Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman obat. Terdapat lebih

dari 30.000 jenis tanaman di Indonesia dan 9600 jenis diantaranya berkhasiat

sebagai tanaman obat. Akan tetapi, hanya 300 tanaman yang telah dimanfaatkan

sebagai tanaman obat (DepKes RI, 2007). Pemanfaatan sebagai tanaman obat,

sebagian besar hanya berdasarkan resep turun-temurun yang ada di masyarakat

dengan metode pemanfaatan dan bentuk sediaan yang sederhana dan tidak praktis.

Hal ini membuat kalangan medis enggan menggunakan obat-obat herbal tersebut

dibandingkan dengan obat-obat sintetik (Prapanza dan Lukito, 2003).

Herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) dan mimba

(Azadirachta indica A. Juss.) merupakan beberapa jenis tanaman obat yang secara

empiris dipercaya memiliki efek hipoglikemik. Ekstrak etanolik daun sambiloto

terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan pemejanan selama 14 hari

pada tikus dengan DM tipe I yang memberikan hasil sama memuaskannya dengan

pemberian metformin (Zhang dan Tan, 2000). Selain itu, tikus yang sebelumnya

telah diinduksi aloksan dapat diturunkan kadar gula darahnya sebesar 36,91%

dengan pemberian daun mimba (Akter, dkk., 2013). Penggunaan kombinasi

ekstrak etanolik sambiloto dan daun mimba menunjukkan efek hipoglikemik yang

lebih baik daripada ekstrak tunggal dengan menurunkan kadar glukosa darah

prepandial dan postprandial pada tikus yang diinduksi aloksan (Nugroho, dkk.,

2014).

1
2

Penggunaan herba sambiloto dan daun mimba masih terbatas pada bentuk

sediaan yang sederhana. Bentuk ekstrak lebih efektif karena melalui proses

penyarian sehingga hanya komponen yang diharapkan yang masih terdapat dalam

sediaan. Ekstrak dapat diformulasi dalam berbagai bentuk sediaan, salah satunya

adalah sirup. Sirup adalah sediaan yang dapat digunakan hampir semua orang.

Selain itu, karena merupakan bentuk sediaan cair, sirup relatif lebih cepat

diabsorbsi sehingga diharapkan memiliki efek yang relatif lebih cepat daripada

sediaan padat.

Campuran ekstrak herba sambiloto dan daun mimba memiliki karakteristik

rasa yang sangat pahit dan sukar larut dalam air. Sirup merupakan sediaan yang

dikonsumsi secara oral sehingga rasa dan kelarutan merupakan faktor penting

dalam formulasi. Untuk itu, perlu dilakukan optimasi formula agar dihasilkan

sirup dengan sifat seperti yang diharapkan.

Dalam penelitian ini, optimasi dilakukan dengan variasi komposisi

propilen glikol dan sorbitol 70%. Propilen glikol berfungsi sebagai kosolven

untuk mendispersikan bagian yang sukar larut. Sorbitol 70% berfungsi sebagai

pemanis untuk memperbaiki rasa sirup dan sebagai pembawa serta stabilisator

dalam sediaan bebas gula (Shur, 2009).

Formulasi yang ideal memerlukan optimasi, dan salah satu metode yang

umum digunakan adalah metode Simplex Lattice Design (SLD). Penggunaan

metode optimasi memberikan keuntungan yaitu praktis, cepat dan menghindari

penentuan formula dengan coba-coba (trial and error) (Armstrong dan James,

1996).
3

Adanya variasi komponen dalam proses formulasi dapat mempengaruhi

stabilitas sediaan yang berpengaruh pada stabilitas zat aktif yang ada di dalamnya.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

formula optimum sirup kombinasi ekstrak etanolik herba sambiloto dan daun

mimba dengan variasi komposisi propilen glikol dan sorbitol 70% dan

pengaruhnya terhadap sifat fisika-kimia dan stabilitas fisika-kimia sirup serta

mengetahui pengaruh formulasi terhadap kandungan senyawa aktif dalam sediaan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh propilen glikol dan sorbitol 70% terhadap sifat fisika-

kimia sirup kombinasi ekstrak herba sambiloto (Andrographis paniculata

(Burm. f.) Nees) dan daun mimba (Azadirachta indica A. Juss.) ?

