internasional. Adaro Energy memenangi

sebanyak tujuh penghargaan (2 penghargaan platinum, 2 penghargaan emas dan 3

penghargaan perak) dari Kementerian Hubungan Sosial yang bekerjasama dengan

Corporate Social For Community Development. Adaro Energy juga memenangi

empat penghargaan untuk program CSR dan lingkungan dari Kementerian

Koordinator bidan Kesejahteraan Penduduk. Selain itu pengakuan internasional

juga Adaro Energy peroleh untuk program Kesehatan Ibu, Bayi dan Balita

(KIBBLA) dari Enterprise Asia pada Asia Responsible Entrepreneurship Award

tahun 2011.

Secara ringkas program CSR yang dilakukan oleh PT Adaro Energy Tbk yaitu:
a. Peningkatan sumber pendapatan masyarakat dengan memperhatikan

potensi lokal dan budaya

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memanfaatkan potensi

ekonomi daerah

c. Beasiswa untuk Pendidikan di Perguruan Tinggi (Beasiswa Utusan Daerah)

d. Pengembangan Infrastruktur sebagai “Warisan” untuk Masyarakat

50
e. Mewujudkan Masyarakat yang trampil melalui Program Persiapan

Operator (OPP) dan Program Persiapan Mekanik (MPP)

f. Peningkatan Standar Kesehatan Masyarakat.

2. Implementasi Kegiatan CSR PT Aneka Tambang (Persero) Tbk

Konsep CSR PT Aneka Tambang (Persero) Tbk yang disingkat Antam,

memadukan perspektif global yang diselaraskan dengan konteks nasional dan

lokal, komitmen perusahaan, kepentingan stakeholders, dan tujuan dari CSR


korporasi itu sendiri. Inti dari konsep CSR ini adalah:

a. Komitmen perusahaan

Antam memiliki komitmen kuat dalam melaksanakan CSR, baik pada tataran

lokal, nasional maupun internasional.

b. Bekerja sama dengan stakeholders

Keberadaan stakeholders merupakan arti penting bagi keberlanjutan hidup

Antam, dan oleh karena itu hubungan harmonis antar stakeholders selalu

ditingkatkan.

c. Membangun kualitas hidup yang lebih baik

Selama tahun 2011 berbagai program Corporate Social Responsibility


(CSR) dilakukan dengan tetap mengacu pada Masterplan CSR yaitu

pelaksanaan program utama dan program pendukung lainnya. Antam

menyelenggarakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) sebagai

bagian dari kepatuhan atas kegiatan CSR sekaligus sebagai salah satu usaha

Antam menjaga keberlanjutan pembangunan lingkungan dan sosial

masyarakat.

51
Antam menempatkan dana khusus untuk membiayai pelaksanaan

PKBL yang didapat melalui penyisihan dari perolehan laba bersih pada periode

sebelumnya. Besaran dana yang disisihkan untuk pelaksanaan program

kemitraan maksimal 2% dari laba bersih tahun sebelumnya, dan selanjutnya

disalurkan sebagai pinjaman bergulir (revolving fund) bagi pelaku usaha mikro,

kecil dan koperasi.

d. Program terpadu dan berkelanjutan


Antam melakukan Program Kemitraan terpadu efektif dan disertai dengan

pembinaan dan pendampingan untuk meningkatkan keberhasilan pengusaha

skala mikro, kecil dan koperasi. Sementara untuk Program Bina Lingkungan

dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari ketentuan yang ada yaitu meliputi

enam sektor (pendidikan, kesehatan, prasarana umum, sarana ibadah, bencana

alam dan pelestarian alam).

Antam berfokus untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan dan

penyediaan infrastruktur bagi masyarakat yang tinggal di daerah operasi Antam

dan mendorong kenaikan angka partisipasi sekolah, kualitas guru dan

sarana/prasarana belajar. Tentu saja dalam peningkatan pendidikan masyarakat


Antam juga tidak melupakan pembinaan karakter agar menjadi lebih

berkualitas. Dari sisi biaya, untuk Program Kemitraan, Antam mengeluarkan

Rp73,4 miliar di tahun 2011. Sementara untuk program Bina Lingkungan, kami

mengeluarkan Rp27,8 miliar.

3. Implementasi CSR PT ATPK Resources Tbk

ATPK Resources sungguh percaya bahwa pertumbuhan produksi perusahaan

yang berkelanjutan tidak dapat dicapai tanpa membangun kepercayaan dan adanya

52
hubungan yang saling menguntungkan dengan masyarakat setempat.

Pengembangan masyarakat percontohan dan program pelestarian lingkungan serta

berperilaku sebagai warga korporasi yang baik seringkali hanya dipandang sebagai

pelengkap atau sebagai “pemanis” saja. Tetapi bagi kami, hal ini adalah aktifitas

utama yang merupakan faktor kesuksesan ATPK yang berkelanjutan.

Banyak proyek di Indonesia tidak dapat dilanjutkan karena masalah terkait

masyarakat mendapatkan perhatian yang memadai atau terlalu rumit untuk


diselesaikan. ATPK telah menerapkan pendekatan yang sangat efektif dalam hal

pengembangan masyarakat dan berhasil mempertahankan pertumbuhan setiap

tahun yang belum pernah terpecahkan sejak perusahaan mulai beroperasi. Dengan

demikian, kami tidak hanya mempertahankan pertumbuhan produksi, tetapi juga

menjadi mitra pilihan untuk penambangan di Indonesia.

4. Implementasi CSR PT. Bumi Resources Tbk

PT Bumi Resources Tbk. menyadari bahwa pertumbuhan yang berkelanjutan

dalam pasar global yang demikian kompetitif akan dapat dicapai tidak hanya

dengan mengejar keuntungan, tetapi harus juga meliputi tiga dimensi penciptaan

nilai, yaitu Profit, People, dan Planet (Pendapatan, Masyarakat dan Planet). Hal ini
telah menjadikan Corporate Social Responsibility (CSR) termasuk kegiatan

pemberdayaan masyarakat menjadi bagian dari perangkat bisnis yang penting

dalam mendukung Strategi dan Reputasi Perseroan dalam rangka meningkatkan

nilai pemegang saham.

a. Membangun Strategi CSR yang menyeluruh di PT Bumi Resources

Tbk.

53
Bumi Resources Tbk berkembang melalui akuisisi beberapa perusahaan.

Dengan demikian, di lingkungan BUMI yang merupakan gabungan dari

beberapa perusahaan, telah terdapat beberapa kegiatan CSR dalam bentuk

program pemberdayaan masyarakat dan prasarana publik yang dilakukan oleh

anak perusahaan, yaitu KPC dan Arutmin. Kegiatan CSR memang merupakan

faktor penting bagi operasi penambangan yang dilaksanakan dalam rangka

mematuhi hukum dan memenuhi perjanjian dengan pemerintah. BUMI


menyadari bahwa walaupun kegiatan CSR yang telah ada sebelumnya dapat

dikatakan berhasil, kegiatan ini belum dilandasi strategi besar dan belum

sepenuhnya dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai-nilai Perseroan.

