Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Sosiologi dan Antropologi Pendidikan yang
diampu oleh Ibu Ira Fatmawati, S,S., M.Pd.
Disusun Oleh:
Munawaroh 170621100102
Mei, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Pemberdayaan SDM dalam Forum Diklat Guru
A. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) Internal
Konsep tentang pemberdayaan (empowering) sering tidak diketahui atau tidak
dipahami oleh para pemimpin institusi atau lembaga sekolah. Mereka tidak
mengetahuinya karena kurang membaca atau kurang mencari tahu. Mungkin ada
yang membacanya tapi tidak mampu mengomplementasikannya karena berbagai
alasan seperti wawasan dan pengalaman serta kompetensi yang terbatas, konsep
pemberdayaan memiliki dongkrak yang kuat untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Yang dimaksudkan dengan SDM adalah sumber daya manusia
yang di semua lembaga atau instusi pendidikan. Di antara mereka pasti sudah ada
yang berkualitas dan ada yang harus lebih banyak belajar lagi untuk menjadi yang
terbaik. Yang berkualitas biasanya mereka yang selalu memperlihatkan ciri
seperti berdedikasi tinggi, cerdas, kritis, mampu berpikir alternatif dan solutif,
disiplin, bijaksana dalam menghadapi berbagai persoalan, dan lainnya. Oleh
karena keterbatasan pemahaman kepala sekolah tentang konsep ini, seringkali
terjadi guru-guru yang selalu berpikir kritis dan berpikir alternatif yang bersifat
korektif dianggapnya sebagai penentang atau pembangkang sehingga tidak
disukainya bahkan disingkirkan dari pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya ia bisa
lakukan dengan terobosan baru dan lebih sukses dalam konteks membangun
pendidikan.
Apabila kepala sekolah cukup fleksibel dan visioner dalam karakter
kepemimpinannya, maka dalam kaitan dengan pemberdayaan SDM internal
lembaga dalam forum diklat guru, mungkin langkah yang tepat dan bijaksana
adalah memberikan kesempatan kepada mereka yang memiliki sumber daya yang
memadai atau berkualitas untuk menjadi narasumber dalam diklat profesi guru.
Mereka diberi topik-topik yang relevan dan dari situ mereka berusaha sekuat
kemampuan untuk membuat kajian teoritis (makalah) yang akan dipresentasikan
dalam forum diklat guru dimaksud. Dari konsep dan implementasi pembangunan
SDM seperti yang diuraikan di atas pastilah akan membawa kemajuan yang
signifikan. Sebenarnya kita tidak boleh lagi pesimis terhadap SDM kita karena
masalah kita ada pada pemberdayaan dan bukan pada SDMnya. Banyak sekolah-
sekolah baik SMA/SMK, SMP, SD dan TK sudah memiliki tenaga atau guru
memiliki kualifikasi akademik S2 (magister) bahkan S3 (doktor). Mereka inilah
yang harus mendapat kesempatan pertama untuk menjadi narasumber pada forum
diklat profesi guru dan yang pasti kemampuannya akan terseleksi secara alamiah
melalui penampilan pertamanya.
Oleh karena forum diklat profesi guru merupakan pembelajaran orang dewasa
(andragogi) maka diskusi antar rekan seprofesi akan menjadi lebih penting dan
efektif dalam hal peningkatkan kinerja dan kualitas SDM di suatu lembaga
pendidikan atau sekolah. Dalam forum ilmiah itu akan terjadi perpaduan yang
harmonis antara hasil riset, kajian teoritis dari narasumber dan pengalaman kerja
guru yang mungkin bervariasi. Perpaduan harmonis inilah yang memiliki power
untuk mengembangkan wawasan para guru dalam upaya meningkatkan kualitas
dan kinerjanya sebagai seorang profesional dan abdi negara.
Dari uraian di atas bisa kita mengidentifikasi keunggulan-keunggulan
pemberdayaan SDM internal, yakni:
1. Cukup efisien (insentif narasumber selalu berada pada harga negoisasi)
2. Budaya saling percaya atau saling mengakui kelebihan dan kekurangan
sesama rekan guru akan tumbuh dan berkembang dan berdampak pada
bertumbuhnya iklim kerja kolaborasi dan kooperasi internal
3. Dalam diskusi akan membahas keadaan yang lebih nyata
4. Rasa percaya diri dari narasumber akan meningkat dan sekaligus membangun
motivasi kerja yang luar biasa bagi dirinya.