2. Bagaimana sifat fisika-kimia dan stabilitas fisika-kimia sirup formula

optimum dengan variasi komposisi propilen glikol dan sorbitol 70% ?

3. Apakah variasi komposisi propilen glikol dan sorbitol 70% dapat

mempengaruhi kandungan senyawa aktif dalam sediaan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh propilen glikol dan sorbitol 70% terhadap sifat fisika-

kimia dan stabilitas fisika-kimia sirup kombinasi ekstrak herba sambiloto

(Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees) dan daun mimba (Azadirachta

indica A. Juss.).
4

2. Mengetahui sifat fisika-kimia dan stabilitas fisika-kimia sirup formula

optimum dengan variasi komposisi propilen glikol dan sorbitol 70%.

3. Mengetahui adanya pengaruh variasi komposisi propilen glikol dan sorbitol

70% terhadap kandungan senyawa aktif.

D. Pentingnya Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan

dalam pembuatan formula sirup kombinasi ekstrak etanolik herba sambiloto dan

daun mimba dengan sifat fisika-kimia terbaik sehingga dapat diterima konsumen

dan dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif pengobatan diabetes. Lebih jauh

lagi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bagian dalam pengembangan produk

herbal ke arah science evidence khususnya dalam bidang kesehatan.

E. Tinjauan Pustaka

1. Uraian tanaman

a. Tanaman sambiloto

Klasifikasi tanaman sambiloto disajikan pada tabel I. Kandungan

kimiawinya diantaranya adalah andrografolida, neoandrografolida,

homoandrografolid, 14-deoksi-11-12-dehidroandrografolid, 14-deoksi-

11-oksoandrografolid, andrografin, panikulida A,B, dan C, dan panikulin

(Sudarsono, dkk., 2006). Rasa pahit dari sambiloto disebabkan karena

kandungan senyawa andrografolid yang merupakan keton diterpen.


5

Tabel I. Klasifikasi Tanaman Sambiloto


Kategori Klasifikasi
Kerajaan Plantae
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Bangsa Solanales
Suku Acanthaceae
Marga Andrographis
Jenis Andrographis paniculata (Burm. f.) Nees
Senyawa Identitas Andrografolid
(Backer dan Bakhuizen, 1965)

Andrografolid (C20H30O5) merupakan senyawa diterpen lakton

yang berbentuk kristal tak berwarna dan bersifat larut dalam metanol,

etanol, aseton, piridin, etil asetat, kloroform dan asam asetat, sedikit

larut dalam air dan tidak larut dalam dietil eter. Analisis andrografolid

dapat dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis dan High

Performance Liquid Chromatography (HPLC) (Ranjani, dkk, 2000).

Struktur andrografolid disajikan pada gambar 1.

HO O

CH3
CH2

HO
H3C OH

Gambar 1. Struktur Andrografolid (Sudarsono, dkk., 2006)

Andrografolid memiliki rasa yang sangat pahit. Penggunaan

dalam dosis tinggi dapat menyebabkan mual dan muntah karena rasanya
6

yang sangat pahit (Braun dan Cohen, 2004).

b. Tanaman mimba

Klasifikasi tanaman mimba tersaji pada tabel II.

Tabel II. Klasifikasi Tanaman Mimba


Kategori Klasifikasi
Kerajaan Plantae
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Bangsa Rutales
Suku Meliaceae
Marga Azadirachta
Jenis Azadirachta indica A. Juss.
(Backer dan Bakhuizen, 1965)

Beberapa senyawa yang ditemukan dari tanaman mimba antara

lain disetil vilasinin, nimbandiol, 3-desasetil salanin, salanol,

azadirachtin. Pada daun, terdapat paraisin, senyawa alkaloid dan minyak

atsiri yang mengandung senyawa sulfida (Sudarsono, dkk., 2002).