Memahami pentingnya CSR, BUMI bertekad untuk terus memasukkan

program CSR dalam tujuan strategis BUMI, dan mempraktikkan CSR tidak

sebatas hanya sebagai pemenuhan terhadap peraturan yang berlaku.

b. Program – program CSR PT Bumi Resources Tbk

Sebesar US$ 5 juta dana yang dikeluarkan untuk program CSR di bidang-

bidang sebagai berikut:


1) Pengembangan Agribisnis

- Peternakan sapi, itik, kambing, pasca tambang, karet

- Pembibitan buah

- Peningkatan kemampuan petani

2) Peningkatan Kesehatan dan Sanitasi Masyarakat

- Pengendalian penyakit menular

- Kesehatan Ibu-Anak

54
- Palang Merah Indonesia

- Penyediaan air bersih

3) Program Pendidikan dan Pelatihan

- Beasiswa

- Infrastruktur pendidikan

- Kewirausahaan

- Penelitian
- Peningkatan kapasitas guru

4) Program Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

- Daya saing produk lokal dan peningkatan kemampuan pengusaha

lokal

- Program usaha putus sekolah

- BLK Mandiri

- Modal usaha koperasi

5) Program Peningkatan Infrastruktur Masyarakat

- Jalan, jembatan, dan drainase

- Sarana ibadah
- Peningkatan fasilitas kota

6) Lingkungan (Pelestarian Alam dan Budaya)

- Keanekaragaman hayati

- Hutan lindung

- Seni-budaya

- Pengelolaan sampah

7) Peningkatan Kapasitas Pemerintah & Masyarakat

55
- Desa Mandiri

- Olahraga

- Keorganisasian lembaga

- Event masyarakat

- Sponshorship, Operasional & Dukungan Penguatan

- Kelembagaan Forum MSH CSR

5. Implementasi CSR PT. Bayan Resources Tbk

Bayan meyakini pentingnya menciptakan dampak sosial positif dan

berkesinambungan di tengah masyarakat tempatnya beroperasi. Tujuan tersebut

dicapai dengan membangun kemitraan yang kuat atas dasar kepercayaan dan rasa

saling menghormati.

Pada setiap tahap siklus usia tambang, Bayan mengidentifikasi dan

mengevaluasi kebutuhan masyarakat dengan segala konsekuensi sosialoperasional

tambang baik aktual maupun potensial. Sejalan dengan komitmennya untuk

menjadi warga negara yang bertanggung jawab, Perseroan menjunjung tinggi


standar etika, kepatuhan terhadap peraturan pemerintah dan pengakuan serta tetap

menghormati terhadap budaya setempat. Keberhasilan Bayan dalam menunjang

pertumbuhan sosial ekonomi terutama disebabkan dedikasi para karyawan dan

masyarakat setempat yang bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang

harmonis.

Pada tahun 2011, Bayan mengeluarkan Rp. 15,7 miliar untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dengan menitik beratkan pada program pendidikan dan

56
kesehatan, perbaikan infrastruktur dan pengembangan masyarakat yang

berkesinambungan. Jumlah ini lebih tinggi 7% dari anggaran karena peningkatan

pada pembuatan akses jalan antar desa.

a. Pendidikan

Bayan mengakui tantangan dalam memelihara dan mengembangkan

generasi baru tenaga profesional yang terampil dan ahli Upaya-upaya Perseroan

dalam membantu perbaikan tingkat pendidikan diwujudkan dengan investasi


yang berjumlah cukup besar pada program beasiswa, perbaikan sarana sekolah

dan subsidi gaji guru.

b. Program Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan Bayan meliputi operasi katarak, penyunatan dan

vaksinasi hepatitis B. Perusahaan juga menyediakan perawatan kesehatan

bulanan gratis dan bantuan bahan makanan bergizi, vitamin dan suplemen

tambahan. Program donor darah diadakan secara rutin bekerja sama dengan

Palang Merah Indonesia.

c. Infrastruktur

Listrik merupakan bagian penting kepentingan ekonomi suatu masyarakat.


Akses ke pembangkitan tenaga listrik dapat membuka peluang komunikasi,

pendidikan dan komersial. Penyediaan penerangan juga meningkatkan kegiatan

sosial dan memberikan keamanan yang lebih baik bagi masyarakat. Bayan telah

memulai suatu program listrik masuk desa bagi para warga Sungai Cuka dan

Bukit Baru di Tanah Bumbu, propinsi Kalimantan Selatan, dan di Mamahak,

Kutai Barat, Kalimantan Timur.

d. Pertumbuhan Ekonomi

57
Bayan mendukung pertumbuhan usaha kecil untuk menjamin kesejahteraan

ekonomi masyarakat di masa depan dan mewujudkan kesejahteraan yang

berkesinambungan, terutama saat berakhirnya operasi pertambangan.

e. Pengelolaan Lingkungan

Bayan berkomitmen untuk mencapai standar pengelolaan lingkungan

sesuai dengan Peraturan Pemerintah dalam kegiatan pertambangannya. Pada

dasarnya, pertambangan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan.


Kegiatan pertambangan juga harus mematuhi peraturan perundangundangan

nasional dan daerah yang menjunjung rehabilitasi lingkungan. Pada tahun 2011,

Bayan telah mengeluarkan biaya sebesar IDR 21,0 miliar untuk berbagai

inisiatif lingkungan. Sistem tersebut antara lain mencakup kegiatan pengelolaan

lingkungan, yang mencakup pemantauan udara ambien, air, emisi pengelolaan

limbah berbahaya dan beracun, kualitas air

6. Implementasi CSR PT. Cita Mineral Investindo Tbk

Cita Mineral Investindo bertekad untuk menjalankan tata kelola perusahaan dan

tanggung jawab sosialnya dengan standar tertinggi di semua aspek kegiatan

usahanya. Perusahaan menjalankan usahanya secara transparan dan bertanggung


jawab serta bertindak demi kepentingan para pemegang saham dan karyawannya.

Perusahaan memiliki Cita Mineral Investindo program reklamasi yang

berkesinambungan untuk menghijaukan kembali area yang sebelumnya menjadi

lokasi tambangnya. Selama tahun 2011, Cita meneruskan program penanaman

kembali atas sekitar 25 hektar tanah. Perusahaan juga mempunyai sistem untuk

memastikan bahwa mutu air di sekitar tambang dan pabriknya tetap terpelihara

58
sehingga memenuhi standar yang ditentukan, dan kerap kali melakukan pengujian

sampel air.

7. Implementasi CSR PT. Citatah Industri Marmer TBK

Citatah menyadari tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan masyarakat.

Perusahaan memberi sumbangan bagi program pengembangan masyarakat di

wilayah operasinya dan melancarkan program penghijauan kembali atas wilayah

bekas penambangannya. Sepanjang tahun 2011, Citatah melanjutkan program


beasiswa di desa Bunea untuk membantu siswa-siswa sekolah agar dapat

melanjutkan hingga ke perguruan tinggi. Perusahaan juga turut memugar sekolah

dasar di Karawang Timur, yang berdekatan dengan lingkungan pabrik Sentra

Proyek Khusus Citatah.

Pada tahun 2011, Perusahaan melanjutkan program pengembangan di desa

Bunea dengan memperbaiki rumah bagi masyarakat kurang mampu, serta

membantu penyediaan pasokan listrik kepada lebih dari 100 rumah tangga di desa

ini. Citatah meningkatkan bantuannya menjadi Rp 920 juta untuk program

pengembangan komunitas setempat, yang mencakup perawatan jalan dan

infrastruktur lain di sekitar tambang dan pabrik di Pangkep.


8. Implementasi CSR PT. Elnusa Tbk

Kegiatan usaha yang dilakukan Perseroan tidak terlepas dari kegiatan sosial

Perseroan untuk memberdayakan dan meningkatkan kualitas komunitas sekitar.

Konsep yang dibangun oleh Perseroan dalam tanggung jawab social perusahaan ini

adalah dengan Visi Bisnis Berkelanjutan. Perseroan tetap konsisten

mengalokasikan dana untuk berbagai program kepedulian masyarakat (community

development) dengan fokus pada aspek pendidikan, ekonomi dan kesehatan.

59
Alokasi dana CSR sebagian besar dilakukan melalui bentuk bina kemitraan dan

pendidikan, hal ini merupakan program lanjutan jangka panjang Perseroan untuk

pembinaan lingkungan maupun pendidikan disekitar kantor pusat Perseroan.