5. Narasumber yang menerima tanggung jawab secara otomatis akan menjadi
figur untyk rekannya yang lain.
Pemberdayaan SDM Lokal
Kita semua pasti bisa menerima sebuah enyataan bahwa, sumber daya
di setiap sekolah baik kuantitas maupun kualitasnya berbeda satu sama lain.
Salah satu sumber daya yang berbeda adalah manusia. Hal ini diketahui
melalui sebuah riset dan juga kita bisa mengetahuinya melalui pergaulan
sosial para guru antar sekolah. Oleh karena perbedaan itu maka perlu ada
sharing power. Untuk kebutuhan ini setiap sekolah perlu membuka diri
(bersikap inklusif) dan mau bekerja sama dengan sekolah lain dalam upaya
membangun SDMnya. Itu berarti, pihak sekolah tertentu bisa memanfaatkan
guru-guru di sekolah lain yang memiliki kapabilitas dan kredibilitas tinggi
untu mejadi narasumber pada diklat profesi guru di sekolahnya. Selain kepala
sekolah, bisa juga memberdayakan potensi-potensi lokal seperti para
pengawas sekolah, kepala dinas atau kepala bidang pada dinas PPO yang
dipandang mampu untuk menjadi narasumber pada diklat profesi guru. Kerja
sama antar sekolah tidak hanya sebatas itu, namun peserta diklat profesi
peserta bisa berasal dari beberapa sekolah yang setingkat atau bisa juga antar
guru yang berbeda tingkatnya seperti guru-guru SD, SMP, dan SMA yang
berdekatan.
Pemberdayaan SDM lokal memiliki keunggulan sebagai berikut:
1. Cukup afidien
2. Budaya kerjasama antar lembaga dibangun untuk kemajuan bersama
3. Budaya saling percaya dan saling memberikan pengakuan atas kelebihan
orang lain akan tumbuh dan berkembang
4. Dalam diskusi akan memmbahas hal-hal yang nyata dan lenih kompleks
5. Wawasan narasumber sedikit lebih bervariasi sehingga diskusi dan
berbagai pengalaman bisa berada pada level yang lebih tinggi.
Pemberdayaan SDM Regional
Kita sering memiliki anggapan bahwa kehormatan semua forum akan
menjadi lebih tinggi anggapan bahwa kehormatan sebuah forum akan
menjadi lebih tinggi bila forum itu menghadirkan narasumber dari
pergurusn favorit di provinsi itu. Apalagi narasumber yang memiliki
popularitas yang tinggi di daerah itu. Akan tetapi forum yang dianggap
derajat kehormatannya yang lebih tinggi ini sering sulit di adakan oleh
karena pertimbangan keuangan. Narasumber yang didatangkan dengan
nilai mahal dan nilai transportasi serta akomodasi yang tinggi biasanya
menjadi pertimbangan pihak penyelenggara. Bukan mahalnya bmenjadi
pertimbangan, namun kondisi keuangan yang tidak mencukupi,
kebutuhan. Untuk itulah maka bukan kali ini tapi lain kali kita bisa
berusaha sekuat tenaga untuk menghadirkan mereka agar perubahan bisa
terjadi dan kemajuan bisa berjalan lebih cepat menuju apa yang kita cita-
citakan:
Berdasarkan temuan penelitian, terdapat upaya atau kiat dari sekolah dalam
memberdayakan sumber daya manusia (SDM) secara individual. Langkah-langkah
yang dilakukan sekolah dalam memberdayakan pegawai secara individu berupa (1)
memastikan potensi pegawai, (2) memotivasi, (3) memberikan konsultasi, (4)
pelibatan dalam perumusan kebijakan sekolah, (5) mendelegasikan tugas, (6) melatih
dan membimbing, dan (7) melakukan penilaian kinerja. Pemberdayaan merupakan
proses memberikan daya, kemampuan dan kewenangan kepada pegawai secara
individu. Pemberdayaan bersifat individu akan meningkatkan kepercayaan akan
kemampuan diri (self esteem) dari pegawai, karena ia merasa diperhatikan dan
dihargai kapasitasnya dalam suatu organisasi. Pegawai yang diberdayakan secara
individu akan merasa lebih bertanggung jawab atas pekerjaannya, sehingga
meningkatkan kepuasan kerja. Pelaksanaan pemberdayaan SDM secara individual
berangkat dari pemahaman bahwa setiap individu perlu diperlakukan secara
manusiawi selayaknya manusia bukan sebagai mesin. Manusia perlu dihargai
keberadaannya, hakhaknya, kemampuannya, dan segala aktivitasnya dalam suatu
organisasi. Salah satu cara memotivasi pegawai adalah dengan memenuhi kebutuhan
dasar manusia sebagaimana teori hirarkhi motivasi dari Abraham Maslow.