Kandungan total fenol, flavonoid, dan tannin pada tanaman mimba

sejumlah masing-masing 1,03%, 5,33% dan 1,83%. Analisis dengan

HPTLC menunjukkan kandungan pada tanaman mimba diantaranya

rutin, ferulic acid, β- sitosterol, lupeol, dan kuersetin dalam 50% ekstrak

etanolik. Ekstrak etanolik menunjukkan efek antioksidan dengan IC 50

pada kadar 110,36 µg/ml (Pandey, dkk, 2014).

Kuersetin (3,3’,4’,5,7-pentahidroksiflavon) adalah senyawa

flavonoid golongan flavonol. Kuersetin bersifat larut dalam metanol,

eter, etanol, piridin dan asam asetat (Lide dan Milne, 1994). Kuersetin

bersifat tidak larut dalam air (Lewis, 2001). Rutin adalah bentuk

glikosida dari kuersetin. Perbedaan struktur kuersetin dan rutin dapat


7

dilihat dalam gambar berikut.

HO
OH

O OH
O HO HO
OH
O

OH HO O OH
O
O OH
O O CH3
HO

OH
HO OH

OH

Kuersetin Rutin

Gambar 2. Perbedaan Struktur Rutin dan Kuersetin (Lewis, 2001)

Proses reduksi yang terjadi dibagi menjadi dua tahap yakni

inisiasi dan propagasi. Radikal bebas seperti oksigen, peroksida dan

superoksida distabilkan dengan mekanisme pembentukan kompleks atau

hidrogenasi sehingga terbentuk senyawa yang stabil. Tahap ini disebut

inisiasi. Pada tahap propagasi, kuersetin mencegah senyawa radikal

berikatan dengan oksigen sehingga radikal peroksida tidak terbentuk.

Jika senyawa radikal peroksida telah terbentuk, kuersetin dapat berikatan

dengan peroksida untuk menstabilkannya sehingga reaksi berantai

terbentuknya radikal bebas dapat dicegah (Gordon, 1990).

2. Maserasi

Maserasi merupakan teknik penyarian sederhana dengan cara

merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
8

aktif. Zat aktif akan terlarut pada penyari karena adanya perbedaan konsentrasi

zat aktif dalam penyari yang terdapat di dalam dan di luar sel. Peristiwa

berulang hingga terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif dalam penyari

antara penyari di dalam sel dan di luar sel (DepKes RI, 1986).

Keuntungan penyarian dengan cara maserasi adalah pengerjaan dan

peralatan yang digunakan sederhana.

Pada penyarian dengan cara maserasi diperlukan pengadukan untuk

meratakan konsentrasi larutan sehingga derajat perbedaan di dalam dan di luar

sel dapat terjaga (DepKes RI, 1986).

3. Sirup

Sirup merupakan sediaan kental yang mengandung sukrosa atau gula

lain dengan atau tanpa perasa dan bahan obat (Allen dkk, 2005). Selain itu,

sebagai pemanis, sering pula digunakan senyawa seperti poliol yaitu sorbitol

untuk merubah rasa ataupun penambahan gliserin untuk mengubah sifat lain

zat pembawa. Penambahan antibakteri digunakan untuk mencegah

pertumbuhan bakteri, jamur, dan ragi. Kandungan gula yang terdapat dalam

sirup antara 50-65 % b/b. Namun, pada umumnya sirup memiliki kandungan

gula antara 60-80% b/b untuk memperoleh rasa yang manis dan menjaga

kestabilan sediaan (DepKes RI, 2014). Sirup dengan kadar gula jenuh dapat

menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena ketersediaan air yang

rendah akibat adanya proses osmosis (Allen dkk, 2005).