Disamping itu, pelestarian alam dan lingkungan hidup juga turut menjadi fokus

dalam kegiatan CSR Perseroan.

Gerakan hijau (Go Green) dilakukan melalui inisiasi derma pohon oleh

karyawan dan turut serta dalam revitalisasi hutan lindung sungai Wain di
Balikpapan dan konservasi Borneo Orang Utan Survival Foundation. Sepanjang

2010 tanggap bencana alam juga dengan cepat dilakukan oleh Perseroa untuk

membantu meringankan beban masyarakat yang sedang mengalami bencana

diantaranya bantuan untuk korban banjir Wasior, korban tsunami Mentawai, serta

korban letusan gunung Merapi. Untuk kedepannya Program CSR Perusahaan akan

lebih difokuskan pada daerah operasi Perseroan, karena pada daerah-daerah

tersebut dampak dari aktivitas proyek langsung dirasakan oleh masyarakat dan

lingkungan sekitarnya.

9. Implementasi CSR PT. Energi Mega Persada Tbk

Program CSR yang dilaksanakan oleh unit bisnis Perseroan ini telah
mendapatkan penghargaan. Platinum Award dalam bidang ekonomi untuk Program

Lembaga Keuangan Mikro dan Gold Award dalam bidang sosial untuk program

Pemberian Makanan Tambahan dan kelas ibu hamil pada Indonesia CSR Award

2011. Di bidang pendidikan, saat ini telah ratusan putra daerah yang meningkat

ketrampilannya setelah mengikuti kegiatan kursus di CLC maupun dan program

life skill training. Program pelatihan telah memberikan ketrampilan, baik dalam

60
bentuk pembuatan pangan olahan sagu, sablon hingga penyiaran untuk Radio

Komunitas di Kecamatan Merbau.

a. Biaya yang Dikeluarkan

Anggaran CSR dialokasikan dari anggaran Program Sosial Penunjang

Operasi (PSPO) sesuai dengan arahan dari BPMIGAS. Proses penentuan

jumlah anggaran disesuaikan dengan kemampuan unit bisnis (dilakukan dengan

berkoordinasi dengan pihak operasi)selanjutnya diusulkan kepada pihak


BPMIGAS melalui pertemuan pra WP&B. Dalam meeting tersebut pihak

BPMIGAS akan menentukan program apa saja yang disetujui dan besar

anggaran yang disetujui. Persetujuan tersebut di keluarkan melalui surat

persetujuan WP&B dari BPMIGAS.

Anggaran yang dialokasikan Perseroan untuk mewujudkan Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan pada tahun 2011 adalah sebesar Rp4.279.860.000

Dari segi anggaran jumlah ini naik 6,2% dibandingkan anggaran tahun 2010

sebesar Rp4.031.336.100. Realisasi biaya untuk program-program Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan tahun 2011 adalah sebesar Rp3.373.398.804 naik 39%

dibandingkan biaya pos yang sama tahun 2010 sebesar Rp2.424.316.643.


10. Implementasi CSR PT. Internasional Nickel Idonesia Tbk

Komitmen Inco terhadap pengembangan sosial, lingkungan dan ekonomi

menjadi latar belakang bagaimana menjalankan usaha Inco. Menghargai alam

lingkungan dan setiap manusianya merupakan tanggung jawab yang paling

mendasar.

Berikut ini adalah beberapa pencapaian PT Vale selama 2011:

Keselamatan:

61
 Implementasi Vale Critical Activity Requirement (CAR).

 94,9% tingkat kepatuhan terhadap CAR, dan 100%

 tingkat kepatuhan hukum. Audit ini dilaksanakan oleh pihak ketiga

yang ditunjuk oleh Vale. Mencatat 1,62 Total Reported Incident

Frequency Rate (TRIFR)

 26 kasus Total Reported Incident ( TRI).

 Implementasi Modul Safety - SAP (SAP – Modul Safety).


Kesehatan:

 Implementasi SAP – Modul Industrial Hygiene.

 Penelitian mengenai Asbes di dalam bijih mineral.

 Program pemantauan resiko terekspos paparan kerja untuk terhadap

Resiko Kesehatan Kerja kuantatif.

 Melanjutkan pemantauan ruang kerja dalam rangka pemantauan kondisi

kerja dan kepatuhan peraturan yang berlaku.

Kebakaran dan Penanganan Kondisi Darurat:

 Berpartisipasi dalam Pekan National Fire and Rescue.

 Mendapat 2 Medali Emas untuk Penyelamatan dari Sudut Tinggi dan


Latihan Kebugaran Pemadam Kebakaran; dan 1 medali perak untuk

kategori Pemadaman Kebakaran.

Bidang Lingkungan Hidup:

 Implementasi Sistem Manajemen Lingkungan Hidup (EMS) Vale

(untuk Tahap Dasar) yang mengacu pada ISO 14001 dalam bidang

operasional dan dukungan.

62
 Terus meningkatkan kualitas emisi udara, pengawasan air buangan, dan

reklamasi untuk mematuhi peraturan dan perundangan lingkungan

hidup.

 Pelaksanaan Rencana Aksi Keberlanjutan.

11. Implementasi CSR PT. Indo Tambang Raya Mega Tbk

Tambang raya mega berkomitmen untuk menjadi Perusahaan yang

bertanggung jawab. Hal tersebut dilakukan melalui upaya mewujudkan standar


tinggi dalam tata kelola perusahaan, yang diiringi dengan kegiatan kepedulian dan

pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan secara berkelanjutan. ITM

mengikuti Pedoman GCG yang diterbitkan oleh Komite Nasional untuk Tata

Kelola Perusahaan dan berupaya untuk mencapai standar internasional serta praktik

terbaik dalam penerapan dan implementasi prinsipprinsip tata kelola perusahaan

menjadi acuan Perusahaan disamping ketentuan, regulasi dan pedoman yang

ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia dan Bapepam-LK.

12. Implementasi CSR PT Medco Energi Internasional Tbk

Medco energi internasional menyadari pentingnya untuk memberikan kembali

kepada masyarakat sebagai apresiasi atas kepercayaan dan dukungan. Mengingat


bahwa sebagian kegiatannya berlangsung di daerah-daerah terpencil di Nusantara,

hubungan jangka panjang dengan masyarakat sekitar harus dijaga untuk

mempertahankan usaha yang berkelanjutan dan membuahkan hasil. Tujuan

tersebut dicapai dengan:

a. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran dengan memberdayakan

masyarakat dan menciptakan peluang ekonomi dengan menggunakan

sumber daya lokal.

63
b. Menyediakan pendidikan berkualitas, kualitas hidup yang layak dan

kesehatan jasmani dan rohani bagi masyarakat.

c. Membangun infrastruktur publik.

d. Mengurangi dampak destruktif dari lapangan yang ditinggalkan terhadap

lingkungan dan masyarakat. Filosofi yang mendasari program Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan (CSR) lebih dari memberikan kembali, namun

membina hubungan yang saling menguntungkan dengan berbagai elemen


masyarakat yang terus berlanjut selama beberapa generasi. Program-

program CSR dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip triple bottom line,

mencakup aspek-aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.

13. Implementasi CSR PT. Mitra Investindo Tbk

Perseroan menyadari dengan memperkuat program - program Corporate Social

Responsibility (CSR) akan mendorong keseimbangan hubungan dan kepercayaan

antara Perseroan dengan masyarakat, mitra kerja dan para pemangku kepentingan.

Melalui implementasi CSR yang berkelanjutan, Kami tidak hanya mengejar

keuntungan semata, tetapi juga bertanggung jawab terhadap pengembangan

masyarakat. Berangkat dari kebutuhan masyarakat sekitar, fokus aktivitas CSR.