Teori Maslow (1943) menggambarkan lima level kebutuhan individu yaitu:
(1) kebutuhan fisiologis, yakni kebutuhan seperti makan, minum, tempat tinggal yang
dianggap sebagai titik awal kebutuhan manusia yang sering juga disebut sebagai
tuntutan fisik, (2) kebutuhan keamanan, ketika kebutuhan fisiologis sudah terpuaskan,
maka akan timbul suatu bidang kebutuhan yang secara garis besar dinyatakan sebagai
kebutuhan akan keamanan, (3) kebutuhan sosial, ketika kebutuhan fisiologis dan
keamanan sudah terpenuhi, maka akan timbul kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan
kebersamaan, (4) kebutuhan pengakuan, umumnya orang akan menginginkan
kehidupan yang stabil dan kokoh, punya penilaian diri yang tinggi, harga diri, dan
dihargai oleh orang lain, (5) kebutuhan aktualisasi diri, setelah semua kebutuhan
terpenuhi dan berada pada posisi nyaman, berkecukupan dan bekerja sesuai dengan
keinginannya maka pada diri seseorang akan muncul kebutuhan akan aktualisasi diri.
Menghargai eksistensi pegawai adalah dengan cara memberikan kepercayaan kepada
pegawai dalam penyelesaian suatu tugas. Bagi pegawai yang diberdayakan ada
makna tugas yang lebih tinggi, yaitu kesadaran bahwa yang mereka lakukan adalah
penting bagi sekolah. Pegawai merasa bahwa kerja mereka berpengaruh pada
pencapaian tujuan sekolah. Dengan kata lain pemberdayaan memenuhi kebutuhan
pegawai akan pengakuan diri. Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemberdayaan secara individual dilakukan dengan pemahaman bahwa setiap individu
memerlukan pengakuan diri sebagai manusia. Seorang pemimpin harus selalu
berusaha untuk membuat mampu pegawai dengan cara memenuhi kebutuhan dasar
manusia seperti apa yang dikemukakan Maslow dengan teori hirarkhi motivasinya.
Hal ini untuk menumbuhkan motivasi diri pegawai sehingga merasa diberdayakan
dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan.
Berdasarkan pada temuan penelitian, terdapat upaya dari kedua sekolah dalam
mengembangkan kompetensi secara kelompok. Pengembangan kompetensi secara
kelompok di sekolah inklusi terdiri atas dukungan pembiayaan, dukungan penyediaan
sarana dan prasarana, mengikuti kegiatan kelompok kerja guru (KKG), mengikuti
kegiatan kelompok kerja kepala sekolah (KKKS), mengadakan pelatihan internal
dengan mendatangkan ahli dari luar, mendatangkan pejabat pemegang otoritas,
pertemuan rutin intern sekolah, menciptakan iklim kerja yang kondusif dan
melakukan studi banding dan karya wisata. Kelompok kerja dalam suatu organisasi
merupakan suatu kerangka kerja yang dapat diandalkan oleh seluruh sistem
manajemen untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Persaingan antar lembaga pendidikan di era ini sangat ditentukan dari mutu
sumber daya manusia pendidikan. Melihat hal ini, perlu adanya perhatian khusus
dalam membangun sumber daya manusia pendidikan dengan memperhatikan strategi
dalam membangun sumber daya manusia Pendidikan, integritas yang ditanamkan
kepada sumber daya manusia dan pendekatan- pendekatan yang diberikan kepada
sumber daya manusia pendidikan agar nantinya mampu melahirkan sumber daya
manusia pendidikan yang menyatu padu dengan jiwa, cita- cita, dan kepribadian,
untuk menunjang keberhasilan lembaga pendidikan.
DAFTAR RUJUKAN