Pada sediaan cair, rasa menjadi faktor pertimbangan penting dalam

proses formulasi. Zat perasa, baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi,
9

ditambahkan untuk menutupi rasa yang tidak enak, seperti misalnya rasa pahit

terutama dalam komponen organik (Niazi, 2004). Penggunaan mentol sebagai

flavor adjuncts dan desensitizing agent sering dilakukan pada pembuatan

sediaan sirup (Lachman dkk, 2008).

4. Monografi Bahan

Bahan yang dioptimasi pada penelitian ini adalah propilen glikol dan

sorbitol 70% dengan monografi sebagai berikut :

a. Propilen Glikol

Sinonim dari propilen glikol (C3H8O2) diantaranya 1,2-

dihydroxypropane, 2-hydroxypropanol, metil etilen glikol, metil glikol,

propana-1,2-diol, dan propylenglycolum. Propilen glikol berupa cairan

jernih atau sedikit berwarna, kental, rasa agak manis, dengan bobot

molekul 76,09. Propilen glikol harus disimpan pada wadah tertutup baik,

terlindung dari cahaya, sejuk, dan kering karena bersifat higroskopis.

Propilen glikol campur dalam aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin, dan

air.

Propilen glikol banyak digunakan sebagai solven, ekstraktan, dan

preservatif dalam sediaan parenteral dan non parenteral dalam bidang

farmasi. Propilen glikol merupakan pelarut umum yang melarutkan lebih

baik daripada gliserin. Propilen glikol dapat melarutkan beberapa bahan

seperti kortikosteroid, obat golongan sulfa, fenol, beberapa jenis alkaloid,

vitamin (Weller, 2009).


10

HO

OH

Gambar 3. Rumus Struktur Propilen Glikol (Weller, 2009)

b. Sorbitol

Sorbitol (C6H14O6) memiliki nama lain 1,2,3,4,5,6-hexanehexol,

meritol, neosob, sorbit, sorbitol instan, dan sorbogem. Sorbitol berwarna

putih bahkan hampir tidak berwarna, berbentuk kristal, merupakan serbuk

yang higroskopis, dengan bobot molekul 182,17. Sorbitol memiliki rasa

yang enak dengan tingkat kemanisan 50-60% dari sukrosa. Pada suhu 20

ºC, sorbitol bersifat sangat tidak larut dalam eter, sedikit larut dalam

metanol, dan larut dalam perbandingan 1:0,5 dalam air. Sorbitol harus

disimpan dalam wadah tertutup baik, ditempat yang sejuk dan kering.

OH OH

OH
HO

OH OH

Gambar 4. Rumus Struktur Sorbitol (Shur, 2009)

Dalam formulasi sediaan cair, sorbitol banyak digunakan sebagai

pembawa dalam sediaan bebas gula. Dalam sediaan sirup, sorbitol aktif

mencegah kristalisasi yang terjadi pada tutup botol (Shur, 2009).


11

Selain itu, digunakan bahan tambahan lain dengan monografi

sebagai berikut :

a. Sukralosa

Sukralosa (C12H19Cl3O8) memiliki nama lain diantaranya

splenda, sucralose, sucralosum, TGS, dan 1’,4’,6’

trichlorogalactosucrose, dengan bobot molekul sebesar 397,64.

Pemerian sukralosa berupa serbuk berwarna putih hingga bening,

bersifat free flowing, dan berbentuk kristal. Sukralosa bersifat mudah

larut dalam etanol 95%, metanol, dan air, serta sedikit larut dalam etil

asetat. Penyimpanan sukralosa dalam wadah tertutup baik yang sejuk

dan kering dengan temperatur tidak lebih dari 21 oC.