Perseroan saat ini adalah mendukung kegiatan pendidikan termasuk pemberian

beasiswa dan perbaikan sarana pendidikan/PAUD hingga pembangunan

infrastruktur desa berupa perbaikan sarana ibadah, pembangunan dan perbaikan

jalan desa, penyediaan generator sebagai rintisan alat penerangan dan penyediaan

air bersih. Perseroan tengah mempelajari program CSR mendatang yang lebih

fokus pada pengembangan kemandirian ekonomi masyarakat sekitar tambang,

64
dengan tetap memperhatikan sumber daya alam yang tersedia, budaya serta

karakter masyarakat lokal.

14. Implementasi CSR PT. Perdana Karya Perkasa Tbk

Dengan memaksimalkan penggunaan material lokal dan sumber daya manusia

dalam meningkatkan produktivitas dan kompetensi yang mendukung industri,

diyakini dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat disekitar area perusahaan.

Sebagian besar dari mereka tinggal di daerah-daerah yang sangat terpencil, di mana
taraf kesehatan maupun pendidikannya jauh di bawah kawasan perkotaan. Untuk

itulah perusahaan mengarahkan program tanggung jawab sosialnya (CSR) pada

peningkatan taraf hidup masyarakat di wilayah tersebut dengan cara memperbaiki

perekonomian warga, menyediakan air bersih, fasilitas kesehatan dan pendidikan.

Dalam rangka melakukan kegiatan di atas, kami merekrut dua orang konsultan dari

luar perusahaan.

Mereka bekerja sama dengan tim perusahaan untuk menilai tingkat ekonomi,

kesehatan dan pendidikan di area tersebut, merumuskan dan memperkenalkan

sejumlah program yang menghasilkan dampak positif dan nyata bagi masyarakat

sekitar. Program sosial yang diselenggarakan perusahaan sepanjang tahun 2011


antara lain Program Pengembangan Mata Pencaharian bagi Masyarakat Kelurahan

Kariangau dengan memberikan pelatihan dan pendampingan intensif kepada tujuh

Kelompok

15. Implementasi CSR PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

Perseroan telah merumuskan pola kebijakan jangka panjang dalam pelaksanaan

tanggung jawab perusahaan yang terintegrasi dalam bentuk “Pedoman CSR PTBA”

yang mencakup enam fokus kegiatan, yaitu bidang: (1) ekonomi, (2) lingkungan,

65
(3) hak azasi manusia, (4) praktik ketenagakerjaan dan kelaikan kerja, (5) tanggung

jawab produk, dan (6) kemasyarakatan. Keenam fokus kegiatan tersebut mengacu

kepada kaidah internasional mengenai keberhasilan implementasi CSR yang

ditetapkan oleh Global Reporting Initiatives (GRI), yang dirumuskan dalam

strategi implementasi yang dilandasi oleh etika/norma bisnis yang berlaku,

meliputi:

a. Pembangunan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan


untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas lokal serta masyarakat secara

luas.

b. Peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup, termasuk restorasi lahan pasca

tambang.

c. Jaminan pelaksanaan non diskriminasi dan penghargaan hak azasi manusia.

d. Penerapan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja serta upaya peningkatan

kesejahteraan karyawan.

e. Penerapan jaminan keamanan penggunaan produk dan kepuasan pelanggan.

f. Menjalin hubungan harmonis dengan masyarakat yang dilandasi dengan

prinsip-prinsip tata kelola yang baik.


Untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan terciptanya keseimbangan

hasil kegiatan operasional dari sisi kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan,

Perseroan telah melaksanakan berbagai macam kegiatan dibidang sosial, ekonomi

dan lingkungan. Kegiatan tersebut juga merupakan salah satu bentuk Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan terhadap masyarakat terutama Ring I sekitar

perusahaan dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi untuk dapat

meningkatkan taraf hidup masyarakat maupun pelestarian lingkungan.

66
16. Implementasi CSR PT Petrosea Tbk

Keberlanjutan merupakan sebuah langkah yang diyakini Perusahaan dapat

memberi kebaikan bagi semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam

Perusahaan. Pelaksanaan kegiatan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau

Corporate Social Responsibility (CSR) bagi masyarakat adalah sebagai salah satu

bentuk perwujudan dari konsep keberlanjutan, fokus pada program-program

peningkatan kualitas hidup komunitas, serta lingkungan sekitar, yang sejalan


dengan program pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Adapun kegiatannya

antara lain:

a. Kampanye sosialisasi keselamatan berkendara bagi anak sekolah

Dalam rangka memperkenalkan budaya disiplin dan pendidikan

keselamatan dalam berkendara sejak usia dini, Perusahaan bekerja sama dengan

PT GBP dan perusahaan kontraktor PT BUMA melakukan kegiatan kampanye

berkendara dengan aman bagi siswa di lima sekolah dari tingkat Sekolah Dasar

hingga Sekolah Menengah Umum di Kecamatan Jempang dan Siluq Ngurai,

Kutai Barat. Harapan Perusahaan jika pendidikan bagaimana bertransportasi

dengan baik dan benar telah di berikan sejak dini, melalui kegiatan program
bersama ini, generasi muda diharapkan dapat menjadi agent of change dalam

bertransportasi di masa depan.

b. Pemanfaatan sarana transportasi perusahaan untuk antar jemput anak

sekolah

Dengan adanya perbedaan waktu antar jemput karyawan perusahaan

dengan jam masuk dan pulang anak sekolah, maka bis karyawan Perusahaan

dimanfaatkan sebagai sarana transportasi antar jemput siswa dan guru SD 010

67
Muara Tae dan SMP Negeri 40 Sendawar setiap hari sekolah di lokasi proyek

GBP, Kutai Barat, Kalimantan Timur.

c. Renovasi ruang kelas taman kanak kanak

Perusahaan juga membantu renovasi ruang kelas sekolah Taman Kanak-

kanak Bina Ana Prasa Melati di Kelurahan Kariangau – Balikpapan karena

kondisi bangunan ruang kelas yang kurangmemadai untuk kelancaran proses

belajar mengajar
17. Implementasi CSR PT. Resource Alam Indonesia Tbk

a. Pendidikan

Dukungan Perusahaan wajib 12 tahun pendidikan bagi setiap anak yang

dinyatakan oleh Gubernur Kalimantan timur. Resources alam Indonesia

menyediakan beasiswa bagi sekolah-sekolah di sekitarnya, dan juga

memberikan kontribusi lain seperti buku, seragam sekolah, Selain itu,

Resources alam Indonesia juga memberikan bantuan infrastruktur untuk

sekolah melalui penyediaan air bersih dan fasilitas sekolah. Pada tahun 2011,

Resources alam Indonesia merencanakan untuk membangun sebuah TK non-

profit di salah satu blok produksi kami di Simpang Pasir.


Kesehatan

Resources alam Indonesia telah membangun fasilitas umum utama bagi

masyarakat lokal termasuk, sumber air bersih, mengingat ini masih sulit bagi

penduduk setempat untuk mengakses air bersih di beberapa daerah

pertambangan Resources alam Indonesia. Resources alam Indonesia juga

membangun pusat kesehatan bagi ibu dan anak-anak untuk membantu

68
mengurangi risiko kematian saat melahirkan dan juga meningkatkan

perkembangan bayi.

Infrastruktur yang dibangun meliputi:

 Pembangunan jalan yang menghubungkan ladang pertanian dengan

jalan utama yang memberikan akses petani ke pasar kota.

 terus menerus pengolahan air sungai untuk mencegah banjir.

 Pengembangan infrastruktur publik seperti Masjid, jembatan dan lain-


lain

Semua pengembangan masyarakat dan program CSR didasarkan pada skala

prioritas dan terstruktur melalui diskusi sering dengan badan-badan

pemerintahan lokal, perwakilan masyarakat dan juga LSM. Melibatkan semua

pemangku kepentingan, yang meliputi: regulator, perwakilan masyarakat, LSM

dan perusahaan yang berpartisipasi lainnya dalam penataan dan melaksanakan

program CSR.

18. Implementasi CSR PT Radiant Utama Interinsco Tbk

PT. Radiant Utama Interinsco Tbk. berkomitmen untuk menyediakan

kontribusi jangka panjang kepada masyarakat atau lingkungan untuk dapat


menciptakan lingkungan yang lebih baik. Pemanfaatan alam untuk mendukung

operasi perusahaan harus seimbang dengan kegiatan pelestarian lingkungan dan

pemberdayaan lingkungan sekitarnya. RUIS selalu berusaha untuk memenuhi

tanggung jawab sosial melalui berbagai kegiatan sosial. Oleh karena itu, RUIS

berusaha untuk memenuhi tanggung jawab sosial melalui berbagai kegiatan

sosial. . Kegiatan sosial dari perusahaan untuk tanggung jawab sosial cukup

beragam area fokus untuk kegiatan sosial:

69
a. Pemberdayaan

Sebagian besar dari program pemberdayaan RUIS diadakan dalam proyek

atau situs. RUIS memberikan beberapa pelatihan yang dapat meningkatkan

keterampilan masyarakat.

b. Lingkungan

Pada tahun 2011, bersama dengan 36 perayaan ulang tahun perusahaan,

perusahaan dan Islamic Center Wadi Mubarak (ICWM) berkolaborasi untuk


membuat aktivitas go Green.

c. Educaton

RUIS menyediakan beasiswa bagi siswa SD sampai perguruan

tinggi. Jumlah penerima beasiswa masih tumbuh melalui tahun. Selain

beasiswa untuk mahasiswa, RUIS juga membantu biaya operasional TPA dan

juga beberapa sekolah.

d. Kesehatan

Di bidang kesehatan, kami sudah mengadakan beberapa kegiatan seperti

gratis "sunatan masal" dan perawatan medis umum. Selain itu, RUIS juga

memiliki kegiatan rutin yang diadakan setiap tahun. Kegiatan donor darah
ini. Karyawan RUIS terlihat sangat bersemangat untuk kegiatan ini, hal ini bisa

menjadi bukti dari peserta keseluruhan setiap tahun. Lebih dari 100 karyawan

mendaftarkan diri mereka untuk berpartisipasi donor darah ini.

19. Implementasi CSR PT Timah (Persero) Tbk

Dalam menjalankan berbagai strategi tanggung jawab sosialnya, Perusahaan

berupaya mengedepankan keharmonisan dengan semua pemangku kepentingan.

Oleh karena itu, Perusahaan selalu merangkul semua pihak dan mendorong

70
keterlibatan pemerintah (baik pusat maupun daerah) dan masyarakat sekitar melalui

program-program CSR-nya. Hal ini dilakukan agar semua pihak dapat merasa

memiliki dan bertanggung jawab atas program-program tersebut, yang memang

ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka, serta

mengatasi masalah sosial di sekitar daerah operasi Perusahaan.

Sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya CSR untuk tahun 2011, Perusahaan

menganggarkan dana sebesar Rp 70,9 miliar untuk pelaksanaan segenap kegiatan


CSR-nya. Sepanjang tahun 2011, Perusahaan berhasil merealisasikan 85% dari

dana tersebut, yakni senilai Rp 60,0 miliar, untuk disalurkan ke berbagai sektor.

Untuk tahun 2012, Perusahaan menganggarkan dana dengan total nilai Rp 61,2

miliar untuk mendukung strategi tanggung jawab sosialnya.

D. PERHITUNGAN VARIABEL DEPENDEN

CSR Disclosure diukur dengan proksi CSRDI (corporate social responsibility

disclosure index) berdasarkan indikator GRI (global reporting initiatives). Dimana

dalam pengungkapan informasi sosial dikelompokkan menjadi 6 kelompok sesuai

dengan kategori informasi sosial menurut GRI diantaranya adalah lingkungan,

energi, kesehatan, dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja,
produk, keterlibatan masyarakat dan umum. Pada setiap kategori tersebut terdiri

dari beberapa item sehingga totalnya menjadi 79 item.

Pengungkapan CSR dapat dihitung dengan menggunakan sebuah metode yang

disebut metode content analysis. Metode tersebut merupakan sebuah metode yang

berfungsi untuk mengubah informasi kualitatif menjadi kuantitatif dengan cara

dilakukan pengkodefikasian dan pemberian skor. Pengungkapan informasi CSR

pada laporan tahunan (annual report) perusahaan dapat diukur melalui pemberian

71
skor. Untuk setiap item informasi CSR yang diungkapkan oleh perusahaan diberi

skor ‘1’ dan untuk setiap item informasi CSR yang tidak diungkapkan oleh

perusahaan diberi angka ‘0’. Dengan menjumlahkan semua angka ‘1’, maka

didapatlah jumlah angka yang merupakan total informasi CSR yang dilaporkan

pada laporan tahunan kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan

rumus yaitu jumlah total pengungkapan CSR dibagi dengan skor maksimum yaitu

79 maka didapatlah CSRDI nya.


Tabel 4.2

Ringkasan Hasil Perhitungan CSRDI selama tahun 2009-2010

KODE CSR INDEX


CSR INDEX 2009 CSR INDEX 2011
PERUSAHAAN 2010

ADRO 0,481 0,5063 0,557

ANTM 0,3038 0,4684 0,481

ATPK 0,2278 0,2658 0,2405

BUMI 0,4937 0,5316 0,4937

BYAN 0,557 0,5067 0,4937

CITA 0,2025 0,2025 0,1899

CTTH 0,2405 0,2532 0,2785

ELSA 0,5443 0,5443 0,5443

ENRG 0,2405 0,3291 0,4177

INCO 0,5316 0,519 0,5316

ITMG 0,3544 0,3418 0,2405

MEDC 0,443 0,4684 0,4304

MITI 0,2405 0,2278 0,2405

72
PKPK 0,2278 0,2278 0,2405

PTBA 0,3924 0,3797 0,3797

PTRO 0,3038 0,3038 0,3038

RAIN 0,3671 0,3544 0,3544

RUIS 0,3038 0,2785 0,2785

TINS 0,3418 0,6203 0,5696

(Sumber : Laporan Tahunan 2009-2011, setelah data diolah, 2012)

Dengan melihat tabel 4.2 ringkasan hasil perhitungan CSRDI selama tahun

2009-2010 di atas dapat dinyatakan bahwa pengungkapan kegiatan CSR yang

dilakukan oleh perusahaan pertambangan selama periode 2009-2010 masih cukup

sedikit. Sebagaimana perusahaan yang kegiatan utamanya memanfaatkan sumber daya

alam, dalam hal ini bahan tambang seperti batubara, minyak bumi, gas bumi, timah,

nikel, bauksit, marmer seharusnya perusahaan pertambangan tersebut lebih banyak

memberikan perhatian yang lebih terhadap masalah lingkungan sebagai dampak

terbesar dari kegiatan produksi perusahaan.

E. PERHITUNGAN VARIABEL INDEPENDEN

Variabel Independen (kepemilikan asing, kepemilikan institusional, kepemilikan


manajerial) dihitung berdasarkan persentase kepemilikannya. Sebagaimana

kepemilikan asing adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak

investor asing. Maka kepemilikan asing dalam penelitian ini menggunakan persentase

kepemilikan saham asing (>5%) yang dilihat dalam laporan tahunan perusahaan untuk

tahun 2009 – 2011 dengan menggunakan perhitungan rumus jumlah saham asing

dibagi dengan total saham beredar dikali 100%.