HO
OH

O
Cl
Cl
HO O
O

OH
HO Cl

Gambar 5. Rumus Struktur Sukralosa (Langdon dan Mullarney, 2009)

Sukralosa digunakan sebagai pemanis pada minuman,

makanan, dan produk farmasi. Tingkat kemanisan sukralosa mencapai

300-1000 kali sukrosa dengan tidak memberikan efek after taste.

Sukralosa tidak mengandung nutrisi, bersifat non kariogenik, tidak

menyebabkan karies pada gigi dan tidak berdampak pada kadar gula

darah (Langdon dan Mullarney, 2009).


12

b. Gliserin

Gliserin (C3H8O3) memiliki nama lain kroderol, glycerine,

glycon G-100, kemstrene, optim, priserin, trihydroxypropane glycerol.

Gliserin berupa cairan jernih dan tidak berwarna, tidak berbau, bersifat

kental, bersifat higroskopis, dan memiliki rasa yang manis. Bobot

molekul gliserin adalah 92,90. Pada suhu 20 ºC, gliserin bersifat larut

dalam air, metanol, dan etanol. Praktis tidak larut dalam benzen,

kloroform, dan minyak. Penyimpanan dilakukan dalam wadah yang

tertutup baik, kondisi dingin, dan tempat yang kering.

Dalam sediaan oral, gliserin digunakan sebagai pelarut,

pemanis, preservatif, dan pengental (Alvarez-Nunez dan Medina,

2009).

HO

HO OH

Gambar 6. Rumus Struktur Gliserin (Alvarez-Nunez dan Medina, 2009)

c. Mentol

Mentol (C10H10O) memiliki nama lain hexahydrothymol, 3-p-

menthanol, p-menthan-3-ol, dimentol, mentolum, racemicum,

menthomenthol, mentoli, mentolis, peppermint camphor, rasemik

mentol. Mentol tidak berwarna dan berupa serbuk kristal aglomerat

yang bersifat free flowing. Kristal dapat berbentuk prismatik, asikular,


13

atau heksagonal. Mentol memiliki bau dan rasa yang kuat dengan

bobot molekul 156,27. Mentol sangat mudah larut dalam etanol 95%,

kloroform, eter, minyak dan parafin cair. Mentol harus disimpan dalam

wadah tertutup baik dengan temperatur tidak lebih dari 25 oC.

Mentol banyak digunakan dalam bidang farmasi sebagai perasa

atau penyamar bau. Mentol memberikan sensasi dingin dan

menyegarkan. Mentol dapat berefek karminativum ketika digunakan

secara oral dalam dosis kecil (Langdon dan Mullarney, 2009).

Penggunaan mentol sebagai perasa sering digunakan karena efek

dingin yang diberikan dapat menyamarkan rasa pahit pada obat

(Abraham dan Mathew, 2013).

H3C CH3

HO

CH3

Gambar 7. Rumus Struktur Mentol (Langdon dan Mullarney, 2009)

d. Asam sitrat

Asam sitrat (C6H8O7.H2O) memiliki sinonim acidum citricum

monohydricum, 2-hydroxypropane-1,2,3-tricarboxylic, acid

monohydrate dengan berat molekul 210,14. Asam sitrat berupa kristal


14

transparan atau tidak berwarna atau berwarna putih dan memiliki rasa

asam yang kuat. Asam sitrat larut dalam 1,5 bagian etanol 95% dan 1

bagian air serta sedikit larut dalam eter. Asam sitrat harus disimpan

dalam wadah kedap udara yang kering.

O
HO
O
OH

HO
OH O

Gambar 8. Rumus Struktur Asam Sitrat (Amidon, 2009)

Asam sitrat digunakan dalam formulasi sebagai pengatur

keasaman (pH) dalam larutan. Pada produk makanan, asam sitrat

seringkali digunakan untuk meningkatkan rasa karena rasanya yang

asam (Amidon, 2009).

e. Sodium benzoat

Sodium benzoat memiliki sinonim benzoic acid sodium salt,

benzoate of soda, natrii benzoas, natrium benzoicum, sobenate, sodii

benzoas. Sodium benzoat berupa granul putih atau kristal, bersifat

higroskopis, berbau benzoin lemah dan memiliki rasa basa yang

kurang menyenangkan. Satu bagian sodium benzoat larut dalam 75

bagian etanol 95%, 50 bagian etanol 90%, dan 1,8 bagian air.