73
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki

oleh pihak institusi lain baik kepemilikan perusahaan atau lembaga lain. dalam

penelitian ini menggunakan persentase kepemilikan saham institusional (>5%) yang

dilihat dalam laporan tahunan perusahaan untuk tahun 2009 – 2011. Kepemilikan

manajerial dapat dihitung dengan menggunakan rumus jumlah saham institusional

dibagi dengan total saham beredar dikali 100%.

Kepemilikan manajerial, diukur sesuai dengan proporsi kepemilikan saham yang


dimiliki oleh manajerial. Kepemilikan manajerial dalam penelitian ini menggunakan

persentase kepemilikan saham manajer /direksi/ komisaris (>5%) yang dilihat dalam

laporan tahunan perusahaan untuk tahun 2009 – 2010. Kepemilikan manajerial dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut jumlah saham manajerial dibagi

total saham beredar dikali 100%.

Tabel 4.3
Ringkasan Hasil Perhitungan Variabel Independen selama Tahun 2009-2011
PERUSAH 2009 2010 2011

AAN ASI. INS. MNG. ASI. INS. MNG. ASI. INS. MNG.

ADARO 5,60% 43,91% 21,67% 5,60% 43,91% 15,92% 5,60% 43,91% 15,92%

ANTM 0,00% 65,00% 0,00% 0,00% 65,00% 0,00% 0,00% 65,00% 0,00%

ATPK 65,67% 20,00% 16,20% 75,21% 20,13% 20,20% 77,37% 5,00% 8,30%

BAYAN 14,25% 6,60% 75,4% 32,67% 14,20% 6,00% 32,67% 6,00% 32,60%

BUMI 6,27% 20,00% 15,00% 5,05% 20,00% 10,20% 29,18% 20,00% 12,09%

CITA 72,66% 19,14% 7,80% 90,15% 6,38% 7,80% 90,15% 6,38% 10,20%

74
CTTH 40,3% 6,05% 6,2% 46,4% 12,49% 6,20% 46,4% 5,81% 6,58%

ELSA 7,00% 78,25% 5,90% 37,67% 41,67% 7,00% 5,30% 72,71% 7,00%

ENRG 0,00% 45,01% 20,00% 6,78% 33,28% 6,00% 24,36% 8,75% 6,45%

INCO 79,86% 14,00% 12,03% 79,86% 14,00% 12,03% 78,82% 14,00% 10,00%

ITMG 73,72% 0,00% 0,00% 65% 0,00% 0,00% 65,00% 0,00% 0,00%

MEDC 50,7% 0,00% 0,00% 50,7% 0,00% 0,00% 50,7% 12,65% 0,00%

MITI 28,73% 13,05% 5,34% 24,64% 7,79% 5,34% 23,96% 7,79% 0,00%

PKPK 9,00% 11,5,% 63,23% 9,00% 12,3% 41,57% 9,00% 13,6% 49,73%

PTRO 0,00% 98,55% 0,00% 0,00% 98,55% 0,00% 0,00% 98,55% 0,00%

PTBA 19,39% 69,67% 5,00% 21,77% 68,38% 19,39% 18,74% 68,06% 5,61%

RAIN 50,63% 15,8% 0,00% 51,15% 15,8% 0,00% 45,11% 15,8% 0,00%

RUIS 21,53% 65,85% 5,62% 23,11% 65,09% 0,00% 20,52% 61,58% 0,00%

TINS 0,00% 65,00% 0,00% 0,00% 65,00% 0,00% 0,00% 65,00% 0,00%

(Sumber : Laporan tahunan 2009-2011, setelah data diolah, 2012)

F. HASIL ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

1. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk melihat apakah asumsi-asumsi yang

diperlukan dalam analisis regresi linear terpenuhi, Uji asumsi klasik dalam

penelitian ini menguji normalitas data secara statistik, uji heteroskedastisitas, uji

multikolinearitas serta uji autokorelasi,

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai


distribusi normal atau tidak, Model regresi yang baik adalah distribusi data

75
normal atau mendekati normal, Untuk menguji normal data ini menggunakan

metode analisis grafik dan melihat normal probability plot, Hasil scatter plot

untuk uji normalitas adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1

Garafik Histogram

Gambar 4.2

Grafik Normal P-P Plot

76
Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan analisis grafik yaitu dengan

menggunakan grafik histogram dan grafik normal plot menunjukkan bahwa

grafik memberikan pola distribusi normal yang mendekati normal, sedangkan

pada grafik terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta

penyebarannya ada di sekitar garis diagonal, Untuk lebih memastikan apakah

data residual terdistribusi secara normal atau tidak, maka dilakukan pengujian

one sample kolmogorov-smirnov


Tabel 4.4

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 57
Normal Mean .0000000
Parametersa,b Std. Deviation .11653426
Most Extreme Absolute .145
Differences Positive .145
Negative -.061
Kolmogorov-Smirnov Z 1.091
Asymp. Sig. (2-tailed) .185

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.1 juga menunjukkan nilai

Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,091 dengan tingkat probabilitas signifikansi

sebesar 0,185, Karena nilai p lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

data residual terdistribusi secara normal, Dengan kata lain, model regresi yang

digunakan memenuhi asumsi normalitas.


b. Uji Multikolinearitas

77
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

bebas, Jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolonieritas, Untuk mendeteksi

ada tidaknya multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai VIF,

Jika nilai tolerance di atas 0,10 dan VIF di bawah nilai 10 maka dinyatakan

bebas multikolonieritas, Hasil uji multikolonieritas pada tabel 4.2 menunjukkan

bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang memiliki nilai tolerance dibawah

0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) di atas 10, Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar variabel bebas dalam

model regresi ini.

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

1(Constant)

ASING ,423 2,366

INST ,451 2,216

MNJR ,703 1,422

a, Dependent Variable: CSRDI

78
c. Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Hasil uji heteroskedastisitas dari gambar 4.3 menunjukan bahwa grafik

scatterplot antara SRESID dan ZPRED menunjukkan pola penyebaran, dimana

titik-titik menyebar di atas dan di bawah 0 pada sumbu Y, Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada data yang akan digunakan.

d. Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi kita harus melihat nilai uji

Durbin Watson, Dari hasil pengujian diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.6

Hasil Uji Durbin-Watson

79
Model Summaryb

Std. Error Change Statistics


Mod R Adjusted R of the R Square F Sig. F Durbin-
el R Square Square Estimate Change Change df1 df2 Change Watson

1 .346a .120 .070 .11979 .120 2.404 3 53 .078 2.332

a. Predictors: (Constant), MNJR, INST, ASING


b. Dependent Variable: CSRDI

Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai D-W sebesar 2,332,

Nilai D-W menurut tabel dengan n = 57 dan k = 3 didapat angka dl = 1,452

dan du = 1,681, Oleh karena nilai DW hitung > du, maka dapat disimpulkan

tidak terdapat autokorelasi antar residual.

2. Hasil Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mendapatkan koefisien

regresi yang akan menentukan apakah hipotesis yang dibuat akan diterima atau

ditolak, Atas dasar hasil analisis regresi dengan menggunakan sebesar 5%

diperoleh persamaan sebagai berikut:

CSRDI = 0,453 + 0,002 ASING - 0,001 INST - 0,002 MNJR + e

Berdasarkan hasil statistik di atas, persamaan regresi tersebut dapat dinyatakan

sebagai berikut :

a) Nilai konstanta sebesar 0,453, Artinya, jika variabel bebas = 0 atau

tetap, maka nilai dari CSRDI perusahaan pertambangan yang

Listing di BEI selama tahun 2009 – 2011 adalah 0,453,

b) Nilai koefisien kepemilikan asing untuk variabel X1 sebesar 0,002,

Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan kepemilikan asing

satu satuan maka variabel terikat (CSRDI) akan naik sebesar 0,002

80
dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi

adalah tetap,

c) Nilai koefisien kepemilikan institusional untuk variabel X2 sebesar

0,001, Hal ini mengandung arti bahwa setiap penurunan

kepemilikan institusional satu satuan maka variabel terikat (CSRDI)

akan turun sebesar 0,001 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang

lain dari model regresi adalah tetap,


d) Nilai koefisien kepemilikan managerial untuk variabel X3 sebesar

0,002, Hal ini mengandung arti bahwa setiap penurunan

kepemilikan managerial satu satuan maka variabel terikat (CSRDI)

akan naik turun 0,002 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang

lain dari model regresi adalah tetap,

Analisis regresi yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh antar variabel independen terhadap variabel dependen, Pengujian

statistik yang dilakukan adalah:

1) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan nilai adjusted


RSquare, Nilai adjusted R-Square dari model regresi digunakan untuk

mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas (independen) dalam

menerangkan variabel terikat (dependen),

Tabel 4.7

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

81
Model Summaryb

Adjusted R Std, Error of the

Model R R Square Square Estimate

1 ,346a ,120 ,070 ,11979

a, Predictors: (Constant), MNJR, INST, ASING

b, Dependent Variable: CSRDI

Dari tabel 4,7 diketahui bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,120,

Hal ini berarti bahwa 12% CSRDI dapat dijelaskan oleh variasi variabel

independen yaitu kepemilikan asing, kepemilikan institusional, dan

kepemilikan manajerial, sisanya sebesar 88% (100% - 12%) dijelaskan oleh

sebab-sebab lain diluar model.

2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji signifikansi simultan (Uji F) digunakan untuk menunjukkan apakah

semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependennya, Apabila

analisis menggunakan uji F menunjukkan bahwa semua variabel independen

secara simultan merupakan penjelas yang signifikansi terhadap variabel

dependen.

Tabel 4.8

Hasil Uji Simultan (Uji F)

82
ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .103 3 .034 2.404 .078a

Residual .760 53 .014

Total .864 56

a. Predictors: (Constant), MNJR, INST, ASING


b. Dependent Variable: CSRDI

Dari uji Anova atau Uji F pada tabel 4.8 di atas, nilai F hitung 2,404

dengan probabilitas signifikansi yang menunjukkan 0,078, Nilai probabilitas


pengujian yang lebih besar dari α = 0,05, Hal ini menunjukkan bahwa secara

bersama-sama (simultan) luas pengungkapan CSR Disclosure Index tidak

dipengaruhi oleh kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, dan

kepemilikan asing, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis 2

ditolak.

3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas dalam

model regresi berpengaruh secara individu terhadap variabel terikat, Untuk

menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak, Dengan menggunakan

program SPSS 19,0 for windows, dilakukan pengujian signifikasi parameter

individu, pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level (α =

5%),

Tabel 4.9

Hasil Uji Parsial

83
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) .472 .051 9.251 .000

ASING .002 .001 -.475 2.396 .020 .423 2.366

INST -.001 .001 -.205 -1.070 .290 .451 2.216

MNJR -.002 .001 -.260 -1.694 .096 .703 1.422

a. Dependent Variable: CSRDI

Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa kepemilikan asing mempunyai

tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,02, menunjukkan bahwa probabilitas

siginfikansinya dibawah 0,05 (0,02 < 0,05), dan t hitung > t tabel yaitu 2,396 >

1,676, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan asing berpengaruh terhadap

CSRDI, Hal ini berarti hipotesis 1a diterima, Kepemilikan institusional

mempunyai tingkat probabilitas signifikansi 0,290, Hal tersebut menunjukkan

bahwa probabilitas signifikansinya jauh di atas 0,05 dan t hitung < dari t tabel,

dan t hitung < dari t tabel yaitu -1,070 < 1,676, Hal ini dapat disimpulkan bahwa

kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap CSRDI, Hal ini berarti

hipotesis 1b ditolak, Kepemilikan manajerial dapat dilihat bahwa t hitungnya

sebesar -1,559 yang menunjukkan lebih kecil dari t tabel 1,676 dengan

probabilitas signifikansi 0,096 yang berati lebih besar dari 0,05, Hal ini

menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi CSRDI

dengan demikian hipotesis 1c ditolak.

G. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada pengujian hipotesis dengan menggunakan uji hipotesis F, menunjukkan

bahwa ketiga variabel independen yaitu kepemilikan asing, kepemilikan

84
institusional, kepemilikan manajerial secara simultan tidak berpengaruh terhadap

indeks luas pengungkapan CSR (CSRDI) perusahaan pertambangan yang listing di

Bursa Efek Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai probabilitas signifikansi yang

menunjukkan 0,078 berada sedikit diatas nilai α = 0,05.

Nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,120 atau 12 % menunjukkan bahwa

ketiga variabel independen mampu menerankan variabel dependen dengan variasi

pengaruh sebesar 12% dan selebihnya 88% (100% - 12%) diterankan oleh variabel
lain di luar model. Hal ini berarti ownership structure mampu menjelaskan adanya

pengaruh terhadap luas pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan yang

terdaftar di BEI selama tahun 2009-2011 dengan variasi pengaruh sebesar 12%.

Hasil ini pula mendukung pernyataan dalam teori yang mengatakan bahwa

“keputusan mengenai partisipasi perusahaan dalam CSR dapat berbeda akibat

kepemilikan yang berbeda.”

Pengujian secara persial dilakukan dengan uji t (t-test). Pengujian t ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individu

terhadap variabel dependen. Hasil pengujian terhadap H1a berhasil menolak Ho

pada tingkat signifikansi 5% dimana probabilitas signifikansi menunjukkan 0,02 .


Artinya kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2009-

2011 dari hasil tersebut mendukung pernyataan Anggriani yang mengatakan bahwa

“Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern

terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan.”

Hasil pengujian H1b dan H1c gagal menolak Ho pada tingkat signifikasi 5%

menunjukkan nilai 0,290 untuk kepemilikan institusional dan 0,096 untuk

85
kepemilikan manajerial. Artinya kepemilikan institusional dan kepemilikan

manajerial tidak mempengaruhi luas pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR

Disclosure) perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011. Hal

ini tidak mendukung teori keagenan, yang menyatakan bahwa “semakin banyak

kepemilikan manajerial dalam perusahaan, manajemen akan semakin banyak

melakukan kegiatan produktif yang dapat meningkatkan image perusahaan.”

Dapat disimpulkan bahwa ada atau tidaknya kepemilikan institusional dan


kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap CSR Disclosure. Dan

kepemilikan Asing sebagai satu-satunya variabel independen yang mempengaruhi

luas pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR Disclosure) perusahaan

pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011.

Berdasarkan hasil pengujian variabel kepemilikan asing dengan penelitian

sebelumnya terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mahmud & Djakman. Mahmud & Djakman menemukan variabel kepemilikan

asing tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial.

Namun penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wong

Yong dan yang dilakukan oleh Ghazali yang menemukan adanya pengaruh.
Hasil pengujian variabel kepemilikan institusional konsisten dengan penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Mahmud & Djakman yang hasilnya tidak ditemukan

adanya pengaruh terhadap luas pengungkapan CSR namun tidak konsisten dengan

hasil penelitian Wong Yong di Korea. Hasil penelitian variabel kepemilikan

manajerial juga konsisten dengan hasil penelitian Febriana & Suaryana, dan

penelitian Wong Yong di Korea yang hasilnya tidak ditemukan adanya pengaruh

86
terhadap luas pengungkapan CSR, namun tidak konsisten dengan hasil penelitian

Anggriani.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

87
1. Berdasarkan hasil pengujian melalui program SPSS 19.0 for windows, nilai

koefisien determinasi R2 antara variabel independen dengan variabel dependen

sebesar 0,120 atau 12 % menunjukkan bahwa ketiga variabel independen

mampu menerangkan variabel dependen dengan variasi pengaruh sebesar 12%

dan selebihnya 88% (100% - 12%) diterankan oleh variabel lain di luar model.