Sodium benzoat merupakan preservatif yang sering digunakan


15

dalam makanan, kosmetik dan sediaan obat. Dalam sediaan oral,

konsentrasi yang digunakan adalah 0,02%-0,5%. Sodium benzoat

memiliki sifat bateriostatik dan antifungi yang aktif pada pH rendah

(pH 2-5). Pada kondisi basa, sodium benzoat hampir tidak memiliki

efek (Sakurai, 2009).


O O

Na+

Gambar 9 Rumus Struktur Sodium Benzoat (Sakurai, 2009)

f. Sodium Dihidrogen Fosfat

Sodium dihidrogen fosfat (Na2HPO4) memiliki sinonim

diantaranya dinatrii phosphas anhydricus, dinatrii phosphas

dihydricus, dinatrii phosphas dodecahydricus, disodium hidrogen

fosfat, disodium fosfat, phosphoric acid, dan disodium salt. Sodium

dihidrogen fosfat sangat mudah larut dalam air terutama dalam air

panas dan praktis tidak larut dalam etanol 95%. Bentuk anhidratnya

bersifat higroskopis. Sodium dihidrogen fosfat harus disimpan dalam

wadah kedap udara yang kering (Kearney, 2009).


16

Na+ Na+

O–

O P O–

OH

Gambar 10. Rumus Struktur Sodium Dihidrogen Fosfat (Kearney, 2009)

Sodium dihidrogen fosfat banyak digunakan sebagai agen

pembasa dan bahan pembuat larutan dapar. Secara terapetik, sodium

dihidrogen fosfat bersifat laksatif dan membantu dalam pengobatan

hipofosfatemia (Kearney, 2009).

g. Air Murni

Air murni merupakan air yang memenuhi persyaratan air

minum dan dimurnikan dengan beberapa metode diantaranya distilasi,

reverse osmosis, dan pertukaran ion. Air berupa cairan jernih, tidak

berwarna, tidak berbau dan tidak berasa dengan pH antara 5,0 hingga

7,0. Air disimpan dalam wadah tertutup rapat (DepKes RI, 2014).

5. Sifat Fisika-kimia Sirup

Sifat fisika-kimia sirup dapat dievaluasi dari beberapa parameter sifat

fisika-kimianya yang terdiri dari keasaman, viskositas, dan karakter

organoleptis. Parameter-parameter tersebut harus dievaluasi secara objektif


17

dan jika mungkin selama waktu pengukuran stabilitas (Lachman dkk., 2008).

Karakter organoleptis yang diamati diantaranya adalah rasa, bau dan

warna. Intensitas perubahan warna dapat diukur dengan membandingkan

panjang gelombang antara sampel terukur dengan keadaan awalnya

menggunakan spektrofotometer. Besarnya perubahan panjang gelombang

menggambarkan besarnya perubahan warna yang terjadi. Bau dan rasa dapat

diukur dengan memberikan sampel yang telah berumur dengan sampel acuan

tanpa diketahui oleh responden. Responden diminta untuk membandingkan

perbedaan rasa keduanya. Jika sebagian besar responden tidak dapat

mendeteksi adanya perbedaan, berarti bau dan rasa sirup tersebut tidak

berbeda signifikan (Lachman, dkk., 2008).

Viskositas adalah pertahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Secara

rumus, viskositas dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara shear stress

dan shear rate dengan satuan internasional (SI) pascal-second (Pa-s). Satuan

lain yang sering digunakan adalah poise (P), dimana 1 Pa-s = 10 P. Salah satu

faktor yang berpengaruh terhadap perubahan viskositas adalah temperatur.