Hal ini berarti ownership structure mampu menjelaskan adanya pengaruh

namun kecil terhadap luas pengungkapan CSR pada perusahaan pertambangan


yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-2011 dengan variasi pengaruh sebesar

12%.

2. Hasil uji t (t-test) dengan program SPSS 19.0 for windows , menunjukkan nilai

0,02 untuk variabel kepemilikan asing yang berarti bahwa hipotesis H1a

ternyata dapat diterima. Artinya kepemilikan asing berpengaruh positif

terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pertambangan

yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011. Hasil pengujian variabel institusional

menunjukkan nilai 0,290 dan kepemilikan manajerial sebesar 0,096 yang

berarti bahwa hipotesis H1b dan H1c ditolak. Artinya kepemilikan institusional

dan kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi luas pengungkapan tanggung


jawab sosial (CSR Disclosure) perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI

tahun 2009-2011.
86
3. hasil uji hipotesis F (simultan) menunjukkan bahwa ketiga variabel independen

yaitu kepemilikan asing, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial

secara simultan tidak berpengaruh terhadap indeks luas pengungkapan CSR

(CSRDI) perusahaan pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Hal

88
ini terlihat dari nilai probabilitas signifikansi yang menunjukkan 0,078 berada

sedikit diatas nilai α = 0,05.

B. SARAN

Peneliti dapat memberi saran sebagai berikut :

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menambah jumlah variabel independen

yang diprediksi akan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR, karena ketiga

variabel independen dalam penelitian ini hanya menjelaskan 12% variabel


dependen selebihnya dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

2. Bagi perusahaan pertambangan yang listing di bursa efek Indonesia,

seharusnya lebih terbuka dalam mengungkapkan informasi mengenai

pelaksanaan kegiatan CSR-nya dalam laporan tahunan, selain itu perusahaan

pertambangan yang listing di bursa efek Indonesia sebaiknya menambah item

atau kegiatan CSR yang diungkapkan sesuai dengan acuan yang berlaku secara

internasional yang ditentukan oleh Global Reporting Initiative (GRI).

3. Bagi pemerintah, sebaiknya meninjau ulang aturan terkait mengenai kewajiban

perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial karena setelah

penerapan UU perseroan terbatas NO.40 pasal 74 tahun 2007 indeks


pengungkapan CSR perusahaan masih relatif sedikit.

DAFTAR PUSTAKA
Alakent, M. Ozor E & M Ahsan. Institutional ownership and corporate political
Strategies: does heterogeneity of institutional owners Matter?. Strategic
Management Review, 4 (1), 2010.
Algifari, Anlisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi. Cet. 3; Yogyakarta: BPFE, 2011.

89
Anggraini, Ririn Dwi. “Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Asing
Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan dalam
Annual Report (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan Yang Tercatat
Di BEI Tahun 2008-2009).” Skripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro, Semarang, 2011.
Anggriani, Reni Retno. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan : Studi Empiris pada Perusahaan-perusaan yang Terdaftar Bursa Efek
Jakarta,” Simposium Nasional Akuntansi 9, 2006.
Branco, Manuel Castelo dan Lu´cia Lima Rodrigues,“Factors Influencing Social
Responsibility Disclosure by Portuguese Companies”. Journal of Business
Ethics. 2008.
Cahya, Bramantya Adhi, “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tanggung
Jawab Social Perusahaan (Corporate Social RESPONSIBILITY) (Studi pada
Bank di Indonesia Periode Tahun 2007-2008),” Skirpsi, 2009.
Chang, Megawati & Yulius Jogi Christiawan, “Pengaruh Pengungkapan Corporate
Social Responsibility Terhadap Abnormal Return,” Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, vol. 13, no. 1, 2009.
Coffey, Bettey S & Gerel X Frixel, “Institusional Ownership of Stock and Dimensions
of Corporate Social Performents : An Empirical Examination,” Journal
International Springer Science & Business Media, 2010.
Gassing, Qadir & Wahyuddin Halim, ed. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Makassar: Alauddin Press, 2009.
Ghazali, Nazli A. Mohd, “Ownership structure and corporate social responsibility
disclosure: some Malaysian evidence,” Emerald Group Publishing Limited,
VOL. 7 NO. 3, 2007.
Ghozali, Imam. Aplikasi analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cet. 4;
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006.
Hasbi, Teungku Muhammad, Al-Islami, vol. 2. Semarang: Pustaka rezeki Putra, 2007.
Hoskisson, Robert E. & dkk, “Conflicting Voices: The Effects of Institutional
Ownership Heterogeneity and Internal Governance on Corporate Innovation
Strategies.” In Press – AMJ, 2011.
Ikhsan, Arfan. Akuntansi Lingkungan & Pengungkapannya. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008.
Indrianto, Nur dan Bambang Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
& Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 2009.
Kartini, Dwi. Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep Sustainability
Management dan implementasi di Indonesia. Cet. 1; Bandung: Refika Aditama,
2009.
Mansur, Yusuf, An Introduction to The Miracle of Giving. Jakarta: Zikrul Hakim, 2008.

90
Nasir, Mohammad & Darwin Warisi, “Pengaruh Good Corporate governace dalam
Mewujudkan Corporate Social Responsibility,” Jurnal Akuntansi Keuangan
dan Perpajakan Vol. 1 No.2, 2008.
Novita & Chaerul D. Djakman,“Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Luas
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada Laporan
Tahunan Perusahaan; Studi Empiris pada Perusahaan Publik yang Tercatat di
Bursa Efek Indonesia tahun 2006.”Simposium Nasional Akuntansi 11, 2008.
Nurkrim, Ahmad. Corporate governance dan Profitabilitas; Pengaruhnya Terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris pada
Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia). Tesis, 2009.
Oh, wong yong ect, “The Effect of Ownership Structure on Corporate Social
Responsibility: Empirical Evidence from Korea,” Journal International
Springer Science & Business Media, 2011.
Rachman, Nurdizal M, Asep Efendi dan Emir Wicaksana. Panduan Lengkap
Perencanaan Corporate Social Responsibility. Jakarta: Penebar
Swadaya,2011.
Reverte,Cermelo, Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure Ratings
by Spanish Listed Firms. Journal of Business Ethics, 2009.
Setiawan, Maman dkk, “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Karakteristik Perusahaan,
dan Karakteristik Tata Kelola Korporasi Terhadap Kinerja Perusahaan : Studi
Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta,” 2006.
http://pustaka.unpad.ac.id di akses tgl 14/12/2011.
Solihin, Ismail. Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability. Cet. 1;
Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Suarjono. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE,
2010.
Sukatha, I Made. Pengaruh Manajemen Laba, dan Kepemilikan Manajerial pada
Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi.
http://www.ejournal.unud.ac.id di akses tgl 14/12/2011.
Sunarto. 2004. Analisis Pengaruh KepemilikanManajerial, Investment Opportunity
Set, Return On Asset Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Dividend Payout
Ratio (Studi Kasus Pada Saham LQ45 di Bursa Efek Jakarta). Tesis.
Tilling, Matthew. Refinements to Legitimacy Theory in Social and Environmental
Accounting. Commerce Research Paper Series no. 04-6, 2006.

91

Anda mungkin juga menyukai