Semakin tinggi temperatur, maka viskositasnya cenderung turun (Martin, dkk,

1993). Fluiditas suatu cairan berbanding terbalik dengan viskositasnya.

Semakin tinggi fluiditas suatu cairan maka semakin kecil viskositasnya.

Parameter lain yang sering digunakan adalah waktu tuang dan derajat

keasaman. Uji waktu tuang dilakukan dengan menuangkan larutan pada

kemiringan 45o dalam waktu tertentu (Banker, dkk., 1996). Uji derajat

keasaman dilakukan dengan mengukur perubahan pH larutan dari waktu ke


18

waktu menggunakan pH meter.

6. Simplex Lattice Design

Simplex Lattice Design merupakan suatu metode yang digunakan

untuk menentukan formula optimum dengan memvariasikan beberapa

kombinasi bahan yang jumlah totalnya tetap sama yaitu satu bagian. Profil

respon dapat ditentukan melalui persamaan Simplex Lattice Design (SLD)

(Bolton, 1997). Kumpulan suatu komponen dari sisi kualitatif dan

kuantitatifnya dianggap sebagai satu formula. Perubahan pada satu fraksi akan

mengubah satu atau lebih komponen lain. Hubungan fungsional antara respon

(variabel tergantung) dengan komposisi (variabel bebas) dinyatakan dengan

persamaan (1).

Y=β1A + β2B + β1.2AB....................................................... (1)

Keterangan:

Y : respon yang diinginkan


A dan B : fraksi dari tiap komponen
β1 dan β2 : koefisien regresi dari A,B
β1.2 : koefisien regresi dari interaksi A-B

Koefisien diketahui dari perhitungan regresi dan Y adalah respon yang

diinginkan. Apabila nilai A ditentukan, maka nilai B dapat dihitung

(Armstrong dan James, 1996). Penentuan formula optimum didapatkan dari

respon total yang paling besar. Respon total dihitung dengan rumus:

R total = R1 + R2 + R3 + Rn………………………………. (2)

R1, R2, R3, Rn adalah respon masing-masing sifat fisika-kimia


19

sediaan. Dari persamaan respon total tersebut, akan diperoleh formula yang

optimum. Verifikasi dilakukan pada formula yang memiliki respon paling

optimum (Armstrong dan James, 1996).

7. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) - Densitometri

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu metode pemisahan

menggunakan dua macam fase dalam analisisnya, yaitu fase diam dan fase

gerak. Fase gerak akan bergerak melewati fase diam karena dua hal yaitu

pengaruh kapiler pada elusi secara ascending dan pengaruh gravitasi pada

elusi secara descending (Gandjar dan Rohman, 2007).

KLT dapat digunakan untuk uji identifikasi senyawa secara kualitatif

dan kuantitatif. Parameter yang digunakan adalah nilai Rf. Suatu senyawa

yang dibandingkan dikatakan identik jika memiliki nilai Rf yang sama pada

kondisi KLT yang sama. Nilai Rf sering dikonversi menjadi hRf (hundred

retardation factor) yaitu 100 x Rf (Gandjar dan Rohman, 2007). Sementara

itu, uji kuantitatif dilakukan dengan densitometer atau disebut dengan KLT-

Densitometer.

Prinsip KLT-Densitometer adalah pengukuran kerapatan bercak yang

sebelumnya telah dipisahkan dengan metode KLT (Sudjadi, 1988). Teknik

pengukuran didasarkan pada refleksi sinar datang. Sebagian sinar datang

dipantulkan dan sebagian diserap. Untuk mempermudah penetapan kadar

komponen, bercak harus ditotolkan sekecil mungkin, hal ini disebabkan

karena bercak yang kecil akan menghasilkan kurva yang sempit dan tajam,

sebaliknya bercak yang besar akan menghasilkan puncak yang tumpul dan
20

melebar (Sudjadi, 1988).

F. Landasan Teori

Efek antihiperglikemik yang dihasilkan oleh tanaman sambiloto merupakan

aktivitas dari senyawa andrografolid. Senyawa ini dapat membantu transpor

glukosa darah ke perifer sehingga kadar glukosa dalam plasma menurun (Yu,

dkk., 2003). Pada tanaman mimba, efek hipoglemik salah satunya merupakan

aktivitas dari senyawa kuersetin. Kuersetin membantu meningkatkan efek enzim

antioksidan yang berperan dalam penurunan kadar glukosa darah (Abdelmoaty,

dkk., 2010). Kuersetin dapat berperan sebagai antioksidan karena memiliki

komponen fenolik yang sangat reaktif mengikat radikal bebas (Lamson dan

Brignal, 2000).

Komponen yang dioptimasi dalam penelitian ini adalah propilen glikol dan

sorbitol 70%. Propilen glikol merupakan kosolven yang umum digunakan baik

pada sediaan parenteral maupun non parenteral (Weller, 2009). Kosolven adalah

salah satu bahan tambahan utama dalam sediaan oral yang digunakan untuk

meningkatkan kelarutan bahan aktif dalam pembawa (Jones, 2008). Kosolven

dapat membantu kelarutan bahan yang sukar larut karena memiliki indeks

polaritas diantara medium dan bahan terlarut sehingga menurunkan tegangan

muka antara keduanya (Yalkowsky dan Roseman, 1981 cit. Nayak dan Panigrahi,

2012). Sorbitol merupakan pemanis dengan tingkat kemanisan 50-60% sukrosa.

Penambahan pemanis adalah salah satu cara perbaikan rasa secara fisik. Pemanis

dicampurkan dengan obat yang pahit untuk memperbaiki rasa dari obat tersebut.

Dalam sediaan oral, sorbitol digunakan sebagai pembawa pada sediaan bebas gula
21

dan efektif menghilangkan kristalisasi pada mulut botol sirup. Selain itu, sorbitol

digunakan untuk meningkatkan stabilitas obat dalam sediaan (Shur, 2009).

Viskositas sediaan dapat meningkat dengan adanya gugus hidroksil. Baik

propilen glikol maupun sorbitol memiliki gugus hidroksil yang dapat

mempengaruhi viskositas sediaan. Untuk senyawa dari golongan yang sama,

semakin besar berat molekul maka viskositas sediaan akan meningkat (Marzuki,

dkk, 2010). Fluiditas berbanding terbalik dengan viskositas. Semakin tinggi

viskositas, maka fluiditasnya semakin kecil.

Andrografolid bersifat sukar larut dalam air (Chen, dkk., 2010).

Penggunaan pelarut dengan indeks polaritas terlalu tinggi maupun rendah tidak

dapat melarutkan andrografolid dengan baik (Rais, 2014). Menurut Piskula dan

Terao, (1998), kelarutan kuersetin dalam propilen glikol memberikan hasil yang

berbeda signifikan dibandingkan kelarutan dalam campuran propilen glikol-air

dan air saja. Jika jumlah kuersetin terlarut dalam propilen glikol dinyatakan 1,

maka jumlah relatif kuersetin terlarut dalam campuran propilen glikol-air dan air

saja berturut-turut adalah 0,0038 dan 0,000016.

G. Hipotesis

1. Peningkatan konsentrasi propilen glikol dan sorbitol dapat meningkatkan

respon viskositas, waktu tuang, tanggap rasa, pH dan durasi stabilitas.

2. Formula optimum sediaan sirup kombinasi ekstrak etanolik herba sambiloto

dan daun mimba stabil secara fisik selama penyimpanan dalam tempo tertentu.

3. Adanya variasi komposisi propilen glikol dan sorbitol 70% dapat

mempengaruhi kandungan senyawa aktif dalam sediaan.

Anda mungkin juga menyukai